8.2.1.1. SK Gabungan Kebijakan Pelayanan Farmasi
8.2.1.1. SK Gabungan Kebijakan Pelayanan Farmasi
KEPALA PUSKESMAS
NO : 445/93/SK-C/Pusk-LPS/I/2016
TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN
: KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS ………TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI
Kepala Puskesmas ….
Lampiran 1
KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS
NOMOR : 445/93/SK-C/Pusk-LPS/I/2016
TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI
1. Pengendalian Persediaan.
Untuk melakukan pengendaliaan persediaan diperlukan pengamatan
terhadap stock kerja, stok pengaman, waktu tunggu dan sisa
stok.sedangkan untuk mencukupi kebutuhan perlu diperhitungkan
keadaan stok yang seharusnya ada pada waktu kedatangan obat,
cara memperhitungkan perencanaan pemakaian obat di puskesmas
satu tahun pemakaian :
Rumus : A = ( B x 18 ) – C
Ket :
A = Rencana obat 1 tahun
B = Rata – rata perbulan
C = Sisa stok
Rumus : SO = SK + WK + WT + SP
Kebutuhan = SO-SS
Ket:
SO = Stok optimum
SK = Stok kerja ( stok pada periode berjalan)
WK = Waktu kekosongan obat
WT = Waktu tunggu ( lead time)
SP = Stok penyangga
SS = Sisa Stok
Agar tidak terjadi kekosongan obat dalam persediaan, Maka hal – hal
yang perlu di perhatikan adalah :
Mencantumkan Jumlah stok optimum pada kartu stok
Melaporkan ke Instalasi Farmasi Kota Payakumbuh apabila
terdapat pemakaian yang melebihi rencana.
Membuat laporan secara sederhana dan berkala kepada
kepala puskesmas tentang pemakaian obat tertentu yang
banyak dan obat lainnya masih mempunyai persediaan
banyak.
2. Pengendaliaan Penggunaan
Tujuan dilaksanakannya pengendalian penggunaan adalah untuk
menjaga kualitas pelayanan obat dan meningkatkan efisiensi
pemanfaatan dana obat.
Pengendalian penggunaan meliputi:
a. Prosentase penggunaan antibiotik.
b. Prosentase penggunaan injeksi.
c. Prosentase rata-rata jumlah R/
d. Prosentase Obat penggunan obat generik
e. Kesesuaian dengan pedoman.
1. Peresepan Narkotika
a. Dokter penulis resep adalah Dokter yang telah memiliki izin
prakter dokter di Puskesmas Lampasi.
b. Resep narkotika ditulis dengan jelas dan dibaca tanpa
menimbulkan kemungkinan salah tafsir.
c. Setiap R/ dilengkapi dengan; kekuatan takaran, jumlah yang
harus diberikan, dosis pemakaian, cara pemakaian dan disertai
paraf oleh dokter penulis resep.
2. Peresepan Psikotropika
a. Dokter penulis resep adalah dokter yang telah memiliki izin
prakter dokter di Puskesmas Lampasi;
b. Resep psikotropika ditulis dengan jelas dan dibaca tanpa
menimbulkan kemungkinan salah tafsir;
c. Setiap R/ dilengkapi dengan; kekuatan takaran, jumlah yang
harus diberikan, dosis pemakaian, cara pemakaian dan dibubuhi
paraf oleh dokter penulis resep.
J. Rekonsiliasi Obat
Kegiatan:
a. Menganalisis laporan efek samping obat
b. Mengidentifikasi obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi
mengalami efek samping obat
c. Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
d. Melaporkan ke Pusat Efek Samping Obat Nasional