Anda di halaman 1dari 8

KEPUTUSAN

KEPALA PUSKESMAS
NO : 445/93/SK-C/Pusk-LPS/I/2016

TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI

KEPALA PUSKESMAS …….

MENIMBANG : a. bahwa untuk menunjang layanan klinis di puskesmas,


maka perlu di dukung oleh pelayanan obat yang baik;
b. bahwa untuk menunjang pelayanan klinis di
Puskesmas …………di perlukan adanya kebijakan
pelayanan farmasi dengan memperhatikan mutu dan
keselamatan pasien;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a dan b
perlu menetapkan keputusan Kepala Puskesmas
tentang kebijakan pelayanan ……...

MENGINGAT : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009, tentang


Kesehatan;
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 46 tahun 2015, tentang Akreditasi Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 30 tahun 2014, tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian;
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun
2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 51 Tahun 2009
Tentang Pekerjaan Kefarmasian;
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 922 Tahun 2008
tentang Obat dan Perbekalan Farmasi;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1457/MENKES/SK/X/2003 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota.

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN
: KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS ………TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI

KESATU : Kebijakan pelayanan farmasi di Puskesmas …………


sebagaimana tercantum dalam lampiran merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari surat keputusan
ini.
KEDUA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan
dengan ketentuan akan dirubah kembali sebagaimana
mestinya jika ditemukan kekeliruan dalam
penetapannya.
DITETAPKAN DI : PAYAKUMBUH
PADA TANGGAL : 4 Januari 2016

Kepala Puskesmas ….
Lampiran 1
KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS
NOMOR : 445/93/SK-C/Pusk-LPS/I/2016
TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI

A. Metode untuk menilai, mengendalikan penyediaan dan penggunaan


obat

Untuk menilai, mengendalikan penyediaan dan penggunaan obat


dilaksanakan melalui metode pelaporan yang dibuat setiap bulannya
dengan menggunakan format LPLPO kepada Kepala Gudang Farmasi
Kota.

B. Menjamin Ketersediaan Obat

Penyediaan obat yang menjamin ketersediaan obat diwujudkan dalam


kegiatan pengendalian obat. Tujuan kegiatan Pengendalian obat agar
tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat di unit pelayanan
kesehatan dasar, yang terdiri dari :
1. Memperkirakan / menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu
di puskesmas dan seluruh unit pelayanan.
2. Menentukan:
 Stok optimum
 Stok Pengaman/penyangga (buffer stock ).
3. Menentukan waktu tunggu

Pengendalian Obat terdiri dari :

1. Pengendalian Persediaan.
Untuk melakukan pengendaliaan persediaan diperlukan pengamatan
terhadap stock kerja, stok pengaman, waktu tunggu dan sisa
stok.sedangkan untuk mencukupi kebutuhan perlu diperhitungkan
keadaan stok yang seharusnya ada pada waktu kedatangan obat,
cara memperhitungkan perencanaan pemakaian obat di puskesmas
satu tahun pemakaian :
Rumus : A = ( B x 18 ) – C
Ket :
A = Rencana obat 1 tahun
B = Rata – rata perbulan
C = Sisa stok

Memperhitungkan perencanaa pemakaian obat dipuskesmas untuk


perbulan pemakaian :

Rumus : SO = SK + WK + WT + SP
Kebutuhan = SO-SS
Ket:
SO = Stok optimum
SK = Stok kerja ( stok pada periode berjalan)
WK = Waktu kekosongan obat
WT = Waktu tunggu ( lead time)
SP = Stok penyangga
SS = Sisa Stok

Agar tidak terjadi kekosongan obat dalam persediaan, Maka hal – hal
yang perlu di perhatikan adalah :
 Mencantumkan Jumlah stok optimum pada kartu stok
 Melaporkan ke Instalasi Farmasi Kota Payakumbuh apabila
terdapat pemakaian yang melebihi rencana.
 Membuat laporan secara sederhana dan berkala kepada
kepala puskesmas tentang pemakaian obat tertentu yang
banyak dan obat lainnya masih mempunyai persediaan
banyak.

Pemeriksaan Besar ( Pencacahan) di maksudkan untuk


mengetahui kecocokan antara kartu stock obat dengan fisik obat,
yaitu jumlah setiap jenis obat. Pemeriksaan ini berlaku setiap
bulan.

2. Pengendaliaan Penggunaan
Tujuan dilaksanakannya pengendalian penggunaan adalah untuk
menjaga kualitas pelayanan obat dan meningkatkan efisiensi
pemanfaatan dana obat.
Pengendalian penggunaan meliputi:
a. Prosentase penggunaan antibiotik.
b. Prosentase penggunaan injeksi.
c. Prosentase rata-rata jumlah R/
d. Prosentase Obat penggunan obat generik
e. Kesesuaian dengan pedoman.

3. Penanganan Obat Hilang, Obat Rusak dan kadaluwarsa


a. Penanganan Obat Hilang
Tujuan dilaksanakan pnanganan obat hilang adalah sebagai bukti
pertanggungjawaban Kepala Puskesmassehingga diketahui
persediaan obat saat itu. Obat juga dinyatakan hilang apabila
jumlah obat dalam tempat penyimpanaannya ditemukan kurang
dari catatan sisa stok pada kartu stok. Pengujian silang antara
jumlah obat dalam tempat penyimpanan dengan catatan sisa stok
dilakukan secara berkala satu tahun sekali oleh kepala
Puskesmas.
Dalam menangani obat hilang, maka langkah-langkah yang harus
dilakukan adalah:
1. Petugas pengelola obat menyusun daftar jenis dan
jumlah obat yang hilang untuk dilaporkan kepada
Kepala Puskesmas.
2. Kepala Puskesmas memeriksa dan memastikan
kejadian tersebut kemudian menerbitkan Berita Acara
Obat Hilang.
3. Kepala Puskesmas menyampaikan laporan kejadian
tersebut kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota
Payakumbuh disertai Berita Acara Obat Hilang.
4. Petugas pengelola obat mencatat jenis dan jumlah
obat yang hilang pada Kartu Stok
5. Apabila jumlah obat yangtersisa tidak mencukupi
kebutuhan pelayanan, maka petugas pengelola obat
segera mengajukan permintaan obat kepada Dinas
Kesehatan Kota Payakumbuh dengan menggunakan
LPLPO.
6. Apabila hilangnya obat karena pencurian, maka
dilaporkan pada Kepolisia

b. Penanganan Obat Rusak/Kadaluwarsa


Tujuan dilaksanakannya penanganan obat rusak adalah untuk
melindungi pasien dari efek samping penggunaan obat
rusak/kadaluwarsa.
Dalam menangani obat rusak/kadaluwarsa, maka langkah-
langkah yang harus dilakukan adalah:
1. Petugas Pengelola obat mengumpulkan obat rusak dalam
gudang obat.
2. Obat yang rusak dikurangi dari catatan sisa stok pada kartu
stok
3. Semua obat rusak/kadaluarsa di kirim ke Instalasi Farmasi
kota Payakumbuh.

C. Jam Buka Pelayanan Farmasi

Pelayanan Farmasi di Puskesmas Lampasi dilaksanakan setiap hari


kerja jam 08.00 WIB s.d. 12.00 WIB. Pelayanan farmasi di luar jam kerja
dilaksanakan dengan mendelegasikan wewenang ke tenaga kesehatan
lainnya.

D. Petugas Yang Berhak memberi resep

1. Semua kegiatan pengobatan dan penulisan resep di Puskesmas


Lampasi dilaksanakan oleh dokter/dokter gigi sesuai kompetensinya
dengan persyaratan sebagai berikut:
a. Memiliki Surat Tanda Registrasi.
b. Memiliki Surat Ijin Praktik Dokter/Dokter gigi di Puskesmas
Lampasi.
2. Apabila dokter/dokter gigi tidak dapat menjalankan tugasnya di
bidang pengobatan karena sesuatu hal (misal: menghadiri rapat),
maka tugas pengobatan dan pemberian resep didelegasikan kepada
petugas pelayanan kesehatan yang memiliki pengetahuan dan
pengalaman tentang farmasi, yaitu perawat/perawat gigi/bidan yang
bertugas pada hari itu.

E. Petugas Yang Berhak Menyediakan Obat

Penyediaan obat dan Pengelolaan Obat di Puskesmas ……………


dilaksanakan oleh:
1. Apoteker sesuai kompetensinya.
2. Asisten Apoteker sesuai kompetensinya, apabila tenaga Apoteker
tidak ada.
3. Petugas kesehatan lain yang sesuai kompetensinya memiliki
pengetahuan dan pengalaman di bidang farmasi, yaitu:
Perawat/Perawat gigi/Bidan.

Apabila persyaratan petugas yang diberi kewenangan melaksanakan


penyediaan obat tidak dapat dipenuhi, maka petugas tersebut harus
mengikuti pelatihan khusus yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Kota
…………..untuk melaksanakan tugas manajemen kefarmasian di
Puskesmas ……...

F. Pelatihan Khusus Bagi Petugas Yang Diberi Kewenangan dalam


Penyediaan obat Jika petugas yang memenuhi persyaratan tidak ada
Pelatihan petugas yang diberi kewengan menyediakan obat dilakukan
secara internal di Puskesmas Lampasi:
1. Dilaksanakan secara on the job training di Puskesmas……;
2. Dilakukan oleh Asisten Apoteker selaku penanggung jawab
pelayanan farmasi Puskesmas Lampasi;
3.Pelatihan diberikan kepada petugas kesehatan lainnya yang diberi
kewenangan dalam penyediaan obat.

G. Peresepan, pemesanan, dan pengelolaan obat

1. Peresepan obat di Puskesmas Lampasi hanya dilakukan oleh


dokter, dokter gigi dan petugas paramedis yang diberi kewenangan
untuk menuliskan resep;
2. Pengelolaan Obat di Puskesmas Lampasi dilakukan oleh Asisten
Apoteker Puskesmas Lampasi yang dibantu oleh petugas yang
diberi kewenangan/ditugaskan di unit farmasi Puskesmas
Lampasi.

H. Upaya meminimalkan obat kadaluarsa dan Antisipasi pemberian obat


kadaluarsa

Pelayanan farmasi di Puskesmas Lampasi tidak dibenarkan untuk


memberikan obat kadaluarsa. Untuk mencegah pemberian obat
kadaluarsa dalam pelayanan farmasi di Puskesmas Lampasi, maka
petugas farmasi melakukan distribusi obat secara FIFO dan FEFO. Obat
kadaluarsa disimpan secara terpisah dari obat-obat lainnya dan diberi
penandaan khusus agar terlihat jelas.

I. Yang berhak meresepkan obat-obat psikotropika dan narkotika

1. Peresepan Narkotika
a. Dokter penulis resep adalah Dokter yang telah memiliki izin
prakter dokter di Puskesmas Lampasi.
b. Resep narkotika ditulis dengan jelas dan dibaca tanpa
menimbulkan kemungkinan salah tafsir.
c. Setiap R/ dilengkapi dengan; kekuatan takaran, jumlah yang
harus diberikan, dosis pemakaian, cara pemakaian dan disertai
paraf oleh dokter penulis resep.
2. Peresepan Psikotropika
a. Dokter penulis resep adalah dokter yang telah memiliki izin
prakter dokter di Puskesmas Lampasi;
b. Resep psikotropika ditulis dengan jelas dan dibaca tanpa
menimbulkan kemungkinan salah tafsir;
c. Setiap R/ dilengkapi dengan; kekuatan takaran, jumlah yang
harus diberikan, dosis pemakaian, cara pemakaian dan dibubuhi
paraf oleh dokter penulis resep.

J. Rekonsiliasi Obat

Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan instruksi


pengobatan dengan obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi
dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan obat (medication
error). Jika ditemukan ketidaksesuaian antara instruksi dokter dengan
obat yang didapat pasien, maka dokter harus dihubungi kurang dari 24
jam. Jika terjadi perubahan terapi atau pengobatan selama pasien di
rawat inap, maka petugas perlu mengkomunikasikan dengan pasien
dan / keluarga.

K. Persyaratan Penyimpanan Obat

Penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan suatu


kegiatan pengaturan terhadap obat yang diterima agar aman (tidak
hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya
tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
Tujuannya adalah agar mutu obat yang tersedia di Puskesmas dapat
dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
Penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Bentuk dan jenis sediaan
b. Stabilitas (suhu, cahaya, kelembaban)
c. Narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus

L. Penanganan Obat kadaluarsa

Penanganan obat kadaluarsa bertujuan untuk


1. melindungi masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh
penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang tidak tepat
serta tidak memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan
kemanfaatannya.
2. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan

Penanganan obat kadaluarsa dilakukan dengan cara:


a. Identifikasi kasus
b. Memisahkan obat rusak atau kadaluarsa disimpan pada tempat
terpisah dari penyimpanan obat lainnyaa
c. Melaporkan dan mengirim obat tersebut ke instalasi farmasi kota
d. Mendokumentasikan pencatatan tersebut.

M. Pencatatan pemantauan pelaporan efek samping obat dan KTD

Merupakan kegiatan pencatatan pemantauan setiap respon terhadap


obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis
normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis,
diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis.
Tujuan:
a. Menemukan efek samping obat sedini mungkin terutama yang berat,
tidak dikenal dan frekuensinya jarang
b. Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping obat yang sudah
sangat dikenal atau yang baru saja ditemukan.

Kegiatan:
a. Menganalisis laporan efek samping obat
b. Mengidentifikasi obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi
mengalami efek samping obat
c. Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
d. Melaporkan ke Pusat Efek Samping Obat Nasional

Untuk itu perlu diperhatikan kerjasama dengan tim kesehatan lainnya


dan menyediakan formulir Monitoring Efek Samping Obat.
N. Penyediaan obat emergensi

Obat emergensi adalah obat-obat tertentu yang dibutuhkan oleh pasien


secara cepat, yang dilakukan oleh unit tertentu di luar loket farmasi
serta disimpan. Penyediaan obat emergensi diselenggarakan untuk
melayani pasien gawat darurat. Obat-obat emergensi yang harus
tersedia antara lain adalah:
a. Epinefrin injeksi
b. Diazepam injeksi
c. Dexamethason injeksi
d. Lidocain injeksi
e. Vitamin K injeksi
f. Ringer laktat infus
g. Glukosa 5% infus
h. Diazepam 5 mg rektal tube
i. MgSO4 20 % injeksi
j. Ca Gluconas injeksi

Kepala Puskesmas Lampasi

Anda mungkin juga menyukai