Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN TB PARU dengan MASALAH KETIDAK

EFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS dan POLA NAPAS TIDAK


EFEKTIF

DISUSUN OLEH:

RIFATIA TOTO
P07220218027

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN KALIMANTAN


TIMUR PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN TAHUN
AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah dengan judul “Asuhan
Keperawatan TB Paru dengan masalah Ketidak efektifan bersihan jalan napas dan
pola napas tidak efektif” dengan sebaik mungkin.

Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca karena dapat
menambah pengetahuaan dan informasi kepada pembaca mengenai TB Paru.

Dalam pembuatan makalah ini, penuls menyadari bahwa masih banyak terdapat
banyak kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan demi kesempurnaan dalam pembuatan malakah.

Samarinda, 6 Agustus 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................

KATA PENGANTAR ............................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang ....................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan .................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan .................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................... 3

A. Landasan Teori ....................................................................... 3


B. Etiologi ................................................................................... 3
C. Tanda Dan Gejala Manifestasi Klinis..................................... 5
D. Pemerksaan Penunjang Diagnostik ........................................ 9
E. Pengobatan .............................................................................. 11
F. Pencegahan ............................................................................. 18

BAB III KOSEP DASAR ..................................................................... 19

I. Pengkajian .............................................................................. 19
II. Diagnosa Keperawatan .......................................................... 20
III. Intervensi ............................................................................... 21
IV. Implementasi ......................................................................... 22
V. Eveluasi ................................................................................. 22

BAB IV PENUTUP ............................................................................... 24

A. Kesimpulan ............................................................................ 24
B. Saran ....................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 25

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh


Mycobacterium tuberculosa yang ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat
seorang pasien Tuberkulosis batuk dan percikan ludah yang mengandung bakteri
tersebut terhirup oleh orang lain saat bernapas. Penderita Tuberkulosis akan
mengalami tanda dan gejala seperti berkurangnya berat badan, demam, keringat,
mudah lelah, kehilangan nafsu makan, batuk, sputum berdarah, nyeri dada, sesak
napas

Mengingat akan bahaya TB paru dan pentingnya memberikan pelayanan


pada masyarakat, terutama untuk mendeteksi dini, memberikan terapi yang tepat
serta pencegahan dan penanganan maka dalam makalah ini akan di bahas segala
teori tentang TB paru dan hubungannya dengan kesehatan untuk kelangsungan
hidup sehat. Selain itu, dalam makalah ini juga akan dibahas peran perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap klien penderita TB paru.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian TB Paru?


2. Mengapa seseorang bisa sampai terkena penyakit TB Paru?
3. Bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan TB Paru?
4. Bagaimana penanganan TB Paru?

1
1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk menjelaskan Definisi TB Paru.


2. Untuk menjelaskan penyebab penyakit TB Paru, tanda dan gejala serta
patofisiologinya dalam tubuh.
3. Untuk memberikan penjelasan tentang asuhan keperawatan pada klien TB
Paru.
4. Untuk menjelaskan cara penanganan atau pengobatan pada pasien TB Paru.

1.4 Manfaat Penulisan

1. Untuk mengetahui definisi TB Paru


2. Untuk mengetahui penyebab penyakit TB Paru, tanda dan gejala serta
patofisiologinya dalam tubuh
3. Untuk mengetahui bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan pada
klien TB Paru
4. Untuk mengetahui pengobatannya

2
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN TUBERCULOSIS PARU (TBC)

I. LANDASAN TEORI

A. Definisi

Tuberkulosis merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh


Mycobacterium tuberculosa yang ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat
seorang pasien Tuberkulosis batuk dan percikan ludah yang mengandung bakteri
tersebut terhirup oleh orang lain saat bernapas. Penderita Tuberkulosis akan
mengalami tanda dan gejala seperti berkurangnya berat badan, demam, keringat,
mudah lelah, kehilangan nafsu makan, batuk, sputum berdarah, nyeri dada, sesak
napas. Batuk efektif adalah aktivitas perawat untuk membersihkan sekresi pada
jalan nafas, yang berfungsi untuk meningkatkan mobilisasi sekresi dan mencegah
risiko tinggi retensi sekresi. ( Fachmi, 2004)

Tuberkulosis (TB) Paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh


Mycobacterium Tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi. (Mansjoer,
2009 ).Tuberkulosis adalah penyakit infeksius yang disebabkan Mycobacterium
Tuberkulosis terutama menyerang parenkim paru, dapat juga ditularkan ke bagian
tubuh lainnya, termaksuk meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe. (Brunner,
2002 ). Selain itu Penyakit ini disebabkan oleh mikro-organisme Mycobacterium
Tuberculosis, yang biasanya ditularkan melalui inhalasi percikan ludah (droplet),
orang ke orang, dan mengkolonisasi bronkiolus atau alveolus. (Elishabeth, 2001 )

2. ETIOLOGI

Penyebab penyakit tuberkulosis adalah bakteri Mycobacterium


Tuberculosis dan Mycobacterium Bovis. Kuman tersebut mempunyai ukuran 0,5
– 4 mikron x 0,3 – 0,6 mikron dengan bentuk batang tipis, lurus atau agak
bengkok, bergranular atau tidak mempunyai selubung, tetapi mempunyai lapisan
luar tebal yang terdiri dari lipoid (terutama asam mikolat).

3
Bakteri ini mempunyai sifat istimewa yaitu dapat bertahan terhadap pencucian
warna dengan asam dan alkohol, sehingga sering disebut basil tahan asam (BTA),
serta tahan terhadap zat kimia dan fisik.Kuman tuberculosis juga tahan dalam
keadaan kering dan dingin, bersifat dorman dan anaerob.

Bakteri tuberculosis ini mati pada pemanasan 100 0C selama 5 – 10 menit atau
pada pemanasan 60 oC selama 30 menit, dan dengan 70 – 95 % selama 15- 30
detik. Bakteri ini tahan selama 1-2 jam di udara terutama di tempat yang lembab
dan gelap (bisa berbulan-bulan), dapaat hidup bertahun-tahun di dalam lemari es,
hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dorman. Dari sifat dorman ini
kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberculosis aktif lagi, namun
tidak tahan terhadap sinar atau aliran udara. Data pada tahun 1993 melaporkan
bahwa untuk mendapatkan 90 % udara bersih dari kontaminasi bakteri
memerlukan 40 kali partukaran udara.

Di dalam jaringan kuman hidup sebagai parasit intraseluler yakni di dalam


sitoplasma makrofag yang semula memfagositasi malah kemudian disenanginya
karena banyak mengandung lipid. Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini
menunjukan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan
oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian apical paru – paru lebih
tinggi dari bagian lain, sehingga bagian apical ini merupakan tempat predileksi
penyakit tuberculosis. (Widoyono, 2008 )

4
3. TANDA DAN GEJALA

MANIFESTASI KLINIS

TANDA Penyakit TB Paru

Menurut Sudoyo, dkk (2009: hal 2234), Tanda TB Paru:

a. Demam

Biasanya subfebril menyerupai demam influenza tetapi panas badan kadang-


kadang dapat mencapai 40-41 oC.serangan demam pertama dapat sembuh
sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang
timbulnya demam influsnza ini, sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari
serangan demam influenza.Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh
pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberculosis yang masuk.

b. Batuk atau batuk darah

Gejala ini banyak di temukan. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus.
Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-prosuk radang keluar. Karena
terlibatnya bronkus di setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru ada
setelah batuk berkembang dalam jaringan paru yakini setelah berminggu-minggu
atau berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat batuk dimulai dari batuk kering
(non Produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif
(menghasilkan sputum).Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena
terdapat pembuluh darah yang pecah.Kebanyakan batuk darah pada tuberculosis
terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.

c. Sesak napas

Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak
napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah
meliputi setengah bagian paru-paru.

5
GEJALA Penyakit TB Paru
Menurut Retno Asti Werdhani, Penyakit TB Paru
Gejala penyakit TB dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang
timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu
khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa
secara klinik.

4 Gejala Sistemik/Umum:

•Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah)

•Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam
hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza
dan bersifat hilang timbul

•Penurunan nafsu makan dan berat badan

•Perasaan tidak enak (malaise), lemah

Gejala khusus:

•Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian
bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah
bening yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah
yang disertai sesak.

•Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan
keluhan sakit dada.

6
PATOGENESIS TB Paru
Menurut Sudoyo, dkk (2009 : hal 2232), proses perjalanan penyakit tuberculosis
Paru, yaitu :

a. Tuberkulosis primer

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukan atau dibersinkan


keluar menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar kita. Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar
ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam suasana yang lembab
dan gelap kuman dapat tahan berhari - hari sampai berbulan – bulan. Bila partikel
infeksi ini terhisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada saluran napas atau
jaringan paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran partikel < 5
mikrometer. Kuman akan dihadapi pertama kali oleh neutrofi, kemudian baru oleh
makrofag. Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag
keluar dari percabangan trakeobronkial bersama dengan gerakan silia bersama
sekretnya.

Bila kuman menetap di jaringn paru, berkembang biak dalam sitoplasma


makrofag. Di sini ia dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman yang
bersarang di jaringan paru akan berbentuk sarang tuberculosis pneumonia kecil
dan disebut sarang primer atau efek primer atau sarang (focus) ghon. Sarang
primer ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan paru. Bila menjalar sampai ke
pleura, maka akan terjadilah efusi pleura. Kuman dapat juga masuk melalui
saluran gastrointestinal, jaringan limfe, orofaring, dan kulait, terjadi limfedenopati
regional kemudian bakteri masuk ke dalam vena dan menjalar ke seluruh organ
seperti paru, otak, ginjal, tulang.Bila masuk ke arteri pulmonalis maka terjadi
penjalaran ke seluaruh bagian paru menjadi TB milier.

Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus
(limfangitis lokal), dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus
(limfadenitis regional). Sarang primer limfangitis lokal + limfadenitis regional =

7
kompleks primer (ranke). Semua proses ini memakan waktu 3-8 minggu.
Kompleks primer ini selanjutnya menjadi :

1) Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat. Ini yang banyak terjadi.

2) Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik,


klasifikasi di hilus, keadaan ini terdapat pada lesi pnemunia yang luasnya > 5 mm
dan ± 10 % diantaranya dapat terjadi reaktivitas lagi karena kuman yang dormant.

3) Berkomplikasi dan menyebar secara: perkontinuitatum, yakini menyebar ke


sekitarnya. Secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru di
sebelahnya, kuman dapat juga dapat tertelan bersama sputum dan ludah sehingga
menyebar ke usus. Secara limfogen ke organ tubuh lain- lainya. Secara hematogen

ke organ tubuh lainnya. Semua kejadian di atas tergolong dalam perjalanan


tuberculosis primer.

b. Tuberculosis pasca primer (sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberculosis primer akan mucul bertahun – tahun
kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberculosis dewasa. Mayoritas
reinfeksi mencapai 90%.Tuberculosis sekunder terjadi karena imunitas menurun
seperti malnutrisi, alcohol, penyakit maligna, diabetes, AIDS, gagal
ginjal.Tuberculosis pasca primer ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di
region atas paru (bagian apical posterior lobus superior atau inferior).Invasinya
adalah ke daerah parenkim paru-paru dan tidak ke nodus hiler paru.

Sarang dini ini mula-mula juga berbentuk sarang pneumonia kecil.Dalam 3-10
minggu sarang ini menjadi tuberkel yakini suatu granuloma yang terdiri dari sel-
sel histiosit dan sel datia-langerhans (sel besar dengan banyak inti) yang
dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan berbagai jaringan ikat.

TB pasca primer juga dapat berasal dari infeksi eksogen dari usia muda menjadi
TB usia tua tergantung dari jumlah kuman, virulensi nya dan imunitas pasie,

8
sarang dini ini dapat menjadi :

1) Direabsorbsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat.

2) Sarang yang mula-mula meluas, tetapi segera menyembuh dengan serbukan


jaringan fibrosis. Ada yang membungkus diri menjdai keras, menimbulakan
perkapuran. Bentuk perkijuan lain yang jarang adalah cryptic dissesminaate TB
yang terjadi pada immunodifisiensi dan usia lanjut. Disini lesi sangat kecil, tetapi
berisi bakteri sangat banyak aktivitas ini dapat berimbas :

1) Meluas kembali dan menimbulakan sarang pneumonia baru. Bila isi kavitas
ini masuk ke dalam peredaran darah arteri, maka akan teradi TB Milier. Dapat
juga masuk ke paru sebelahnya atau tertelan masuk ke lambung dan selanjutnya
ke usus jadi TB usus. Sarang ini selanjutnya mengikuti perjalanan seperti yang
disebutkan terdahulu. Bisa juga terjadi TB endobronkial dan TB endotrakeal atau
empiema bila rupture ke pleura .

2) Memadat dan membungkus diri sehingga menjadi tuberkuloma ini dapat


mengapur dan menyembuh atau dapat aktif kembali menjadi cair dan jadi kavitas
lagi. Komplikasi kronik kavitas adalah kolonisasi oleh fungus seperti aspergillus
dan kemudian menjadi mycetoma .

3) Bersih dan menyembuh disebut open healed cavity. Dapat juga menyembuh
dengan membungkus diri menjadi kecil. kadang-kadang berkahir sebagai kavitas
yang terbungkus, menciut dan berbentuk seperti bintang disebut stellate shaped.

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK

Menurut (Mansjoer, dkk 1999 ), pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada


klien dengan tuberculosis Paru, yaitu :

A. Pemeriksaan sputum BTA : untuk memastikan diagnostik TB paru, namun


pemeriksaan ini tidak spesifik karena hanya 30 – 70 % pasien yang dapat
didiagnosis berdasarkan pemeriksaan ini.

Menurut (Sudoyo, dkk 2009 ), pemeriksaan diagnostic

9
Yang dapat dilakukan pada klien dengan tuberculosis Paru, yaitu :

a. Pemeriksaan radiologis (Photo Thorax)

Lokasi lesi tuberculin umumnya di daerah apex paru (segmen apical lobus atas
atau segmen apical lobus bawah), tetapi dapat juga mengenai lobus bawah (bagian
inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misalnya pada tuberculosis
endobronkial).

Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia,


gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas
yang tidak tegas.Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat
berupa bulatan dengan batas yang tegas. Lesi ini dikenal dengan tuberkuloma .

Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis.lama-


lama dinding menjadi sklerotik dan terlihat menebal. Bila terjadi fibrosis terlihat
bayangan yang bergaris-garis.Pada klasifikasi bayangannya tambak sebagai
bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.Pada atelektasis terlihat seperti
fibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat terjadi pada sebagian atau satu
lobus maupun pada satu bagian paru.

Gambaran tuberculosis millier terlihat berupa bercak-bercak halus yang umumnya


tersebar merata pada seluruh lapang paru.Gambaran radiologis lain yang sering
menyertai tuberculosis paru adalah penebalan pleura (pleuritis), massa cairan
dibagian bawah paru (efusi pleura/empiema), bayangan hitam radioulsen di
pinggir paru/pleura (pnemothorax)

Pada satu foto dada sering di dapatkan bermacam-macam bayangan sekaligus


(pada tuberculosis yang sudah lanjut) seperti infiltrate, garis-garis fibrotik,
klasivikasi kavitas (non sklerotik/sklerotik) maupun atelektasis dan emfisema.

b. Computed Tomography Scanning (CT-Scan)

Pemeriksaan radiologis dada yang lebih canggih dan saat ini sudah banyak
dipakai di rumah sakit rujukan adalah Computed Tomography Scanning (CT-

10
Scan). Pemeriksaan ini lebih superior dibandingkan dengan radiologis
biasa.Perbedaan densitas jaringan terlihat lebih jelas dan sayatan dapat dibuat
transversal.

c. Darah

Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian, karena hasilnya kadang-kadang


meragukan, hasilnya tidak sensitive dan tidak spesifik. Pada saat tuberculosis baru
mulai aktif akan didapatkan jumlah leukosit sedikit meninggi dengan hitung jenis
pergeseran ke kiri. Jumlah limfosit masih di bawah normal.Laju endap darah
mulai meningkat.Bila penyakit mulai sembuh jumlah leukosit kembali normal dan
jumlah limfosit masih tinggi, laju endap darah mulai turun kearah normal lagi.

d. Sputum (BTA)

Kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang


kuman BTA pada satu sediaan. Dengan kata lain diperlukan 5.000 kuman dalam
1 ml sputum.

e. Tes tuberculin/ tes mantoux

Pemeriksaan ini masih banyak dipakai untuk membantu menegakan diagnosis


tuberculosis terutama pada anak-anak (balita). Biasanya dipakai tes mantoux
yakini dengan menyuntikan 0,1 cc tuberculin P.P.D (purified protein derivative).

5. PENGOBATAN

Penatalaksanaan Medik

Menurut (Widuyono, 2008: hal 18), pengobatan yang dapat diberikan pada klien
dengan tuberculosis Paru, yaitu :

1) Kategori I (2 HRZE/4 H3R3) untuk pasien TBC baru.

2) Kategori II (2 HRZES / HRZE/5 H3R3E3) untuk pasien ulangan (pasien


yang pengobatan kategori 1 nya gagal).

11
3) Kategori III (2 HR/ 4H3R3) untuk pasien yang baru dengan BTA negative
RO positif

4) Sisipan (HRZE) digunakan sebagai tambahan bila ada pemeriksaan akhir


tahap intensif dari pengobatan dengan kategori I atau kategori II ditemuukan BTA
positif. Obat diminum sekaligus 1 jam sebelum sarapan pagi.

KLASIFIKASI TB Paru

Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien tuberculosis memerlukan suatu


“definisi kasus” yang meliputi empat hal , yaitu:
1. Lokasi atau organ tubuh yang sakit: paru atau ekstra paru;
2. Bakteriologi (hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis):
BTA positif atau BTA negatif;
3. Tingkat keparahan penyakit: ringan atau berat.

Manfaat dan tujuan menentukan klasifikasi dan tipe adalah:


1. Menentukan paduan pengobatan yang sesuai
2. Registrasi kasus secara benar
3. Menentukan prioritas pengobatan TB BTA positif

Beberapa istilah dalam definisi kasus:


1. Kasus TB : Pasien TB yang telah dibuktikan secara mikroskopis
ataudidiagnosis oleh dokter.
2. Kasus TB pasti (definitif) : pasien dengan biakan positif untuk
Mycobacterium tuberculosis atau tidak ada fasilitas biakan, sekurang-
kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.

Kesesuaian paduan dan dosis pengobatan dengan kategori diagnostic sangat


diperlukan untuk:

12
1. Menghindari terapi yang tidak adekuat (undertreatment)
sehinggamencegah timbulnya resistensi
2. Menghindari pengobatan yang tidak perlu (overtreatment)
sehinggameningkatkan pemakaian sumber-daya lebih biaya efektif (cost-
effective)
3. Mengurangi efek samping

A. Klasifikasi berdasarkan ORGAN tubuh yang terkena:

1) Tuberkulosis paruAdalah tuberkulosis yangmenyerang jaringan


(parenkim) paru. tidak termasuk pleura (selaputparu) dan kelenjar pada
hilus.

2) Tuberkulosis ekstra paruAdalah tuberkulosis yang menyerang organ


tubuhlain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput
jantung(pericardium), kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit, usus,
ginjal,saluran kencing, alat kelamin. B.Klasifikasi berdasarkan hasil
pemeriksaan DAHAK mikroskopis, yaitupada TB Paru:

1) Tuberkulosis paru BTA positif

a) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA


positif.

b) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
menunjukkan gambaran tuberkulosis.

c) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB


positif.

d) 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimendahak


SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada
perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.

2) Tuberkulosis paru BTA negatifKasus yang tidak memenuhi definisi pada TB

13
paru BTA positif.Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:

a) Minimal 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negative

b) Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberculosis

c) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.

d) Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan

C. Klasifikasi berdasarkan tingkat ke PARAHan penyakit.

1) TB paru BTA negatif foto toraks positifdibagi berdasarkan tingkatkeparahan


penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk beratbila gambaran foto toraks
memperlihatkan gambaran kerusakan paruyang luas (misalnya proses “far
advanced”), dan atau keadaan umumpasien buruk.

2) TB ekstra-paru dibagiberdasarkan pada tingkat keparahanpenyakitnya, yaitu:

a) TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritiseksudativa


unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dankelenjar adrenal.

b) TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis, milier, perikarditis


peritonitis, pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TBusus, TB
saluran kemih dan alat kelamin.

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang


mengandung oksigen serta menghembuskan udara yang banyak mengandung
karbon dioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh, penghisapan udara
ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi.

Organ-organ pernafasan.Yaitu ;

a. Hidung

Hidung atau nasal merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua

14
lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum
nasi).didalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu,
kotoran yang masuk ke dalam lubang hidung.

Bagian luar hidung terdiri dari kulit, lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan
tulang rawan, lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat-lipat yang
dinamakan karang hidung (konka nasalis) yang berjumlah tiga buah yaitu:
konka nasalis inferior, konka nasalis media dan konka nasalis superior.

Diantara konka ini terdapat tiga buah lekukan meatus yaitu meatus superior
(lekukan bagian atas), meatus medialis (lekukan bagian tengah) dan meatus
inferior ( lekukan bagian bawah). Meatus-meatus ini lah yang dilewati oleh udara
pernapasan, sebelah dalam terdapat lubang yang berhubungan dengan tekak,
lubang ini disebut kona. dasar dari rongga hidung dibentuk oleh tulang rahang
atas, ke atas rongga hidung berhubungan dengan beberapa rongga yang di sebut
sinus paranasalis, yaitu sinus maksilaris pada rongga rahang atas, sinus frontalis
pada rongga tulang dahi, sinus sfenoidalis pada rongga tulang baji dan sinus
etmoidalis pada rongga tulang tapis.

Pada sinus etmoidalis, keluar ujung-ujung saraf penciuman yang menunjukan


nasalis. Pada konka nasalis terdapat sel-sel penciuman sel tersebut terutama
terdapat di bagian atas.pada hidung di bagian mukosa terdapat serabut saraf atau
reseptor dari saraf penciuman (nerfus olfaktorius).

b. Faring

Tekak atau faring merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan
jalan makanan, terdapat di dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut
sebelah depan ruas tulang leher. Hubungan faring dengan organ-organ lain: ke
atas berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang yang
bernama koana, kedepan berhubungan dengan rongga mulut tempat hubungan ini
bernama istmus fausium, ke bawah terdapat dua lubang, kedepan lubang laring, ke
belakang lubang esophagus.

15
Di bawah selaput lendir jaringa ikat, juga di beberapa tempat terdapat folikel
getah bening.Perkumpulan getah bening ini dinamakan adenoid.Disebelahnya
terdapat dua buah tonsil kiri dan kanan dari tekak.Di sebelah belakang terdapat
epiglotis yang berfungsi menutup laring pada waktu menelan makanan.

c. Laring

Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan bertindak sebagai
pembentukan suara, terletak di bagian depan faring sampai ketinggian vertebra
servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya. Pangkal tenggorok itu dapat
di tutup oleh sebuah empeng tenggorok yang di sebut epiglotis yang terdiri dari
tulang-tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan makanan menutupi
laring.

d. Trakea

Trakea atau batang tenggorok merupakan lanjutan dari laring yang di bentuk oleh
16 sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti
kuku kuda ( huruf C). Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu
getar yang disebut sel bersilia, hanya bergerak kea rah luar.panjang trakea 9
sampai 11 cm dan di belakang terdiri dari jaringn ikat yang dilapisi oleh otot
polos. Sel-sel bersilia gunanya untuk mengeluarkan benda-benda asing yang
masuk bersama-sama dengan udara pernapasan. Yang meisahkan trakea menjadi
bronkus kanan dan kiri disebut karina.

e. Bronkus

Bronkus atau cabang tenggorok merupakan lanjutan dari trakea, ada dua buah
yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V, mempunyai struktur
serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus itu berjalan
ke bawah dan ke samping ke arah tampuk paru-paru. Bronkus kanan lebih pendek
dan lebih besar dari padabronkus kiri, terdiri dari 6 sampai 8 cincin, mempunyai 3
cabang

bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12

16
cincin mempunyai 2 cabang. Bronkus bercabang-cabang, cabang yang lebih kecil
disebut bronkiolus ( bronkioli). Pada bronkiolus tidak terdapat cincin lagi, dan
pada ujung bronkiolus terdapat gelembung paru / gelembung hawa atau alveoli.

f. Paru-paru

Paru-paru merupakan sebuah bagian tubuh yang sebagian besar teridiri dari
gelembung (gelembung hawa, alveoli).gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel
epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaanya lebih kurang 90 m2. Pada
lapisan ini terjadi pertukaran udara, O2masuk ke dalam darah dan CO2
dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih
700.000.000 buah (paru-paru kiri dan kanan) (Syaifuddin, 2006).

C. KOMPLIKASI

Menurut Sudoyo, dkk (2009), komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan
tuberculosis Paru, yaitu :

a. Pleuritis tuberkulosa

Terjadi melalui fokus subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening,
sebab lain dapat juga dari robeknya perkijuan ke arah saluran getah bening yang
menuju ronggal pleura, iga atau columna vertebralis.

b. Efusi pleura

Kelaurnya cairan dari peembuluh darah atau pembuluh limfe ke dalam jaringan
selaput paru, yang disebabkan oleh adanya penjelasan material masuk ke rongga
pleura. Material mengandung bakteri dengan cepat mengakibatkan reaksi
inflamasi dan exudat pleura yang kaya akan protein.

c. Empiema

Penumpukann cairana terinfeksi atau pus (nanah) pada cavitas pleura, rongga
pleura yang di sebabkan oleh terinfeksinya pleura oleh bakteri mycobacterium

17
tuberculosis (pleuritis tuberculosis).

d. Laryngitis

Infeksi mycobacteriym pada laring yang kemudian menyebabkan laryngitis


tuberculosis.

6. PENCEGAHAN

Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi


mycobacterium tuberkuloisi adalah sebagai berikut :

a. Oleh penderita dapat dilakukan dengan menutup mulut sewaktu batuk, dan
membuang dahak tidak di sembatang tempat (di dalam larutan disinfektan).

b. Dengan memberikan vaksin BCG pada bayi

c. Disinfeksi, cuci tangan, dan tata rumah tangga dan kebersihan yang ketat,
perlu perhatian khusus terhadap muntahan dan ludah, memperbaiki ventilasi,
sirkulasi udara, dan penyinaran matahari di rumah.

d. Menghindari faktor predisposisi seperti merokok, udara yang lembab dan


kotor (polusi).

e. Mencegah kontak langsung dengan penderita tuberculosis paru.

18
BAB III

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN

Pengkajian menurut 11 pola Gordon yaitu:


a. Pola pemeliharaan kesehatan
1. Adanya riwayat keluarga yang mengidap penyakit tuberculosis paru
2. Kebiasaan merokok atau minum alcohol
3. Lingkungan yang kurang sehat, pemukiman padat, ventilasi rumah yang
kurang.
b. Pola nutrisi metabolic
1. Nafsu atau selera makan menurun
2. Mual
3. Penurunan berat badan
4. Turgor kulit buruk,kering, kulit bersisik
c. Pola eliminasi
1. Adanya gangguan pada BAB seperti konstipasi
2. Warna urin berubah menjadi agak pekat karena efek samping dari obat
tuberculosis paru
d. Pola aktivitas dan latihan
1. Kelemahan umum/ anggota gerak
2. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari terganggu.
e. Pola tidur dan istirahat
1. Kesulitan tidur pada malam hari
2. Mimpi buruk

19
3. Berkeringat pada malam hari
f. Pola persepsi kognitif
Nyeri dada meningkat karena batuk
g. Pola persepsi dan konsep diri
1. Perasaan isolasi/ penolakan karena panyakit menular
2. Perasaan tidak berdaya
h. Pola peran hubungan dengan sesama
1. Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
2. Frekuensi interaksi antara sesama jadi kurang.
i. Pola reproduksi seksualitas
Gangguan pemenuhan kkebutuhan biologis dengan pasangan
j. Pola meknisme koping dan toleransi terhadap stress
1. Menyangkal (khususnya selama hidup ini)
2. Ansietas
3. Perasaan tidak berdaya
k. Pola sistem kepercayaan
Kegiatan beribadah terganggu

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status atau
masalah kesehatan aktual dan potensial. Tujuannya adalah mengidentifikasi :
pertama adanyanya masalah actual berdasarkan respon klien terhadap masalah
atau penyakit. Kedua faktor-faktor yang berkontribusi atau penyebab adanya
masalah.Ketiga kemampuan klien untuk mencegah atau menghilangkan masalah.
(Menurut Donges, 1999 ) diagnosa yang sering muncul pada kasus tuberculosis
paru adalah:
1. Ketidak efektifan bersihan jalan napas b.d secret kental, atau secret darah,
kelemahan, upaya batuk buruk dan edema trakeal/ faringeal.
2. Pola napas tidak efektif b.d kelemahan otot pernapasan

20
III. INTERVENSI KEPERAWATAN

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan maka perlu dibuat perncanaan


keperawatan atau intervensi keperawatan.Tujuan perencanaan adalah untuk
mengurangi, menghilangkan dan mencegah maslah keperawatan klien. Tahap
perencanaan adalah penentuan prioritas diagnosa, penetapan sasaran (goal) dan
tujuan , penetapan tujuan, penetapan kriteria evaluasi dan merumuskan intervensi
keperawatan.(Nursalam, 2001)

1. Ketidak efektifan bersihan jalan napas b.b secret kental, atau secret darah,
kelemahan, batuk tidak efektif dan edema trakeal/ faringeal

INTERVENSI

1.1 Kaji pola napas

1.2 Monitor sputum

1.3 Ajarkan teknik batuk efektif

2. Pola napas tidak efektif b.d kelemahan otot pernapasan

INTERVENSI

2.1 Kaji frekuensi napas

2.2 Monitor kemampuan batuk efektif

2.3 Monitor adanya produksi sputum

2.4 Ajarkan teknik batuk efektif

21
1V. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Implementasi atau pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk


mencapai tujuan yang spesifik.Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana
tindakan di susun dan dilanjutkan pada nursing orders untuk membantu klien
tujuan yang diharapkan.Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik
dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang memperngaruhi masalah
kesehatan klien. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pecegahan
penyakit, pemuliahan kesehatan dan memanifestasi koping.

Perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik, jika


klien mempunyai keinginan untuk beradapatasi dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan. Selama tahap pelaksanaan, perawat harus melakukan pengumpulan
data dan memilih tinakan keperawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan
klien.Semua tindakan keperwatan di catat dalam format yang telah ditetapkan oleh
semua institusi.

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan Tuberkulosis Paru


yang perlu diperhatikan adalah memperhatikan jalan napas, pencegahan tahap
penularan karena penyakit ini sangat berpotensi untuk menularkan kepada orang
lain melalui udara ( born I nfection), bebas dari geala distress pernapasan, nyeri
berkurang / hilang, mempertahan kan berat badan ideal dan menunjukan prubaha
perilau dalam meningkatkan kesehatan.

Dalam memberikan asuhan keperwatan, perawat harus mampu bekerja sama


dengan klien, keluarga, serta anggota tim kesehatan yang lain sehingga asuhan
yang diberikan dapat optimal dan komprehensif. (Nursalam, 2003).

V. EVALUASI KEPERAWATAN

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang


menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaan sudah berhasil dicapai.

22
Adapun evaluasi yang diharapkan pada penyakit Tuberkulosis Paru berdasarkan
diagnosa yang muncul adalah mempertahankan jalan napas,
mencegah/menurunkan resiko penyebaran infeksi, bebas dari distress pernapasan,
nyeri berkurang / hilang , bebas dari tanda-tanda malnutrisi dan berat badan
menjadi ideal, melakukan perubahan perilaku dan pola hidup untuk meningkatkan
kesehatan dan menurunkan resiko pengaktifan ulang penyakit Tuberculosis Paru.
(Nursalam, 2001)

23
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan :

Tuberkulosis merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh


Mycobacterium tuberculosa yang ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat
seorang pasien Tuberkulosis batuk dan percikan ludah yang mengandung bakteri
tersebut terhirup oleh orang lain saat bernapas. Penderita Tuberkulosis akan
mengalami tanda dan gejala seperti berkurangnya berat badan, demam, keringat,
mudah lelah, kehilangan nafsu makan, batuk, sputum berdarah, nyeri dada, sesak
napas. Batuk efektif adalah aktivitas perawat untuk membersihkan sekresi pada
jalan nafas, yang berfungsi untuk meningkatkan mobilisasi sekresi dan mencegah
risiko tinggi retensi sekresi. ( Fachmi, 2004)

Saran :

Menurut penulis, sebaiknya menjaga kesehatan anda sebaik mungkin agar


terhindar dari penyakit tuberkulosis, kerena penyebaran tuberkukolisi itu
ditularkan melalui udara yang mengandung bakteri dengan cara menghindari
kontak dengan penderita tuberkulosis, menggunakan masker, menjaga daya tahan
tubuh agar tetap vit, dan jika sudah ada timbul gejala segera perikakan kedokter.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi 2, cetakan


pertama. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 20072. Diagnosis
dan Tatalaksana Tuberkulosis pada Anak. Kelompok Kerja TB Anak
Depkes – IDAI. 20083.International Standards for Tuberculosis
Care:Diagnosis, Treatment, Public Health.Tuberculosis Coalition for
Technical Assistance (TBCTA). 2006
2. https://m.cnnindindonesia.com
3. http://keperawatanmedikalbedah2a.com/2013/11/bab-1-pendahuluan-
1.html
4. RA Wardani, Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas ,2002 –staff
ui.ac.id

25

Anda mungkin juga menyukai