DISUSUN OLEH:
RIFATIA TOTO
P07220218027
Puji syukur panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah dengan judul “Asuhan
Keperawatan TB Paru dengan masalah Ketidak efektifan bersihan jalan napas dan
pola napas tidak efektif” dengan sebaik mungkin.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca karena dapat
menambah pengetahuaan dan informasi kepada pembaca mengenai TB Paru.
Dalam pembuatan makalah ini, penuls menyadari bahwa masih banyak terdapat
banyak kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan demi kesempurnaan dalam pembuatan malakah.
Penulis
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................
I. Pengkajian .............................................................................. 19
II. Diagnosa Keperawatan .......................................................... 20
III. Intervensi ............................................................................... 21
IV. Implementasi ......................................................................... 22
V. Eveluasi ................................................................................. 22
A. Kesimpulan ............................................................................ 24
B. Saran ....................................................................................... 24
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penulisan
2
BAB II
I. LANDASAN TEORI
A. Definisi
2. ETIOLOGI
3
Bakteri ini mempunyai sifat istimewa yaitu dapat bertahan terhadap pencucian
warna dengan asam dan alkohol, sehingga sering disebut basil tahan asam (BTA),
serta tahan terhadap zat kimia dan fisik.Kuman tuberculosis juga tahan dalam
keadaan kering dan dingin, bersifat dorman dan anaerob.
Bakteri tuberculosis ini mati pada pemanasan 100 0C selama 5 – 10 menit atau
pada pemanasan 60 oC selama 30 menit, dan dengan 70 – 95 % selama 15- 30
detik. Bakteri ini tahan selama 1-2 jam di udara terutama di tempat yang lembab
dan gelap (bisa berbulan-bulan), dapaat hidup bertahun-tahun di dalam lemari es,
hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dorman. Dari sifat dorman ini
kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberculosis aktif lagi, namun
tidak tahan terhadap sinar atau aliran udara. Data pada tahun 1993 melaporkan
bahwa untuk mendapatkan 90 % udara bersih dari kontaminasi bakteri
memerlukan 40 kali partukaran udara.
4
3. TANDA DAN GEJALA
MANIFESTASI KLINIS
a. Demam
Gejala ini banyak di temukan. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus.
Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-prosuk radang keluar. Karena
terlibatnya bronkus di setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru ada
setelah batuk berkembang dalam jaringan paru yakini setelah berminggu-minggu
atau berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat batuk dimulai dari batuk kering
(non Produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif
(menghasilkan sputum).Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena
terdapat pembuluh darah yang pecah.Kebanyakan batuk darah pada tuberculosis
terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
c. Sesak napas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak
napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah
meliputi setengah bagian paru-paru.
5
GEJALA Penyakit TB Paru
Menurut Retno Asti Werdhani, Penyakit TB Paru
Gejala penyakit TB dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang
timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu
khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa
secara klinik.
4 Gejala Sistemik/Umum:
•Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam
hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza
dan bersifat hilang timbul
Gejala khusus:
•Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian
bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah
bening yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah
yang disertai sesak.
•Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan
keluhan sakit dada.
6
PATOGENESIS TB Paru
Menurut Sudoyo, dkk (2009 : hal 2232), proses perjalanan penyakit tuberculosis
Paru, yaitu :
a. Tuberkulosis primer
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus
(limfangitis lokal), dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus
(limfadenitis regional). Sarang primer limfangitis lokal + limfadenitis regional =
7
kompleks primer (ranke). Semua proses ini memakan waktu 3-8 minggu.
Kompleks primer ini selanjutnya menjadi :
1) Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat. Ini yang banyak terjadi.
Kuman yang dormant pada tuberculosis primer akan mucul bertahun – tahun
kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberculosis dewasa. Mayoritas
reinfeksi mencapai 90%.Tuberculosis sekunder terjadi karena imunitas menurun
seperti malnutrisi, alcohol, penyakit maligna, diabetes, AIDS, gagal
ginjal.Tuberculosis pasca primer ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di
region atas paru (bagian apical posterior lobus superior atau inferior).Invasinya
adalah ke daerah parenkim paru-paru dan tidak ke nodus hiler paru.
Sarang dini ini mula-mula juga berbentuk sarang pneumonia kecil.Dalam 3-10
minggu sarang ini menjadi tuberkel yakini suatu granuloma yang terdiri dari sel-
sel histiosit dan sel datia-langerhans (sel besar dengan banyak inti) yang
dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan berbagai jaringan ikat.
TB pasca primer juga dapat berasal dari infeksi eksogen dari usia muda menjadi
TB usia tua tergantung dari jumlah kuman, virulensi nya dan imunitas pasie,
8
sarang dini ini dapat menjadi :
1) Meluas kembali dan menimbulakan sarang pneumonia baru. Bila isi kavitas
ini masuk ke dalam peredaran darah arteri, maka akan teradi TB Milier. Dapat
juga masuk ke paru sebelahnya atau tertelan masuk ke lambung dan selanjutnya
ke usus jadi TB usus. Sarang ini selanjutnya mengikuti perjalanan seperti yang
disebutkan terdahulu. Bisa juga terjadi TB endobronkial dan TB endotrakeal atau
empiema bila rupture ke pleura .
3) Bersih dan menyembuh disebut open healed cavity. Dapat juga menyembuh
dengan membungkus diri menjadi kecil. kadang-kadang berkahir sebagai kavitas
yang terbungkus, menciut dan berbentuk seperti bintang disebut stellate shaped.
9
Yang dapat dilakukan pada klien dengan tuberculosis Paru, yaitu :
Lokasi lesi tuberculin umumnya di daerah apex paru (segmen apical lobus atas
atau segmen apical lobus bawah), tetapi dapat juga mengenai lobus bawah (bagian
inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misalnya pada tuberculosis
endobronkial).
Pemeriksaan radiologis dada yang lebih canggih dan saat ini sudah banyak
dipakai di rumah sakit rujukan adalah Computed Tomography Scanning (CT-
10
Scan). Pemeriksaan ini lebih superior dibandingkan dengan radiologis
biasa.Perbedaan densitas jaringan terlihat lebih jelas dan sayatan dapat dibuat
transversal.
c. Darah
d. Sputum (BTA)
5. PENGOBATAN
Penatalaksanaan Medik
Menurut (Widuyono, 2008: hal 18), pengobatan yang dapat diberikan pada klien
dengan tuberculosis Paru, yaitu :
11
3) Kategori III (2 HR/ 4H3R3) untuk pasien yang baru dengan BTA negative
RO positif
KLASIFIKASI TB Paru
12
1. Menghindari terapi yang tidak adekuat (undertreatment)
sehinggamencegah timbulnya resistensi
2. Menghindari pengobatan yang tidak perlu (overtreatment)
sehinggameningkatkan pemakaian sumber-daya lebih biaya efektif (cost-
effective)
3. Mengurangi efek samping
b) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
menunjukkan gambaran tuberkulosis.
13
paru BTA positif.Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:
Organ-organ pernafasan.Yaitu ;
a. Hidung
Hidung atau nasal merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua
14
lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum
nasi).didalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu,
kotoran yang masuk ke dalam lubang hidung.
Bagian luar hidung terdiri dari kulit, lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan
tulang rawan, lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat-lipat yang
dinamakan karang hidung (konka nasalis) yang berjumlah tiga buah yaitu:
konka nasalis inferior, konka nasalis media dan konka nasalis superior.
Diantara konka ini terdapat tiga buah lekukan meatus yaitu meatus superior
(lekukan bagian atas), meatus medialis (lekukan bagian tengah) dan meatus
inferior ( lekukan bagian bawah). Meatus-meatus ini lah yang dilewati oleh udara
pernapasan, sebelah dalam terdapat lubang yang berhubungan dengan tekak,
lubang ini disebut kona. dasar dari rongga hidung dibentuk oleh tulang rahang
atas, ke atas rongga hidung berhubungan dengan beberapa rongga yang di sebut
sinus paranasalis, yaitu sinus maksilaris pada rongga rahang atas, sinus frontalis
pada rongga tulang dahi, sinus sfenoidalis pada rongga tulang baji dan sinus
etmoidalis pada rongga tulang tapis.
b. Faring
Tekak atau faring merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan
jalan makanan, terdapat di dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut
sebelah depan ruas tulang leher. Hubungan faring dengan organ-organ lain: ke
atas berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang yang
bernama koana, kedepan berhubungan dengan rongga mulut tempat hubungan ini
bernama istmus fausium, ke bawah terdapat dua lubang, kedepan lubang laring, ke
belakang lubang esophagus.
15
Di bawah selaput lendir jaringa ikat, juga di beberapa tempat terdapat folikel
getah bening.Perkumpulan getah bening ini dinamakan adenoid.Disebelahnya
terdapat dua buah tonsil kiri dan kanan dari tekak.Di sebelah belakang terdapat
epiglotis yang berfungsi menutup laring pada waktu menelan makanan.
c. Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan bertindak sebagai
pembentukan suara, terletak di bagian depan faring sampai ketinggian vertebra
servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya. Pangkal tenggorok itu dapat
di tutup oleh sebuah empeng tenggorok yang di sebut epiglotis yang terdiri dari
tulang-tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan makanan menutupi
laring.
d. Trakea
Trakea atau batang tenggorok merupakan lanjutan dari laring yang di bentuk oleh
16 sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti
kuku kuda ( huruf C). Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu
getar yang disebut sel bersilia, hanya bergerak kea rah luar.panjang trakea 9
sampai 11 cm dan di belakang terdiri dari jaringn ikat yang dilapisi oleh otot
polos. Sel-sel bersilia gunanya untuk mengeluarkan benda-benda asing yang
masuk bersama-sama dengan udara pernapasan. Yang meisahkan trakea menjadi
bronkus kanan dan kiri disebut karina.
e. Bronkus
Bronkus atau cabang tenggorok merupakan lanjutan dari trakea, ada dua buah
yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V, mempunyai struktur
serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus itu berjalan
ke bawah dan ke samping ke arah tampuk paru-paru. Bronkus kanan lebih pendek
dan lebih besar dari padabronkus kiri, terdiri dari 6 sampai 8 cincin, mempunyai 3
cabang
bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12
16
cincin mempunyai 2 cabang. Bronkus bercabang-cabang, cabang yang lebih kecil
disebut bronkiolus ( bronkioli). Pada bronkiolus tidak terdapat cincin lagi, dan
pada ujung bronkiolus terdapat gelembung paru / gelembung hawa atau alveoli.
f. Paru-paru
Paru-paru merupakan sebuah bagian tubuh yang sebagian besar teridiri dari
gelembung (gelembung hawa, alveoli).gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel
epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaanya lebih kurang 90 m2. Pada
lapisan ini terjadi pertukaran udara, O2masuk ke dalam darah dan CO2
dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih
700.000.000 buah (paru-paru kiri dan kanan) (Syaifuddin, 2006).
C. KOMPLIKASI
Menurut Sudoyo, dkk (2009), komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan
tuberculosis Paru, yaitu :
a. Pleuritis tuberkulosa
Terjadi melalui fokus subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening,
sebab lain dapat juga dari robeknya perkijuan ke arah saluran getah bening yang
menuju ronggal pleura, iga atau columna vertebralis.
b. Efusi pleura
Kelaurnya cairan dari peembuluh darah atau pembuluh limfe ke dalam jaringan
selaput paru, yang disebabkan oleh adanya penjelasan material masuk ke rongga
pleura. Material mengandung bakteri dengan cepat mengakibatkan reaksi
inflamasi dan exudat pleura yang kaya akan protein.
c. Empiema
Penumpukann cairana terinfeksi atau pus (nanah) pada cavitas pleura, rongga
pleura yang di sebabkan oleh terinfeksinya pleura oleh bakteri mycobacterium
17
tuberculosis (pleuritis tuberculosis).
d. Laryngitis
6. PENCEGAHAN
a. Oleh penderita dapat dilakukan dengan menutup mulut sewaktu batuk, dan
membuang dahak tidak di sembatang tempat (di dalam larutan disinfektan).
c. Disinfeksi, cuci tangan, dan tata rumah tangga dan kebersihan yang ketat,
perlu perhatian khusus terhadap muntahan dan ludah, memperbaiki ventilasi,
sirkulasi udara, dan penyinaran matahari di rumah.
18
BAB III
I. PENGKAJIAN
19
3. Berkeringat pada malam hari
f. Pola persepsi kognitif
Nyeri dada meningkat karena batuk
g. Pola persepsi dan konsep diri
1. Perasaan isolasi/ penolakan karena panyakit menular
2. Perasaan tidak berdaya
h. Pola peran hubungan dengan sesama
1. Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
2. Frekuensi interaksi antara sesama jadi kurang.
i. Pola reproduksi seksualitas
Gangguan pemenuhan kkebutuhan biologis dengan pasangan
j. Pola meknisme koping dan toleransi terhadap stress
1. Menyangkal (khususnya selama hidup ini)
2. Ansietas
3. Perasaan tidak berdaya
k. Pola sistem kepercayaan
Kegiatan beribadah terganggu
20
III. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Ketidak efektifan bersihan jalan napas b.b secret kental, atau secret darah,
kelemahan, batuk tidak efektif dan edema trakeal/ faringeal
INTERVENSI
INTERVENSI
21
1V. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
V. EVALUASI KEPERAWATAN
22
Adapun evaluasi yang diharapkan pada penyakit Tuberkulosis Paru berdasarkan
diagnosa yang muncul adalah mempertahankan jalan napas,
mencegah/menurunkan resiko penyebaran infeksi, bebas dari distress pernapasan,
nyeri berkurang / hilang , bebas dari tanda-tanda malnutrisi dan berat badan
menjadi ideal, melakukan perubahan perilaku dan pola hidup untuk meningkatkan
kesehatan dan menurunkan resiko pengaktifan ulang penyakit Tuberculosis Paru.
(Nursalam, 2001)
23
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan :
Saran :
24
DAFTAR PUSTAKA
25