Bahaya Kriminalitas Seksual Pada Remaja - Artikel
Bahaya Kriminalitas Seksual Pada Remaja - Artikel
Kelas :1A
Beberapa motif diantaranya ialah pengaruh media pornografi, hasrat yang tidak
terpenuhi, terangsang dengan korban, dan alasan kepuasan seksual. Akhir – akhir ini masalah
yang lebih serius telah terjadi di indonesia daripada struktur dan infrastruktur yaitu
kriminalitas seksual atau biasa disebut dengan pelecehan seksual yang dialami oleh remaja
bahkan anak di bawah umur.
Beberapa kriminalitas yang terjadi di sekarang ini adalah kasus sodomi, kasus
pemerkosaan, kasus pencabulan, serta kasus inces. Beberapa hal tersebut ialah sebagian dari
contoh kasus kriminalitas seksual yang terjadi di zaman milenial ini dan jelas sekali hal
tesebut membuat masyarakat menyayangkan hal ini.
Kasus kriminalitas seksual tersebut juga terjadi di lingkungan terdekat seperti sekolah
dan keluarga, bahkan menurut Ketua Komnas Perlindungan Anak ”Lingkungan rumah dan
sekolah sebagai tempat perlindungan pertama anak sudah tidak aman memberikan rasa aman
lagi”. Kekerasan fisik yang terjadi terlatar belakangi oleh kenakaan dari anak tersebut, emosi
terhadap anak, ekonomi, dan persoalan keluarga. Bentuk-bentuk dari kekerasan yang diterima
antara lain seperti ditampar,dipukul,disundut rokok, orang tua yang meludahi anaknya
bahkan sampai diancam dengan senjata tajam.
Kasus kriminalitas seksual yang terjadi di luar negeri misalnya, yang dilakukan
oleh Ted Bundy dia telah berulang kali menyangkal telah melakukan
pemerkosaan,penculikan atau pembunuhan dan bundy akhirnya mengakui 30
pembunuhan yang berlangsung selama 5 tahun. Tampan dan menyenangkan Bundy
mudah menaklukan wanita muda. Dia mengunjungi mayat-mayat korbannya beberapa
waktu kemudian, lalu dia melakukan penyimpangan seksual dengan mayat-mayat
walaupun sudah membusuk. Setelah memenggal beberapa korbannya dia menyimpan
kepala-kepala itu sebagai piala. Bundy akhirnya dieksekusi akibat ulahnya yang
sangat menyimpang tersebut.
Penyimpangan sebagai hasil proses belajar yang menyimpang Proses belajar ini
melalui interaksi sosial dengan orang lain, khususnya dengan orang-orang berperilaku
menyimpang yang sudah berpengalaman. Penyimpangan inipun dapat belajar dari proses
belajar seseorang melalui media baik buku, majalah, koran, televisi dan sebagainya.