Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KELOMPOK

ATONIA UTERI

Disusun oleh :

1. Sinta Novita Sari (P27824118029)

2. Afifah Fitriana (P27824118030)

3. Elyana Sugagono (P27824118031)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA

JURUSAN KEBIDANAN

PRODI DIII KEBIDANAN SUTOMO

TAHUN 2019/2020

KATA PENGANTAR
1
Puji syukur pada Tuhan YME, tim penulis dapat menyelesaikan Makalah
berjudul “Atonia Uteri” dengan lancar. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah asuhan kebidanan persalinan dan BBL. Tim penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan saran atas
penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah


ini,untuk itu penulis mengharapkan saran dan masukan untuk perbaikan. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun para pembaca.

Surabaya, 21 Agustus 2019

Penyusun

DAFTAR ISI

2
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................................1

KATA PENGANTAR...................................................................................................................2

DAFTAR ISI…………………………………............................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ...........................................................................................................................4

B. Tujuan ......................................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian atonia uteri...............................................................................................................6

B. Penyebab atonia ueri..................................................................................................................7

C. Gejala klinis...............................................................................................................................8

D. Tanda dan gejala atonia uteri.....................................................................................................8

E. Pencegahan atonia uteri

a. Penanganan umum.........................................................................................................9

b. Penanganan khusus........................................................................................................9

F. Langkah – langkah penatalaksanaan atonia uteri.....................................................................12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...........................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

3
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kematian ibu ( AKI ) di Indonesia saat ini menjadi permasalahan


yang sangat serius dan masih tertinggi di Asia. AKI Indonesia tahun 2007 adalah
307/100.000 kelahiran hidup ( SDKI, 2007 ). Dengan perhitungan ini, diperkirakan
setiap jam dua orang perempuan mengalami kematian karena hamil atau
melahirkan akibat komplikasi pada masa hamil atau persalinan. AKI pada proses
persalinan dan kehamilan cukup tinggi. Bahkan target dari Millenium
Development Goals ( MDGs ) adalah menurunkan AKI di Indonesia sebanyak 75%
pada tahun 2015. Dengan demikian ditargetkan penurunan hingga 102/100.000
kelahiran hidup pada 2015.

Enam penyebab tingginya angka kematian ibu di Indonesia adalah


perdarahan, eklampsia, aborsi tidak aman ( Unsafe abortion ), partus lama, dan
infeksi. Faktor lain yang meningkatkan AKI adalah buruknya gizi perempuan,
yang dikenal dengan kekurangan energi kronis ( KEK ) dan anemia.

Persalinan dan kelahiran merupakan suatu kejadian fisiologis yang normal


dalam kehidupan manusia. Lebih dari 80% proses persalinan berjalan normal, dan
hanya 15-20% terjadi komplikasi persalinan. Namun jika tidak ditangani dengan
baik, angka kejadian komplikasi tersebut dapat meningkat. Salah satu penyebab
penyulit pada kala III adalah atonia uteri .

Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan post partum dini


( 50% ), dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi post
partum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol
perdarahan setelah melahirkan. Atonia terjadi karena kegagalan mekanisme ini.
Perdarahan post partum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serabut-serabut
miometrium yang mengelilingi pembuluh darah yang memvaskularisasi daerah
implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi apabila serabut-serabut miometrium tdak
berkontraksi.

Atonia uteri masih sebagai satu penyebab terbesar terjadinya perdarahan


post partum dan kematian maternal ,maka dari itu perlu penanganan yang tepat.
4
B. Tujuan

Mahasiswa dapat mengetahui tentang Penyulit kala III dan IV persalinan ( atonia
Uteri )

BAB II

PEMBAHASAN
5
Pengertian Atonia Uteri

Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini


(50%), dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi
postpartum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol
perdarahan setelah melahirkan. Atonia terjadi karena kegagalan mekanisme ini.
Perdarahan pospartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serabut-serabut
miometrium yang mengelilingi pembuluh darah yang memvaskularisasi daerah
implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi apabila serabut-serabut miometrium tidak
berkontraksi.

Batasan: Atonia uteri adalah uterus yang tidak berkontraksi setelah janin dan
plasenta lahir.

Sebagian besar perdarahan masa nifas (75 sampai 80 persen) adalah akibat
atonia uteri. Faktor faktor yang menyebabkan predisposisi untuk atonia uteri masa
nifas.

Cedera selama kelahiran adalah penyebab perdarahan masa nifas yang


nomor dua terbanyak ditemukan. Selama kelahiran pervaginam, laserasi pada
serviks dan vagina dapat terjadi secara spontan tetapi lebih sering ditemukan
setelah penggunaan forsep atau ekstraktor vakum. Dinding pembuluh darah dalam
jalan lahir mengembangkan selama kehamilan, dan dapat terjadi perdarahan yang
banyak. (hacker/moore,2001)

Didapatkan fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih dengan kontraksi
yang lebih lembek. Atonia Uteri adalah suatu kondisi dimana Myometrium
tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas
tempat melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali. (Apri, 2007).

Atonia uteri adalah kegagalan serabut – serabut otot miometrium uterus


untuk berkontraksi dan memendek. Hal ini merupakan penyebab perdarahan
post partum yang paling penting dan bisa terjadi segera setelah bayi lahir

6
hingga 4 jam setelah persalinan. Atonia uteri dapat menyebabkan perdarahan
hebat dan dapat mengarah pada terjdainya syok hipovolemik.

Diagnosis atonia uteri yaitu bila setelah bayi dan placenta lahir ternyata
pendarahan masih aktif dan banyak, bergumpal dan pada palpasi

Penyebab Atonia Uteri

Penyebab tersering kejadian pada ibu dengan atonia uteri antara lain :

1. Overdistension uterus seperti: gemeli, makrosomia, polihidramnion, atau


paritas tinggi

2. Umur yang terlalu muda atau tua (<20 tahun dan >35 tahun)

3. Multipara dengan jarak kehamilan pendek

4. Partus lama/partus terlantar

5. Mal nutrisi

6. Salah penanganan dalam usaha melahirkan plasenta, sedangkan sebenarnya


belum terlepas dari uterus

7. Grandemultipara

8. Uterus yang terlalu tegang

9. Plasenta previa dan solusio plasenta

10.Hipertensi dalam kehamilan

11.Infeksi uterus

12.Anemia berat

13.Penggunaan oksitosin yang berlebihan dalam persalinan

14.Riwayat perdarahan pasca persalinan sebelumnya, riwayat plasenta manual


7
15.Pimpinan kala III yang salah dengan memijit mijit atau mendorong – dorong
uterus sebelum plasenta terlepas

16.IUFD yang sudah lama

17.Penyakit hati

18.Emboli air ketuban (koagulapati)

19.Tindakan operatif dengan anastesi umum yang terlalu dalam

20.Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin

Gejala Klinis :

* Uterus tidak berkontraksi dan lunak / lembek

* Perdarahan segera setelah plasenta dan janin lahir (Post Partum Primer).

Tanda dan gejala atonia uteri

1) Perdarahan pervaginam

Perdarahan yang sangat banyak dan darah tidak merembes. Peristiwa sering
terjadi pada kondisi ini adalah darah keluar disertai gumpalan disebabkan
tromboplastin sudah tidak mampu lagi sebagai anti pembeku darah

2) Konsistensi rahim lunak

Gejala ini merupakan gejala terpenting/khas atonia dan yang membedakan


atonia dengan penyebab perdarahan yang lainnya

3) Fundus uteri naik


4) Terdapat tanda-tanda syok
a. Nadi cepat dan lemah (110 kali/ menit atau lebih)
b. Tekanan darah sangat rendah : tekanan sistolik < 90 mmHg
c. Pucat
d. Keringat/ kulit terasa dingin dan lembap
8
e. Pernafasan cepat frekuensi30 kali/ menit atau lebih
f. Gelisah, binggung atau kehilangan kesadaran
g. Urine yang sedikit ( < 30 cc/ jam)

Pencegahan Atonia Uteri

Atonia uteri dapat dicegah dengan Managemen aktif kala III, yaitu
pemberian oksitosin segera setelah bayi lahir (Oksitosin injeksi 10U IM, atau 5U
IM dan 5U Intravenous atau 10-20 U perliter Intravenous drips 100-150 cc/jam.
Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko perdarahan
pospartum lebih dari 40%, dan juga dapat mengurangi kebutuhan obat tersebut
sebagai terapi. Menejemen aktif kala III dapat mengurangi jumlah perdarahan
dalam persalinan, anemia, dan kebutuhan transfusi darah.Oksitosin mempunyai
onset yang cepat, dan tidak menyebabkan kenaikan tekanan darah atau kontraksi
tetani seperti preparat ergometrin. Masa paruh oksitosin lebih cepat dari
Ergometrin yaitu 5-15 menit. Prostaglandin (Misoprostol) akhir-akhir ini
digunakan sebagai pencegahan perdarahan postpartum.

Penanganan Atonia Uteri (Penanganan Umum)

1. Mintalah Bantuan. Segera mobilisasi tenaga yang ada dan siapkan fasilitas
tindakan gawat darurat.

2. Lakukan pemeriksaan cepat keadaan umum ibu termasuk tanda vital.

3. Jika dicurigai adanya syok segera lakukan tindakan. Jika tanda -tanda syok
tidak terlihat, ingatlah saat melakukan evaluasi lanjut karena status ibu
tersebut dapat memburuk dengan cepat.

4. Jika terjadi syok, segera mulai penanganan syok.oksigenasi dan pemberian


cairan cepat, Pemeriksaan golongan darah dan crossmatch perlu dilakukan
untuk persiapan transfusi darah.

5. Pastikan bahwa kontraksi uterus baik

6. Lakukan pijatan uterus untuk mengeluarkan bekuan darah. Bekuan darah


yang terperangkap di uterus akan menghalangi kontraksi uterus yang efektif.
berikan 10 unit oksitosin IM

9
7. Lakukan kateterisasi, dan pantau cairan keluar-masuk.

8. Periksa kelengkapan plasenta Periksa kemungkinan robekan serviks, vagina,


dan perineum.

9. Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah.

10.Setelah perdarahan teratasi (24 jam setelah perdarahan berhenti), periksa


kadar Hemoglobin:

Jika Hb kurang dari 7 g/dl atau hematokrit kurang dari 20%( anemia
berat):berilah sulfas ferrosus 600 mg atau ferous fumarat 120 mg
ditambah asam folat 400 mcg per oral sekali sehari selama 6 bulan.

Jika Hb 7-11 g/dl: beri sulfas ferrosus 600 mg atau ferous fumarat 60
mg ditambah asam folat 400 mcg per oral sekali sehari selama 6
bulan.

Penanganan Khusus

1. Kenali dan tegakkan diagnosis kerja atonia uteri.

2. Teruskan pemijatan uterus.Masase uterus akan menstimulasi kontraksi


uterus yang menghentikan perdarahan.

3. Oksitosin dapat diberikan bersamaan atau berurutan

4. Jika uterus berkontraksi.Evaluasi, jika uterus berkontraksi tapi perdarahan


uterus berlangsung, periksa apakah perineum / vagina dan serviks
mengalami laserasi dan jahit atau rujuk segera.

5. Jika uterus tidak berkontraksi maka :Bersihkanlah bekuan darah atau selaput
ketuban dari vagina & ostium serviks. Pastikan bahwa kandung kemih telah
kosong. Antisipasi dini akan kebutuhan darah dan lakukan transfusi sesuai
kebutuhan.

6. Jika perdarahan terus berlangsung:

7. Pastikan plasenta plasenta lahir lengkap;Jika terdapat tanda-tanda sisa


plasenta (tidak adanya bagian permukaan maternal atau robeknya membran

10
dengan pembuluh darahnya), keluarkan sisa plasenta tersebut.Lakukan uji
pembekuan darah sederhana.

8. Kegagalan terbentuknya pembekuan setelah 7 menit atau adanya bekuan


lunak yang dapat pecah dengan mudah menunjukkan adanya koagulopati.

9. Jika perdarahan terus berlangsung dan semua tindakan di atas telah


dilakukan, lakukan:

10.Kompresi bimanual internal atau Kompresi aorta abdominalis Lakukan


kompresi bimanual internal (KBI) selama 5 menit.

11.Jika uterus berkontraksi, teruskan KBI selama 2 menit, keluarkan tangan


perlahan-lahan dan pantau kala empat dengan ketat.

Jika uterus tidak berkontraksi, maka :

Anjurkan keluarga untuk mulai melakukan kompresi bimanual


eksternal;

Keluarkan tangan perlahan-lahan;

Berikan ergometrin 0,2 mg LM (jangan diberikan jika hipertensi);

Pasang infus menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500


ml RL + 20 unit oksitosin. Habiskan 500 ml pertama secepat
mungkin;

Ulangi KBI,Jika uterus berkontraksi, pantau ibu dengan seksama


selama kala empat.

12.Jika uterus tidak berkontraksi maka rujuk segera.

Langkah-langkah Penatalaksanaan Atonia Uteri

Banyaknya darah yang hilang akan mempengaruhi keadaan umum pasien.


Pasien bisa masih dalam keadaaan sadar, sedikit anemis, atau sampai syok
berat hipovolemik. Tindakan pertama yang harus dilakukan tergantung pada
keadaaan klinisnya.
11
NO Langkah penatalaksanaan Alasan
1 Masase fundus uteri segera Masase merangsang kontraksi
setelah lahirnya uterus. Saat dimasase dapat
plasenta(maksimal 15 detik) dilakukan penilaia kontraksi
uterus
2 Bersihkan bekuan darah Bekuan darah dan selaput
adan selaput ketuban dari ketuban dalam vagina dan
vaginadan lubang servik saluran serviks akan dapat
menghalang kontraksi uterus
secara baik.

3 Pastikan bahwa kantung Kandung kemih yang penuh


kemih kosong,jika penuh akan dapat menghalangi
dapat dipalpasi, lakukan uterus berkontraksi secara
kateterisasi menggunakan baik.
teknik aseptik
4 Lakukan Bimanual Internal Kompresi bimanual internal
(KBI) selama 5 menit memberikan tekanan langsung
pada pembuluh darah dinding
uterusdan juga merangsang
miometrium untuk
berkontraksi.
5 Anjurkan keluarga untuk Keluarga dapat meneruskan
mulai membantu kompresi kompresi bimanual eksternal
bimanual eksternal selama penolong melakukan
12
langkah-langkah selanjutnya
6 Keluarkan tangan perlahan- Menghindari rasa nyeri
lahan
7 Berikan ergometrin 0,2 mg Ergometrin dan misopostrol
IM (kontraindikasi akan bekerja dalam 5-7 menit
hipertensi) atau misopostrol dan menyebabkan kontraksi
600-1000 mcg uterus
8 Pasang infus menggunakan Jarum besar memungkinkan
jarum 16 atau 18 dan berikan pemberian larutan IV secara
500cc ringer laktat + 20 unit cepat atau tranfusi darah. RL
oksitosin. Habiskan 500 cc akan membantu memulihkan
pertama secepat mungkin volume cairan yang hilang
selama perdarahan.oksitosin
IV akan cepat merangsang
kontraksi uterus.
9 Ulangi kompresi bimanual KBI yang dilakukan bersama
internal dengan ergometrin dan
oksitosin atau misopostrol
akan membuat uterus
berkontraksi
10 Rujuk segera Jika uterus tidak
berkontaksiselama 1 sampai 2
menit, hal ini bukan atonia
sederhana. Ibu membutuhkan
perawatan gawat darurat di
fasilitas yang mampu
13
melaksanakan bedah dan
tranfusi darah
11 Dampingi ibu ke tempat Kompresi uterus ini
rujukan. Teruskan memberikan tekanan langung
melakukan KBI pada pembuluh darah dinding
uterus dan merangsang uterus
berkontraksi
12 Lanjutkan infus RL +20 IU RL dapat membantu
oksitosin dalam 500 cc memulihkan volume cairan
larutan dengan laju 500 cc/ yang hilang akibat perdarahan.
jam sehingga menghabiskan Oksitosin dapat merangsang
1,5 I infus. Kemudian uterus untuk berkontraksi.
berikan 125 cc/jam. Jika
tidak tersedia cairan yang
cukup, berikan 500 cc yang
kedua dengan kecepatan
sedang dan berikan minum
untuk rehidrasi

14
Kesimpulan

1) Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana terjadinya kegagalan otot rahim yang menyebabkan
pembuluh darah pada bekas implantasi plasenta terbuka sehingga menimbulkan perdarahan.
2) Factor penyebab terjadinya atonia ateri antara lain uterus membesar, kala 1 dan 2 memanjang,
Persalinan cepat, Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin, iInfeksi
intrapartum, multiparitas tinggi, magnesium sulfat yang digunakan untuk mengendalikan kejang
pada preeklamsia atau eklamsia, dan umur yang terlalu tua atau terlalu muda.

3) Tanda dan gejala atonia uteri antara lain Perdarahan pervaginam, konsistensi rahim lunak,
fundus uteri naik, dan terdapat tanda-tanda syok

Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini Kontraksi uterus
merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan. Atonia uteri terjadi
karena kegagalan mekanisme ini.

Perdarahan pospartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serabut-serabut miometrium


yang mengelilingi pembuluh darah yang memvaskularisasi daerah implantasi plasenta. Atonia uteri
terjadi apabila serabut-serabut miometrium tersebut tidak berkontraksi.
15
16
DAFTAR PUSTAKA

Fitriana,Yuni dan Widy Nurwiandani.2018.Asuhan Persalinan.Jakarta:PUSTAKA


BARU PRESS

Anggraini, Yetti 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Cet I. Yogyakarta : Pustaka
Rihama

Anonim. 2010. Atonia uteri http://materikuliahkebidanan.files.wordpress.com//


2010/01/ atonia-uteri. Pdf,diakses tanggal 23 Desember 2013

17

Anda mungkin juga menyukai