2185 5000 1 SM
2185 5000 1 SM
(Taukhid)
ABSTRAK
Riset dengan tujuan untuk memperoleh isolat kandidat yang imunogenik bagi
pembuatan vaksin untuk pengendalian penyakit streptococcosis pada ikan nila telah
dilakukan. Karakterisasi dilakukan secara biokimia dan API 20 STREP terhadap 15 isolat
bakteri Streptococcus spp. Uji Koch’s Postulate kemudian dilakukan untuk mengetahui
peran bakteri pada infeksi streptococcosis pada ikan nila. Konfirmasi taksonomis
hingga level spesies isolat bakteri S. agalactiae dilakukan dengan teknik Polymerase
Chain Reaction (PCR) dengan menggunakan primer spesifik. Uji patogenisitas dilakukan
terhadap 6 isolat yang terdiri atas 5 isolat S. agalactiae (N3M, N4M, N14G, N17O, NK1)
dan 1 isolat S. iniae (N2O). Hasil penapisan menunjukkan bahwa bakteri S. agalactiae
(N4M) memiliki nilai LD50 terkecil, dan nilai terbesar dimiliki oleh bakteri S. iniae (N2O).
Isolat bakteri N4M digunakan sebagai sumber antigen dalam pembuatan vaksin anti
streptococcosis. Vaksin disiapkan dalam bentuk sel utuh dan diinaktivasi dengan
formalin, pemanasan, dan sonikasi. Nilai titer antibodi dan sintasan tertinggi diperoleh
pada kelompok ikan yang divaksin dengan formalin killed vaccine dibandingkan
dengan teknik inaktivasi lainnya (heat killed vaccine dan sonicated vaccine).
The research with the aim to find an immunogenic isolate candidate for vaccine
development to prevent streptococcosis on tilapia has been carried out at laboratory
scale. Characterization was done using biochemical characterization and API 20
Strep system on 15 Streptococcus spp. bacterial. It was followed by Koch’s Postulate
to know the role of bacterial isolates in streptococcosis infection in tilapia. Taxonomic
confirmation to species level of the bacteria was conducted using Polymerase Chain
Reaction (PCR) technique with specific primer set. The pathogenicity test of six selected
bacterial isolates consisted of five Streptococcus agalactiae isolates (N3M, N4M,
N14G, N17O, NK1), and one isolate of S. iniae (N2O) was artificially done by infecting
the isolates into the tilapia population. The whole cell vaccine was prepared in liquid
broth medium, and inactivated by formalin killed, heat killed, and sonicated killed.
The results of the screening revealed that S. agalactiae (N4M) has the lowest LD50
level, and the highest was S. iniae (N2O). Based on the screening protocol, the N4M
103
J. Ris. Akuakultur Vol.6 No.1 Tahun 2011: 103-118
was used as an antigen source in vaccine development, and its efficacy was evaluated
accordingly. The highest titre antibody level and survival rate of vaccinated fish was
attained from formalin killed vaccine compared to the others (heat killed and sonicated
vaccine).
104
Penapisan isolat bakteri Streptococcuc spp. sebagai ..... (Taukhid)
perikanan budidaya, terutama industri salmon tersedia di Biological Culture Collection (BCC)
dan trout di Eropa. Selain vaksin untuk kedua milik Laboratorium Kesehatan dan Patologi
jenis ikan tersebut, beberapa jenis vaksin juga Ikan, Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar,
telah beredar secara komersial untuk ikan serta isolat yang diperoleh dari kasus penyakit
channel catfish di Amerika, kakap & kerapu di streptococcosis pada ikan nila di wilayah Jawa
Eropa, serta amberjack, ekor kuning, tilapia Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara,
dan Atlantic cod. Saat ini, sedikitnya ada 10 dan Papua Barat.
jenis vaksin telah dipasarkan secara umum dan
Karakterisasi terhadap seluruh isolat bakteri
diaplikasikan oleh pembudidaya ikan di
Streptococcus spp. yang akan disertakan dalam
Amerika, Eropa, dan Jepang. Keberhasilan
proses penapisan awal dilakukan dengan
program vaksinasi tersebut sangat meya-
metode uji biokimia yang mengacu pada
kinkan, hal itu terlihat dari (1) menurunnya
metode Rancangan Standar Nasional Indone-
tingkat mortalitas ikan budidaya akibat infeksi
sia (RSNI) “Metode identifikasi bakteri Strep-
patogen potensial, (2) menurunnya peng-
tococcus iniae dan S. agalactiae pada ikan
gunaan antibiotik pada budidaya ikan, dan (3)
secara konvensional”, API 20 STREP System,
menurunnya daya resistensi beberapa jenis
serta metode identifikasi bakteri patogen pada
patogen terhadap antibiotik.
ikan menurut Austin & Austin (2001).
Teknologi pengendalian penyakit ikan
Seluruh isolat yang sudah diketahui secara
yang efisien, efektif, dan ramah lingkungan
definitif sebagai Streptococcus spp., terlebih
merupakan satu-satunya alternatif yang harus
dahulu diuji keabsahannya sebagai patogen
dikembangkan untuk mendukung program
penyebab streptococcosis sesuai kaidah
peningkatan produksi perikanan budidaya.
Koch’s Postulate: (1). Organisme/patogen
Pengunaan vaksin untuk pencegahan ter-
harus ditemukan pada hewan yang sakit, (2).
hadap penyakit potensial pada perikanan
Organisme/patogen harus bisa diisolasi dari
budidaya merupakan opsi solusi yang sangat
hewan yang sakit, dan dapat ditumbuhkan
realistis dan prospektif. Riset ini bertujuan
secara murni, (3). Penyakit harus dapat timbul
untuk memperoleh isolat kandidat serta
kembali (reproduced) apabila organisme dari
sediaan antigen yang memiliki potensi
biakan murni diinfeksikan ke hewan sehat yang
imunogenik bagi pembuatan vaksin untuk
rentan (healthy susceptible host) ~ ~ individu
pengendalian penyakit streptococcosis pada
SPF, dan (4). Organisme/patogen harus dapat
ikan nila.
direisolasi dari hewan yang diinfeksi secara
buatan.
BAHAN DAN METODE
Masing-masing isolat ditumbuhkan pada
Ikan Uji media Brain Heart Infusion Agar (BHIA) dan
diinkubasikan pada suhu 28oC selama 24 jam.
Ikan uji yang digunakan adalah ikan nila Sebanyak satu Ose koloni bakteri dilarutkan
sebagai inang rentan (susceptible host) dalam 1 mL media BHIA, sehingga “diasumsi-
terhadap infeksi Streptococcus spp. dengan kan” bahwa setiap larutan bakteri tersebut
ukuran ± 15 gram/ekor. Ikan uji berasal dari memiliki konsentrasi yang sama. Bakteri
populasi homogen dan diasumsikan “specific diinfeksikan ke ikan uji melalui penyuntikan
pathogen free (SPF)” terhadap patogen target secara intra peritoneal (IP) sebanyak 0,1 mL/
berdasarkan hasil diagnosa secara bakteri- ekor dari stok kultur mengandung 108 cfu/mL.
ologis yang dilakukan secara acak terhadap Jumlah ikan uji yang digunakan untuk masing-
populasi tersebut sebelum proses aklimatisasi. masing jenis isolat adalah 5 ekor.
Pemberian pakan dilakukan secara Ikan uji yang menunjukkan tingkah laku
adlibitum sebanyak 3 kali/hari (pagi, siang, dan gejala klinis spesifik (~
~ diduga kuat akibat
dan sore). Jenis pakan yang digunakan adalah infeksi Streptococcus spp.) segera direisolasi
pakan komersial (pellet apung) dengan kadar pada media BHIA, dan karakterisasi ulang
protein kasar sebesar ± 20%. secara bakteriologis untuk memastikan bahwa
Penapisan (Screening) Isolat Kandidat isolat bakteri tersebut merupakan isolat
bakteri Streptococcus spp. yang diinfeksikan.
Karakterisasi dan Koch’s Postulate Uji Koch’s Postulate terhadap masing-masing
isolat bakteri dilakukan sebanyak 2 (dua) kali
Penapisan isolat bakteri Streptococcus spp. dengan jumlah ikan uji dan prosedur yang
dilakukan terhadap koleksi isolat yang sama.
105
J. Ris. Akuakultur Vol.6 No.1 Tahun 2011: 103-118
106
Penapisan isolat bakteri Streptococcuc spp. sebagai ..... (Taukhid)
107
J. Ris. Akuakultur Vol.6 No.1 Tahun 2011: 103-118
Tabel 1. Hasil karakterisasi biokimia isolat bakteri Streptococcus spp. yang disertakan dalam
proses penapisan awal melalui metode Koch’s postulate.
Table 1. The result of biochemical characterization from Streptococcus spp. isolates in first
screening process using koch’s postulate method
Pendugaan spesies
Asam D-manitol
Kode
isolat
Hemolisis
NaCl 6,5%
Oksidase
Motilitas
Katalase
Bile salt
Bentuk
Gram
O/F
N2M cc + nm - F - - + + + + ß S. iniae
N2O cc + nm - F - - + + + + ß S. iniae
N3M cc + nm - F - - + - - + - S. agalactiae
N3G cc + nm - F - - + - - + - S. agalactiae
N4M cc + nm - F - - + - - + - S. agalactiae
N4O cc + nm - F - - + - - + - S. agalactiae
N4G cc + nm - F - - + - - + - S. agalactiae
N14M cc + nm - F - - + - - + - S. agalactiae
N14O cc + nm - F - - + - - + - S. agalactiae
N14G cc + nm - F - - + - - + - S. agalactiae
N17M cc + nm - F - - + - - + - S. agalactiae
N17O cc + nm - F - - + - - + - S. agalactiae
N7TO cc + nm - F - - + - - + ß S. iniae
NK1 cc + nm - F - - + + + + - S. agalactiae
NY cc + nm - F - - + - - + - S. agalactiae
108
Penapisan isolat bakteri Streptococcuc spp. sebagai ..... (Taukhid)
menggunakan primer spesifik. Hasil konfirmasi penapisan berikutnya diperoleh 6 (enam) isolat
tersebut memberikan hasil positif seperti yaitu: (1). N2O, (2). N3M, (3). N4M, (4). N14G,
terlihat pada Gambar 1. (5). N17O, dan (6). NK1 yang disertakan pada
Hasil isolasi bakteri Streptococcus spp. dari proses uji patogenisitas. Rataan mortalitas
20 ekor ikan nila uji yang diambil secara acak kumulatif ikan selama proses uji patogenisitas
menunjukkan hasil negatif, demikian pula dari keenam isolat bakteri Streptococcus spp.,
dengan hasil pengamatan secara mikroskopis yang terdiri atas 5 isolat bakteri S. agalactiae
terhadap keberadaan infestasi parasit. dan 1 isolat bakteri S. iniae selengkapnya
Representasi dari sampel yang diamati disajikan pada Gambar 6 sampai 11.
mengindikasikan bahwa populasi ikan uji Pengamatan terjadinya kematian pada ikan
telah memenuhi persyaratan sebagai populasi uji pasca infeksi buatan, pada hari pertama
ikan yang sehat dan dapat diasumsikan SPF dilakukan setiap 8 jam sekali; dan untuk hari
terhadap infeksi Streptococcus spp. berikutnya dilakukan pada selang 24 jam. Pada
Pengujian melalui kaidah Koch’s Postulat Gambar Gambar 6 sampai 11 terlihat bahwa
untuk membuktikan bahwa kelima belas isolat hampir seluruh isolat bakteri mampu meng-
yang tersaring pada penapisan awal memiliki akibatkan kematian sejak hari pertama untuk
potensi patogenik terhadap ikan nila, menun- ketiga konsentrasi bakteri yang diuji; kecuali
jukkan bahwa seluruh koleksi isolat tersebut untuk isolat NK1 yang hanya terjadi pada
mengakibatkan tingkah laku, gejala klinis, dan konsentrasi bakteri 107 cfu/ekor ikan. Mulai
kematian terhadap ikan uji; bahkan sebagian hari ke-2 hingga hari ke-10 terjadi kematian
besar di antaranya bersifat akut. Gejala klinis yang sporadis untuk masing-masing isolat dan
yang teramati sangat nyata pada seluruh ikan konsentrasi bakteri, dan untuk individu yang
uji seperti lemah, warna gelap, hilang nafsu bertahan hidup hingga hari ke-14 umumnya
makan, disorientasi atau hilang keseimbangan, mengalami penyembuhan dan bertahan hidup
dan uni/bilateral exophthalmia dengan hingga berminggu-minggu kemudian.
kornea mata berwarna pucat. Tampilan dari Berdasarkan nilai rataan persen mortalitas
gejala-gejala klinis tersebut dapat dilihat pada kumulatif yang diperoleh selama proses uji
Gambar 2 sampai 5. patogenisitas, nilai LD50 dianalisis dengan
Berdasarkan kriteria yang telah dibangun regresi linier sederhana untuk memperoleh
dalam evaluasi penapisan awal, maka pada formulasi matematis LD50 dari masing-masing
M 1 2 3 4 5 6
400 bp
192 bp
100 bp
Gambar 1. Profil produk Polymerase Chain Reaction (PCR) DNA bakteri Streptococ-
cus agalactiae (192 bp). (M= 100 bp DNA ladder, 1= isolat N3M, 2= isolat
N4M, 3= isolat N4O, 4= isolat N14G, 5= isolat N17O, dan 6= isolat NK1)
Figure 1. Product Profile of Polymerase Chain Reaction (PCR) DNA bacteria Strep-
tococcus agalactiae (192 bp). (M= 100 bp DNA ladder, 1= isolate N3M,
2= isolate N4M, 3= isolate N4M, 4= isolate N14G, 5= isolate N17O, and
6= isolate NK1)
109
J. Ris. Akuakultur Vol.6 No.1 Tahun 2011: 103-118
2 3
Gambar 2 & 3. Gejala klinis ikan nila yang diinfeksi bakteri Streptococcus agalactiae secara
buatan, warna tubuh gelap (Gambar 2), dan satu sisi mata menonjol/unilateral
exophthalmia dengan kornea mata berwarna pucat (Gambar 3)
Figure 2 & 3. Clinical signs of nile fish that was injected with artificial infection of Strepto-
coccus agalactiae, the whole body becomes dark (figure 2) and unilateral
exopthalmia with pale cornea (figure 3)
4 5
Gambar 4 & 5. Gejala klinis ikan nila yang diinfeksi bakteri Streptococcus agalactiae secara
buatan, disorientasi/hilang keseimbangan (Gambar 4) dan dua sisi mata
menonjol/bilateral exophthalmia (Gambar 5)
Figure 4 & 5. Clinical signs of nile fish that was injected with artificial infection of Streptococ-
cus agalactiae, disorientation/loss balancing (Figure 4) and bilateral
exopthalmia (Figure 5)
isolat bakteri. Formulasi matematis dari masing- isolat bakteri N4M digunakan sebagai sumber
masing isolat bakteri selengkapnya disajikan antigen dalam pembuatan vaksin anti strepto-
pada Tabel 2. Pada Tabel 2 terlihat bahwa nilai coccosis.
LD50 paling rendah dimiliki oleh bakteri S. Nilai titer antibodi dalam serum darah ikan
agalactiae dengan kode isolate N4M yaitu uji yang diberi vaksin melalui penyuntikan
sebesar 6,44 x 102 cfu, dan nilai LD50 terbesar dengan sediaan vaksin yang diinaktivasi
dimiliki oleh bakteri S. iniae dengan kode isolat dengan teknik yang berbeda memperlihatkan
N2O yaitu sebesar 8,3 x 105 cfu. Pemilihan bahwa pada kelompok ikan uji yang diberi
kandidat isolat bakteri Streptococcus spp. yang vaksin yang diinaktivasi dengan formalin
digunakan pada riset ini didasarkan pada memberikan nilai titer antibodi yang relatif
pendekatan patogenisitas, oleh karena itu lebih tinggi dibandingkan dengan teknik
110
Penapisan isolat bakteri Streptococcuc spp. sebagai ..... (Taukhid)
100
90
100
90
Comulative mortality (%)
80
Mortalitas kumulatif
70
60
50
40
30
A
20 B
10 C
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Hari ke- (Days)
Gambar 7. Rataan persen mortalitas kumulatif ikan uji yang diinfeksi
bakteri Streptococcus agalactiae isolat N3M pada konsentrasi
bakterin yang berbeda (A= 103 cfu/ekor, B= 105 cfu/ekor,
dan C= 107 cfu/ekor)
Figure 7. Percentage average of total mortality of sampled fish infected
with Streptococcus agalactiae code N3M in different con-
centrations (A= 103 cfu/sample, B= 105 cfu/sample, and C=
107 cfu/sample)
111
J. Ris. Akuakultur Vol.6 No.1 Tahun 2011: 103-118
100
90
Comulative mortality (%)
80
Mortalitas kumulatif
70
60
50
40
30
A
20 B
10 C
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Hari ke- (Days)
Gambar 8. Rataan persen mortalitas kumulatif ikan uji yang diinfeksi
bakteri Streptococcus agalactiae isolat N4M pada konsentrasi
bakterin yang berbeda (A= 103 cfu/ekor, B= 105 cfu/ekor,
dan C= 107 cfu/ekor)
Figure 8. Percentage average of total mortality of sampled fish
infected with Streptococcus agalactiae code N4M in differ-
ent concentrations (A= 103 cfu/sample, B= 105 cfu/sample,
and C= 107 cfu/sample)
100
90
Comulative mortality (%)
80
Mortalitas kumulatif
70
60
50
40
30
A
20 B
10 C
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Hari ke- (Days)
Gambar 9. Rataan persen mortalitas kumulatif ikan uji yang diinfeksi
bakteri Streptococcus agalactiae isolat N14G pada konsentrasi
bakterin yang berbeda (A= 103 cfu/ekor, B= 105 cfu/ekor,
dan C= 107 cfu/ekor)
Figure 9. Percentage average of total mortality of sampled fish
infected with Streptococcus agalactiae code N14G in dif-
ferent concentrations (A= 103 cfu/sample, B= 105 cfu/sample,
and C= 107 cfu/sample)
112
Penapisan isolat bakteri Streptococcuc spp. sebagai ..... (Taukhid)
100
90
100
90
Comulative mortality (%)
80
Mortalitas kumulatif
70
60
50
40
30
A
20 B
10 C
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Hari ke- (Days)
Gambar 11. Rataan persen mortalitas kumulatif ikan uji yang diinfeksi
bakteri Streptococcus agalactiae isolat NK1 pada
konsentrasi bakterin yang berbeda (A= 103 cfu/ekor, B= 105
cfu/ekor, dan C= 107 cfu/ekor)
Figure 11. Percentage average of total mortality of sampled fish
infected with Streptococcus agalactiae code NK1 in
different concentrations (A= 103 cfu/sample, B= 105 cfu/
sample, and C= 107 cfu/sample)
113
J. Ris. Akuakultur Vol.6 No.1 Tahun 2011: 103-118
Tabel 2. Formulasi dan nilai LD50 dari 6 isolat bakteri Streptococcus spp. yang
dihitung melalui analisis regreri linier sederhana
Table 2. The formulation and LD50 from 6 Streptococcus spp isolates calculated
from a simple analysis of regression linier
Jenis bakt eri Kode isolat Formula nilai LD50 Nilai LD50
inaktivasi lainnya. Nilai-nilai tersebut seleng- baik dibandingkan dengan teknik inaktivasi
kapnya dapat dilihat pada Tabel 3. lainnya. Nilai persen sintasan ikan uji dari
Rataan persen sintasan ikan pasca uji masing-masing kelompok perlakuan seleng-
tantang terhadap isolat bakteri homolog (S. kapnya dapat dilihat pada Tabel 4. Dari Tabel
agalactiae isolat N4M) menunjukkan bahwa 3 dan 4 mengisyaratkan bahwa teknik
vaksin yang diinaktivasi dengan formalin juga inaktivasi sediaan vaksin dengan formalin 3%
memberikan level proteksi yang relatif lebih memberikan level proteksi yang lebih baik
Tabel 3. Nilai kualitatif titer antibodi serum darah ikan uji selama proses induksi
kekebalan spesifik terhadap Streptococcus agalactiae
Table 3. Qualitative values of antibody titre from fish blood during induction
specific immunity responses to Streptococcus agalactiae
Minggu I A + + + + ±
(First week ) B + + + + + ±
C + + + + + ±
D + + + + ±
Minggu II A + + + + + + + + + ±
(Second B + + + + + + + ±
week ) C + + + + + + + + ±
D + + + + ±
Minggu III A + + + + + + + + + ±
(Third week ) B + + + + + + + ±
C + + + + + + + + ±
D + + + + ±
Keterangan (Note):
A = Formalin killed, B = Heat killed, C = Sonicated kill, dan D = Kontrol
114
Penapisan isolat bakteri Streptococcuc spp. sebagai ..... (Taukhid)
Tabel 4. Nilai sintasan (%) ikan uji pada akhir (12/15 ~~ 80%) dibandingkan dengan S. iniae
proses uji tantang terhadap Strep- (3/15 ~~ 20%). Keragaan yang hampir sama
tococcus agalactiae serta nilai rela- dilaporkan dari monitoring yang dilakukan oleh
tive percent survival (RPS) Labrie et al. (2007) dari kasus streptococco-
Table 4. Survival rate values of fish at last sis pada ikan nila, yaitu S. agalactiae (219/
challenge test to Streptococcus 294 ~~ 74,5%) dan S. iniae (75/294 ~
~ 25,5%) dari
agalactiae and relative percentage 36 lokasi di wilayah Asia. Sedangkan Supriyadi
survival values (RPS) & Bastiawan (2002) melaporkan hasil monitor-
ing penyakit streptococcosis pada ikan nila
Perlakuan Sint asan di wilayah Jawa Barat dan Banten hanya
RPS ditemukan adanya infeksi S. inae, dan tidak
Treat m ent Survival rat e
ditemukan adanya infeksi S. agalactiae tetapi
A (Formalin killed ) 15.57 13.6 Supriyadi et al. (2005) menemukan S.
agalactiae dari Cirata dan Gajah Mungkur.
B (Heat killed ) 4.47 2.3
C (Sonicated killed ) 8.93 6.8 Pemeriksaan secara mikroskopis terhadap
20 ekor ikan uji untuk mengetahui keberadaan
D (Control ) 2.23 -
infestasi eksternal parasit diketahui bahwa
populasi ikan uji relatif bersih dari infestasi
parasit. Hasil isolasi bakteri target (Streptococ-
dibandingkan dengan teknik inaktivasi lainnya; cus spp.) uji juga menunjukkan hasil negatif,
hal ini terlihat dari nilai titer antibodi serta sehingga populasi ikan uji diasumsikan sebagai
tingkat sintasan hidup ikan uji yang lebih populasi SPF terhadap Streptococcus spp., dan
tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya. populasi tersebut telah memenuhi persyaratan
untuk digunakan sebagai ikan uji dalam
Pembahasan kegiatan riset ini.
Keunggulan ikan nila yang kompetitif dan Evaluasi potensi patogenik kelima belas
komparatif telah menjadikan dirinya sebagai isolat menunjukkan bahwa seluruh isolat
primadona budidaya air tawar yang diharapkan bersifat patogenik, menimbulkan perubahan
mampu meningkatkan produksi perikanan secara klinis serta mengakibatkan kematian
nasional, kesejahteraan, serta konsumsi pro- ikan uji; bahkan sebagian besar di antaranya
tein hewani asal ikan. Pembudidayaan ikan nila bersifat akut. Yanong & Floyd (2002) menyata-
di Indonesia dilakukan dalam berbagai sistem kan bahwa infeksi Streptococcus spp. pada
(ekstensif, semi-intensif, intensif, monokultur, ikan nila dapat bersifat akut yang mengaki-
polikultur, monoseks kultur, dll.) tergantung batkan kematian massal (>50%) dalam tempo
pada kondisi pembudidaya, karakteristik lokasi, 3-7 hari, atau kematian berpola kronik yang
kondisi lingkungan, faktor sosial ekonomi, persisten selama beberapa minggu. Pola yang
penguasaan teknologi, dan potensi pasar. sama terjadi pula pada riset ini, meskipun dapat
Selama ini ikan nila diyakini sebagai salah satu dikatakan bahwa infeksi S. agalactiae umum-
ikan budidaya yang tahan terhadap penyakit, nya lebih bersifat akut; sedangkan S. iniae
namun indikasi ini sudah mulai pudar karena umumnya bersifat kronik, kecuali isolat N2O.
sering dilaporkan adanya kasus penyakit pada
Penyakit “syndrome meningoencephalitis
budidaya ikan nila, terutama yang disebabkan
and panophthalmitis” merupakan nama lain
oleh golongan bakteri. Berdasarkan sampel
untuk streptococcosis pada ikan, dan
yang dikirim oleh pembudidaya ikan ke
penyakit ini nampaknya berpotensi sebagai
Laboratorium Kesehatan dan Patologi Ikan
salah satu kendala yang serius dalam program
BRPBAT, secara umum dapat dikatakan bahwa
intensifikasi ikan nila. Bakteri Streptococcus
Streptococcus spp. merupakan bakteri yang
spp. yang berukuran sangat kecil (diameter
paling sering teridentifikasi dari kasus
rata-rata 1 mm) adalah bakteri gram positif yang
penyakit pada ikan nila; sedangkan Flavobac-
memiliki outer membrane sel (OTS) cukup
terium columnare umumnya menginfeksi ikan
tebal dan diselimuti oleh fibrils yang memiliki
nila pada stadia awal.
potensi toksik terhadap inang. Selain itu,
Jenis bakteri yang terisolasi dari kasus kelompok bakteri ini mampu hidup di sel
penyakit streptococcosis pada budidaya ikan makrofag yang merupakan komponen penting
nila di lokasi pengambilan sampel pada riset dalam sistem kekebalan tubuh ikan, baik
ini didominasi oleh Streptococcus agalactiae spesifik maupun non spesifik. Sehingga tidak
115
J. Ris. Akuakultur Vol.6 No.1 Tahun 2011: 103-118
mengherankan apabila Clark et al. (1999) serta koagulasi protein antigen yang
menyatakan bahwa penggunaan antibiotik merupakan material yang bersifat antigenik.
untuk melawan infeksi kelompok bakteri ini Secara hipotetik, inaktivasi vaksin melalui
kurang berhasil, karena dibutuhkan dosis yang sonikasi (sonicated vaccine) diharapkan dapat
cukup tinggi untuk melawan sel bakteri yang memberikan hasil yang lebih baik karena fraksi-
berada di dalam sel makrofag; namun pene- fraksi sel bakteri akan terpecah sehingga
rapan dosis tersebut juga akan mematikan sel diyakini akan mempermudah sel-sel fungsional
makrofag sehingga sistem kekebalan tubuh untuk mengenalinya. Namun berdasarkan hasil
inang akan menurun drastis. uji viabilitas, masih ditemukan adanya per-
Secara matematis, nilai LD50 pada jumlah tumbuhan koloni bakteri; sehingga vaksin
bakteri paling rendah dimiliki oleh bakteri S. tersebut tidak aman terhadap ikan uji. Hal ini
agalactiae dengan kode isolate N4M yaitu terlihat dari tingginya mortalitas ikan uji dari
sebesar 6,44 x 102 cfu ini artinya bahwa bakteri kelompok perlakuan ini selama periode induksi
tersebut digolongkan pada golongan kekebalan yang ditetapkan selama 3 minggu.
patogenitas tinggi, dan nilai LD50 terbesar Nilai titer antibodi yang teramati (reaksi
dimiliki oleh bakteri S. iniae dengan kode isolat antigen-antibodi dalam bentuk aglutinasi)
N2O yaitu sebesar 8,3 x 105 cfu. Nilai LD50 mengindikasikan bahwa vaksin sel utuh bakteri
yang diperoleh pada riset ini jauh lebih rendah S. agalactiae isolat N4M memiliki potensi
daripada yang diperoleh Al-Harbi (1996) yang imunogenik. Namun, secara sederhana dapat
melakukan uji kerentanan beberapa strain ikan dikatakan bahwa antibodi spesifik yang
nila terhadap infeksi Streptococcus spp., dan terbentuk belum mampu memberikan level
diperoleh nilai LD50 terrendah sebesar 2,8 x proteksi yang baik, karena nilai RPS masih jauh
105 cfu, dan nilai tertinggi adalah 9,2 x 107 cfu di bawah 50%. Klesius et al. (1999) melakukan
per ekor ikan. Rendahnya nilai LD50 meng- vaksinasi pada ikan nila dengan vaksin S. inae,
indikasikan bahwa isolat bakteri tersebut dan tidak diperoleh hasil yang memuaskan
memiliki potensi patogenik yang lebih tinggi, setelah diuji tantang dengan bakteri homolog;
terlebih lagi untuk isolat N4M. Secara teoritis dimana mortalitas mencapai 100% pada
dapat diprediksi bahwa apabila dalam suatu kelompok ikan setelah hari ke-4 pasca uji
populasi ikan nila berukuran ± 15 gram/ekor, tantang, sedangkan tingkat mortalitas yang
dan masing-masing ekor ikan terinfeksi oleh sama pada kelompok ikan kontrol baru terjadi
500-1.000 sel bakteri S. agalactiae (N4M), maka pada hari ke-11. Sedangkan Pasnik et al. (2005)
hanya dalam periode 5 hari (120 jam) akan berhasil membuat vaksin anti S. agalactiae
mengakibatkan kematian 850% dari total yang cukup protektif. Sediaan vaksin tersebut
populasi. berupa sel utuh yang diinaktivais dengan
Nilai titer antibodi dalam serum darah ikan formalin (formalin killed vaccine) dan extra-
uji yang diberi vaksin melalui penyuntikan cellular products (ECP) dari S. agalactiae.
dengan sediaan vaksin yang diinaktivasi Selanjutnya dinyatakan bahwa ECP S.
dengan teknik berbeda memperlihatkan agalactiae mengandung antigen yang
bahwa sediaan vaksin yang diinaktivasi berbobot molekul 55 kDa, yang dalam hal ini
dengan formalin memberikan nilai titer antibodi telah diketahui sebagai antigen potensial
yang relatif lebih tinggi mulai minggu ke-2 untuk memproduksi antibodi dan proteksi
dibandingkan dengan teknik inaktivasi lainnya. terhadap bakteri tersebut.
Paramater lain yang sinergis dengan indikasi Dari kajian ini secara eksplisit meng-
ini adalah nilai rataan persen mortalitas isyaratkan adanya dugaan bahwa materi
kumulatif pasca uji tantang terhadap isolat imogenik berada pada sel bakteri yang masih
bakteri homolog. Pada kelompok ikan yang relatif utuh, dan konsentrasi formalin yang
diberi vaksin yang diinaktivasi dengan forma- digunakan belum optimal, sehingga ber-
lin juga memberikan level proteksi yang relatif pengaruh terhadap keutuhan struktur dan/
lebih baik dibandingkan dengan teknik atau pelepasan material imunogenik dari sel
inaktivasi lainnya. bakteri. Selain itu, karakteristik biologis dari
Fenomena ini terjadi diduga karena proses bakteri S. agalactiae yang menginfeksi ikan
pemanasan (heat killed vaccine) pada suhu nila belum sepenuhnya terungkap, termasuk
100oC terhadap sediaan baku vaksin dapat faktor-faktor lingkungan yang permisif dan
merusak struktur dasar antigen (denaturasi) non-permisif.
116
Penapisan isolat bakteri Streptococcuc spp. sebagai ..... (Taukhid)
117
J. Ris. Akuakultur Vol.6 No.1 Tahun 2011: 103-118
cal Disease Problems and Control: A Taukhid, Komarudin, O., Supriyadi, H., &
Review. In Tilapia Aquaculture, K. Bastiawan, D. 2005. Strategi pengendalian
Fitzsimmons, Editor, NREAES 106, Ithaca, penyakit pada budidaya ikan air tawar. Se-
NY, 2: 671-80. rial Bunga Rampai: Strategi Pengelolaan
Supriyadi, H. & Bastiawan, D. 2002. Karakterisasi dan Pengendalian Penyakit KHV, suatu
dan identifikasi patogen penyebab upaya pemecahan dalam pembudidayaan
penyakit streptococciasis pada ikan air ikan air tawar. Pusat Riset Perikanan
tawar yang dibudidayakan. Laporan Teknis Budidaya, Badan Riset Kelautan dan
Proyek Riset Perikanan Budidaya Air Tawar. Perikanan, Departemen Kelautan dan
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar. Perikanan, hlm. 17-30.
(Tidak dipublikasikan). Yanong, R.P.E. & Floyd, R.F. 2002. Streptococ-
Supriyadi, H., Widiyati, A., Sunarto, A., & Prihadi, cal infection of fish. Circular FA057.
T.H. 2005. Keragaan penyakit bakterial ikan Department of Fisheries and Aquatic
nila (O. Niloticus), pada KJA di lokasi berbeda, Sciences, Florida Cooperative Extension
J. Pen. Perik. Indonesia, 11(7): 35-46. Service, Institute of Food and Agricultural
Sciences, University of Florida.
118