Anda di halaman 1dari 32

VERTIGO

No. Kode :

No. Revisi :
S
O
P Tanggal Terbit :

Halaman : 1 dari 2

UPT PUSKESMAS dr.H. Muhamad Rusmin


PONDOK BETUNG NIP196612222003121002

Pengertian Vertigo adalah persepsi yang salah dari gerakan seseorang atau lingkungan
sekitarnya.
Tujuan Sebagai pedoman menetukan diagnosis dan penatalaksanaan vertigo.

Kebijakan Sk kepala Puskesmas tentang penyakit yang dilayani difasilitas pelayanan


kesehatan primer.
Referensi Buku panduan praktisi klinis bagi dokter di Fasilitas Pelayana kesehatan primer
Edisi 2 ,Th 2014
Prosedur/ Langkah- 1. Petugas melakukan pemeriksaan Vital sign yang diperlukan
langkah 2. Petugas melakukan anamnesis (keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu, riwayat alergi, dan riwayat penyakit keluarga)
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik dan auskultasi.
4. Jika ada indikasi petugas melakukan pemeriksaan penunjang
5. Petugas menegakkan working diagnosis dan differential diagnosis berdasarkan
hasil pemeriksaan poin 1,2,3, dan 4 bila perlu
6. Jika ada indikasi dan tidak ada perubahan dari gejala maka pasien bisa
diberikan rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi.
7. Petugas memberikan terapi sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan
 Betahistine mesilat
 Dosis dewas 6-12 mg tiap 8 jam
 Domperidone
 Dosis dewasa 10-20mg tiap 4-8jam
 Dosis anak;0,2-0,4mg/kgBB sehari, interval 4-8jam
Obat diminum 15-30 menit sebelum makan bila disertai gejala muntah
 Diazepam
 Dosis dewasa 5-30mg dalam dosis terbagi (maksimal 40mg/hari)
 Dosis anak
5-12 tahun : 5mg tiap 12jam
12-18 tahun : 10mg tiap 12jam
 Metoklopramid
 Dosis dewas 10-20mg tiap 4-8jam
8. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan sub unit farmasi
9. Petugas mendokumenkan semua hasil anamnesis, pemeriksaan, diagnosa,
terapi, dalam rekam medis pasien
10. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas simpus untuk dientry dan didata
sesuai dengan yang tercatat di rekam medis

Unit Terkait  Sub unit BP Umum


 Sub unit Farmasi
 Sub unit laboratorium
Rekam Historis
Perbuahan NO YANG DI UBAH ISI PERUBAHAN TGL MULAI
DIBERLAKUKAN
MABUK PERJALANAN

No. Kode :

No. Revisi :
S
O
P Tanggal Terbit :

Halaman :

UPT PUSKESMAS dr.H. Muhamad Rusmin


PONDOK BETUNG NIP196612222003121002

Pengertian Adalah motion sickness merupakan istilah yang digunakan jika megalami pusing,
mual, keringat dingin, dan muntah ketika sedang dalam perjalanan.
Tujuan Sebagai pedoman menetukan diagnosis dan penatalaksanaan mabuk perjalanan

Kebijakan

Referensi

Prosedur/ Langkah- 1. Petugas melakukan pemeriksaan Vital sign yang diperlukan


langkah 2. Petugas melakukan anamnesis (keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu, riwayat alergi, dan riwayat penyakit keluarga)
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik dan auskultasi.
4. Petugas menegakkan working diagnosis dan differential diagnosis berdasarkan
hasil pemeriksaan poin 1,2,3.
5. Petugas memberikan terapi sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan
Paracetamol 10mg/kgBB
6. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan sub unit farmasi
7. Petugas mendokumenkan semua hasil anamnesis, pemeriksaan, diagnosa,
terapi, dalam rekam medis pasien
8. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas simpus untuk dientry dan
didata sesuai dengan yang tercatat di rekam medis

Unit Terkait  Sub unit BP Umum


 Sub unit Farmasi

Rekam Historis
Perbuahan NO YANG DI UBAH ISI PERUBAHAN TGL MULAI
DIBERLAKUKAN
OTITIS MEDIA AKUT

No. Kode :

No. Revisi :
S
O
P Tanggal Terbit :

Halaman : 1dari 2

UPT PUSKESMAS dr.H. Muhamad Rusmin


PONDOK BETUNG NIP196612222003121002

Pengertian Adalah peradangan sebagian atau seluruh atau seluruh mukosa telinga tengah,
tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel- sel mastoid yang terjadi dalam waktu
kurang dari 3 minggu.

Tujuan Sebagai pedoman menetukan diagnosis dan penatalaksanaan otitis media akut

Kebijakan

Referensi Buku panduan praktisi klinis bagi dokter di Fasilitas Pelayana kesehatan primer
Edisi 2 ,Th 2014
Prosedur/ Langkah- 1. Petugas melakukan pemeriksaan Vital sign yang diperlukan
langkah 2. Petugas melakukan anamnesis (keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu, riwayat alergi, dan riwayat penyakit keluarga)
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik THT didapat:

Stadium OMA Gejala Gambaran

Stadium oklusi tuba Telinga terasa penuh,nyeri, Membran timpani suram,


pendengaran dapat berkurang retraksi , dan reflex
cahayanya hilang.

Stadium hiperemis Demam, makin nyeri, gelisah, Membran timpani


muntah, nafsu makan hilang, hiperemis dan edema
anak sering memegang kuping
yang nyeri.
Stadium supurasi Demam, makin nyeri, gelisah, Membran timpani
muntah, nafsu makan hilang, menonjol kea rah luar
anak sering memegang kuping (bulging) berwarna
yang nyeri. kekuningan

Stadium perforasi Keluar sekret dari liang telinga Perforasi membran


timpani liang telinga luar
basah dipenuhi sekret

Stadium resolusi Setelah sekret keluar intensitas Membran timpani tetap


keluhan berkurang, dan perforasi sekret di liang
pendengaran berkurang telinga luar sudah
berkurang atau
mengering

4. Jika ada indikasi petugas melakukan pemeriksaan penunjang.


5. Petugas menegakkan working diagnosis dan differential diagnosis berdasarkan
hasil pemeriksaan poin 1,2,3, dan poin 4 bila perlu.
6. Petugas memberikan terapi sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan
 Pada stadium oklusi diberikan obat tts hidung HCL efedrin 0,5% dalam
larutan fisiologis ( anak <12 thn) atau efedrin HCL 1% dalam larutan
fisiologis ( anak > 12 thn atau dewasa) gunanya untuk membuka tuba
eustachius, diberikan obat antibiotik tetes telinga selama 3 minggu.
 Amoxicillin 25-50/kgBB/hari dibagi 3dosis atau eritromisin 25-50mg/kg
BB/hari, dibagi 4 dosis diberikan selama 10-14 hari.
 Bila demam diberikan Paracetamol 10mg/kgBB/hari
 Dexametason 0,01mg/kgBB/hari dibagi 3kali pemberian
 Stadium perforasi, diberikan obat cuci telinga H2O2 3%, 3kali sehari,
4tts ditelinga yang sakit, didiamkan selama 2-5 menit.
7. Jika ada indikasi dan tidak ada perubahan dari gejala maka pasien bisa
diberikan rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi (Bila dari pemeriksaan
kearah OMSK).
8. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan sub unit farmasi
9. Petugas mendokumenkan semua hasil anamnesis, pemeriksaan, diagnosa,
terapi, dalam rekam medis pasien
10. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas simpus untuk dientry dan
didata sesuai dengan yang tercatat di rekam medis.

Unit Terkait  Sub unit BP Umum


 Sub unit UGD
 Sub unit Farmasi
 Sub unit laboratorium
Rekam Historis
Perbuahan NO YANG DI UBAH ISI PERUBAHAN TGL MULAI
DIBERLAKUKAN
OTITIS EKSTERNA

No. Kode :

No. Revisi :
S
O
P Tanggal Terbit :

Halaman :

UPT PUSKESMAS dr.H. Muhamad Rusmin


PONDOK BETUNG NIP196612222003121002

Pengertian Adalah radang pada liang telinga luar. Penyakit ini banyak ditemukan dilayanan
kesehatan primer.
Tujuan Sebagai pedoman menetukan diagnosis dan penatalaksanaan otitis eksterna

Kebijakan

Referensi Buku panduan praktisi klinis bagi dokter di Fasilitas Pelayana kesehatan primer
Edisi 2 ,Th 2014
Prosedur/ Langkah- 1. Petugas melakukan pemeriksaan Vital sign yang diperlukan
langkah 2. Petugas melakukan anamnesis (keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu, riwayat alergi, dan riwayat penyakit keluarga)
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik THT :
 Nyeri tekan pada tragus
 Nyeri Tarik daun telinga
 Otoskopi : OE akut difus liang telinga luar sempit , kulit liang telinga luar
hiperemis dan edema dengan batas yang tidak jelas, OE akut
sirkumskripta furunkel pada laing telinga luar.
4. Petugas menegakkan working diagnosis dan differential diagnosis berdasarkan
hasil pemeriksaan poin 1,2,3.
5. Petugas memberikan terapi sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan
 Non-medikamentosa : membersihkan liang telinga dengan kapas yang
dibasahi dengan H2O2 3%
 Medikamentosa
a. Pemberianobat tetes telinga 3 minggu dengan Kloramfenicol
tetes telinga.
b. Amoxicillin 25-50/kgBB/hari dibagi 3dosis bila infeksi cukup
berat.
c. Bila demam diberikan Paracetamol 10mg/kgBB/hari dan
ibuprofen
d. Dexametason 0,01mg/kgBB/hari dibagi 3kali pemberian
6. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan sub unit farmasi
7. Petugas mendokumenkan semua hasil anamnesis, pemeriksaan, diagnosa,
terapi, dalam rekam medis pasien
8. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas simpus untuk dientry dan
didata sesuai dengan yang tercatat di rekam medis.

Unit Terkait  Sub unit BP Umum


 Sub unit UGD
 Sub unit Farmasi
Rekam Historis
Perbuahan NO YANG DI UBAH ISI PERUBAHAN TGL MULAI
DIBERLAKUKAN
KONJUGTIVITIS

No. Kode :

No. Revisi :
S
O
P Tanggal Terbit :

Halaman :

UPT PUSKESMAS dr.H. Muhamad Rusmin


PONDOK BETUNG NIP196612222003121002

Pengertian adang konjugtiva yang dapat disebabkan oleh mikroorganisme ( virus, bakteri),
iritasi atau reaksi alergi. Konjungtivitis ditularkan melalui kontak langsung dengan
sumber infeksi. Penyakit ini dapat menyerang semua umur
Tujuan Sebagai pedoman menetukan diagnosis dan penatalaksanaan Konjungtivitis.

Kebijakan

Referensi Buku panduan praktisi klinis bagi dokter di Fasilitas Pelayana kesehatan primer
Edisi 2 ,Th 2014
Prosedur/ Langkah- 1. Petugas melakukan pemeriksaan Vital sign yang diperlukan
langkah 2. Petugas melakukan anamnesis (keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu, riwayat alergi, dan riwayat penyakit keluarga)
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik .
Pemeriksaan fisik Mata didapat : Visus normal, injeksi konjungtival, dapat
disertai edema kelopak, kemosis, eksudasi bias serous, mukopurulen atau
purulent. pada konjungtiva tarsa dapat ditemukan folikel, papil atau papil
raksasa, flikten, membrane, atau pseudomembran.
4. Petugas menegakkan working diagnosis dan differential diagnosis berdasarkan
hasil pemeriksaan poin 1,2,3
5. Petugas memberikan terapi sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan
 Kloramfenikol 2-3 tts mata sehari 3x atau salep mata 3x sehari selama
3hari.
 Pemberian Amoxicillin 25-50/kgBB/hari dibagi 3dosis atau eritromisin
25-50mg/kg BB/hari, dibagi 4 dosis
6. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan sub unit farmasi
7. Petugas mendokumenkan semua hasil anamnesis, pemeriksaan, diagnosa,
terapi, dalam rekam medis pasien
8. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas simpus untuk dientry dan
didata sesuai dengan yang tercatat di rekam medis.

Unit Terkait  Sub unit BP Umum


 Sub unit Farmasi
Rekam Historis
Perbuahan NO YANG DI UBAH ISI PERUBAHAN TGL MULAI
DIBERLAKUKAN
DRY EYE

No. Kode :

No. Revisi :
S
O
P Tanggal Terbit :

Halaman :

UPT PUSKESMAS dr.H. Muhamad Rusmin


PONDOK BETUNG NIP196612222003121002

Pengertian adalah suatu keadaan keringnya permukaan kornea dan konjungtiva yang
diakibatkan berkurangnya produksi komponen air mata( musin, akueous, dan lipid).
Gangguan yang sering pada mata dengan insiden sekitar 10%- 30% dari populasi
dan terutama dialami oleh wanita berusia lebih dari 40 tahun.
Tujuan Sebagai pedoman menetukan diagnosis dan penatalaksanaan Dry eye.

Kebijakan

Referensi Buku panduan praktisi klinis bagi dokter di Fasilitas Pelayana kesehatan primer
Edisi 2 ,Th 2014
Prosedur/ Langkah- 1. Petugas melakukan pemeriksaan Vital sign yang diperlukan
langkah 2. Petugas melakukan anamnesis (keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu, riwayat alergi, dan riwayat penyakit keluarga)
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik .
Pemeriksaan fisik mata : Mata terasa gatal dan seperti berpasir,keluhan dapat
disetai sensasi terbakar, merah, perih, dan silau. Pasien seringkali menyadari
bahwa gejala terasa makin berat diakhir hari ( sore/malam).
4. Petugas menegakkan working diagnosis dan differential diagnosis berdasarkan
hasil pemeriksaan poin 1,2,3
5. Petugas memberikan terapi sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan
Pemberian air mata buatan, yaitu tetes mata karboksimetilselulosa atau
sodium hialuronat.
6. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan sub unit farmasi
7. Petugas mendokumenkan semua hasil anamnesis, pemeriksaan, diagnosa,
terapi, dalam rekam medis pasien
8. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas simpus untuk dientry dan
didata sesuai dengan yang tercatat di rekam medis.

Unit Terkait  Sub unit BP Umum


 Sub unit Farmasi
Rekam Historis
Perbuahan NO YANG DI UBAH ISI PERUBAHAN TGL MULAI
DIBERLAKUKAN
BLEFARITIS

No. Kode :

No. Revisi :0
S
O
P Tanggal Terbit :

Halaman :

UPT PUSKESMAS
dr.H. Muhamad Rusmin
PONDOK BETUNG
NIP196612222003121002

Pengertian adalah radang pada tepi kelopak mata ( margo palpebral) yang dapat disertai
terbentuknya ulkus dan dapat melibatkan folikel rambut.
Tujuan Sebagai pedoman menetukan diagnosis dan penatalaksanaan blefaritis.

Kebijakan

Referensi Buku panduan praktisi klinis bagi dokter di Fasilitas Pelayana kesehatan primer
Edisi 2 ,Th 2014
Prosedur/ Langkah- 1. Petugas melakukan pemeriksaan Vital sign yang diperlukan
langkah 2. Petugas melakukan anamnesis (keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu, riwayat alergi, dan riwayat penyakit keluarga)
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik mata.
 Merah/ hiperemiapada tepi kelopak mata
 Terbentuk sisik yang keras dan krusta terutama di sekitar dasar bulu mata
 Kadang disertai kerontokan bulu mata (madarosis), putih pada bulu
mata(poliosis), dan trikiasis
 Dapata keluar secret yang mengering selama tidur, sehingga ketika bangun
kelopak mata sukar dibuka
4. Petugas menegakkan working diagnosis dan differential diagnosis berdasarkan
hasil pemeriksaan poin 1,2,3
5. Petugas memberikan terapi sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan
Pemberian air mata buatan, yaitu tetes mata karboksimetilselulosa atau
sodium hialuronat.
6. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan sub unit farmasi
7. Petugas mendokumenkan semua hasil anamnesis, pemeriksaan, diagnosa,
terapi, dalam rekam medis pasien
8. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas simpus untuk dientry dan
didata sesuai dengan yang tercatat di rekam medis.

Unit Terkait  Sub unit BP Umum


 Sub unit Farmasi
Rekam Historis
Perbuahan NO YANG DI UBAH ISI PERUBAHAN TGL MULAI
DIBERLAKUKAN
HORDEOLUM

No. Kode :

No. Revisi :
S
O
P Tanggal Terbit :

Halaman :

UPT PUSKESMAS dr.H. Muhamad Rusmin


PONDOK BETUNG NIP196612222003121002

Pengertian adalah peradangan supuratif kelenjar kelopak mata. Biasanya merupakan infeksi
staphylococcus pada kelenjara sebasea kelopak.
Tujuan Sebagai pedoman menetukan diagnosis dan penatalaksanaan hordeolum

Kebijakan

Referensi Buku panduan praktisi klinis bagi dokter di Fasilitas Pelayana kesehatan primer
Edisi 2 ,Th 2014
Prosedur/ Langkah- 1. Petugas melakukan pemeriksaan Vital sign yang diperlukan
langkah 2. Petugas melakukan anamnesis (keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu, riwayat alergi, dan riwayat penyakit keluarga)
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik mata .
 Kelopak mata bengkak
 Terasa sakit bila ditekan
 Bengkak /benjolan bisa di luar atau di dalam kelopak mata
4. Petugas menegakkan working diagnosis dan differential diagnosis berdasarkan
hasil pemeriksaan poin 1,2,3
5. Petugas memberikan terapi sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan
Penatalaksanaan
Edukasi
 Mata dikompres hangat -6 kali sehari selama 15 menit kalinya untuk
membantu drainase. Tindakan dilakukan dengan mata tertutup
 Kelopak mata dibersihkan dengan air bersih atau pun dengan sabun
atau sampo yang tidak menimbulkan iritasi, seperti sabun bayi .hal ini
dapat mempercepat proses penyembuhan. Tindakan dilakukan dengan
mata tertutup
 jangan menekan atau menusuk hordeolum, hal ini dapat menimbulkan
infeksi yang lebih serius.
 Hindari pemakaian make-up pada mata, Karena kemungkinan hal itu
menjadi penyebab infeksi
 Janagan memakai lensa kontak Karena dapat menyebarkan infeksi ke
kornea.
Pemberian terapi
 Pemberian terapi topical dengan oxytetrasiklin salep mata atau
kloramfenikol salep mata setiap 8 jam. Apabila menggunakan
kloramfenikol tetes mata sebanyak 1 tetes tiap 2 jam.
 Pemberian terapi oral sistemik dengan eritromisin 500mg pada dewasa
dan anak sesuai dengan berat badan atau dikloksasilin 3 kali sehari
selama 3 hari
6. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan sub unit farmasi
7. Petugas mendokumenkan semua hasil anamnesis, pemeriksaan, diagnosa,
terapi, dalam rekam medis pasien
8. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas simpus untuk dientry dan
didata sesuai dengan yang tercatat di rekam medis.

Unit Terkait  Sub unit BP Umum


 Sub unit Farmasi
Rekam Historis
Perbuahan NO YANG DI UBAH ISI PERUBAHAN TGL MULAI
DIBERLAKUKAN
INSOMNIA

No. Kode :

No. Revisi :
S
O
P Tanggal Terbit :

Halaman :

UPT PUSKESMAS dr.H. Muhamad Rusmin


PONDOK BETUNG NIP196612222003121002

Pengertian adalah gejala atau gangguan dalam tidur, dapat berupa kesulitan berualang untuk
mencapai tidur, atau mempertahankan tidur yang optimal atau kualitas tidur yang
buruk. Pada kebanyakan kasus,gangguan tidur adalah salah satu gejala dari
gangguan lainnya, baik mental(psikiatrik) atau fisik.

Tujuan Sebagai pedoman menetukan diagnosis dan penatalaksanaan insomnia

Kebijakan

Referensi Buku panduan praktisi klinis bagi dokter di Fasilitas Pelayana kesehatan primer
Edisi 2 ,Th 2014
Prosedur/ Langkah- 1. Petugas melakukan pemeriksaan Vital sign yang diperlukan
langkah 2. Petugas melakukan anamnesis (keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu, riwayat alergi, dan riwayat penyakit keluarga)
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik didapat pasien tampak lelah dan mata
cekung dan auskultasi.
4. Petugas menegakkan working diagnosis dan differential diagnosis berdasarkan
hasil pemeriksaan poin 1,2,3
5. Bila gejala berulang rujuk ke SpKJ
6. Petugas memberikan terapi sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan
 Lorazepam 0,5-2mg atau diazepam 2-5mg pada malam hari.
7. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan sub unit farmasi
8. Petugas mendokumenkan semua hasil anamnesis, pemeriksaan, diagnosa,
terapi, dalam rekam medis pasien
9. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas simpus untuk dientry dan
didata sesuai dengan yang tercatat di rekam medis.
Unit Terkait  Sub unit BP Umum
 Sub unit Farmasi
Rekam Historis
Perbuahan NO YANG DI UBAH ISI PERUBAHAN TGL MULAI
DIBERLAKUKAN
MIGRAIN

No. Kode :

No. Revisi :
S
O
P Tanggal Terbit :

Halaman :

UPT PUSKESMAS dr.H. Muhamad Rusmin


PONDOK BETUNG NIP196612222003121002

Pengertian adalah istilah yang digunakan untuk nyeri kepala primer dengan kualitas vaskular (
berdenyut), diawali unilateral yang diikuti oleh mual, fotofobia, fonofobia, gangguan
tidur dan depresi.

Tujuan Sebagai pedoman menetukan diagnosis dan penatalaksanaan migrain

Kebijakan

Referensi Buku panduan praktisi klinis bagi dokter di Fasilitas Pelayana kesehatan primer
Edisi 2 ,Th 2014
Prosedur/ Langkah- 1. Petugas melakukan pemeriksaan Vital sign yang diperlukan
langkah 2. Petugas melakukan anamnesis (keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu, riwayat alergi, dan riwayat penyakit keluarga)
Gejala :
3. Nyeri moderat sampai berat, kebanyakan pederita migrain merasakan nyeri
hanya pada satu sisi kepala, namun sebagian merasakan nyeri pada kedua sisi
kepala.
4. Sakit kepala berdenyut atau serasa ditusuk-tusuk.
5. Rasa nyerinya semakin parah dengan aktivitas fisik.
6. Rasa nyerinya sedemikian rupa sehingga tidak dapat melakukan aktivitas
sehari-hari.
7. Mual dengan atau tanpa muntah.
8. Fotofobia atau fonofobia.
9. Petugas melakukan pemeriksaan fisik dan auskultasi.
10. Petugas menegakkan working diagnosis dan differential diagnosis berdasarkan
hasil pemeriksaan poin 1,2,3
11. Petugas memberikan terapi sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan
 Analgesik non spesifik aspirin 600-900mg,
 ibuprofen 200-400mg,
 Paracetamol 500mg 3x1
 untuk mual diberikan domperidon 3x1.
12. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan sub unit farmasi
13. Petugas mendokumenkan semua hasil anamnesis, pemeriksaan, diagnosa,
terapi, dalam rekam medis pasien
14. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas simpus untuk dientry dan
didata sesuai dengan yang tercatat di rekam medis.
Unit Terkait  Sub unit BP Umum
 Sub unit Farmasi
Rekam Historis
Perbuahan NO YANG DI UBAH ISI PERUBAHAN TGL MULAI
DIBERLAKUKAN

INFLUENZA

No. Kode :

No. Revisi :
S
O
P Tanggal Terbit :

Halaman :

UPT PUSKESMAS dr.H. Muhamad Rusmin


PONDOK BETUNG NIP196612222003121002

Pengertian Influenza sering dikenal dengan flu adalah penyakit menular disebabkan oleh virus
RNA yaitu virus influenza A, B dan lebih jarang C. virus influenza terus mengalami
perubahan , sehingga dalam beberapa waktu akan mengakibatkan wabah. Virus ini
menyerang saluran nafas atas dan paru-paru.

Tujuan Sebagai pedoman menetukan diagnosis dan penatalaksanaan influenza

Kebijakan

Referensi

Prosedur/ Langkah- 1. Petugas melakukan pemeriksaan Vital sign yang diperlukan


langkah 2. Petugas melakukan anamnesis (keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu, riwayat alergi, dan riwayat penyakit keluarga)
 Demam
 Terjadi tiba-tiba /akut
 Gejala saluran pernafasan seperti batuk,
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik dan auskultasi.
4. Petugas menegakkan working diagnosis dan differential diagnosis berdasarkan
hasil pemeriksaan poin 1,2,3
5. Petugas memberikan terapi sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan
Penatalaksanaan
 Influenza umumnya tanpa obat self limited disease, daya tahan tubuh
dan beristirahat 2-3 hari, makan makanan yang bergizi.
 Antipiretik pada dewasa yaitu paracetamol 2-4x 500mg/hari (10-
15mg/kgBB), atau ibuprofen 3-4 200-400mg/hari ( 5-10mg/kgBB)
 Dekongestan, seperti pseudoefedrin ( 60mg setiap 4-6 jam)
 Antihistamin , seperti klorfeniramin 4-6mg sebanyak 3-4 kali/ hari, atau
difenhidramin 25- 50mg setiap 4-6 jam, atau loratadine atau cetirizine
10mg dosis tunggal ( pada anak loratadine 0,5mg/kgBB dan cetirizine
0,3mg/kgBB)
 Dapat pula diberikan antitusif atau ekspektoran bila disertai batuk.
6. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan sub unit farmasi
7. Petugas mendokumenkan semua hasil anamnesis, pemeriksaan, diagnosa,
terapi, dalam rekam medis pasien
8. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas simpus untuk dientry dan
didata sesuai dengan yang tercatat di rekam medis.

Unit Terkait  Sub unit BP Umum


 Sub unit Farmasi
Rekam Historis
Perbuahan NO YANG DI UBAH ISI PERUBAHAN TGL MULAI
DIBERLAKUKAN
TENSION HEADACHE

No. Kode :

No. Revisi :
S
O
P Tanggal Terbit :

Halaman :

UPT PUSKESMAS dr.H. Muhamad Rusmin


PONDOK BETUNG NIP196612222003121002

Pengertian Tension headache atau nyeri kepala tipe tegang adalah sakit kepala yang paling
sering dijumpai dan sering dihubungkan dengan jangaka waktu dan peningkatan
stres.
Tujuan Sebagai pedoman menetukan diagnosis dan penatalaksanaan Tension headache

Kebijakan

Referensi

Prosedur/ Langkah- 1. Petugas melakukan pemeriksaan Vital sign yang diperlukan


langkah 2. Petugas melakukan anamnesis (keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu, riwayat alergi, dan riwayat penyakit keluarga)
Gejala :
 Nyeri kepala yang tersebar difuse ( seluruh kepala).
 Nyeri kepala sifat nyerinya mulai dari ringan hingga sedang.
 Nyeri kepala tegang otot bisanya berlangsung selama 30 menit hingga 1
minggu penuh.
 Nyeri awalanya dirasakan pasien pada leher bagian belakang terus
kekepala bagian belakang kemudian menjalar ke bagian depan.
 Nyeri kepala ini tidak berdenyut dan tidak disertai mual ataupun muntah.
 Nyeri tegang otot yang kronis biasanya merupakan manifestasi konflik
psikologis yang mendasarinya seperti kecemasan dan depresi.
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik dan auskultasi.
4. Petugas menegakkan working diagnosis dan differential diagnosis berdasarkan
hasil pemeriksaan poin 1,2,3
5. Petugas memberikan terapi sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan
 Analgesik non spesifik aspirin 600-900mg,
 ibuprofen 200-400mg 3x1,
 Paracetamol 500mg 3x1
 untuk mual diberikan domperidon 3x1.
6. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan sub unit farmasi
7. Petugas mendokumenkan semua hasil anamnesis, pemeriksaan, diagnosa,
terapi, dalam rekam medis pasien
8. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas simpus untuk dientry dan
didata sesuai dengan yang tercatat di rekam medis.
Unit Terkait  Sub unit BP Umum
 Sub unit Farmasi
Rekam Historis
Perbuahan NO YANG DI UBAH ISI PERUBAHAN TGL MULAI
DIBERLAKUKAN

LARINGITIS

No. Dokumen :

No. Revisi :
S
O
P TanggalTerbit :

Halaman :

UPT PUSKESMAS dr.H. Muhamad Rusmin


PONDOK BETUNG NIP196612222003121002
Pengertian peradangan pada laring yang dapat di sebabkan oleh virus, bakteri, atau jamur.
Laryngitis juga merupakan akibat dari penggunaan suara yang berlebihan,
pajanan terhadap polutan eksogen, atau infeksi pada pita suara.

Tujuan Sebagai pedoman menetukan diagnosis dan penatalaksanaan laringitis

Kebijakan

Referensi

Prosedur/ Langkah- 1. Petugas melakukan pemeriksaan Vital sign yang diperlukan


langkah 2. Petugas melakukan anamnesis (keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu, riwayat alergi, dan riwayat penyakit keluarga)
Gejala :
 Pasien datang dengan keluhan suara serak atau hilang atau suara yang
susah keluar atau suara dengan nada lebih rendah dari suara yang
biasa / normal bahkan sampai tidak bersuara sama sekali .
 Sesak nafas dan stridor
 Nyeri tenggorokan, terutama nyeri ketika menelan atau berbicara.
 Gejala radang umum, seperti demam, malaise.
 Batuk kering yang lama kelamaan disertai dengan dahak kental.
 Gejala common cold, seperti bersin- bersin, nyeri tenggoroka hingga
sulit menelan, sumbang hidung, nyeri kepala, batuk dan demam
dengan temperature yang tidak mengalami peningkatan dari 38oC
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik dan auskultasi.
4. Petugas menegakkan working diagnosis dan differential diagnosis berdasarkan
hasil pemeriksaan poin 1,2,3
5. Petugas memberikan terapi sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan
 Non medikamentosa : istirahat suara, rehabilitasi suara, meningkatkan
asupan cairan.
 Medikamentosa :
a. pemberian paracetamol 500mg atau ibuprofen 200- 400mg
b. Pemberian antibiotik golongan penisilin 25 – 50mg/kgBB/hari dibagi 3
dosis ,
c. pemberian kortikosteroid seperti dexametason, prednisone,
metilprednisolon dosisi 3x1.
6. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan sub unit farmasi
7. Petugas mendokumenkan semua hasil anamnesis, pemeriksaan, diagnosa,
terapi, dalam rekam medis pasien
8. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas simpus untuk dientry dan
didata sesuai dengan yang tercatat di rekam medis.
Unit Terkait • Sub unit BP Umum
• Sub unit Farmasi
Rekam Historis
Perbuahan NO YANG DI UBAH ISI PERUBAHAN TGL MULAI
DIBERLAKUKAN
TONSILITIS

No. Dokumen :

No. Revisi :
S
O
P TanggalTerbit :

Halaman :

UPT PUSKESMAS dr.H. Muhamad Rusmin


PONDOK BETUNG NIP196612222003121002

Pengertian Tonsillitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin
waldeyer. Cincin waldeyer terdiri atas susunan jaringan limfoid yang terdapat di
dalam rongga mulut yaitu tonsil faringeal, tonsil palatina, tonsil lingual, tonsil tuba
eustachius.
Tujuan Sebagai pedoman menetukan diagnosis dan penatalaksanaan tonsilitis

Kebijakan

Referensi

Prosedur/ Langkah- 1. Petugas melakukan pemeriksaan Vital sign yang diperlukan


langkah 2. Petugas melakukan anamnesis (keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu, riwayat alergi, dan riwayat penyakit keluarga)
Gejala :
- Rasa kering ditenggorkan sebagai gejala awal,
- nyeri pada tenggorokan, terutama saat menelan,
- nyeri dapat menyebar ke telinga,
- Demam yang sangat tinggi sampai menimbulkan kejang pada bayi dan
anak,
- suara pasien terdengar seperti orang yang mulutnya penuh disertai
mulut berbau (foetor ex ore)
- bila tonsillitis kronis disertai pernafasan berbau ( halitosis).
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik
THT :
a. T0: tonsil sudah diangkat
b. 2. T1: < 25% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring atau
batas media tonsil melewati pilar anterior sampai ¼ jarak pilar anterior
uvula.
c. T2: 25-50% volume tonsil dibanding dengan volume orofaring atau batas
media tonsil melewati pilar anterior sampai ¼ jarak pilar anterior uvula
sampai ½ jarak pilar anterior uvula.
d. T3: 50-75% volume tonsil dibanding dengan volume orofaring atau batas
media tonsil melewati pilar anterior sampai 1/2jarak pilar anterior uvula
sampai ¾ jarak pilar anterior uvula.
e. T4: >75% volume tonsil dibanding volume orofaring atau batas media tonsil
melewati ¾ jarak pilar anterior- uvula atau lebih.
4. dan auskultasi.
5. Petugas menegakkan working diagnosis dan differential diagnosis berdasarkan
hasil pemeriksaan poin 1,2,3
6. Petugas memberikan terapi sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan
 Non medikamentosa : Edukasi :Istirahat cukup, makan makanan lunak dan
menghindari makan makanan yang mengiritasi, menjaga kebersihan mulut,
pemberian obat topical dapat berupa obat kumur antiseptic
 Medikamentosa :
- Tonsilitis viral -> bila gejala berat diberi antivirus metisoprinol
diberikan pada infeksi virus dengan dosis 60-100mg/kgBB dibagi
dalam 4-5 kali pemberian/hari pada orang dewas dan anak< 5 tahun
diberikan 50mg/kgBB dibagi dalam 4-6 kali pemberian /hari
- Tonsilitis bakteri -> penyebab streptococcus grup A, diberikan
amoksisilin 50mg/kgBB dosis dibagi 3 kali/ hari selama 10 hari pada
dewasa 3x500mg 6-10 hari atau eritromisin 4x 500mg/hari selain
antibiotic diberikan kortikosteroid deksametason 3x0,5 mg pada
dewas selama 3 hari, pada anak-anak 0,01mg/kgBB/hari dibagi 3
kali pemberian selama 3 hari
7. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan sub unit farmasi
8. Petugas mendokumenkan semua hasil anamnesis, pemeriksaan, diagnosa,
terapi, dalam rekam medis pasien
9. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas simpus untuk dientry dan
didata sesuai dengan yang tercatat di rekam medis.
Unit Terkait  Sub unit BP Umum
 Sub unit Farmasi
Rekam Historis
Perbuahan NO YANG DI UBAH ISI PERUBAHAN TGL MULAI
DIBERLAKUKAN
FARIGITIS

No. Dokumen :

No. Revisi :
S
O
P TanggalTerbit :

Halaman :

UPT PUSKESMAS dr.H. Muhamad Rusmin


PONDOK BETUNG NIP196612222003121002

Pengertian Faringitis merupaka peradangan dinding farin yang disebabkan oleh virus (40%-
60%), bakteri (5-40%), alergi, trauma, iritan.
Tujuan Sebagai pedoman menetukan diagnosis dan penatalaksanaan faringitis

Kebijakan

Referensi

Prosedur/ Langkah- 1. Petugas melakukan pemeriksaan Vital sign yang diperlukan


langkah 2. Petugas melakukan anamnesis (keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu, riwayat alergi, dan riwayat penyakit keluarga)
Gejala :
 Nyeri tenggorokan, terutama saat menelan
 Demam
 Secret dari hidung
 Dapat disertai atau tanpa batuk
 Nyeri kepala
 Mula, muntah
 Rasa lemah pada seluruh tubuh
 Nafsu makan berkurang
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik dan auskultasi.
4. Petugas menegakkan working diagnosis dan differential diagnosis berdasarkan
hasil pemeriksaan poin 1,2,3
5. Petugas memberikan terapi sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan
 Non medikamentosa : istirahat suara, rehabilitasi suara, meningkatkan
asupan cairan.
 Medikamentosa :
a. Berkumur dengan obat kumur antiseptic ; nystatin 100.000-400.000 IU,
2x/hari.
b. Infeksi virus diberikan Isoprinosine dengan dosis 60-100mg/kgBB
dibagi 4-6x /hari pada dewasa, dan pada anak <5 tahun diberikan 50
mg/kgBB dibagi dalam 4-6x/hari.
c. Untuk bakteri streptococcus grup A diberikan antibiotic amoxsisilin 50
mg/kgBB dosis dibagi 3x/hari selama 10 hari dan pada dewasa
diberikan 3x 500mg selama 6-10 hari atau eritromisin 4x500mg/hari.
d. Pemebergian analgetik antipiretik ; paracetamol 3x500mg pada anak
10mg/kgBB.
e. Pemberian antiinflamasi steroid dexametason 3x0,5mg pada dewasa
selama 3 hari dan pada anak-anak 0,01mg/kgBB/hari dibagi dalam
3x/hari selama 3 hari.
6. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan sub unit farmasi
7. Petugas mendokumenkan semua hasil anamnesis, pemeriksaan, diagnosa,
terapi, dalam rekam medis pasien
8. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas simpus untuk dientry dan
didata sesuai dengan yang tercatat di rekam medis.
Unit Terkait  Sub unit BP Umum
 Sub unit Farmasi
Rekam Historis
Perbuahan NO YANG DI UBAH ISI PERUBAHAN TGL MULAI
DIBERLAKUKAN
EPISTAKSIS

No. Dokumen :

No. Revisi :
S
O
P TanggalTerbit :

Halaman :

UPT PUSKESMAS dr.H. Muhamad Rusmin


PONDOK BETUNG NIP196612222003121002

Pengertian Epistaksis adalah perdarahan yang mengalir keluar dari hidung yang berasal dari
rongga hidung atau nasofaring. Faktor etiologi dapat local atau sistemik.

Tujuan Sebagai pedoman menetukan diagnosis dan penatalaksanaan epistaksis

Kebijakan

Referensi

Prosedur/ Langkah- 1. Petugas melakukan pemeriksaan Vital sign yang diperlukan


langkah 2. Petugas melakukan anamnesis (keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu, riwayat alergi, dan riwayat penyakit keluarga)
Gejala :
 Keluar darah dari hidung atau riwayat keluar darah dari hidung.
 Riwayat trauma,
 Riwayat keluar darah berulang dan riwayat hipertensi,
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik dan auskultasi.
4. Petugas menegakkan working diagnosis dan differential diagnosis berdasarkan
hasil pemeriksaan poin 1,2,3
5. Petugas memberikan terapi sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan
 Non medikamentosa :
a. perbaikan keadaan umum dengan posisi duduk kecuali pasien
syokdibaringkan dengan kepala dimiringkan.
b. Pada anak yang sering mengalami epistaksis ringan dapat
dihentikan dengan cara duduk dengan kepala ditegakkkan,
kemudian cuping hidung ditekan ke arah septum sema 3-5
(metode trotter)
 Medikamentosa :
a. Bila perdarahan tidak berhenti, masukka kapas yang dibasahi ke
dalam hidung dengan larutan anestesi lokal lidokain 2% yang
ditetesi dengan 0,2 larutan adrenalin 1/1000, hal ini bertujuan
menghilangkan ras sakit dan membuat vasokontriktor pembuluh
darah sehingga perdarahan dapat behenti sesudah 10- 15 menit
kapas hidung dikeluarkan,
b. Pemberian vitamin K atau as tarneksamat Dosis 250mg – 500mg
untuk oral
6. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan sub unit farmasi
7. Petugas mendokumenkan semua hasil anamnesis, pemeriksaan, diagnosa,
terapi, dalam rekam medis pasien
8. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas simpus untuk dientry dan
didata sesuai dengan yang tercatat di rekam medis.
Unit Terkait  Sub unit BP Umum
 Sub unit UGD
 Sub unit Farmasi
Rekam Historis
Perbuahan NO YANG DI UBAH ISI PERUBAHAN TGL MULAI
DIBERLAKUKAN
RINITIS AKUT

No. Dokumen :

No. Revisi :
S
O
P TanggalTerbit :

Halaman :

UPT PUSKESMAS dr.H. Muhamad Rusmin


PONDOK BETUNG NIP196612222003121002

Pengertian Rinits akut adalah peradangan pada mukosa hidung yang berlangsung akut ,12
minggu, bisa disebabkan infeksi virus, bakteri ataupun iritan.
Tujuan Sebagai pedoman menetukan diagnosis dan penatalaksanaan rinitis akut

Kebijakan

Referensi

Prosedur/ Langkah- 1. Petugas melakukan pemeriksaan Vital sign yang diperlukan


langkah 2. Petugas melakukan anamnesis (keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu, riwayat alergi, dan riwayat penyakit keluarga)
Gejala :
 Keluar ingus dari hidung.
 Idung tersumbat ,
 Rasa panas dan gatal pada hidung
 Bersin-bersin
 Dapat disertai batuk.
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik dan auskultasi.
4. Petugas menegakkan working diagnosis dan differential diagnosis berdasarkan
hasil pemeriksaan poin 1,2,3
5. Petugas memberikan terapi sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan
 Non medikamentosa :
a. Istirahat yang cukup.
b. Menjaga asupan yang bergizi dan sehat.
 Medikamentosa :
a. pemberian paracetamol 500mg atau ibuprofen 200- 400mg
b. Pemberian antibiotik golongan penisilin 25 – 50mg/kgBB/hari
dibagi 3 dosis ,
c. Pemberian chlorpheniramine Maleat dosis dewasa 3x1, dosis anak
2-6th maksimal 6 mg dan anak 6-12 masimal 12 mg
d. pemberian kortikosteroid seperti dexametason, prednisone,
metilprednisolon dosisi 3x1.
6. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan sub unit farmasi
7. Petugas mendokumenkan semua hasil anamnesis, pemeriksaan, diagnosa,
terapi, dalam rekam medis pasien
Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas simpus untuk dientry dan didata
sesuai dengan yang tercatat di rekam medis.
Unit Terkait  Sub unit BP Umum
 Sub unit laboratorium
 Sub unit Farmasi
Rekam Historis
Perbuahan NO YANG DI UBAH ISI PERUBAHAN TGL MULAI
DIBERLAKUKAN

RINITIS VASOMOTOR

No. Dokumen :

No. Revisi :
S
O
P TanggalTerbit :

Halaman :

UPT PUSKESMAS dr.H. Muhamad Rusmin


PONDOK BETUNG NIP196612222003121002

Pengertian Rinitis vasomotor adalah salah satu bentuk rinitis kronik yang tidak diketahui
penyebabnya, tanpa adanya infeksi, alergi, sering pada orang dewasa dibanding
anak-anak.
Tujuan Sebagai pedoman menetukan diagnosis dan penatalaksanaan rinitis vasomotor

Kebijakan
Referensi

Prosedur/ Langkah- 1. Petugas melakukan pemeriksaan Vital sign yang diperlukan


langkah 2. Petugas melakukan anamnesis (keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu, riwayat alergi, dan riwayat penyakit keluarga)
Gejala :
 Hidung tersumbat kiri dan kanan tergantung posisi tidur gejala
memburuk pada pagi hari,
 Bersin bersin lebih jarang dibanding rinitis alergi,
 Lebih sering terjadi pada wanita,
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik dan auskultasi.
4. Petugas menegakkan working diagnosis dan differential diagnosis berdasarkan
hasil pemeriksaan poin 1,2,3
5. Petugas memberikan terapi sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan
 Non medikamentosa : istirahat yang cukup.
 Medikamentosa :
a. Pemberian chlorpheniramine Maleat dosis 3x1
b. pemberian kortikosteroid seperti dexametason, prednisone,
metilprednisolon dosisi 3x1.
c. Pemberian vitamin C
6. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan sub unit farmasi
7. Petugas mendokumenkan semua hasil anamnesis, pemeriksaan, diagnosa,
terapi, dalam rekam medis pasien
Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas simpus untuk dientry dan didata
sesuai dengan yang tercatat di rekam medis.
Unit Terkait  Sub unit BP Umum
 Sub unit Farmasi
Rekam Historis
Perbuahan NO YANG DI UBAH ISI PERUBAHAN TGL MULAI
DIBERLAKUKAN
Gangguan Somatoform

No. Dokumen :

No. Revisi :
S
O
P TanggalTerbit :

Halaman :

UPT PUSKESMAS dr.H. Muhamad Rusmin


PONDOK BETUNG NIP196612222003121002

Pengertian Gangguan somatoform merupakan suatu kelompok kelainan psikiatrik yang


manifestasinya dapat berupa berbagai gejala fisik yang dirasakan signifikan oleh
pasien namaun tidak ditemukan penyebabkan secara medis.
Tujuan Sebagai pedoman menetukan diagnosis dan penatalaksanaan gangguan
somatoform
Kebijakan

Referensi

Prosedur/ Langkah- 1. Petugas melakukan pemeriksaan Vital sign yang diperlukan


langkah 2. Petugas melakukan anamnesis (keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu, riwayat alergi, dan riwayat penyakit keluarga)
Gejala :
 Keluhan atau gejala fisik berulang,
 Dapat disertai dengan permintaan pemeriksaan medis,
 Hasil pemeriksaan medis tidak menunjukkan adanya kelainan yang
dapat menjelaskan keluhan tersebut,
 Onset dan kelanjutan dari keluhan berhubungan erat dengan peristiwa
kehidupan yanag tidak menyenangkan atau konflik -konflik,
 Pasien biasanya menolak upaya untuk membahas kemungkinan
adanya penyebab psikologis,
 Dapat terlihat perilaku mencari perhatian , terutama pada pasien yanag
tidak puas Karena tidak berhasil membujuk dokter menerima
persepsinya bahwa keluhan yang dialami merupakan penyakit fisik dan
memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik dan auskultasi.
4. Petugas menegakkan working diagnosis dan differential diagnosis berdasarkan
hasil pemeriksaan poin 1,2,3
5. Bila terdiagnosis dengan ganguan somatoform rujuk ke RS
6. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan sub unit farmasi
7. Petugas mendokumenkan semua hasil anamnesis, pemeriksaan, diagnosa,
terapi, dalam rekam medis pasien
8. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas simpus untuk dientry dan
didata sesuai dengan yang tercatat di rekam medis.
Unit Terkait • Sub unit BP Umum

Rekam Historis
Perbuahan NO YANG DI UBAH ISI PERUBAHAN TGL MULAI
DIBERLAKUKAN
Pendarahan Subkonjungtiva

No. Dokumen :

No. Revisi :
S
O
P TanggalTerbit :

Halaman :
UPT PUSKESMAS dr.H. Muhamad Rusmin
PONDOK BETUNG NIP196612222003121002

Pengertian Pendarahan subkonjungtiva adalah perdarahan akibat rupture pembuluh darah


dibawah lapisan konjungtiva yaitu pembuluh darah konjungtivalis atau episklera.
Tujuan Sebagai pedoman menetukan diagnosis dan penatalaksanaan pendarahan
subkonjungtiva
Kebijakan

Referensi

Prosedur/ Langkah- 1. Petugas melakukan pemeriksaan Vital sign yang diperlukan


langkah 2. Petugas melakukan anamnesis (keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu, riwayat alergi, dan riwayat penyakit keluarga)
Faktor penyebab :
 Hipertensi atau arterosklerosis
 Trauma tumpul atau tajam
 Penggunaan obat, terutama pengenceran darah
 Anemia
 Benda asing
 Konjungtivitis
 Maneuver valsava, misl akibat batuk atau muntah
Gejala :
 Pasien dating dengan keluhan adanya darah pada skelra atau mata
berwarna merah terang (tipis) atau merah tua (tebal)
 Pendarahan subkonjungtiva selain terlihat darah pada Bagian sklera.
 Pendarahan akan terlihat meluas dalam 24 jam pertama setelah itu
kemudian akan berkurang perlahan ukurannya Karena diabsorpsi.
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik dan auskultasi.
4. Petugas menegakkan working diagnosis dan differential diagnosis berdasarkan
hasil pemeriksaan poin 1,2,3
5. Petugas memberikan terapi sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan
 Pendarahan subkonjungtiva akan hilang atau diabsorpsi dalam 1-2 minggu
tanpa diobati.
 Kompres air hangat
 Pemberian antibiotic bila terdapat trauma tumpul atau tajam. Bila
pendarahan subkonjungtiva terjadi penurunan visus segera rujuk ke RS
6. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan sub unit farmasi
7. Petugas mendokumenkan semua hasil anamnesis, pemeriksaan, diagnosa,
terapi, dalam rekam medis pasien
8. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas simpus untuk dientry dan
didata sesuai dengan yang tercatat di rekam medis.
Unit Terkait  Sub unit BP Umum
 Sub unit Farmasi
Rekam Historis
Perbuahan NO YANG DI UBAH ISI PERUBAHAN TGL MULAI
DIBERLAKUKAN

Anda mungkin juga menyukai