Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2
1.3 Tujuan .................................................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................. 4
2.1 Prinsip Terjadinya Kebakaran .................................................................................... 4
2.1.1 Teori Segitiga Api ...................................................................................................... 5
2.1.2 Fire Tetra Hedron ...................................................................................................... 5
2.2 Pencegahan Bahaya Kebakaran .................................................................................. 6
2.3 Penanggulangan Bahaya Kebakaran ......................................................................... 6
2.4 Perencanaan Konsep ....................................................................................................... 7
2.4.1 Klasifikasi Bahaya Hunian ....................................................................................... 7
2.5 Instalasi Hydrant Kebakaran ....................................................................................... 9
2.6 Rumus Head Loss Mayor dan Minor, Daya Pompa, Volume Reservoir ........ 18
2.7 Deskripsi Gedung ............................................................................................................. 21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................................ 23
3.1 Diagram Alir Perancangan ............................................................................................ 23
3.2 Prosedur Perancangan .................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................
i
DAFTAR GAMBAR
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Bangunan Menurut Tinggi dan Jumlah Lantai ............................ 9
Tabel 2.2 Hydrant Berdasarkan Luas Lantai Klasifikasi Bangunan dan Jumlah
Lantai Bangunan ............................................................................................................................. 11
Tabel 2.3 Kehilangan Tekanan dalam Slang dan Nozzle .................................................... 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
dilakukan perancangan serta perhitungan headloss dari sistem perpipaan hydrant pada
gedung apartment “Wangunan Ing Jero Ati”
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari perencanaan sistem Hydrant sebagai sarana pencegahan
dan penanggulangan kebakaran adalah sebagai berikut :
1. Menentukan peletakan serta pemasangan sistem instalasi hydrant pada
gedung apartment Wangunan Ing Jero Ati .
2. Menentukan jumlah pilar hydrant pada instalasi hydrant pada gedung
apartment Wangunan Ing Jero Ati.
3. Menentukan daya pompa untuk instalasi sistem hydrant pada gedung
apartment Wangunan Ing Jero Ati.
4. Menentukan kelas bahaya kebakaran pada gedung apartment Wangunan Ing Jero Ati.
5. Menentukan jumlah kebutuhan hydrant pada gedung apartment Wangunan Ing Jero
Ati
2
6. Menghitung head loss dari instalasi hydrant pada gedung apartment Wangunan Ing
Jero Ati.
7. Menentukan analisis hasil perhitungan dan perancangan untuk gedung
apartment Wangunan Ing Jero Ati.
8. Memberi kesimpulan dari hasil analisis untuk instalasi hydrant pada gedung
apartment Wangunan Ing Jero Ati.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.1.1 Teori Segitiga Api
Unsur pokok terjadinya api dalam teori klasik yaitu teori segitiga api
(Triangle of fire) menjelaskan bahwa untuk dapat berlangsungnya proses nyala
api diperlukan adanya tiga unsur pokok yaitu Bahan yang dapat terbakar (Fuel),
Oksigen (O2) yang cukup dari udara atau dari bahan oksidator, dan panas yang
cukup.(lihat Gambar 2.2)
5
2.2 Pencegahan Bahaya Kebakaran
Setelah mengetahui teori segitiga api dan fenomena kebakaran, maka kita dapat
mengetahui bagaimana tata cara pencegahan bahaya kebakaran, diantaranya adalah
sebagai berikut:
a. Cara Penguraian
Yaitu dengan cara memisahkan/menempatkan pada tempat khusus bahan
bakar atau yang mudah terbakar.
b. Cara Pendinginan
Yaitu dengan cara menurunkan temperatur bahan bakar hingga berada
dibawah titik nyalanya.
c. Cara Isolasi
Yaitu dengan cara menurunkan konsentrasi/kadar oksigen hingga dibawah 12%.
6
2.4 Perencanaan Konsep
Untuk merencanakan instalasi sistem pencegahan kebakaran harus
diperhatikan beberapa faktor yang menentukan antara lain:
2.4.1 Klasifikasi Bahaya Hunian
Klasifikasi bahaya hunian digunakan untuk dapat disesuaikan dengan
sarana dan prasarana emergency dan evakuasi di tempat kerja. Berdasarkan
Kepmenaker 186/MEN/1999 klasifikasi tersebut, terdiri dari :
1. Bahaya kebakaran ringan ialah jenis hunian yang mempunyai jumlah dan
kemudahan terbakar rendah, dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas
rendah sehingga menjalarnya api lambat.
Yang dimaksud bahaya kebakaran ringan adalah Hunian:
- Ibadat - Perkantoran
- Pendidikan - Perumahan
- Perawatan - Rumah makan
- Lembaga - Perhotelan
- Perpustakaan - Rumah sakit
- Museum - Penjara
7
,dan apabila terjadi kebakaran melepaskan api sedang sehingga menjalarnya
api sedang. Yang termasuk bahaya kebakaran sedang kelompok II ialah
hunian:
- Penggilingan padi - Pabrik bahan makanan
- Pabrik bahan kimia - Pertokoan
- Perdagangan - Perakitan barang kayu
- Gudang pendinginan - Pengolahan logam
- Gudang perpustakaan - Pabrik barang kelontong
- Pabrik tembakau - Pabrik tekstile
- Penyulingan - Percetakan dan penerbitan
- Pabrik barang kulit - Pabrik perakitan kendaraan Bermotor
8
- Pabrik karet buatan bahan mudah terbakar - Pabrik cat
- Pabrik kembang api - Pemintalan benang
Klasifikasi
Ketinggian dan Jumlah Lantai
Bangunan
(Sumber: SNI-03-1745-2000)
9
2. Klasifikasi Bahaya Hunian
Berikut adalah klasifikasi bahaya hunian:
a. Bahaya Kebakaran ringan ialah bahaya terbakar pada tempat dimana terdapat
bahan-bahan yang mempunyai nilai kemudahan terbakar rendah dan apabila
terjadi kebakaran melepaskan panas rendah dan menjalarnya api lambat.
b. Bahaya Kebakaran Sedang kelompok 1 ialah bahaya kebakaran pada tempat
dimana terdapat bahan-bahan yang mempunyai nilai kemudahan terbakar
sedang, penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih 2,5
meter dan apabila terjadi kebakaran, melepaskan panas sedang, sehingga
menjalarnya api sedang.
c. Bahaya Kebakaran Sedang kelompok 2 ialah bahaya kebakaran pada tempat
dimana terdapat bahan-bahan yang mempunyai nilai kemudahan terbakar
sedang, penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari
4 meter dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang, sehingga
menjalarnya api sedang.
d. Bahaya Kebakaran Sedang kelompok 3 ialah bahaya kebakaran pada tempa
dimana terdapat bahan-bahan yang mempunyai nilai kemudahan terbakar
tinggi dan apabila terjadi kebakaran, melepaskan panas tinggi, sehingga
menjalarnya api cepat.
e. Bahaya Kebakaran Berat ialah bahaya kebakaran pada tempat dimana terdapat
bahan-bahan yang mempunyai nilai kemudahan terbakar tinggi dan apabila
terjadi kebakaran melepaskan panas sangat tinggi dan penjalaran api sangat
cepat.
3. Klasifikasi Hydrant
Hydrant dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis dan penempatan serta besar
ukuran pipa yang digunakan. Berikut adalah penjelasan mengenai klasifikasi
hydrant:
a. Berdasarkan jenis dan penempatan hydrant:
Hydrant gedung
Hydrant halaman
b. Berdasarkan besar ukuran pipa hydrant yang dipakai:
10
Hydrant kelas I : Suatu hydrant yang menggunakan ukuran slang 6,25 cm
(2,5 Inc)
Hydrant kelas II : Suatu hydrant yang menggunakan ukuran slang 3,75 cm
(1,5 Inc)
Hydrant kelas III : Suatu hydrant yang menggunakan ukuran sistem
gabungan kelas I dan kelas II
4. Peletakan hydrant berdasarkan luas lantai klasifikasi bangunan dan jumlah lantai
gedung berdasarkan Keputusan menteri pekerjaan umum Nomor 02/KPTS/1985.
2 2
A 1 buah per 1000 m 2 buah per 1000 m
2 2
B 1 buah per 1000 m 2 buah per 1000 m
2 2
C 1 buah per 1000 m 2 buah per 1000 m
2 2
D 1 buah per 800 m 2 buah per 800 m
2 2
E 1 buah per 800 m 2 buah per 800 m
(Sumber: SNI-03-1745-2000)
5. Bangunan Industri
Setiap bangunan industri harus dilindungi dengan instalasi hydrant kebakaran
dengan ketentuan sebagi berikut :
a. Panjang slang pancaran air dapat menjangkau seluruh ruangan yang dilindungi.
b. Setiap bangunan dengan bahaya kebakaran ringan yang mempunyai luas lantai
2 2
minimum 1000 m dan maksimum 2000 m harus dipasang minimum 2 titik
2
hydrant, setiap penambahan luas lantai maksimum 1000 m harus ditambah
minimum 1 titik hydrant.
11
c. Setiap bangunan indusrti dengan kebakaran sedang yang mempunyai luas lantai
2 2
minimum 800 m dan maksimum 1600 m harus dipasang minimum 2 titik
2
hydrant, setiap penambahan luas lantai maksimum 800 m harus ditambah
minimum 1 titik hydrant.
d. Setiap bangunan industry dengan kebakaran tinggi yang mempunyai luas lantai
2 2
minimum 600 m dan maksimum 1200 m harus dipasang minimum 2 titik
2
hydrant, setiap penambahan luas lantai maksimum 600 m harus ditambah
minimum 1 titik hydrant.
6. Bangunan Umum
Setiap bangunan umum atau tempat pertemuan dan perdagangan harus
dilindungi dengan instalasi hydrant kebakaran dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Slang dan pancaran air yang dapat menjangkau seluruh ruangan yang
dilindungi.
b. Setiap bangunan umum/tempat pertemuan, tempat hiburan, perhotelan, tempat
2
perawatan, perkantoran dan pertokoan/pasar untuk setiap 800 m
harus dipasang minimum 1 titik hydrant.
2
c. Setiap bangunan tempat beribadah dan pendidikan untuk setiap 1000 m
harus dipasang minimum 1titik hydrant.
2
d. Setiap bangunan perumahan dengan luas minimum 1000 m harus
dipasang minimum 1 titik hydrant.
12
8. Sistem Pompa
Pompa kebakaran harus tersedia 2 unit pompa dengan kapasitas yang sama,
dimana 1 unit sebagai pompa utama dan yang lain sebagai cadangan, jika
bangunan mempunyai sumber listrik dari PLN sebagai sumber daya utama dan
mempunyai sumber daya listrik dari diesel genset sebagai cadangan, maka pompa
hydrant dalam bangunan tersebut harus terdiri dari 2 buah pompa hydrant listrik, 1
beroperasi dan 1 sebagai cadangan dan 1 pompa pacu, jika bangunan tidak
mempunyai daya genset sebagai cadangan, maka pompa hydrant terdiri dari :
1 buah pompa hydrant listrik sebagai pompa utama
1 buah pompa hydrant diesel sebagai cadangan
1 buah pompa pacu
9. Sistem Perpipaan
Dalam merencanakan sistem perpipaan berdasarkan SNI 03-1745-2000 harus
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Diameter pipa induk minimum 15 cm atau 6 inchi dan diameter pipa
cabang minimum 10 cm atau 4 inchi atau dihitung secara hidrolis.
b. Tidak boleh digabungkan dengan instalasi lainnya.
c. Pipa berdiameter sampai 6,25 cm atau 2,5 inchi harus
menggunakan sambungan ulir.
d. Bilamana pipa baja disambung dengan fitting ulir, tebal dinding minimum
harus sesuai dengan pipa skedul 30 [untuk ukuran 200 mm (8 inci) dan lebih
besar atau pipa skedul 40 [untuk ukuran pipa kurang dari 200 mm (8
inci)dengan tekanan sampai dengan 20,7 bar (300 psi).
13
e. Pipa berdiameter lebih besar dari 6,25 cm atau 2,5 inchi harus menggunakan
sambungan las.
f. Bilamana pipa baja yang dipakai dan penyambungan dengan las sesuai
ketentuan yang berlaku, tebal dinding nominal minimum untuk tekanan
sampaidengan 20,7 bars (300 psi) harus sesuai skedule 10 untuk ukuran pipa
sampai dengan 125 mm (5 inci); 3,40 mm (0,134 inci) untuk pipa 150 mm (6
inci);dan 4,78 mm (0,188 inci) untuk pipa 200 mm (8 inci) dan 250 mm (10
inci).
g. Memasang pipa horizontal.
14
b. Nozle
Nozle yang dihubungkan pada selang kebakaran ada 2 tipe yaitu jenis jet
(fix nozle) dan nozle kombinasi. Nozle dengan semprotan jet (semprotan lurus)
untuk tujuan semprotan jarak jauh. Nozle kombinasi yang dapat diatur dengan
bentuk jenis pancaran lurus dan pancaran spray. Jenis pancaran spray bertujuan
sebagai perisai untuk mendekat ke daerah kebakran. Kehilangan tekanan karena
gesekan pada selang dan nozle harus diperhitungkan sesuai dengan tabel sebagai
berikut:
Tabel 2.3 Kehilangan Tekanan dalam Slang dan Nozzle
Kapasitas
Kehilangan Tekanan Gesekan
Aliran Ukuran Nozzle
dalam Slang 2,5” per 100 m
Liter/menit
4. Uji Hidrostatis.
Menurut SNI 03-1745-2000 pengujian hidrostatis pada instalasi hydrant
sebagai berikut.
a. Umum
Semua sistem baru, termasuk pemipaan halaman dan sambungan
pemadam kebakaran, harus di uji secara hidrostatik pada tekanan tidak
kurang dari 13,8 bar ( 200 psi) selama 2 jam, atau dengan tambahan 3,5
bar (50 psi) dari tekanan maksimum apabila tekanan maksimum melebihi
10,3 bar (150 psi). Tekanan uji hidrostatik harus diukur pada titik
ketinggian terendah dari sistim individu atau zona yang akan diuji.
Pemipaan sistem pipa tegak di dalam harus menunjukkan tidak adanya
kebocoran. Pipa di dalam tanah harus diuji sesuai ketentuan yang
berlaku.
b. Sambungan Dinas Pemadam Kebakaran.
Pemipaan antara sambungan Dinas Pemadam Kebakaran dan check
valvepada pipa masuk harus diuji hidrostatis.
17
c. Pengaturan pengisian untuk suction tanks harus diperiksa dengan
menutup semua suplai air ke tangki, tangki dikurus sampai muka air
dibawah,dan kemudian kita buka suplai untuk menjamin beroperasinya
sistem otomatik.
d. Pressure Regulation Device.
Setiap pressure regulating device harus diuji untuk membuktikan
bahwa pemasangannya benar, dan alat berfungsi secara baik dan
outletserta inlet sesuai rancangan.
Residual inlet pressure dan residual outlet pressure serta aliran
harusdicatat sebagai test certificate.
2.6 Rumus Head Loss Mayor dan Minor, Daya Pompa, Volume Reservoir
Untuk menghitung kerugian gesek antara dinding pipa dengan aliran fluida
tanpa adanya perubahan luas penampang di dalam pipa dapat dipakai rumus Darcy
yang secara matematis ditulis sebagai berikut:
Dengan :
f = koefisien gesekan
2
g = percepatan gravitasi (m/s )
Untuk aliran laminer dan turbulen terdapat rumus yang berbeda. Sebagai
patokan apakah suatu aliran itu laminer atau turbulen, dipakai bilangan Reynolds:
18
Dengan:
Re = bilangan Reynolds
2
ʋ = viskositas kinematik cairan (m /s)
Untuk Re < 2300, aliran bersifat laminar ; Untuk 2300 < Re < 4000,
aliran bersifat transisi ; Untuk Re > 4000, aliran bersifat turbulen
a. Aliran laminar
b. Aliran tubulen
Untuk menghitung koefisien gesek f dapat dihitung dengan
menggunakan rumus Darcy. Untuk mengetahui nilai f harus diketahui
kekasaran pipa (ε) dan diameter pipa (d). Haaland memberikan suatu
formula yang menyempurnakan persamaan yang ditemukan oleh Colebrook
untuk menentukan nilai f :
Secara umum head losses minor dinyatakan secara umum dengan rumus:
Dengan:
2
g = percepatan gravitasi (m/s )
(Sumber : Incropera, F.P. dan DeWitt, D.P., 1981)
19
3. Daya Pompa
Untuk mengatasi kerugian daya yang dibutuhkan oleh poros yang sesungguhnya
adalah lebih besar dari pada daya hidrolik. Besarnya daya poros sesungguhnya
adalah sama dengan effisiensi pompa atau dapat dirumuskan sebagai berikut :
20
4. Effisiensi Pompa
Effisiensi pada dasarnya didefinisikan sebagai perbandingan antara output
dan input atau perbandingan antara HHP Pompa dengan BHP pompa. Harga
effisiensi yang tertinggi sama dengan satu harga effisiensi pompa yang
didapat dari pabrik pembuatnya. Effisiensi pompa merupakan perkalian dari
beberapa effiaiensi, yaitu:
4. Volume Reservoir
3
Volume Reservoir = s
21
3. Lantai 2 : Digunakan sebagai Smoking Area dan beberapa Kamar untuk
penghuni.
Smoking Area
24 Kamar untuk Penghuni
4. Lantai 3-4 : Digunakan sebagai Smoking Area dan beberapa Kamar
penghuni
Smoking Area
24 Kamar untuk Penghuni
22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Kesimpulan
23
4. Menentukan jumlah kebutuhan hydrant pada gedung dengan mengacu pada standart SNI 03-1735-
2000.
5. Merancang sistem perpipaan untuk instalasi hydrant pada gedung apartment.
6. Menghitung head loss dari perpipaan instalasi hydrant.
7. Melakukan analisis hasil perhitungan dan perancangan.
8. Memberi kesimpulan pada hasil analisis.
9. Menggambar hasil perhitungan dan perancangan sistem hydrant beserta sistem perpipaan pada autocad.
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Bahaya Kebakara
Digunakan sebagai SNI 03-1745-20
ruangan kepala UPT, tahun 2013) k
Berpotensi terjadinya kebakaran
staff UPT dan
kebakaran pada dokumen,
penyimpanan berkas.
2 Lantai 1 buku bacaan atau berkas
Serta penyimpanan
(kertas) apabila terdapat
makanan dan tempat
sumber api terbuka
memperoleh
informasi
Digunakan sebagai
ruang kepala dinas,
sekretariat, staff,
ruang
kabid,perpustakaan,
ruang arsip, dan
smoking area. Untuk Berpotensi terjadinya
penyimpanan kebakaran pada berkas
berkas-berkas (kertas) kerja penting yang
kantor, penyimpanan berada di ruang arsip Bahaya Kebak
buku-buku-buku maupun gudang karena (Menurut SNI 03-
3 Lantai 2 bacaan, ada beberapa barang yang terdapat tumpukan
penyimpanan barang
gampang terbakar apabila arsip da
ataupun berkas terdapat sumber api
penting di dalam terbuka seperti percikan
gudang, dan tempat dari api rokok
khusus untuk
merokok/smoking
area
25
Digunakan sebagai
tempat pembuatan Berpotensi terjadinya
ataupun kebakaran pada barang-
penyimpanan barang penting (seperti
Bahaya Kebakar
4 Lantai 3 makanan & televisi, AC, almari es,
(Menurut NFPA 1
minuman. Maupun sofa, dan almari untuk
penyimpanan penyimpanan dokumen)
barang-barang dari kantor
pribadi dari kantor
V=
=
5,545 m/s
Jarak jangkauan terjauh (Xt)
Xt =
26
3,137 m
V=
=
4,96 m/s
Xt =
=
= 2,51 m
27
Tabel 4.2 Perhitungan Jumlah Hydrant
Lantai Perhitungan Hasil Jumlah Keterangan
Hydrant
Lantai 1350 0.234 1 1 hydrant halaman
dasar/ 5761,92
basement
Lantai 1 1350 0,234 1 1 hydrant gedung
5761,92
Lantai 2 992,80 0,172 1 1 hydrant gedung
5761,92
Lantai 3 992,80 0,172 1 1 hydrant gedung
5761,92
Dari perhitungan diatas maka dapat diperkirakan kebutuhan hydrant pada Gedung
Diknas sebanyak 4 hydrant dengan rincian 1 hydrant halaman dan 3 hydrant gedung.
5. Lantai 1
Volume hydrant gedung sejumlah 1
V = 379 liter/menit x 30 menit x 1
11370 liter
11,37 m3
28
10. Lantai 2
Volume hydrant gedung sejumlah 1
V = 379 liter/menit x 30 menit x 1
11370 liter
11,37 m3
11. Lantai 3
Volume hydrant gedung sejumlah 1
V = 379 liter/menit x 30 menit x 1
11370 liter
11,37 m3
= 62,49
= 2,8 m
Maka dimensi s x s x s = 2,8 m × 2,8 m × 2,8 m
2,8 m
2,8 m
2,8 m
29
4.6 Perhitungan Head Loss
Nilai f adalah 0,026
30
Nilai pada flow through dapat dilihat pada Tabel 8.4
HLm1
= 43,8 x 10-4m
Head loss mayor
1 hL =
= 8,372 x 10-4
Re = 52675,58
= 10-4 f
= 0,02 L
= 2,91m
hL1
=
hL1
=
HLm
8.4 HLm2
31
= 26,2 x 10-4 m
Head loss mayor
2 hL =
= 8,372 x 10-4
Re = 52675,58
= 10-4 f
= 0,02 L
= 0,57m
hL2 =
hL2 =
HLm3
= 26,2 x 10-4 m
Head loss mayor
3 hL =
= 8,372 x 10-4
Re = 52675,58
= 10-4
f = 0,02
L = 11m
hL3 =
32
hL3
=
90°) HLm4
= 26,2 x 10-4 m
Head loss mayor 4
hL4
=
hL4
=
HLm
HLm5
= 52,56 x 10-4 m
flow through branch
HLm5
33
= 26,2 x 10-4 m
HLm5 total = 52,56 x 10-4 m+26,2 x 10-4 m
= 78,76 x 10-4 m
Head loss mayor 5
hL5 =
hL5 =
HLtotal = HLm1 +HL1+ HLm2 + HLm3 + HL2 + HLm4 + HL3 + HLm5 + HL4 +
HLm6 + HL5
HLtotal = 43,8 x 10-4m + 17,09 x 10-4 m + 26,2 x 10-4 m + 26,2 x 10-4 m + 3,34 x 10-4 m
+ 26,2 x 10-4 m + 64,61 x 10-4 m + 78,76 x 10-4 m + 82,82 x 10-4 m + 65,14 x
10-4 m
HL Total = 369,55 x 10-4 m
4.7 Pembahasan
Perancangan instalasi hydrant dilakukan pada gedung Diknas IV Lantai. Gedung
ini masuk ke dalam kategori hunian dengan kelas bahaya kebakaran ringan. Luas area
pada gedung adalah 1350 m2. Menurut SNI 03-1745-2000 maka hydrant yang
diperlukan adalah sejumlah 1 hydrant halaman. Untuk ukuran reservoir adalah sama
dengan pada perancangan instalasi hydrant yaitu 2,8 m x 2,8 m x 2,8 m.
Ukuran diameter 1,5 inch sebagai hydrant gedung dan 2,5 inch sebagai hydrant
halaman. Setelah dilakukan perhitungan jumlah kebutuhan hydrant dan perhitungan
kebutuhan persediaan air pada reservoir yang dibutuhkan pada gedung Diknas IV
Lantai, maka dilakukan perancangan sistem perpipaan pada hydrant. Dari hasil
34
perhitungan head loss seluruh pipa instalasi hydrant maka didapatkan nilai head loss
total pipa sebesar 369,55 x 10-4 m.
35
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis dan perhitungan pada instalasi hydrant maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Peletakan instalasi hydrant pada gedung Diknas IV Lantai dengan mengacu pada
standart SNI 03-1745-2000 seperti yang ditunjukkan pada
2. Menentukan jumlah hydrant adalah dengan menentukan luas area gedung, lalu
melihat pada Tabel 5.4 dalam SNI 03-1745-2000. Luas area gedung Diknas IV
Lantai adalah 1350 m2. Maka jumlah kebutuhan hydrant adalah 3 buah hydrant.
3. Daya pompa hydrant pada gedung Diknas IV Lantai adalah sebesar 0,369Hp.
4. Klasifikasi bahaya kebakaran adalah kelas ringan menurut Kepmenaker
186/MEN/1999
5. Jumlah kebutuhan hydrant untuk gedung Diknas IV Lantai adalah 1 hydrant
halaman dan 4 hydrant gedung
6. Perhitungan total head loss adalah 369,55 x 10-4
5.2 Saran
Adapun saran demi perancangan dan penulisan laporan yang lenih baik
kedepannya adalah sebagai berikut:
1. Lebih baik perancang menggunakan program pipe flow expert untuk mendapatkan
hasil perhitungan head loss yang lebih akurat.
Sebaiknya perancangan dilakukan dengan sebaik mungkin agar nilai head loss pipa tidak
terlalu besar.
DAFTAR PUSTAKA
NFPA 20, Standard for the Installation of Stationary Pumps for Fire Protection,
1999 edition.
39