ABSTRAK
Salah satu masalah psikologis yang sering terjadi pada lansia yaitu kesepian. Kesepian merupakan perasaan
tersisihkan dari orang lain, kelompoknya, merasa tidak diperhatikanoleh orang-orang disekitarnya. Hal
tersebut dipengaruhi karena adanya perasaan rendah diri, tidak diperdulikan oleh keluarga dan rendahnya
spiritualitas lansia. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor psikologis,
faktor kebudayaan dan faktor spiritual yang mempengaruhi kesepian pada lansia. Jenis penelitian ini
deskriptif. Populasi penelitian adalah seluruh lansia yang tinggal di Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
Rumoh Seujahtra Geunaseh Sayang Banda Aceh berjumlah 65 orang. Teknik pengambilan sampel pada
penelitian ini menggunakan metode purposive sampling berjumlah 41 responden. Alat pengukuran data
berupa kuesioner dengan 15 item pernyataan dalam bentuk skala likert dengan menggunakan metode
wawancara terpimpin. Hasil analisis data penelitian dapat diketahui bahwa: sebagian besar lansia memiliki
faktor psikologis yang baik (78,0%), memiliki faktor kebudayaan dan situasional yang baik (51,2%), dan
sebagian besar memiliki faktor spiritual yang baik (97,6%). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
faktor psikologis, kebudayaan dan situasional serta spiritual tidak berpengaruh terhadap kesepian pada
lansia.Oleh karena itu diharapkan kepada keluarga lansia agar lebih memperhatikan lansia dan meningkatkan
dukungan keluarga (family support) selama lansia tinggal dipanti.
ABSTRACT
One of physiological problems faced by the elderly is loneliness. Loneliness is a feeling of being ignored or
isolated from the others because being away of the group, having insufficient attention from surrounding
people. It is influenced by having unconfident, being neglected by family, and having low quality of spiritual.
Therefore, this study aims to determine the description of the psychological factors influencing loneliness in
the elderly. It is a descriptive study. The population were all aged-people who are living in the Technical
Implementation Unit (UPTD) Rumoh Seujahtra Geunaseh Sayang Banda Aceh which were about 65 people.
The sampling technique used in this study was purposive sampling and there were 41 selected respondents as
the sample. The research instrument used was questionnaire consisting 15 questions with Likert Scale. The
data collection technique used in this research was guided interview. Based on the data analysis, it was found
that most of physiological factors of the elderly are in good category (78.0%), and most of them are in good
category in cultural and situational factors (51.2%), and spiritual factors are also in good category (97.6%).
The results show that the physiological, cultural, and situational factors does not affect the loneliness
experienced by the elderly. Therefore, it is suggested that family provide support to the elderly as long as
they are being treated at the nursing home.
1
PENDAHULUAN kesepian. Dengan seiring meningkatnya
Di dunia, peningkatan persentase jumlah lansia maka angka kesepian pun
lansia akan meningkat setiap tahunnya dan semakin besar, diperkirakan 50% lansia kini
angka beban tanggungan juga semakin menderita kesepian (Rahmi, 2015, p.258).
meningkat seiring meningkatnya jumlah Kesepian merupakan perasaan tersisihkan,
populasi lansia. Pada tahun 2013 sekitar terpencil dari orang lain karena merasa
13,4%, tahun 2050 diprediksikan akan berbeda dengan orang lain, tersisih dari
meningkat menjadi 25,3% dan tahun 2100 kelompoknya, merasa tidak diperhatikan oleh
yang akan datang menjadi 35,1% (Kemenkes orang-orang disekitarnya, terisolasi dari
RI, 2014). Berdasarkan data kementrian lingkungan serta tidak ada seseorang tempat
kesehatan Republik Indonesia (2015), jumlah berbagi rasa dan pengalaman (Sampao,
lansia di Indonesia pada tahun 2014 2005).
diperkirakan sebanyak 12.740.265 jiwa, Fenomena kesepian pada lanjut usia
jumlah ini tergolong besar dan membuktian yang merupakan masalah psikologis dapat
bahwa angka harapan hidup lansia di dilihat dari: Sudah berkurangnya kegiatan
Indonesia semakin tinggi. Berdasarkan data dalam mengasuh anak-anak, berkurangnya
yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik teman atau relasi akibat kurangnya aktifitas
Provinsi Aceh tahun (2015), jumlah lansia diluar rumah, kurangnya aktifitas sehingga
saat ini dengan rentang usia lebih dari 65 waktu luang bertambah banyak,
tahun mencapai 188.100 jiwa dan meninggalnya pasangan hidup, ditinggalkan
diperkirakan akan terus meningkat setiap anak-anak karena menempuh pendidikan
tahunnya, hal ini dibuktikan dengan yang lebih tinggi diluar kota atau
peningkatan jumlah lansia pada tahun-tahun meninggalkan rumah untuk bekerja, anak-
sebelumnya sejak tahun 2010-2014. anak telah dewasa dan membentuk keluarga
Proses penuaan merupakan proses sendiri (Septiningsih, 2012).
yang terus menerus (berlanjut) secara Secara umum terdapat tiga faktor
alamiah, proses tersebut akan memberi penyebab kesepian, diantaranya faktor
dampak pada kemunduran fisik dan psikologis yaitu harga diri rendah pada lansia
psikologis (Azizah, 2011). Perubahan disertai dengan munculnya perasaan-perasaan
psikologis dan psikososial yang terjadi pada negatif seperti perasaan takut, mengasihani
lansia meliputi mental dan emosional, diri sendiri dan berpusat pada diri sendiri.
dimana sering muncul perasaan pesimis, Faktor kebudayaan dan faktor situasional
timbul perasaan tidakaman, cemas dan yaitu terjadinya perubahan dalam tata cara
kesepian (Mubarak, Chayatin & Santoso, hidup dan kultur budaya dimana keluarga
2011, p.153). Sejak awal kehidupan sampai yang menjadi basis perawatan bagi lansia
lanjut usia setiap orang memiliki kebutuhan kini banyak yang lebih menitipkan lansia ke
akan psikologis. Kebutuhan tersebut panti dengan alasan kesibukan dan
diantaranya lansia membutuhkan rasa ketidakmampuan dalam merawat lansia serta
nyaman bagi dirinya sendiri, rasa nyaman faktor spiritual yaitu agama seseorang dapat
terhadap lingkungan yang ada. Tingkat menghilangkan kecemasan seseorang dan
pemenuhan kebutuhan tergantung pada lanjut kekosongan spiritual seringkali berakibat
usia, keluarga dan lingkungannya. Jika kesepian (Mubarok,2006). Selain ketiga
kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka faktor di atas ada faktor pendukung lain
akan timbul masalah-masalah dalam (Mariani & Kadir, 2007), yang secara tidak
kehidupan orang lanjut usia (Setiati, 2005, langsung mempengaruhi terjadinya kesepian
p.132). pada lansia yaitu sarana prasarana atau
Pada umumnya masalah psikologis fasilitas yang disediakan oleh panti, berbagai
yang paling banyak terjadi pada lansia adalah aktivitas dari mulai aktivitas yang
2
berhubungan dengan kebutuhan dasar Tabel 1. Distribusi Frekuensi Data
maupun bimbingan-bimbingan terapi dari Demografi Lansia (N=41)
perawat atau pekerja sosial itu sendiri sebagai N Data Frekuens Persentas
orang yang berperan memberikan perawatan o Demografi i e
selama lansia tinggal di panti. 1. Usia
Berdasarkan uraian diatas, maka a. Lanjut usia 6 14,6
(55-64
peneliti ingin mengetahui faktor – faktor
tahun)
yang mempengaruhi kesepian pada lansia di
b. Lanjut usia 35 85,4
Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Rumoh (>65 tahun)
Seujahtra Geunaseh Sayang Banda Aceh”. 2.
JenJenis Kelamin
a. Laki-laki 14 34,1
METODE b. PerempuanP 27 65,9
Metode penelitian yang digunakan 3. Status
dalam penelitian ini bersifat deskriptif. Perkawinan
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh a. Janda 27 65,9
lansia yang ada di Unit Pelaksana Teknis b. Duda 14 34,1
Dinas (UPTD) Rumoh Seujahtra Geunaseh 4. Pendidikan
. Terakhir
Sayang Banda Aceh berjumlah 65 orang
a. Tidak 10 24,4
yang berusia 56 – 89 tahun. Metode
Sekolah
pengambilan sampel yang digunakan adalah
b. SD/MI 19 46,3
purposive sampling dengan criteria sampel Sederajat
dalam penelitian ini adalah: Lansia yang c. SLTP 11 26,8
berumur 55 tahun keatas, dapat Sederajat
berkomunikasi dengan baik, bersedia menjadi d. Perguruan 1 2,4
responden, tidak mengalami gangguan Tinggi
kognitif berat, mengalami kesepian rendah, Total 41 100
sedang dan berat, berada ditempat pada saat
penelitian dilakukan. Berdasarkan criteria
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Gambaran
sampel dari 65 orang lansia, 14 mengalami
Fungsi Kognitif pada Lansia (N=41)
kerusakan kognitif berat dan 10 tidak
mengalami kesepian sehingga jumlah sampel No Kategori Frekuensi Persentase
menjadi 41 orang lansia. Kognitif
1. Kerusakan 13 31,7
kognitif
HASIL utuh
Data yang diperoleh berdasarkan kuesioner 2. Kerusakan 13 31,7
terhadap 41 responden adalah sebagai kognitif
berikut: ringan
Berdasarkan table 1, didapatkan 3. Kerusakan 15 36,6
jumlah sampel data bahwa sebagian besar kognitif
responden berada pada umur lansia lanjut sedang
(>65) tahun (85,4%). Jenis kelamin lebih Total 41 100
banyak perempuan (65,9%), dengan status Berdasarkan tabel 2, jumlah
perkawinan adalah janda (65,9%). Dan kerusakan kognitif lansia terbanyak dominan
sebagian besar berpendidikan Sekolah Dasar pada rentang kerusakan kognitif sedang
(46,3%). (36,6%).
3
2. Kurang 1 2,4
Total 41 100
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Gambaran
Berdasarkan tabel 6 di atas
Tingkat Kesepian pada Lansia (N=41) menunjukkan bahwa, sebagian besar lansia
No Kategori Frekuensi Persentase memiliki faktor spiritual baik (90,2%).
Tingkat
Kesepian PEMBAHASAN
1. Kesepian 23 56,1 Gambaran Faktor Psikologis Pada Lansia
ringan Hasil penelitian yang dilakukan
2. Kesepian 11 26,8 diketahui bahwa mayoritas responden berada
sedang pada kategori baik untuk faktor psikologis
3. Kesepian 7 17,1
yaitu 32 responden (78,0%). Sehingga faktor
berat
psikologis tidak berpengaruh terhadap
Total 41 100
kesepian yang terjadi pada lansia. Menurut
Berdasarkan tabel 3, di atas
Christie, 2007 dalam (Juniartidkk, 2008)
menunjukkan bahwa, tingkat kesepian pada
faktor psikologis bisa terjadi karena merasa
lansia terbanyak dominan pada kesepian
takut untuk membangun persahabatan atau
ringan yaitu 23 dengan persentase (56,1%).
membangun hubungan dengan orang lain dan
yang kedua adanya perasaan sulit untuk
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Gambaran
menjalin hubungan dengan orang lain karena
Faktor Psikologis pada Lansia (N=41)
merasa segan, takut tidak pernah cocok dan
No Kategori Frekuensi Persentase jika merasa cocok harus dalam waktu yang
Faktor lama. Penelitian ini didukung oleh Amalia,
Psikologis (2013) kemukakan, bahwa kesepian
1. Baik 31 78,0 berhubungan dengan masalah psikologis,
2. Kurang 10 22,0 ketidakpuasan dengan keluarga dan
Total 41 100 hubungan sosial. Sebagai manusia yang
Berdasarkan tabel 4 di atas tumbuh kian menua, kurang akan hubungan
menunjukkan bahwa, sebagian besar lansia dengan orang lain dapat mengakibatkan
memiliki faktor psikologis baik (78,0%). kesepian. Banyak orang beranggapan bahwa
kesepian adalah sebagai akibat dari hidup
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Gambaran
sendiri, kurangnya hubungan dengan
Faktor Kebudayaan dan Situasional (N=41)
keluarga, teman dan kerabat dekat atau
No Kategori Frekuensi Persent ketidakmampuan untuk berpartisipasi aktif
Kebudayaan ase dalam aktivitas komunitas lokal. Ketika ini
& Situasional terjadi dengan kombinasi dengan
ketidakmampuan fisik maka kesepian ini
1. Baik 21 51,2
biasanya muncul.
2. Kurang 20 48,8
Hasil ini berbeda dengan yang
Total 41 100
ditemukan oleh Jurniati dkk, (2008) dapatkan
Berdasarkan tabel 5, di atas
bahwa salah satu faktor psikologis yang
menunjukkan bahwa, lansia memiliki faktor
menyebabkan kesepian adalah karena
kebudayaan dan situasional baik (51,2%).
sebagian lansia hanya berinteraksi dengan
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Gambaran sesama lansia yang tinggal satu wisma saja
Faktor Spiritual pada Lansia (N=41) dan sebagian lansia kurang menyukai
berinteraksi dengan penghuni wisma lain
No Kategori Frekuensi Persentase dengan alasan ketakutan akan terjadinya
1. Baik 40 97,6 konflik dengan sesama lansia dan sulitnya
4
untuk menciptakan kecocokan dengan lansia Berdasarkan uraian diatas, penulis
yang lain yang tinggal di panti namun berpendapat bahwa, lansia merasa kesepian
berbeda wisma. Dari hasil penelitian di di UPTD Rumoh Seujahtra Geunaseh Sayang
dapatkan bahwa 69,5%, lansia mengalami Banda Aceh bukan karena faktor psikologis,
kesepian ringan. Dan untuk jenis kesepian melainkan karena adanya faktor lain yang
maka didapatkan hasil bahwa sebagian mempengaruhi kesepian pada lansia seperti
besar lansia mengalami kesepian emosional sarana dan prasana ataupun aktivitas-aktivitas
yaitu dengan Persentase 49,4%. terapi senam lansia yang kurang berfungsi
Hal tersebut juga didukung oleh secara rutin.
penelitian Septiningsih, (2012) dimana faktor
kesepian emosional lansia disebabkan oleh Gambaran Faktor Kebudayaan Dan
kehilangan integrasi sosial baik tidak adanya Situasional Pada Lansia
teman berkomunikasi, maupun adanya Berdasarkan hasil penelitian yang
keengganan untuk berkomunikasi dengan dilakukan diketahui bahwa sebagian
orang lain. Hal ini juga sesuai dengan yang responden berada pada kategori baik
dikemukakan oleh Lake (1986) dalam (51,2%). Keterpisahan orang tua dengan
Septiningsih, (2012), menyatakan bahwa anggota keluarga yang dicintai misalnya
kesepian timbul karena hilangnya kontak atau anak, teman sebaya, kehilangan pasangan
komunikasi dengan orang lain terutama orang hidup lansia yang meninggal dunia dan
yang dicintai, juga tidak terpenuhinya kondisi yang diharuskan tinggal di Panti
kebutuhan untuk berkomunikasi dengan Werdha dikarenakan keluarga tidak mampu
orang lain karena berbagai alasan. Penelitian untuk merawat lansia. Secara bertahap
ini juga menemukan terdapatnya kesepian penyesuaian keadaan ini dapat menambah
sosial yang ditunjukkan dengan menarik diri perasaan kesepian yang merekaalami
(tidak berhubungan sosial dengan dunia luar). (Gunarsa, 2009).
Hal itu menunjukkan rendahnya kualitas diri Hal ini dapat disebabkan karena
seperti yang memiliki kualitas negatif atau status pernikahan lansia dimana sebanyak
memberikan penilaian negatif terhadap 65,9% lansia berstatus janda dan 34,1%
dirinya sendiri.Individu yang memiliki lansia berstatus duda. Hal ini sesuai dengan
penilaian negatif terhadap diri sendiri yang dikemukakan oleh Septiningsih, (2012)
cenderung mempunyai sifat pemalu, rendah dimana faktor yang memunculkan kesepian
diri, canggung, tidak menarik, tidak pada lansia karena hilangnya figur kasih
diinginkan, perasaan terasing, kurang percaya sayang yang diterima dari seorang suami,
diri, ketakutan dan merasa bersalah. istri ataupun anaknya, sehingga lansia merasa
Hal tersebut, terjadi karena adanya tidak tempat untuk berbagi rasa dan
faktor lain yang mempengaruhi kesepian pengalaman. Hal lain juga dikemukakan oleh
pada lansia diantaranya (Mariani & Kadir, Septiningsih, (2012) perubahan situasi seperti
2007) kurangnya sarana dan prasarana atau meninggalnya suami atau istri dan hidup
fasilitas yang disediakan dipanti tidak sesuai dipanti seorang diri tanpa adanya keluarga
dengan kebutuhan lansia sehingga tidak ada bisa juga merupakan faktor terjadinya
kesempatan untuk melakukan hal yang kesepian
bermanfaat seperti belajar anyaman bagi Dukungan sosial keluarga juga
lansia perempuan atau bercocok tanam bagi mempengaruhi kesepian.Dukungan sosial
lansia laki-laki. Selain itu, kurangnya mungkin saja datang dari berbagai pihak,
aktivitas atau bimbingan-bimbingan terapi tetapi dukungan sosial yang amat bermakna
seperti senam lansia maupun terapi lain juga dalam kaitannya dengan masalah kesepian
mempengaruhi kesepian pada lansia. adalah dukungan sosial yang bersumber dari
mereka yang memiliki kedekatan emosional,
5
seperti anggota keluarga dan kerabat dekat rata bukan karena keinginan lansia sendiri,
(Gunarsa, 2009). tetapi karena permintaan anak - anaknya dan
Selain itu, tempat bisa juga cucunya dikarenakan anak dan cucunya tidak
mempengaruhi kesepian pada lansia. Hal mampu merawat lansia yang tidak lain adalah
inimenjadikan Panti werdha merupakan orang tua dan neneknya sendiri. Lansia
alternative terakhir yang dipilih oleh lansia merasa ditinggalkan dan terasing dari
sebagai tempat tinggal, diketahui lansia keluarga mereka, terkadang mereka
seharusnya berkumpul dengan keluarganya merindukan keluarga mereka dan ingin
tetapi ditempatkan di panti werdha dan tinggal di rumah yang dulu, di sisi itu
terdapat pula yang menginginkan untuk keinginan tinggal dengan anaknya ada tapi
tinggal karena tidak mempunyai tempat dia berusaha mandiri dengan tidak ingin
tinggal dan keluarga, perasaan jauh dari menjadi beban keluarga jika lansia tinggal
keluarga dan rasa terbuang dari orang-orang dengan keluarganya (Damayanti, 2012).
yang disayangi akan membuat lansia merasa
tersisih atau kesepian (Rosita, 2012). Gambaran Faktor Spiritual Pada Lansia
Sementara, penempatan di panti werdha Berdasarkan hasil penelitian yang
memicu munculnya kesepian sekalipun telah dilakukan diketahui bahwa faktor
mereka hidup bersama sejumlah spiritual merupakan bukan penyebab
penghunilainnya (Gunarsa, 2009) terjadinya kesepian akan tetapi, justru faktor
Hasil ini sesuai dengan penelitian spiritual merupakan terapi untuk
Damayanti Y, (2015), Hasil penelitian menghilangkan rasa kesepian. hal ini sesuai
didapatkan tingkat kesepian lansia dari 30 dengan hasil penelitian yang didapatkan,
lansia di Panti Werdha Hargo Dedali hampir semua responden di UPTD Rumoh
Surabaya terdapat 8 responden (26,7%) tidak Seujahtra Geunaseh Sayang Banda Aceh
kesepian, 13 responden (43,3%) kesepian berada pada kategori baik untuk faktor
rendah, 6 responden (20%) kesepian sedang, spiritual. Coping yang paling menonjol untuk
dan 3 responden (10%) kesepian berat. mengatasi kesepian pada lansia adalah
Sedangkan, hasil penelitian didapatkan hasil dengan mendekatkan diri kepada Allah,
tingkat kesepian lansia dari 38 lansia di RW misalnya mengikuti pengajian.
09 Perumnas Kota Baru Driyorejo Gresik Hal itu didukung oleh Koening 1998
terdapat 22 responden (57,9%) tidak dalam Septiningsih, (2012) yaitu orang
kesepian, 11 responden (28,9%) kesepian berusia lanjut lebih tertarik pada aktivitas
rendah, 5 responden (13,2%) kesepian yang berhubungan dengan sosial keagamaan.
sedang dan tidak ada responden (0%) Agama dapat memenuhi beberapa kebutuhan
kesepian berat. Hal ini menunjukkan bahwa psikologis yang penting pada lansia dalam
lansia yang tinggal di Panti Werdha Hargo hal menghadapi kematian, bagi usia lanjut
Dedali Surabaya memiliki tingkat kesepian yang diteliti dengan mendekatkan diri kepada
yang lebih tinggi dibandingkan dengan lansia Allah, hatimenjaditentram. Hal ini didukung
yang tinggal di rumah bersama keluarga oleh hasil studi dari Seybold &Papalia,
(Damayanti, 2012). (2008) dalam Septiningsih, (2012) yang
Lansia di Panti Werdha Hargo menyatakan bahwa ada hubungan yang
Dedali Surabaya rata - rata mengalami positif antara religius atau spiritual dengan
tingkat kesepian rendah berjumlah 13 orang well being, kepuasaan pernikahan dan
(43,3%). Lansia yang mengalami kesepian keberfungsian psikologis yang baik.
rendah di panti werdha dikarenakan lansia Ditinjau dari segi budaya, Penduduk
tersebut rata - rata memiliki konflik asli Aceh yang berdomisili di Aceh masih
hubungan yang kurang baik dengan keluarga 100% beragama Islam. Banyak masyarakat
mereka, awalnya mereka tinggal di panti rata- yang masih mengklaim bahwa Aceh
6
samadengan Islam, disini maksudnya adalah petunjuk melalui firman-firman-Nya,
masyarakatnya yang sangat tinggi menganut menjaga kemuliaan moral dan berprilaku
nilai-nilai syariat islam (Amiruddin, 2006). baik terhadap lingkungan sebagaimana
Pengaruh agama Islam yang kuat dicontohkan pararasul-Nya. Dengan tetap
menyebabkan pola pikir, sikap dan perilaku terjaga hubungan baik antara makhluk dan
masyarakat Aceh dalam kehidupan sehari- Pencipta-nya, diharapkan adanya
hari sedapat mungkin disesuaikan dengan keseimbangan sikap realistis terhadap dunia
kaidah-kaidah Islam. Hal ini terlibat dalam dan kebutuhan spiritual, sehingga perasaan
kehidupan sosial budaya Aceh yang tercakup negatif yang sering muncul pada lansia
berbagai unsurnya telah diwarnai dengan seperti kesepian dapat dihindari.
ajaran Islam mulai dari berbagai Berdasarkan hasil penelitian di
permasalahan duniawi semuanya UPTD Rumoh Seujahtra Geunaseh Sayang
dikembalikan kepada sang pencipta karena Banda Aceh sebagian besar lansia hanya
segala sesuatu telah ditentukan oleh Allah mengalami kesepian ringan (56,1%), hasil
yang mana hak dan batil (Sufi &Wibowo, penelitian ini sesuai dengan yang dinyatakan
2004). Oleh karena itu masyarakat aceh oleh Septiningsih, (2012) bahwakesepian
khususnya lansia jarang mengalami kesepian dapat diatasi dengan mendekatkan diri
yang berdampak pada kesehatan fisik yang kepada Allah.
serius karena mekanisme coping spiritual Hasil penelitian ini didukung oleh
sangat tinggi. hasil penelitian lain Herliawati dkk, (2012)
Ditinjau dari segi umur lansia yang tentang pengaruh pendekatan spiritual
rata-rata tinggal di UPTD Rumoh Seujahtra terhadap tingkat kesepian pada lanjut usia
Geunaseh Sayang Banda Aceh berada di atas dipanti sosial tresna werdha waratama
65 tahun sebanyak (85,4%). Hal ini Menurut kelurahan timbangan kecamatan indralaya
Mubarak, Chayatin & Santoso, (2011), utara dengan hasil penelitian didapatkan
pertumbuhan usia tingkat spiritual lansia bahwa Berdasarkan analisis menggunakan uji
semakin matur, hal ini terlihat dalam berfikir Marginal Homogeneity dengan tingkat
dan bertindak dalam sehari-hari lansia. kemaknaan α=0,05 diperolehnilai p sebesar
Walaupun demikian, lansia masih juga 0,000. Hasil ini menunjukkan bahwa p value
mengalami kesepian dikarenakan kurangnya (probabilitas) ≤0,05 yang berarti terdapat
dukungan dari keluarga. perbedaan tingkat kesepian sebelum dan
Spiritualitas sebagai energi yang setelah pendekatan spiritual dan ini
menghubungkan masa lanjut usia untuk menunjukkan adanya pengaruh pendekatan
mengenal dirinya lebih dalam dan merasa spiritual terhadap tingkat kesepian. Hasil
terhubung dengan Tuhan dan alam semesta penelitian sebelum dilakukan pendekatan
sehingga memunculkan perasaan damai dan spiritual menunjukkan bahwa dari 19 orang
bahagia pada diri lansia. Sejalan dengan teori responden terdapat 4 orang (21,1%) dengan
Lubis, (2002) yang menyatakan bahwa tingkat kesepian ringan, 9 orang (47,4%)
agama mempunyai makna yang penting bagi dengan tingkat kesepian sedang dan 6 orang
manusia karena iman dapat berfungsi sebagai (31,6%) dengan tingkat kesepian berat. Hal
penghibur dikala duka menjadi sumber ini menunjukkan bahwa sebagian besar lansia
kekuatan batin pada saat menghadapi di panti werdha mengalami kesepian.Sejalan
kesulitan, pemicu semangat dan harapan dengan yang diungkapkan Gunarsa bahwa
berkatdoa yang dipanjatkan, pemberi sarana masalah kesepian sering terjadi pada lansia
aman karena merasa selalu berada dalam yang tinggal di PantiWerdha. Hal tersebut
lindunganNya, penghalau rasa takut karena dapat terlihat saat dilakukannya wawancara
merasa selalu dalam pengawasanNya, tegar dan hasil penelitian setelah dilakukan
menghadapi masalah karena selalu ada pendekatan spiritual menunjukkan bahwa
7
dari 19 orang responden terdapat 1 orang Damayanti, Y. (2015). Perbedaan
(5,3%) dengan tingkat kesepian sedang, 15 tingkat kesepian lansia yang
orang (78,9%) dengan tingkat kesepian tinggal di Panti Werdha dan di
ringan, dan 3 orang (15,8%) yang tidak rumah bersama keluarga.
kesepian. Tidak didapatkan responden
STIKES Hang Tuang Surabaya
dengan tingkat kesepian berat.Hal ini
menunjukkan terjadi perubahan tingkat
Gunarsa, S.D. (2009).Dari anak sampai
kesepian sebelum dan setelah diberikan
pendekatan spiritual.
usia lanjut: Bunga rampai
Berdasarkan uraian diatas, penulis pikolog I perkembangan. Jakarta:
berpendapat bahwa, faktor spiritual bukan BPK Gunung Mulia
penyebab terjadinya kesepian akan tetapi,
justru faktor spiritual merupakan terapi untuk Herliawati, Maryatun, S., & Herawati, D.
menghilangkan rasa kesepian. (2012). Pengaruh pendekatan
spiritual terhadap tingkat kesepian
KESIMPULAN pada lanjut usia dipanti sosial
Berdasarkan pemaparan hasil tresna werdha warga tama
penelitian dan pembahasan, dapat kelurahan timbangan kecamatan
disimpulkan bahwa tingkat faktor psikologis,
indralaya utara. Dikutip pada tgl
kebudayaan dan situasional serta spiritual
31 Maret 2016
lansia yang kesepian sebagian baik. Sehingga
faktor tersebut bukan menjadi penyebab
terjadinya kesepian pada lansia. Diharapkan Juniarti, dkk. (2008). Gambaran Jenis
kepada keluarga lansia untuk lebih dan Tingkat Kesepian Pada
memperhatikan keadaan lansia dan Lansia Di Balai Panti Sosial
memberikan dukungan selama lansia. Tresna Wedha Pakutandang
Ciparay Bandung. Dikutip pada
REFERENSI tgl 23 November 2015 dari
Amalia, A. D. (2013). Kesepian dan :http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
isolasi social yang dialami lanjut content/uploads/2009/10/
usia : Tinjauan dari perspektif
sosiologi.Pusat Penelitian dan Kadir & Mariani. (2007). Panti werdha
Pengembangan Kesejahteraan sebuah pilihan. Dikutip pada tgl 3
Sosial Kementerian Sosial RI, Desember 2015 dari
18(2), 204-205. :http://subhankadir.wordpress.co
Amiruddin, M. H. (2006). Aceh dan m
Serambi Makkah. Yayasan PeNA: Kementrian Kesehatan RI. (2015). Profil
Banda Aceh kesehatan Indonesia 2014. Jakarta
:Kementrian Kesehatan RI
Azizah, L. M. (2011). Keperawatan lanjut
usia. Yogyakarta : Graha Ilmu Kementerian Kesehatan RI. (2014).
Situasi dan analisis lanjut usia.
Badan Pusat Statistik. (2015). Aceh dalam Jakarta: Kementerian Kesehatan
angka 2015 : Aceh in figure. BPS RI 2014
Provinsi Aceh
Lubis.(2002).Iman dan ilusi. psikiatri
8
fakultas kedokteran. Universitas Keluarga. Jurnal Bio Kultur, Vol
Indonesia 1 No. 1 Hal 43-52