Anda di halaman 1dari 9

Prosiding Seminar Nasional Perhimpunan Biologi Indonesia XXV

25-27 Agustus 2019

UJI SITOTOKSISITAS MADU TERHADAP


HUMAN DERMAL FIBROBLAST
Oktaviani Meiliza1), Yoan Rahmah Aprilia2), Nadira3), Yola Astri Arsanti4),
Tria Miraz Chairani5), Restu Syamsul Hadi6)
1
Pendidikan Dokter, Kedokteran Umum, Universitas YARSI
2
Pendidikan Dokter, Kedokteran Umum, Universitas YARSI
3
Pendidikan Dokter, Kedokteran Umum, Universitas YARSI
4
Pendidikan Dokter, Kedokteran Umum, Universitas YARSI
5
Pendidikan Dokter, Kedokteran Umum, Universitas YARSI
6
Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas YARSI

Email : oktaviani.meiliza@gmail.com

ABSTRACT
Skin is one of the initial protections that exist within the human body. Therefore, the skin damage
causes formation of the wound. The process of wound healing is closely related to the dermis layer as a
part of the skin. Human Dermal Fibroblasts (HDF) cells are fibroblasts cells originated from dermal
which can be cultured. Honey has been frequently used as a traditional medicine in the community, one
of which is used for wound healing. This study is aimed at determining the Cytotoxicity examination of
honey against the HDF. On this experimental study, HDF was seeding at 96 well plate, then examined
citotoxicity of honey to HDF. Based on the results of the research, it can be concluded that the IC50
value of honey against HDF is 4.98% and the toxic levels of honey against the HDF cells is honey with
a dose of 5%, in which due to the dose of 5%, 50% of the cells has died. The effect of honey may
improve the viability dependent on the dose (dose dependent) with a maximum concentration of 1%
honey.

Keywords : Honey, Human Dermal Fibroblasts, Cytotoxicity test, MTT assay

PENDAHULUAN kesatuan/komponen jaringan, dimana secara


Kulit adalah merupakan bagian organ spesifik terdapat substansi jaringan yang
terbesar dari manusia dan memiliki berbagai rusak atau hilang (Shrimanker, et al. 2013).
fungsi. Kulit merupakan salah satu proteksi Kulit terdiri atas epidermis, yaitu
awal yang ada didalam tubuh manusia. Oleh lapisan epitel yang berasal dari ektoderm,
karena itu, kerusakan kulit menyebabkan dan dermis, yaitu suatu lapisan jaringan ikat
terbentuknya luka. Luka didefinisikan yang berasal dari mesoderm (Junqueira
sebagai gangguan seluler, anatomi, dan 2012). Dermis pada kulit memiliki
kontinuitas fungsional dari jaringan hidup. subpopulasi sel punca. Fibroblas asal dermis
Luka dapat disebabkan oleh trauma akibat dapat diperoleh, diperbanyak serta dapat
tekanan fisik, kimia, termal, mikroba, atau disimpan dengan mudah (Hadi et al, 2014).
hal lain yang merusak jaringan. Dengan kata Di samping itu, Human Dermal Fibroblast
lain luka adalah rusaknya (HDF) adalah komponen penting dari kulit,

Oktaviani Meiliza - Uji Sitotoksisitas Madu Terhadap Human Dermal Fibroblast 1


Prosiding Seminar Nasional Perhimpunan Biologi Indonesia XXV
25-27 Agustus 2019

sel ini tidak hanya memproduksi dan sebesar 50% dan menunjukkan potensi
mengatur matriks ektraseluler dari dermis ketoksikan suatu senyawa terhadap sel. Akhir
tetapi juga berkomunikasi dengan sel lainnya dari uji sitotoksisitas pada organ target
yang terutama memainkan peran penting memberikan informasi langsung tentang
dalam mengatur fisiologi kulit (Sorrell & perubahan yang terjadi pada fungsi sel secara
Caplan, 2004). spesifik (Djajanegara dan Wahyudi, 2009).
Pada saat ini sudah banyak sekali Dua metode umum yang digunakan
pengobatan herbal yang dikembangkan, salah untuk uji sitotoksik adalah metode
satunya ialah madu. Madu berpotensi sebagai perhitungan langsung (direct counting)
antioksidan, aksi stimulasi dari madu sangat dengan menggunakan biru tripan (trypan
bermanfaat dalam mempercepat proses blue) dan metode MTT assay. Uji MTT
perbaikan kerusakan jaringan. Karena efek assay merupakan salah satu metode yang
yang menguntungkan ini, dilaporkan madu digunakan dalam uji sitotoksik. Metode ini
dapat mencegah infeksi, menghilangkan bau merupakan metode kolorimetrik, dimana
tak sedap, mengurangi peradangan dan nyeri, pereaksi MTT ini merupakan garam
mengurangi edema, dan meningkatkan tetrazolium yang dapat dipecah menjadi
tingkat penyembuhan dengan stimulasi kristal formazan oleh sistem suksinat
angiogenesis, granulasi, dan epitelisasi tetrazolium reduktase yang terdapat dalam
(Anyanechi & Saheeb, 2015). Maka dari itu, jalur respirasi sel pada mitokondria yang
madu perlu dilakukan uji sitotoksisitasnya aktif pada sel yang masih hidup. Kristal
untuk mengetahui seberapa kadar toksik formazan ini memberi warna ungu yang
madu terhadap sel HDF. dapat dibaca absorbansinya dengan
Uji sitotoksik adalah uji toksisitas menggunakan ELISA reader (Junaidi, 2005).
secara in vitro menggunakan kultur sel yang
digunakan untuk mendeteksi adanya aktivitas METODE
antineoplastik dari suatu senyawa.. Sistem ini
Desain Penelitian
merupakan uji kuantitatif dengan cara
Desain penelitian ini dilakukan secara
menetapkan kematian sel (Freshney, 1987).
eksperimental secara in vitro. Penelitian ini
Parameter yang digunakan untuk uji
menggunakan 8 variasi dosis madu yaitu
sitotoksik yaitu nilai IC50.
0,5%, 1%, 2%, 4%, 5%, 10%, 15% dan 20%
Nilai IC50 menunjukkan nilai konsentrasi
yang kemudian diukur dalam 24 jam dengan
yang menghasilkan hambatan proliferasi sel
uji MTT assay.

Oktaviani Meiliza - Uji Sitotoksisitas Madu Terhadap Human Dermal Fibroblast 3


Prosiding Seminar Nasional Perhimpunan Biologi Indonesia XXV
25-27 Agustus 2019

Waktu dan Tempat HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian dilakukan selama lima bulan, A. Hasil Penelitian
dimulai April 2016 hingga Agustus 2016, Pada penelitian ini, variasi dosis
mengambil tempat di laboratorium terpadu madu dengan kontrol serum menunjukan
Universitas YARSI. hasil yang cukup signifikan dibandingan
dengan kontrol non serum. Pada Gambar 1.
Subjek Penelitian terlihat bahwa persentase sel yang hidup
Human Dermal Fibroblast yang berasal dari tertinggi terlihat pada kontrol dengan serum,
biorepository Universitas Yarsi. sedangkan persentase sel yang hidup
terendah terlihat pada perlakuan madu dosis
Prosedur Kerja
20%. Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa
Sel HDF yang sudah diberi perlakuan
dosis madu yang paling optimal untuk
diinkubasi selama 24 jam. Selanjutnya
viabilitas sel Human Dermal Fibroblast
medium dibuang dan diganti dengan reagen
(HDF) adalah 1%. Sedangkan pada
MTT masing-masing sebanyak 20µL dan
perlakuan dosis madu 2% dan 4% terjadi
diinkubasi selama 2-4 jam, dengan plate
penurunan viabilitas sel HDF. Dan pada
dibungkus dengan kertas alumunium foil
perlakuan dosis madu 5% terjadi kematian
(tanpa terpapar cahaya) dan diinkubasi pada
sel sebanyak lebih dari 50% dari total sel
suhu ruangan. Setelah itu dilihat adanya
seluruhnya. Hal ini menunjukkan bahwa
kristal formazan yang terbentuk, apabila
semakin tinggi dosis madu (di atas 5%),
sudah terlihat kristal formazan diberi stopper
maka madu menjadi toksik bahkan
berupa DMSO sebanyak 100 µL. Selanjutnya
menyebabkan kematian sel HDF. Pada
plate digoyang/diguncangkan selama 15
penelitian ini menunjukan bahwa serum dan
menit. Setelah itu dibaca menggunakan
madu dengan dosis tertentu dapat
ELISA reader.
meningkatkan viabilitas sel.

Analisis Data
Data dianalisis secara kuantitatif dengan
menghitung nilai IC50 serta dibuat grafik
menggunakan Microsoft Excel.

Oktaviani Meiliza - Uji Sitotoksisitas Madu Terhadap Human Dermal Fibroblast 2


Prosiding Seminar Nasional Perhimpunan Biologi Indonesia XXV
25-27 Agustus 2019

160
140 100
90 y = -10.09x + 100.29
120
80 R² = 0.8123
100
70
80 60
60 50
40
40
30
20 20
0 10
0
0.5 1 2 4 5 10 15 20

Gambar 1. Grafik presentase sel yang hidup Gambar 2. Grafik rumus untuk
pada perlakuan kontrol non serum, kontrol penghitungan Nilai IC50.
serum, perlakuan madu dosis 0,5%, 1%, 2%,
4%, 5%, 10%, 15%, dan 20% dibandingkan
dengan kontrol serum. B. Pembahasan
Kulit terdiri dari dua lapisan:

Pada penelitian ini untuk mengetahui epidermis dan dermis. Epidermis, lapisan

nilai IC50 madu dilakukan dengan luar, terdiri dari berlapis epitel dan

penghitungan rumus Y = - 10,09 x + 100,29 keratinosit. Di bawah epidermis terletak

yang dapat dilihat pada Gambar 4.5. Jika dermis, mengandung populasi heterogen sel,

dimasukkan ke dalam rumus Y = - 10,09 x + termasuk fibroblas dan sel endotel, yang

100,29, dengan Y = 50, maka akan didalamnya terdapat matriks ekstraselular

ditemukan nilai IC50 pada penelitian ini (ECM). Tidak hanya itu saja, kulit adalah

adalah 4,98% yang berarti bahwa dosis madu pertahanan pertama apabila terjadi kerusakan

yang menyebabkan 50% kematian sel adalah jaringan. Terapi menggunakan stem cell

4,98%. Maka dari itu nilai IC50 madu merupakan teknik baru yang dapat membantu

terhadap sel HDF ialah 4,98% dan pada dan meingkatkan penyembuhan luka (Lam,

grafik dapat dijelaskan bahwa pada dosis et al. 2013). Selama tahun terakhir, terdapat

lebih dari 1% sudah dapat menurunkan laporan dari populasi sel induk dewasa yang

perkembangan dan pertumbuhan sel dengan diisolasi dari jaringan ikat pada beberapa

batas dosis maksimum ialah 4%, dan pada bagian tubuh. Salah satunya, laporan

dosis 5% sel mulai mengalami kematian pluripotensi dari dermal fibroblas di mana sel

lebih dari 50 % dari jumlah keseluruhan sel. induk populasi diisolasi dari dermis tikus dan
dibedakan menjadi neuron, glia, sel otot
polos dan adiposit. Beberapa laporan

Oktaviani Meiliza - Uji Sitotoksisitas Madu Terhadap Human Dermal Fibroblast 2


Prosiding Seminar Nasional Perhimpunan Biologi Indonesia XXV
25-27 Agustus 2019

mengkonfirmasi dermal fibroblas sebagai itu madu dapat menghambat kerusakan pada
sumber stem cell/sel punca (Lorenz et al, membran sel dengan menetralisir radikal
2008; Toma et al, 2001). Pada penelitian ini, bebas (Anarkooli, et al. 2014). Apabila
peneliti menggunakan sel Human Dermal dikaitkan dengan hasil dari penelitian ini,
Fibroblast dikarenakan sel HDF cukup bahwa madu dengan dosis yang optimum
mudah didapat. Pada penelitian ini sel HDF dapat meningkatkan viabilitas sel. Hal ini
yang didapatkan berasal dari preputium, dan sesuai dengan Gambar 1. madu dengan dosis
seperti yang sudah diketahui bahwa sel HDF 0,5%, 1%, 2%, 4%, 5% menunjukan hasil
dapat dijadikan sumber stem cell. presentase sel hidup yang lebih tinggi dari
Berdasarkan hasil dari penelitian ini, kontrol non serum.
menunjukan bahwa penggunaan serum dapat Madu merupakan produk alami yang
meningkatkan viabilitas sel. Sesuai dengan menunjukkan efek berpotensi menghambat
Gambar 1. menunjukan bahwa pada kontrol atau menekan pengembangan dan
serum memiliki presentase sel hidup yang perkembangan tumor dan kanker. Seperti
lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol non antiproliferatif, antitumor, antimetastik dan
serum. Hal ini sesuai dengan penelitian yang antikanker efek yang dimediasi melalui
dilakukan oleh (Chabaud et.al. 2016) bahwa mekanisme yang beragam, termasuk aktivasi
serum digunakan sebagai suplemen jalur mitokondria, induksi Permeabilisasi
pertumbuhan sel dan dapat memicu sel untuk membran mitokondria, induksi apoptosis,
menghasilkan, mendeposit, dan merakit modulasi stres oksidatif, dan penghambatan
matriks ekstraselular yang dibutuhkan dalam angiogenesis pada sel kanker. Menurut
pertumbuhan dan kelangsungan hidup sel. beberapa penelitian mengatakan bahwa madu
Madu sudah dikenal lama sebagai sangat sitotoksik terhadap sel tumor kanker.
obat herbal yang dapat dimanfaatkan oleh Data menunjukkan bahwa madu dapat
masyarakat, di samping itu, para peneliti menghambat karsinogenesis oleh modulasi
telah mengungkapkan bahwa madu dapat molekul pada tahap proses inisiasi, promosi,
digunakan sebagai antioksidan untuk dan tahapan perkembangan. Dengan
melindungi berbagai organ termasuk otak demikian, madu dapat berfungsi sebagai
dan jantung dari kerusakan oksidatif tidak potensi dan agen antikanker. Sementara itu
hanya itu saja, madu berperan dalam non-sitotoksik untuk sel-sel normal (Erejuwa,
mengurangi kematian sel akibat stres et al. 2014). Menurut hasil dari penelitian
oksidatif, serta pengurangan apoptosis, selain ini, madu memiliki dosis toksik sebesar

Oktaviani Meiliza - Uji Sitotoksisitas Madu Terhadap Human Dermal Fibroblast 3


Prosiding Seminar Nasional Perhimpunan Biologi Indonesia XXV
25-27 Agustus 2019

4,98% terhadap sel HDF. Hal ini sesuai IC50 sitotoksisitas madu terhadap sel Human
dengan Gambar 2. bahwa nilai IC50 yang Dermal Fibroblast (HDF) sebesar 4,98%.
didapatkan dari rumus rumus Y = - 10,09 x +
UCAPAN TERIMAKASIH
100,29, dengan Y = 50 menunjukan bahwa
Pada kesempatan ini, penulis ingin
dosis madu yang menyebabkan 50%
menyampaikan ungkapan terima kasih
kematian sel adalah 4,98%. Dan pada dosis
kepada dr. Insan Sosiawan A. Tunru, Ph.D.
lebih dari 1% sudah dapat menurunkan
selaku Dekan Fakultas Kedokteran
perkembangan dan pertumbuhan sel dengan
Universitas YARSI, dan dr. Lilian Batubara,
batas dosis maksimum ialah 4%, dan pada
M.Kes. selaku Wakil Dekan II Fakultas
dosis 5% sel mulai mengalami kematian
Kedokteran Universitas YARSI.
lebih dari 50 % dari jumlah keseluruhan sel.
Hasil dari nilai IC50 ini sesuai dengan
REFERENSI
penelitian yang telah dilakukan oleh Anyanechi, C. & Saheeb, B., 2015. Honey
(Portokalakis et al, 2016) bahwa nilai IC50 and wound dehiscence: a study of
surgical wounds in the mandibular bed,
dari madu ialah 4%-5% pengan paparan Nigerian Journal Of Clinical Practice,
madu 24 jam sampai 72 jam. 18, 2, pp. 251-255.
Burlando, B. & Cornara, L., 2013. Honey in
Hasil dari penelitian ini menunjukan dermatology and skin care: a review,
bahwa madu dengan dosis tertentu dapat Journal Of Cosmetic Dermatology, 12,
4, pp. 306-313.
meningkatkan viabilitas sel. Dosis optimum Chabaud, S. et al., 2016. Origin of Serum
yang digunakan ialah madu dengan dosis 1%. Affects Quality of Engineered Tissues
Produced by the Self-Assembly
Sedangkan untuk kadar toksis madu terhadap Approach. , 2016.
sel HDF ialah madu dengan dosis 5%, Djajanegara, I. and Wahyudi, P., 2009.
Pemakaian Sel Hela dalam Uji
dikarenakan pada dosis 5% sudah terjadi Sitotoksisitas Fraksi Ethanol Biji
kematian sel sebanyak 50%. Mimba (Azadirachta
indica). Biosfera, 26(2), pp.59-64.
Erejuwa, O, Sulaiman, S, & Wahab, M 2014,
KESIMPULAN 'Effects of honey and its mechanisms
Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat of action on the development and
progression of cancer', Molecules
disimpulkan bahwa penggunaan serum dan
(Basel, Switzerland), 19, 2, pp. 2497-
madu dengan dosis optimum dapat 2522.
Freshney, R.I. ed., 1986. Animal cell culture:
meningkatkan viabilitas sel. Madu dengan
a practical approach (Vol. 8). Oxford::
dosis 1% merupakan dosis yang optimum IRL press.
dalam meningkatkan viabilitas sel. Nilai

Oktaviani Meiliza - Uji Sitotoksisitas Madu Terhadap Human Dermal Fibroblast 2


Prosiding Seminar Nasional Perhimpunan Biologi Indonesia XXV
25-27 Agustus 2019

Hadi, R.S., Kusuma, I. & Sandra, Y., 2014. differentiation potential of human
Allogeneic human dermal fibroblasts dermal skin-derived fibroblasts,
are viable in peripheral blood Experimental Dermatology, 17, 11, pp.
mononuclear co-culture. , 33(2), pp.91– 925-932.
99. Maxson, S., Lopez, E.A., Yoo, D.,
Halim D. 2010 Stem Cell Dasar Teori & Danilkovitch-Miagkova, A. and
Aplikasi Klinis. Penerbit Erlangga, LeRoux, M.A., 2012. Concise review:
Jakarta. role of mesenchymal stem cells in
Jafari Anarkooli, I, Barzegar Ganji, H, & wound repair. Stem cells translational
Pourheidar, M 2014, 'The protective medicine, 1(2), pp.142-149.
effects of insulin and natural honey National Institutes of Health. 2007. Stem cell
against hippocampal cell death in Basic. Diunduh dari
streptozotocin-induced diabetic http://www.stemcelle.nich.gov/info/bas
rats', Journal Of Diabetes Research, ics/PDF. Diakses pada tanggal 26
2014, p. 491571. November 2016.
Junaidi, S., 2005, Isolasi dan Uji Palazzo, E., Marconi, A., Truzzi, F.,
Sitotoksisitas Senyawa Alkaloid dari Dallaglio, K., Petrachi, T., Humbert, P.,
Spon Koleksi no MD-02 Cyang, Schnebert, S., Perrier, E., Dumas, M.,
Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas & Pincelli, C., 2012. Role of
Gadjah Mada, Yogyakarta neurotrophins on dermal fibroblast
Junqueira, Luiz C. 2012. Histologi Dasar survival and differentiation, Journal Of
Teks & Atlas Ed. 12. Penerbit Buku Cellular Physiology, 227, 3, pp. 1017-
Kedokteran EGC, Jakarta. 1025.
Khan, S. et al., 2016. Fibroblast growth Portokalakis, I., Yusof, H.M., Ghanotakis,
factor and vascular endothelial growth D.F., Nigam, P.S. and Owusu-Apenten,
factor play a critical role in R., 2016. Manuka Honey-induced
endotheliogenesis from human cytotoxicity against MCF7 breast
adipose-derived stem cells. Journal of cancer cells is correlated to total phenol
vascular surgery, pp.1–10. content and antioxidant power. J. Adv.
Kim, M. et al., 2014. Comparative study of Biol. Biotech, 8(2), pp.1-10.
various growth factors and cytokines Rembulan, V., 2015. Potency of honey in
on type collagen and hyaluronan treatment of burn wounds. , 4, pp.105–
production in human dermal 112.
fibroblasts, pp.44–52. Shrimanker, M., Patel, N., Modi, H., & Dave,
Kirsner, R.S. and Eaglstein, W.H., 1993. The R. (2013). A Review : Screening
wound healing process. Dermatologic Models for Wound Healing Activity in
clinics, 11(4), pp.629-640. Animals, 3(May).
Lam, M.T., Nauta, A., Meyer, N.P., Wu, J.C. Sorrell, J., & Caplan, A., 2004. Fibroblast
and Longaker, M.T., 2012. Effective heterogeneity: more than skin deep,
delivery of stem cells using an Journal Of Cell Science, 117, Pt 5, pp.
extracellular matrix patch results in 667-675.
increased cell survival and proliferation Takahashi, K. & Yamanaka, S., 2006.
and reduced scarring in skin wound Induction of pluripotent stem cells
healing. Tissue Engineering Part from mouse embryonic and adult
A, 19(5-6), pp.738-747. fibroblast cultures by defined factors,
Lorenz, K., Sicker, M., Schmelzer, E., Rupf, Cell, 126, 4, pp. 663-676.
T., Salvetter, J., Schulz-Siegmund, M., Toma, J., Akhavan, M., Fernandes, K.,
& Bader, A., 2008. Multilineage Barnabé-Heider, F., Sadikot, A.,

Oktaviani Meiliza - Uji Sitotoksisitas Madu Terhadap Human Dermal Fibroblast 3


Prosiding Seminar Nasional Perhimpunan Biologi Indonesia XXV
25-27 Agustus 2019

Kaplan, D. & Miller, F., 2001. Isolation


of multipotent adult stem cells from the
dermis of mammalian skin, Nature Cell
Biology, 3, 9, pp. 778-784.

Oktaviani Meiliza - Uji Sitotoksisitas Madu Terhadap Human Dermal Fibroblast 2

Anda mungkin juga menyukai