Enzim Bambang!!!!
Enzim Bambang!!!!
ENZIM FITASE
OLEH :
NIM. 1910911210060
DOSEN PEMBIMBING:
FAKULTAS KEDOKTERAN
BANJARMASIN
2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................3
A. Latar Belakang.................................................................................................................3
B. Tujuan Penulisan..............................................................................................................4
A. Kesimpulan....................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................11
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terdapat berbagai jenis enzim yang berfungsi dalam organ tubuh seperti pencernaan dan
organ tubuh lainnya. Secara umum, enzim adalah molekul protein kompleks yang dihasilkan
dari sel hidup dan berfungsi sebagai katalisator (pemercepat reaksi kimia) dalam tubuh
makhluk hidup. Enzim tidak dapat bereaksi melainkan hanya mempercepat proses reaksi.
Struktur enzim tidak berubah baik itu sebelum maupun sesudah reaksi. Dengan demikian,
enzim tidak mempengaruhi kesetimbangan reaksi dalam peranannya. Enzim disintesis dalam
bentuk calon enzim yang tidak aktif (zimogen) lalu diaktifkan pada lingkungan dengan
Struktur enzim yang tersusun menjadi dua bagian yang saling berpasangan yaitu
apoenzim dan gugus prostetik. Apoenzim adalah bagian protein enzim yang sifatnya tak tahan
panas, berfungsi sebagai penentu kekhususan enzim. Contohnya dari substrat yang sama dapat
menjadi senyawa berlainan tergantung dari enzimnya. Koenzim adalah ko-faktor molekul
organik kecil yang tahan panas dan mengandung ribosa dan fosfat serta larut dalam air.
Koenzim dapat disebut dengan gugus prostetik apabila terikat oleh apoenzim. Tetapi
apoenzim mudah terpisah dari apoenzim. Fungsi koenzim adalah sebagai penentu sifat dan
adalah dehidrogenase. Dalam hal ini, NADP berfungsi sebagai akseptor hidrogen/penerima.
Enzim terdiri dari berbagai jenis, salah satunya adalah fitase. Fitase (myoinositol
heksakisfosfat fosfohidrolase) adalah enzim fosfatase yang bekerja pada ikatan ester
3
(phosphoric monoester hydrolase) yang memotong gugus fosfat dari asam fitat. Fitase atau
myo inositol heksakisfosfat fosfohidrolase adalah enzim yang dapat menghidrolisis ikatan
fosfoester pada asam fitat, menghasilkan fosfat anorganik dan ester fosfat. Fitase banyak
dimanfaatkan dalam industri pangan dan pakan ternak. Adanya fitase pada bahan pakan ternak
akan meningkatkan kualitas nutrisi pakan ternak dan mengurangi polusi fosfat. Ketiadaan
enzim fitase pada saluran pencernaan monogastrik menyebabkan kandungan senyawa fitat
tidak bisa dicerna, sehingga senyawa fitat terbuang bersama kotoran ke lingkungan (Shin et
al., 2001). Sumber limbah ternak yang mengandung P tersebut merupakan sumber polusi
(Daniel et al., 1988). Kandungan P dari sisa limbah ternak akan berasosiasi dengan tanah dan
dapat mengakibatkan pendangkalan pada sungai dan danau, yang pada akhirnya akan
menggangu sistem sirkulasi air (DeBoer et al., 1997). Fitase terdapat di dalam tumbuhan dan
mikroorganisme. Fitase yang terdapat pada tumbuhan dapat diisolasi dan dikarakterisasi dari
tanaman serealia diantaranya adalah gandum, kedelai, jagung, rerumputan, bunga lili,
padiapadian kacang-kacangan dan wortel. Aktivitas spesifikasi fitase dari tanaman ternyata
jauh lebih kecil dibanding fitase dari mikroorganisme, sehingga fitase yang berasal dari
mikroorganisme semakin dapat diterima untuk diaplikasikan dalam pakan dan sangat efektif
dalam meningkatkan ketersediaan fosfor bagi hewan serta mengurangi polusi yang
diakibatkan oleh pelepas fitat ke lingkungan. Salah satu mikroorganisme yang dapat
menghasilkan aktivitas spesifikasi fitase yang tinggi yaitu mikroorganisme yang terdapat
didalam jaringan tanaman serealia itu sendiri yang disebut juga dengan mikroorganisme
endofit . Kemampuan bakteri endofit menghasilkan senyawa aktif tersebut merupakan potensi
mengekstraksi tanaman untuk memperoleh senyawa aktif dari tanaman di butuhkan waktu dan
proses yang lebih rumit dibandingkan jika mengekstraksi senyawa dari bakteri (Purwanto, et
al., 2014).
4
B. Tujuan Penulisan
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
bekerja pada ikatan ester (phosphoric monoester hydrolase) yang memotong gugus fosfat dari
asam fitat. lintasan hidrolisis asam fitat dimulai dengan terbentuknya mioinositol pentafosfat.
Kemudian produk hidrolisis pertama ini akan berikatan kembali dengan enzim sehingga
terjadi reaksi yang menghasilkan mioinositol tetrafosfat dan seterusnya sampai akhirnya
heksakisfosfat fosfohidrolase) adalah enzim yang dapat menghidrolisis ikatan fosfoester pada
asam fitat, menghasilkan fosfat anorganik dan ester fosfat (Sari, 2013). Fitase merupakan
kelompok enzim Phosphatase yang mampu mnghidrolisis asam fitat menjadi monophosphate
inositol bebas. Enzim ini dapat dihasilkan oleh mikroorganisme (bakteri, jamur, yeast),
jaringan hewan dan tanaman (Kerovuo, 1998 dalam Irwan, 2013). Fitase dapat juga
dihasilkan dari proses cloning dan dicirikan berasal dari fungi Aspergillus ficum
Fitase merupakan enzim yang berperan untuk menghidrolisis asam fitat sebagai zat anti
nutrisi. Hidrolisis dengan katalisator fitase pada asam fitat menghasilkan ion fosfat dan myo-
inositol bebas. Sifat anti nutrisi asam fitat ini menyebabkan bahan makanan yang
mengandung asam fitat sukar dicerna oleh lambung, sehingga ion fosfat dan myo-inositol
6
C. Penggunaan Enzim Fitase
Pemanfaatan enzim dari berbagai bidang industri disebabkan karena enzim merupakan bahan
alami yang tidak beracun, dapat mempercepat reaksi tanpa menyebabkan terbentuknya hasil
reaksi yang tidak diinginkan. Kecepatan reaksi dapat diatur dengan mengatur pH, suhu dan
jumlah enzim yang digunakan. Enzim aktif pada konsentrasi rendah dan dapat diinaktifkan
jika reaksi yang dimaksud sudah tercapai. Selain itu, enzim juga merupakan senyawa alamiah
yang bersifat biodegradable dan ramah lingkungan. Aplikasi Fitase dalam Industri Pangan dan
Pakan antara lain :
1. Teknologi Roti
Roti adalah makanan pokok di dunia dan merupakan sumber zat besi yang penting
baik dan menghambat fitat. Fitase terbukti menjadi alat perbaiki breadmaking yang luar
biasa. Pemberian suplemen fitase jamur komersial (3.1.3.8) dari Aspergillus niger dalam
bahan adonan yang mengandung formulasi serat mengarah ke percepatan pembuktian,
adanya perbaikan dari bentuk roti, sedikit peningkatan dari volume spesifik, dan juga
menganugerahkan kelembutan pada remah. Perbaikan kualitas roti yang diusulkan terkait
dengan dampak tidak langsung dari fitase pada α-amilase aktivitas (Greiner dan
Konietzny, 2006 dalam Afinah et al. 2010). Dari sudut pandang gizi, hidrolisis lebih
lanjut dari fitat yang dianggap sebagai anti-gizi senyawa dicapai dengan menambahkan
fitase eksogen, sehingga suatu peningkatan dalam adsorpsi mineral dapat diperoleh
dengan konsumsi roti yang dditambah fitase (Haro et al. 2001 dalam Afinah et al. 2010).
Baru-baru inienzim pendegradasi fitat dari strain bifidobacterial digabungkan dalam
adonan gandum sebagai starter fermentasi menggantikan bakteri asam laktat. Namun,
dengan mempertimbangkan aktivitas mendegradasi fitat selain pH dan keasaman titrable
total adonan yang dihasilkan, strain Bifidobacterium dari bisa menjadi permulaan yang
baik untuk digunakan dalam breadmaking (Palacios et al. 2008 dalam Afinah et al. 2010).
2. Probiotik
FAO / WHO menunjukkan definisi probiotik sebagai mikroorganisme hidup yang bila
diberikan dalam jumlah yang memadai memberikan manfaat kesehatan pada host
(Vasiljevic dan Shah, 2008 dalam Afinah et al. 2010). Hirimuthugoda et al, (2007) dalam
Afinah et al. (2010). Telah mengisolasi fitase baru mikroba laut dari saluran pencernaan
teripang, Holothuria scabra. Peran atau dampak dari ragi dalam saluran pencernaan
teripang belum jelas diketahui tapi jelas sintesis fitase yang signifikan menguntungkan
bagi pencernaan fosfor fitat serta merupakan bentuk probiotik.
7
4. Tanaman Transgenik
Tanaman transgenik adalah tanaman yang telah disisipi atau memiliki gen asing dari
spesies tanaman yang berbeda atau makhluk hidup lainnya. Penggabungan gen asing ini
bertujuan untuk mendapatkan tanaman dengan sifat-sifat yang diinginkan. Hong et al.,
(2008) telah menunjukkan dalam studi fitur unik rekayasa genetika ubi jalar yang yang
diekspresikan sekresi fitase pada kentang transgenik ternyata meningkatkan pemanfaatan
fitat dan meningkatkan ukuran, jumlah dan hasil umbi kentang ketika pupuk organik yang
mengandung fitat sebagai satu-satunya sumber fitat. Selain itu, ia memiliki aktivitas yang
tinggi dari ubi jalar sporamin promotor dalam kentang membuat promotor ini alternatif
pilihan yang ideal untuk mengekspresikan protein rekombinan dalam umbi kentang
transgenik. Dengan demikian, ekspresi tingkat tinggi fitase dengan aktivitas tinggi di atas
range pH yang luas membuat umbi kentang pembawa fitase yang cocok. Selain itu,
berdasarkan hasil menjanjikan tes makanan hewan menunjukkan bahwa umbi kentang
transgenik yang mengandung fitase rekombinan merupakan aditif pakan yang efisien.
5.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemanfaatan enzim dari berbagai bidang industri disebabkan karena enzim merupakan
bahan alami yang tidak beracun, dapat mempercepat reaksi tanpa menyebabkan terbentuknya
hasil reaksi yang tidak diinginkan. Kecepatan reaksi dapat diatur dengan mengatur pH, suhu
dan jumlah enzim yang digunakan. Enzim aktif pada konsentrasi rendah dan dapat
diinaktifkan jika reaksi yang dimaksud sudah tercapai. Selain itu, enzim juga merupakan
senyawa alamiah yang bersifat biodegradable dan ramah lingkungan
9
DAFTAR PUSTAKA
1. Afinah S, Yazid AM, Anis SMH dan Shuhaimi M. 2015. “Review Article Phytase:
by alkaline phytase from lily pollen. Plant Physiol”. 106, 1489 – 1495.
3. Cheryan, M. 2018. “Phytic acid interaction in food systems. CRC crit. Rev. Food
promoterspecific, inducible protein expression system for Bacillus subtilis. Mol. Gen.
in Agriculture in the Netherland with Special Emphasis on Pig Production” J. Anim Sci.
75 : 2054-2063.
10. Dvorakova, J., Volfova, O. and Kopecky, J. 2017. “Characteriation of phytase produced
43, 323-338.
12. Hara, A., Manabe, S., Kondo, A. and Funaguma, T. 2015. “A new type of phytase from
10
13. Kaur P dan Satyanarayana T. 2016. “Yeast Acid Phosphatases and Phytases: Production,
Applications”, 693-694.
14. Lazado CC, Christopher MA, Caipang, Sanchala G, Monica F, Brinchmann, dan
Viswanath K. 2015. “Responses of Atlantic cod Gadus morhua head kidney Leukocyte.
a Marine Yeast Kodamea ohmeri BG3”. Journal Appl Biochem Biotechnol 149:183–
193.
16. Li X, Zhenming C, Zhiqiang L, Jing L, Xianghong W, dan Nalini YH. 2018.
Tech. 18 : 449-454
11