Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ENZIM BIOKIMIA

BLOK FUNGSI NORMAL MUSKULOSKELETAL

ENZIM FITASE

OLEH :

MUHAMMAD NUR IMAN

NIM. 1910911210060

DOSEN PEMBIMBING:

BAMBANG SETIAWAN, S.Ked., M.Biomed.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................3

A. Latar Belakang.................................................................................................................3

B. Tujuan Penulisan..............................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................5

A. Pengertian Enzim Fitase..................................................................................................5

B. Cara Kerja Enzim Fitase..................................................................................................5

C. Penggunaan Enzim Fitase................................................................................................6

BAB III PENUTUP.................................................................................................................10

A. Kesimpulan....................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................11

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Terdapat berbagai jenis enzim yang berfungsi dalam organ tubuh seperti pencernaan dan

organ tubuh lainnya. Secara umum, enzim adalah molekul protein kompleks yang dihasilkan

dari sel hidup dan berfungsi sebagai katalisator (pemercepat reaksi kimia) dalam tubuh

makhluk hidup. Enzim tidak dapat bereaksi melainkan hanya mempercepat proses reaksi.

Struktur enzim tidak berubah baik itu sebelum maupun sesudah reaksi. Dengan demikian,

enzim tidak mempengaruhi kesetimbangan reaksi dalam peranannya. Enzim disintesis dalam

bentuk calon enzim yang tidak aktif (zimogen) lalu diaktifkan pada lingkungan dengan

kondisi yang baik/tepat.

Struktur enzim yang tersusun menjadi dua bagian yang saling berpasangan yaitu

apoenzim dan gugus prostetik. Apoenzim adalah bagian protein enzim yang sifatnya tak tahan

panas, berfungsi sebagai penentu kekhususan enzim. Contohnya dari substrat yang sama dapat

menjadi senyawa berlainan tergantung dari enzimnya. Koenzim adalah ko-faktor molekul

organik kecil yang tahan panas dan mengandung ribosa dan fosfat serta larut dalam air.

Koenzim dapat disebut dengan gugus prostetik apabila terikat oleh apoenzim. Tetapi

apoenzim mudah terpisah dari apoenzim. Fungsi koenzim adalah sebagai penentu sifat dan

reaksinya. Contohnya koenzim NADP (Nicotiamida Adenin Denucleotid Phosfate), reaksinya

adalah dehidrogenase. Dalam hal ini, NADP berfungsi sebagai akseptor hidrogen/penerima.

Enzim terdiri dari berbagai jenis, salah satunya adalah fitase. Fitase (myoinositol

heksakisfosfat fosfohidrolase) adalah enzim fosfatase yang bekerja pada ikatan ester

3
(phosphoric monoester hydrolase) yang memotong gugus fosfat dari asam fitat. Fitase atau

myo inositol heksakisfosfat fosfohidrolase adalah enzim yang dapat menghidrolisis ikatan

fosfoester pada asam fitat, menghasilkan fosfat anorganik dan ester fosfat. Fitase banyak

dimanfaatkan dalam industri pangan dan pakan ternak. Adanya fitase pada bahan pakan ternak

akan meningkatkan kualitas nutrisi pakan ternak dan mengurangi polusi fosfat. Ketiadaan

enzim fitase pada saluran pencernaan monogastrik menyebabkan kandungan senyawa fitat

tidak bisa dicerna, sehingga senyawa fitat terbuang bersama kotoran ke lingkungan (Shin et

al., 2001). Sumber limbah ternak yang mengandung P tersebut merupakan sumber polusi

(Daniel et al., 1988). Kandungan P dari sisa limbah ternak akan berasosiasi dengan tanah dan

dapat mengakibatkan pendangkalan pada sungai dan danau, yang pada akhirnya akan

menggangu sistem sirkulasi air (DeBoer et al., 1997). Fitase terdapat di dalam tumbuhan dan

mikroorganisme. Fitase yang terdapat pada tumbuhan dapat diisolasi dan dikarakterisasi dari

tanaman serealia diantaranya adalah gandum, kedelai, jagung, rerumputan, bunga lili,

padiapadian kacang-kacangan dan wortel. Aktivitas spesifikasi fitase dari tanaman ternyata

jauh lebih kecil dibanding fitase dari mikroorganisme, sehingga fitase yang berasal dari

mikroorganisme semakin dapat diterima untuk diaplikasikan dalam pakan dan sangat efektif

dalam meningkatkan ketersediaan fosfor bagi hewan serta mengurangi polusi yang

diakibatkan oleh pelepas fitat ke lingkungan. Salah satu mikroorganisme yang dapat

menghasilkan aktivitas spesifikasi fitase yang tinggi yaitu mikroorganisme yang terdapat

didalam jaringan tanaman serealia itu sendiri yang disebut juga dengan mikroorganisme

endofit . Kemampuan bakteri endofit menghasilkan senyawa aktif tersebut merupakan potensi

yang dapat dikembangkan mengingat umumnya senyawa aktif diperoleh dengan

mengekstraksi tanaman untuk memperoleh senyawa aktif dari tanaman di butuhkan waktu dan

proses yang lebih rumit dibandingkan jika mengekstraksi senyawa dari bakteri (Purwanto, et

al., 2014).

4
B. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian enzim fitase.


2. Mengetahui cara kerja enzim fitase.
3. Mengetahui penggunaan enzim fitase.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Enzim Fitase

Fitase (myo-inositol heksakisfosfat fosfohidrolase) merupakan enzim fosfatase yang

bekerja pada ikatan ester (phosphoric monoester hydrolase) yang memotong gugus fosfat dari

asam fitat. lintasan hidrolisis asam fitat dimulai dengan terbentuknya mioinositol pentafosfat.

Kemudian produk hidrolisis pertama ini akan berikatan kembali dengan enzim sehingga

terjadi reaksi yang menghasilkan mioinositol tetrafosfat dan seterusnya sampai akhirnya

menghasilkan mioinositol monofosfat (Scoglund, et al.,1997). Fitase (myo-inositol

heksakisfosfat fosfohidrolase) adalah enzim yang dapat menghidrolisis ikatan fosfoester pada

asam fitat, menghasilkan fosfat anorganik dan ester fosfat (Sari, 2013). Fitase merupakan

kelompok enzim Phosphatase yang mampu mnghidrolisis asam fitat menjadi monophosphate

anorganik, myo-inositol phosphatase rendah (lower myo-inositol phosphate), dan myo-

inositol bebas. Enzim ini dapat dihasilkan oleh mikroorganisme (bakteri, jamur, yeast),

jaringan hewan dan tanaman (Kerovuo, 1998 dalam Irwan, 2013). Fitase dapat juga

dihasilkan dari proses cloning dan dicirikan berasal dari fungi Aspergillus ficum

B. Cara Kerja Enzim Fitase

Fitase merupakan enzim yang berperan untuk menghidrolisis asam fitat sebagai zat anti

nutrisi. Hidrolisis dengan katalisator fitase pada asam fitat menghasilkan ion fosfat dan myo-

inositol bebas. Sifat anti nutrisi asam fitat ini menyebabkan bahan makanan yang

mengandung asam fitat sukar dicerna oleh lambung, sehingga ion fosfat dan myo-inositol

dalam bahan makanan tersebut tidak dapat digunakan oleh tubuh.

6
C. Penggunaan Enzim Fitase

Pemanfaatan enzim dari berbagai bidang industri disebabkan karena enzim merupakan bahan
alami yang tidak beracun, dapat mempercepat reaksi tanpa menyebabkan terbentuknya hasil
reaksi yang tidak diinginkan. Kecepatan reaksi dapat diatur dengan mengatur pH, suhu dan
jumlah enzim yang digunakan. Enzim aktif pada konsentrasi rendah dan dapat diinaktifkan
jika reaksi yang dimaksud sudah tercapai. Selain itu, enzim juga merupakan senyawa alamiah
yang bersifat biodegradable dan ramah lingkungan. Aplikasi Fitase dalam Industri Pangan dan
Pakan antara lain :

1. Teknologi Roti
Roti adalah makanan pokok di dunia dan merupakan sumber zat besi yang penting
baik dan menghambat fitat. Fitase terbukti menjadi alat perbaiki breadmaking yang luar
biasa. Pemberian suplemen fitase jamur komersial (3.1.3.8) dari Aspergillus niger dalam
bahan adonan yang mengandung formulasi serat mengarah ke percepatan pembuktian,
adanya perbaikan dari bentuk roti, sedikit peningkatan dari volume spesifik, dan juga
menganugerahkan kelembutan pada remah. Perbaikan kualitas roti yang diusulkan terkait
dengan dampak tidak langsung dari fitase pada α-amilase aktivitas (Greiner dan
Konietzny, 2006 dalam Afinah et al. 2010). Dari sudut pandang gizi, hidrolisis lebih
lanjut dari fitat yang dianggap sebagai anti-gizi senyawa dicapai dengan menambahkan
fitase eksogen, sehingga suatu peningkatan dalam adsorpsi mineral dapat diperoleh
dengan konsumsi roti yang dditambah fitase (Haro et al. 2001 dalam Afinah et al. 2010).
Baru-baru inienzim pendegradasi fitat dari strain bifidobacterial digabungkan dalam
adonan gandum sebagai starter fermentasi menggantikan bakteri asam laktat. Namun,
dengan mempertimbangkan aktivitas mendegradasi fitat selain pH dan keasaman titrable
total adonan yang dihasilkan, strain Bifidobacterium dari bisa menjadi permulaan yang
baik untuk digunakan dalam breadmaking (Palacios et al. 2008 dalam Afinah et al. 2010).

2. Probiotik
FAO / WHO menunjukkan definisi probiotik sebagai mikroorganisme hidup yang bila
diberikan dalam jumlah yang memadai memberikan manfaat kesehatan pada host
(Vasiljevic dan Shah, 2008 dalam Afinah et al. 2010). Hirimuthugoda et al, (2007) dalam
Afinah et al. (2010). Telah mengisolasi fitase baru mikroba laut dari saluran pencernaan
teripang, Holothuria scabra. Peran atau dampak dari ragi dalam saluran pencernaan
teripang belum jelas diketahui tapi jelas sintesis fitase yang signifikan menguntungkan
bagi pencernaan fosfor fitat serta merupakan bentuk probiotik.

3. Suplemen Pakan Ternak


Fitase juga digunakan sebagai aditif pakan ternak dal sebagian besar diet untuk bbabi,
unggas dan juga ikan. Produk fitase komersial pertama yang diluncurkan ke pasar pada
tahun 1991 Penambahan fitase untuk memberi makan hewan-hewan monogastrik
umumnya digunakan untuk meningkatkan daya cerna fitat terkait fosfor Beberapa studi
telah mengungkapkan bahwa fitase suplementasi telah secara signifikan meningkatkan
kecernaan pemanfaatan protein, fosfor, kalsium dan seng (Liebert dan Portz, 2007; Sardar
et al, 2007;.. Baruah et al, 2007 dan Cao et al, 2007 Dalam Afinah et al. 2010).

7
4. Tanaman Transgenik

Tanaman transgenik adalah tanaman yang telah disisipi atau memiliki gen asing dari
spesies tanaman yang berbeda atau makhluk hidup lainnya. Penggabungan gen asing ini
bertujuan untuk mendapatkan tanaman dengan sifat-sifat yang diinginkan. Hong et al.,
(2008) telah menunjukkan dalam studi fitur unik rekayasa genetika ubi jalar yang yang
diekspresikan sekresi fitase pada kentang transgenik ternyata meningkatkan pemanfaatan
fitat dan meningkatkan ukuran, jumlah dan hasil umbi kentang ketika pupuk organik yang
mengandung fitat sebagai satu-satunya sumber fitat. Selain itu, ia memiliki aktivitas yang
tinggi dari ubi jalar sporamin promotor dalam kentang membuat promotor ini alternatif
pilihan yang ideal untuk mengekspresikan protein rekombinan dalam umbi kentang
transgenik. Dengan demikian, ekspresi tingkat tinggi fitase dengan aktivitas tinggi di atas
range pH yang luas membuat umbi kentang pembawa fitase yang cocok. Selain itu,
berdasarkan hasil menjanjikan tes makanan hewan menunjukkan bahwa umbi kentang
transgenik yang mengandung fitase rekombinan merupakan aditif pakan yang efisien.

5.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Fitase (myo-inositol heksakisfosfat fosfohidrolase) merupakan enzim fosfatase yang


bekerja pada ikatan ester (phosphoric monoester hydrolase) yang memotong gugus fosfat dari
asam fitat. lintasan hidrolisis asam fitat dimulai dengan terbentuknya mioinositol pentafosfat.
Kemudian produk hidrolisis pertama ini akan berikatan kembali dengan enzim sehingga
terjadi reaksi yang menghasilkan mioinositol tetrafosfat dan seterusnya sampai akhirnya
menghasilkan mioinositol monofosfat (Scoglund, et al.,1997). Fitase (myo-inositol
heksakisfosfat fosfohidrolase) adalah enzim yang dapat menghidrolisis ikatan fosfoester pada
asam fitat, menghasilkan fosfat anorganik dan ester fosfat (Sari, 2013). Fitase merupakan
kelompok enzim Phosphatase yang mampu mnghidrolisis asam fitat menjadi monophosphate
anorganik, myo-inositol phosphatase rendah (lower myo-inositol phosphate), dan myo-
inositol bebas. Enzim ini dapat dihasilkan oleh mikroorganisme (bakteri, jamur, yeast),
jaringan hewan dan tanaman (Kerovuo, 1998 dalam Irwan, 2013).

Pemanfaatan enzim dari berbagai bidang industri disebabkan karena enzim merupakan
bahan alami yang tidak beracun, dapat mempercepat reaksi tanpa menyebabkan terbentuknya
hasil reaksi yang tidak diinginkan. Kecepatan reaksi dapat diatur dengan mengatur pH, suhu
dan jumlah enzim yang digunakan. Enzim aktif pada konsentrasi rendah dan dapat
diinaktifkan jika reaksi yang dimaksud sudah tercapai. Selain itu, enzim juga merupakan
senyawa alamiah yang bersifat biodegradable dan ramah lingkungan

9
DAFTAR PUSTAKA

1. Afinah S, Yazid AM, Anis SMH dan Shuhaimi M. 2015. “Review Article Phytase:

application in food industry”S. International Food Research Journal.17: 13-21.


2. Barrientos, L., Scott, J. J. and Murty, P. P. 2017. “Specificity of hydrolysis of phytic acid

by alkaline phytase from lily pollen. Plant Physiol”. 106, 1489 – 1495.
3. Cheryan, M. 2018. “Phytic acid interaction in food systems. CRC crit. Rev. Food

Sci.Nutr. 13, 297-335.


4. Conrad, B., Savchenko, R.S., Breves, R. and Hofeweister, J. 2016. “A T7

promoterspecific, inducible protein expression system for Bacillus subtilis. Mol. Gen.

Genet”. 250, 230-236.


5. Costello, A. J. R., Glonek, T. and Myers, T.C. 2016. “Phosphorus-31 nuclear magnetic

resonance – pH titration of hexaphosphate (phytic acid). Carbohydr. Res. 46, 156-171.


6. Craxton, A., Caffrey, J J., Burkhart, W., Safrany, S. T. and Shears, S. B. 2017.

“Moleculer cloning and expression of a rat hepatic multiple inositol polyphosphate

phosphatase”. Biochem. J. 328, 75-81.


7. Daniel, T. C., A. N. Sharpley dan J. L. Lemunyon, 2015. “Agricultural Phosphorus and

Eurotrophication: A Symphosium Review”. J. Enviro Quality 27 (1988): 251-157.


8. Dave G and Hasmukh M. 2015. “Phytase producing microbial species associated with

rhizosphere of mangroves in an Arid Coastal Region of Dholara. Academia Journal of

Biotechnology”. 1(2): 027-035.


9. DeBoer, I. J. M., H. T. A. Peters, M. Grossman dan W. J. Koops. 2017. “Nutrien Flows

in Agriculture in the Netherland with Special Emphasis on Pig Production” J. Anim Sci.

75 : 2054-2063.
10. Dvorakova, J., Volfova, O. and Kopecky, J. 2017. “Characteriation of phytase produced

by Aspergillus niger”. Folia Microbiol. 42, 349-352.


11. Dvorakova, J. 2018. “Phytase : Sources, Preparation and Exploitation. Folia Microbiol”.

43, 323-338.
12. Hara, A., Manabe, S., Kondo, A. and Funaguma, T. 2015. “A new type of phytase from

pollen of typha latifolia”. L. Agric. Biol. Chem. 49, 3539-3544.

10
13. Kaur P dan Satyanarayana T. 2016. “Yeast Acid Phosphatases and Phytases: Production,

Characterization and Commercial Prospects. Yeast Biotechnology: Diversity and

Applications”, 693-694.
14. Lazado CC, Christopher MA, Caipang, Sanchala G, Monica F, Brinchmann, dan

Viswanath K. 2015. “Responses of Atlantic cod Gadus morhua head kidney Leukocyte.

Journal Fish Physiol Biochem” 36 : 883–891.


15. Li X, Zhenming C, Zhiqiang L,Kuirang Y dan Huijuan L. 2018. “Phytase Production by

a Marine Yeast Kodamea ohmeri BG3”. Journal Appl Biochem Biotechnol 149:183–

193.
16. Li X, Zhenming C, Zhiqiang L, Jing L, Xianghong W, dan Nalini YH. 2018.

“Purification and Characterization of Extracellular Phytase from a Marine Yeast

Kodamaea ohmeri BG3”. Marine Biotechnologi Volume 10, 190–197.


17. Shin, S., N.C. Ha, B.C. Oh, T.K. Oh, and B.H. Oh. 2016. “Enzyme Mechanism and

Catalytic Property of Propeller Phytase Structure”. 9 : 851-858.


18. Skoglund E, Carlsson N G, Sanberg A S. 2016 “Analysis of mono - and diphosphate

isomers using high-performance ion chromatography and pulsed amperometric

detection”. J Agric Food Chem. 45 : 4668-4673.


19. Shieh, T. R. and Ware, J. H. 2016. “Survey of microorganisms for the production of

extracelluler phytase”. Appl. Microbiol. 16, 1348-1351.


20. Yoon, S.C. 2016. “Isolation and Identification of Phytase Producing Bacterium,

Enterobacter sp and Enzyme Properties of Phytase Enzyme”. Enzym and Microbial

Tech. 18 : 449-454

11

Anda mungkin juga menyukai