Anda di halaman 1dari 29

Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 2, 2 (Desember 2017): 103-131

KELUARGA SAKINAH DALAM TAFSIR AL-QUR’AN


(Studi Komparatif Penafsiran Al-Qurt}ubi dalam Tafsi>r Jami>’ Li>Ah}ka>m Al-Qur’a>n dan
Wahbah Zuhaili dalam Tafsir Al-Muni>r)

Ela Sartika, Dede Rodiana dan Syahrullah


Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Jl.A.H.Nasution 105 Cibiru Bandung 40614, Indonesia
E-Mail : sartikaela27@gmail.com
_________________________

The objective of this research is to examine the interpretation of classical scholars with contemporary scholars in
interpreting the verses relating to the sakinah family. As Allah says in QS. Ar-Rum [30]: 21 which has become the
common foundation of a sakinah family ordered by God and exemplified by the Prophet Muhammad.This research
uses qualitative method and data collecting with library research method and descriptive-comparative analysis with
comparative research method (muqarran) was conducted. The findings reveal that the sakinah family according to
the classical scholar (Al-Qurt}ubi) in his Tafsir Jami 'Li Ahkam Al-Qur'an is a marriage bond in which there is a
serenity and tranquility in the household with a sexual relationship resulting in a offspring. While contemporary
scholars (Wahbah Zuhaili) in the Tafsir Al-Munir is a sakinah family is peace and tranquility in the household in
which there is a sense of love and affection between husband and wife. And all that is fulfilled also the rights and
obligations between husband and wife.

Keywords:
Marriege;Household; Sakinah Family; Al-Qurt}ubi; Wahbah Zuhaili.
__________________________

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penafsiran ulama klasik dengan ulama kontemporer dalam menafsirkan
ayat-ayat yang berkaitan dengan keluarga sakinah.Sebagaimana Allah berfirman dalam QS. Ar-Rum [30]: 21 yang
telah lumrah menjadi landasan pondasi keluarga sakinah yang diperintahkan oleh Allah dan dicontohkan oleh Nabi
Muhammad saw. Dalam penelitian kualitatif ini dilakukan studi deskriptif-komparatif analitis dengan metode
penelitian komparatif (muqarran). Hasil temuan mengungkap bahwa yang dimaksud keluarga sakinah menurut
ulama klasik (Al-Qurt}ubi) dalam kitab Tafsirnya Jami‟ Li Ahkam Al-Qur‟an adalah sebuah ikatan pernikahan yang
di dalamnya terdapat sebuah ketenangan dan ketentraman dalam rumah tangganya dengan adanya hubungan
seksual sehingga menghasilkan sebuah keturunan. Sedangkan ulama kontemporer (Wahbah Zuhaili) dalam kitab
tafsirnya Al-Munir yang dimaksud dengan keluarga sakinah adalah ketenangan dan ketentraman dalam rumah
tangga yang didalamnya terdapat rasa cinta dan kasih sayang antara suami istri.Dan semua itu terpenuhi pula hak
dan kewajibannya antara suami dan istri.
Kata Kunci:
Pernikahan; Rumah Tangga; Keluarga Sakinah;Al-Qurt}ubi; Wahbah Zuhaili.
__________________________

A. PENDAHULUAN     


Allah telah menciptakan alam yang luas
ini, dari satu sama lain saling berkaitan. Tidak
      
ada yang mengetahui secara pasti kapan
permulaan dan akhir dari penciptaan tersebut
diantara enam hari yang ada. Allah Swt.,       
berfirman dalam surah Al-Furqan:
Ela Sartika, Dede Rodiana dan Syahrullah Keluarga Sakinah Dalam Tafsir Al-Qur‟an (Studi
Komparatif Penafsiran Penafsiran Al-Qurt{ubi dalam
Tafsi>r Jami>‟ Li>Ah}ka>m Al-Qur‟a>n dan Wahbah Zuhaili
dalam Tafsir Al-Muni>r)

“Yang menciptakan langit dan bumi dan terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah)
apa yang ada di antara keduanya dalam bagi kaum yang berpikir.”4
enam masa, kemudian Dia bersemayam di Keluarga sakinah bisa tercipta apabila
atas 'Arsy, (Dialah) Yang Maha Pengasih, setiap anggota keluarga dapat memenuhi
maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada kewajiban-kewajibannya terhadap Allah,
orang yang lebih mengetahui terhadap diri sendiri, terhadap masyarakat,
(Muhammad).”(QS. Al-Furqan [25]: 59) dan terhadap lingkungannya, sesuai dengan
Untuk kelangsungan dan langgengnya ajaran Alquran dan Sunnah Rasul.
kehidupan, Allah menciptakan laki-laki dan Akan tetapi, di dalam membangun sebuah
perempuan dan menjadikan hubungan antara keluarga tidak semulus apa yang kita
keduanya dengan suatu cara tertentu untuk bayangkan, bahkan bisa saja terjadi kesalah
merealisasikan tujuan tersebut. Ini adalah pahaman sehingga terjadi konflik keluarga
kehendak Allah Swt., Allah lalu menjadikan dan berdampak pada ketidak harmonisan,
hubungan laki-laki dan perempuan sebagai bahkan bisa saja terjadi perceraian.
hubungan yang agung, yaitu sebuah Beberapa peristiwa dalam intuisi rumah
pernikahan.1 tangga ternyata masih menyebabkan adanya
Pernikahan2 menurut Islam adalah sesuatu persoalan dalam keluarga, bahkan ada
yang sakral dan memiliki tujuan yang sakral beberapa masalah rumah tangga yang sering
pula, dan tidak terlepas dari ketentuan- muncul, diantaranya seperti perasaan yang
ketentuan yang ditetapkan oleh ajaran aneh, persoalan ekonomi, yang menjadi
Islam.Tujuan utama dari sebuah pernikahan tonggak kehidupan manusia.5Serta persoalan
adalah terbentuknya keluarga yang penuh lainnya yang berkaitan dengan masalah
kebahagiaan dan rasa kasih sayang.3 Sesuai prinsip, komunikasi6, sosial dan privasi.
dengan firman Allah Swt.: Beberapa persoalan di atas, membuat kita
lupa untuk memperhatikan makna dan tujuan
       dari sebuah pernikahan sebagai pondasi
sebuah pernikahan sebagaimana tercantum
    dalam QS.Ar-Rūm (30):21 tersebut. Sebagian
dari kita belum bisa memahami secara dalam
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)- bahkan tidak mengetahui bagaimana cara
Nya Dia adalahyang menciptakan kamu mencapai tujuan dari sebuah pernikahan,
berpasang-pasangan dari jenismu sendiri, khususnya dalam membentuk keluarga
agar kamu merasakan ketenangan dan
merasa tenteram kepadanya, dan Dia 4
Al-Qur‟an Hadi versi.1, QS. Ar-Rum [30]: 21
menjadikan di antara kamu rasa kasih 5
Segi positifnya, setiap keluarga yang mau
dan rasa sayang. Sesungguhnya, pada bekerja keras akan mendapatkan penghasilan
yang demikian itu adalah benar-benar tambahan untuk mencukupi kehidupan sehari-hari.
Segi negatifnya, setiap anggota keluarga
kemungkinan tidak dapat hidup dengan layak, baik
1
Thariq Kamal An-Nu‟aimi, Psikologi Suami dari segi pakaian, tempat tinggal yang tidak higienis,
Istri, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2011), 12-13. dan kekurangan gizi.Sehingga muncul kejahatan yang
2
Pernikahan menurut UU perkawinan No.1 semakin tinggi akibat adanya tuntutan ekonomi dalam
tahun 1974 adalah suatu ikatan lahir batin antara laki- keluarga.
6
laki dan wanita sebagai suami istri yang memiliki Dalam masalah komunikasi sering ditemukan
tujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan adanya kesalah pahaman, karena kurangnya perhatian,
kekal. adanya keinginan ingin menang sendiri, dan hal-hal
3
Syamsul Bahri, Skripsi tentang “Konsep lain yang menyebabkan rusaknya keharmonisan di
Keluarga Sakinah menurut Quraisy Shihab”, dalam keluarga sehingga tidak terciptanya keluarga
(Yogyakarta, 2009), 1. sakinah.

104 Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 2, 2 (Desember 2017): 103-131
Ela Sartika, Dede Rodiana dan Syahrullah Keluarga Sakinah Dalam Tafsir Al-Qur‟an (Studi
Komparatif Penafsiran Penafsiran Al-Qurt{ubi dalam
Tafsi>r Jami>‟ Li>Ah}ka>m Al-Qur‟a>n dan Wahbah Zuhaili
dalam Tafsir Al-Muni>r)

sakinah, sehingga yang terjadi kemudian ayat-ayat Alquran dengan sunnah Nabi SAW
pernikahan yang tidak memiliki esesnsi seperti yang terlihat seperti bertentangan, serta
yang dimaksudkan oleh Alquran. Oleh karena membandingkan pendapat ulama tafsir yang
itu, penting sekali setiap muslim untuk menyangkut penafsiran ayat-ayat Alquran.8
mengkaji ayat-ayat yang berkaitan dengan Sedangkan menurut Abu Hayy Al-
keluarga sakinah. Farmawy, metode Muqarran adalah
Tujuan penelitian ini dilakukan untuk menafsirkan sekelompok ayat Alquran atau
menguak penafsiran ulama klasik dan ulama suatu surat tertentu dalam Alquran dengan
kontemporer tentang ayat-ayat yang berkaitan cara membandingkan antara ayat yang satu
dengan keluarga sakinah. dengan ayat yang lainnya, antara ayat dengan
Dalam penelitian ini, menggunakan hadits Nabi SAW, dan antara pendapat ulama
metode komparatif (muqarran) yang berusaha tafsir dengan menonjolkan aspek-aspek
mengkomparasikan dua penafsiran yang perbedaan tertentu dan objek yang
bercorak Fiqh dan tafsir yang bercorak „adab dibandingkan. Namun, perbandingan ini juga
al-Ijtima‟i yang bernuansa Fiqh yaitu bisa dilakukan dengan melihat kecenderungan
penafsiran dari Al-Qurt}ubi dalam tafsirnya penafsir; seperti membandingkan penafsiran
yaitu al-Jami‟ li Ahkam al-Quran dan mereka yang dipengaruhi oleh semangat
penafsiran Wahbah Zuhaili dalam tafsirnya Al- kesyi‟iran,ketasawwufan, kemu‟tazilahan,dan
Munir. Alasannya, karena penulis merasa yang lainnya, serta dipengaruhi oleh disiplin
tertarik dan menganggap unik jika penelitian ilmu yang dikuasai oleh mufasir.9
ini dilakukan dengan cara mengkomparasikan Adapun ruang lingkup dari metode
antara kedua tafsir yang bercorak fiqh dan komparatif (Muqarran), meliputi 3 point
tafsir yang bercorak adab al-Ijtima‟i yang sebagaimana diungkapkan oleh Abu Hayy Al-
bernuansa fiqh dan hanya yang Farmawy yaitu (1) Perbandingan ayat dengan
membedakannya adalah pada zamannya dan ayat10; (2) Perbandingan ayat dengan
adanya perbedaan konsep dalam hadits11;(3) Perbandingan penafsiran mufasir
penafsirannya. dengan mufasir lain12.
2. Biografi Mufasir dan Kitabnya
B. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Definisi Metode Komparatif 8
(Muqarran) Abu al-Hayy Al-Farmawi, Metode Tafsir
Maudhu‟I, sebuah pengantar, (Jakarta: RajaGrafido
Ada beberapa pendapat yang Persada, 1994) trj. Rosihon Anwar., 30-31.
mengungkapkan pengertian metode 9
Abu al-Hayy Al-Farmawi, Metode Tafsir
komparatif (Muqarran), sebagaimana Maudhu‟I, sebuah Pengantar, 30-31.
10
pendapat Quraish Shihab mendefinisikan Perbandingan ayat dengan ayat yang memiliki
metode komparatif (Muqarran) adalah redaksi yang berbeda tetapi maksudnya sama,
membandingkan ayat-ayat Alquran yang menggunakan redaksi yang berbeda tetapi bermaksud
sama. Lihat buku Ahmad Izzan, Metodologi Ilmu
memiliki persamaan redaksi, atau kemiripan Tafsir, Cet. Revisi(Bandung: Tafakur, 2014), 107-
redaksi, yang berbicara tentang masalah- 108.
11
masalah yang berbeda atau kasus yang sama Membandingkan ayat dengan hadits bukan
ataupun diduga sama.7 berarti membandingkan mana yang lebih utama
Menurut Ahmad al-Sayyid al-Kumi, melainkan mengkompromikan antara keduanya.
12
Membandingkan pendapat para mufasir dengan
metode Muqarran adalah membandingkan
melihat beberapa aspek pendekatan, diantaranya latar
belakang penafsirannya, cara menguraikan
7
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur‟an: penafsirannya terhadap ayat-ayat Alquran, serta melihat
Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan pendekatan-pendekatan lainnya yang dianggap lebih
Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1996), 118. menonjol.

Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 2, 2 (Desember 2017): 103-131 105
Ela Sartika, Dede Rodiana dan Syahrullah Keluarga Sakinah Dalam Tafsir Al-Qur‟an (Studi
Komparatif Penafsiran Penafsiran Al-Qurt{ubi dalam
Tafsi>r Jami>‟ Li>Ah}ka>m Al-Qur‟a>n dan Wahbah Zuhaili
dalam Tafsir Al-Muni>r)

a. Al-Qurt}ubi dan Tafsir Jami’ Li Ahkam tahun 1967 M dengan 20 jilid dengan tebal 30
Al-Qur’an cm. Dicetak lagi oleh Dar al-Kitab
Al-Qurt}ubi adalah salah seorang mufasir al‟Alamiyyah tahun 1408 H dalam 20 Jilid
dan seorang yang alim. Nama lengkap beliau beserta al-Faharas-nya. Dan di Kairo oleh
adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad Dar Alqhadu al-„Arabiy; cetakan pertama
bin Abu Bakar bin Farh Al-Anshari Al- tahun 1409 H / 1988 M dalam 10 jilid dengan
Khazrajiy Al-Andalusi Al-Qurt}ubi al- tebal 24 cm.15
Mufassir, atau dikenal dengan panggilan Al- Dilihat dari karakteristik Tafsir Jami‟ Li
Qurt}ubi.Al-Qurtuby sendiri adalah nama Ahkam Al-Qur‟an karya Al-Qurt}ubi. Kitab
suatu daerah di Andalusia (sekarang Spanyol), tafsir Al-Qurt}ubi ini termasuk kepada jenis
yaitu Cordoba, yang di nisbah-kan kepada Al- kitab tafsir bi Al-Ma‟tsur (periwayatan)16.
Imam Abu Abdilah Muhamad tempat dimana Metode yang digunakan dalam kitab tafsir ini
ia dilahirkan.13Hingga akhirnya beliau wafat adalah metode Tahlili17. Sedangkan corak
pada malam senin tanggal 9 Syawal tahun 671 yang digunakan adalah bercorak Fiqh,
H atau 1272 M dan dimakamkan di Munyaa sebagaimana dilihat dari latar belakang
kota Bani Khausab, daerah Mesir Utara.14 keilmuan Al-Qurt}ubi sendiri di bidang Fiqh.
Karya yang paling monumental Al-Qurt}ubi b. Wahbah Zuhaili dan Tafsir Al-Munir
adalah Tafsir Jami‟ Li Ahkam Al-Qur‟an. Nama lengkapnya Wahbah bin Musthafa
Nama lengkap tafsir ini adalah Jami‟ li al-Zuhaili, biasa dipanggil Wahbah Al-
Ahkam al-Quran wa al Mubayyin lima Zuhaili, dilahirkan di Desa Dar „Atiyah
Tadammanah min al-Sunnah wa Ay al-Furqan Kecamatan Faiha Propinsi Damaskus Suriah
artinya kitab ini berisi himpunan hukum- pada tanggal 6 Maret tahun 1932 M/1351
hukum Alquran dan penjelasan terhadap isi H.18Ayahnya bernama Musthafa Zuhaili, seorang
kandungannya dari sunnah dan Alquran. yang terkenal dengan kesalehan dan
Dari latar belakang keilmuannya dari para ketakwaannya, beliau juga seorang hafidz Alquran
Ulama‟ (seperti Abu al-Abbas bin Umar Al- beliau juga bekerj a sebagai petani. Sedangkan
Qurt}ubi Abu al-Hasan bin Muhammad bin ibunya bernama Hj. Fatimah binti Musthafa
Muhammad al-Bakhri), kemudian Imam Al-
Qurt}ubidikategorikan seseorang yang
memiliki keinginnan yang sangat besar untuk
membuat dan menyusun kitab Tafsir yang
bernuansa fiqh dengan menampilkan hadits 15
Al-Sayid Muhammad Ali Iyazi, al-Mufassirun
yang sesuai dengan masalah yang dibahas dan Hayatuhum Wa Manhajuhu,Wizarah al-Tsaqafah wa
beberapa pendapat imam-imam madzhab fiqh al-Irsyad al- Islami, Teheran, 1212H, 408.
16
Karena banyak kitab tafsir yang sedikit Sumber Bil Matsur yaitu yang menafsirkan
mengangkat dari aspek fiqh. Alquran dengan Alquran, sunnah Rasulullah, perkataan
sahabat dan tabi‟in, serta kaidah-kaidah kebahasaan.
Tafsir al-Jami‟lī Ahkam Alqurandisusun 17
Metode tahlili adalah metode tafsir yang
oleh Imam Abu Abdillah bin Ahmad bin Abi menggunakan sistematika mushafi dengan cara
Bakr Al-Qurt}ubi (671 H). Tafsir ini dicetak menjelaskan dan meneliti semua aspek dan menyingkap
dan diterbitkan di Beirut oleh Dar Ahya‟u al- seluruh maksudnya secara detail, dimulai dari uraian
Turats al-Arabiy dan Dar al-Kitab al-Arabiy makna kosakata, makna kalimat, maksud setiap
ungkapan, munasabah ayat, dan keterangan asbab An-
Nuzul. Lihat Abdul Hayy al-Farmawi, Metode Tafsir
13
Muhammad Husain al-Dahabiy, Al-Tafsir Wal Maudhu‟i dan Cara Penerapannya,trj.Rosihon Anwar,
Mufassirun, Jilid 2, (Kairo: Darul Hadis, 2000), 336. 23.
14
Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abi 22Wahbah Zuhaili, Al-Tafsīr al-Munīr fi al-
Bakr Al-Qurtubi, Al-Jami‟ Li Ahkam Al-Qur‟an, Juz „Aqīdat wa al-Syarī‟at wa al Manhāj, Juz. 15,
1, (Bairut: Ar-Risalah, 2006), 1. (Damaskus: Dar al-Fikr, 2005), 888 .

106 Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 2, 2 (Desember 2017): 103-131
Ela Sartika, Dede Rodiana dan Syahrullah Keluarga Sakinah Dalam Tafsir Al-Qur‟an (Studi
Komparatif Penafsiran Penafsiran Al-Qurt{ubi dalam
Tafsi>r Jami>‟ Li>Ah}ka>m Al-Qur‟a>n dan Wahbah Zuhaili
dalam Tafsir Al-Muni>r)

Sa‟adah. Seorang wanita yang tangguh dalam selain itu alasan beliau menafsirkan Alquran
menjalankan syari‟at islam.19 karena berdasarkan pada keprihatinan wahbah
Beliau adalah ulama yang hidup di abad Zuhaili terhadap tafsir klasik yang dianggap
ke-20 yang sejajar dengan tokoh-tokoh tidak mampu memberikan solusi atas
lainnya, seperti Thahir Ibnu Asyur, Sa‟id problematika kontemporer dan para mufassir
Hawwa, Sayid Qutub, Muhammad Abu kontemporer menurut Wahbah Zuhaili terlalu
Zahrah, Mahmud Syaltut, Ali Muhammad Al- jauh dari kaidah ilmu tafsir yang seharusnya
Khafif, Abdul Ghani, Abdul Khaliq, dan dalam menginterpretasikan Alquran. Wahbah
Muhammad Salam Madzkur. Zuhaili berpendapat bahwa tafsir klasik harus
Kecerdasan Wahbah Zuhaili telah dikemas dengan gaya bahasa kekinian serta
dibuktikan dengan kesuksesan akademisnya, metode yang digunakan harus konsisten sesuai
hingga banyak lembaga-lembaga pendidikan dengan ilmu pengetahuan modern tanpa
dan lembaga social yang di pimpinnya. Selain adanya penyimpangan interpretasi. Sehingga
keterlibatannya pada sector kelembagaan baik kemudian lahirlah tafsir al-Munir yang
pendidikan maupun sosial beliau juga memadukan orsinalitas tafsir klasik dan
berperan aktif terhadap berbagai disiplin keindahan tafsir kontemporer. Sehingga tujuan
keilmuan, hal ini terbukti dengan adanya utama beliau dalam menafsirkan Alquran
keaktifan beliau dan produktif dalam adalah untuk menciptakan ikatan ilmiah yang
menghasilkan karya-karyanya, meskipun perantara seorang muslim dengan kitabullah
karyanya banyak dalam bidang tafsir dan „Azza wazala.20 Menghubungkan orang
fiqhakan tetapi dalam penyampaiannya muslim dengan Alquran berdasarkan dengan
memiliki relevansi terhadap paradigm hubungan yang erat dan logis.
masyarakat dan perkembangan sains. Tafsir ini terdiri dari 15 jilid (yang setiap
Karya yang paling terkenal dalam bidang jilidnya terdiri dari dua juz).Yang dikarang
tafsir adalah Al-Tafsir Al-Munir fi Al-Aqidah oleh Wahbah Mushtafa Al-Zuhaili, kitab ini
wa Al-Syari‟ah wa Al-Manhaj atau kita kenal pertama dicetak oleh Dar Al-Fikr Beirut.
dengan tafsir Al-Munir. Disamping itu ada Pekerjaan menulis tafsir ini sudah dimulai
juga Tafsir al-Wajiz, Tafsīr al-Wasit, yang sejak tahun 1962 M, dan selesai ditulis pada
ketiga kitab tafsir tersebut semuanya memiliki hari senin pagi jam 08.00 pada tanggal 27 Juni
ciri dan karakterestik yang berbeda, karena 1988 yang pada saat itu Zuhaili berumur 56
dalam penulisannya menggunakan corak tahun.21
penafsiran yang berbeda dan latar belakang Adapun karakteristik Tafsir ini, memiliki
yang berbeda pula. Akan tetapi, ketiga sumber penafsiran dengan menggabungkan
tafsirnya memiliki tujuan yang sama yaitu Ma‟tsur dan ma‟qul.Yang ma‟tsur adalah
sebagai upaya dalam menjelaskan dan berdasarkan riwayat dan hadits nabi dan
mengunggkapkan makna-makna Alquran agar perkataan Sahabat dan tabi‟in.sedangkan yang
mudah dipahami dan kemudian dapat di Ma‟qul adalah kaidah yang diakui. Adapun
realisasikan dalam kehidupan sehari-hari. metode yang digunakan adalah metode tahlili
Tafsir yang diambil dalam penelitian ini sama seperti Al-Qurt}ubi. Sedangkan corak
adalah tafsir Al-Munir. Kitab Tafsir yang tafsir Al-Munir adalah al-adabil al‟ ijtima‟I
dilatar belakangi penulisannya oleh
pengabdian Wahbah Zuhaili pada ilmu 20
pengetahuan, khususnya ilmu keislaman, Wahbah Zuhaili, Al-Tafsīr al-Munīr fi al-
„Aqīdat wa al-Syarī‟at wa al Manhāj, XV.
21
Muhammad Zaenal Muttaqin, Skripsi tentang
19
Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufasir al- “Sihir dalam perspektif Wahbah al-Zuhaili kajian
Qur‟an, terhadap Tafsir al-Munir” Universitas Sunan
(Yogyakarta: Pustaka Insan Madani,2008), 174. Kalijaga, Yogyakarta., 2001, 61, pdf.

Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 2, 2 (Desember 2017): 103-131 107
Ela Sartika, Dede Rodiana dan Syahrullah Keluarga Sakinah Dalam Tafsir Al-Qur‟an (Studi
Komparatif Penafsiran Penafsiran Al-Qurt{ubi dalam
Tafsi>r Jami>‟ Li>Ah}ka>m Al-Qur‟a>n dan Wahbah Zuhaili
dalam Tafsir Al-Muni>r)

(sastra dan sosial kemasyarakatan) serta diambil pelajaran yang sangat penting bagi
adanya nuansa fiqh(hukum-hukum Islam). kita untuk menjadi cerminan dalam
3. Analisis Komparatif tentang Ayat-ayat membangun sebuah.apabila dalam membina
Keluarga Sakinah rumah tangga yang terjalin cinta antara suami
a. Pengertian Keluarga Sakinah dan istri, maka diperlukan adanya penerapkan
Keluarga dalam bahasa Arab adalah system keseimbangan peranan, maksudnya
ahlun, disamping kata ahlun kata yang bisa disamping peranannya sebagai suami dan
memiliki pengertian keluarga adalah ālidan peranannya sebagai istri juga menjalankan
āshir. Kata ahlun berawal dari kata ahila yang peranan lain seperti tugas hidup sehari-hari.
berarti rasa senang, rasa suka, dan ramah. Maka dari itu, tujuan adanya pernikahan
Menurut pendapat lain, kata ahlun berasal dari adalah untuk melanjutkan keturunan dan
kata ahala yang berarti menikah. Sedangkan tujuan-tujuan lainnya.
menurut konsep islam, keluarga adalah satu b. Ayat-ayat Berkaitan dengan Keluarga
kesatuan hubungan antara laki-laki dan Sakinah
perempuan melalui akad nikah menurut ajaran Dalam Alquran ada beberapa ayat yang
islam, dengan adanya ikatan akad nikah berkaitan dengan terbentuknya keluarga
pernikahan tersebut dimaksudkan anak dan sakinah dengan melihat 2 tafsir yaitu tafsir Al-
keturunan yang dihasilkan menjadi sah secara Qurt}ubi dan tafsir Al-Munir karya Wahbah
hukum agama.22 Zuhaili yaitu QS. Al-Baqarah[2]: 187, 228,
Sakinah terambil dari kata sakana yang QS. Al-Nisa> [4]: 1, 3, 9, 19, 34, 35, 75, dan
berarti diam/bergejolak. Sakinah karena 128, QS. Al-A’ra>f [7]: 189, QS. Al-Taubah[9]:
perkawinan adalah ketenangan yang dinamis 71, QS. Maryam [19]: 55, QS. Ar-Rūm [30]:
dan aktif.23 21, QS. Al-Ah}zab[33]: 28-30, QS. Al-Fathir
Jadi, istilah keluarga sakinah adalah dua [35]: 11, QS. Al-Hujura>t [49]:13, QS. Al-
kata yang saling melengkapi, kata sakinah T}ala>q[65]: 6 dan QS. Al-Tahri>m[66]:6.
sebagai kata sifat, yaitu untuk menyifati atau Ayat-ayat tersebut di klasifikasikan
menerangkan kata keluarga. Keluarga sakinah menjadi beberapa sub tema yang
diartikan dengan keluarga yang tentram, menunjukkan terbentuknya keluarga sakinah
tenang, bahagia, dan sejahtera lahir batin serta diantaranya anjuran menikah karena sebagai
dilandasi dengan rasa cinta dan kasih fitrah manusia terdapat dalam QS.Al-Nisa> [4]:
sayang.24Dalam hal ini, Islam menetapkan 1 dan 3, QS. Al-A’ra>f [7]: 189, QS. Al-Fathir
bahwa tujuan pernikahan adalah membentuk [35]: 11, QS. Al-Hujura>t [49]:13, pondasi
keluarga sakinah yang dilandasi dengan rumah tangga yang ideal terdapat dalam QS.
mawaddah, dan warrahmah.25 Ar-Rūm [30]: 21, kewajiban dan hak suami
Tidak mudah membangun keluarga yang istri terdapat dalam QS. Al-Baqarah [2]: 187,
sakinah. Ia merupakan bentangan proses yang dan 228, QS. An-Nisa [4]: 9, 19, 34 dan 75,
sering menemui badai. Untuk menemukan QS. Al-Taubah[9]: 71, QS. Maryam [19]: 55,
formulanya bukan hal yang sederhana.Kasus- QS. Al-Ah}zab[33]: 28-30, QS. Al-T}ala>q[65]:
kasus keluarga yang terjadi disekitar kita bisa 6, QS. Al-Tahri>m[66]: 6, mencari solusi
dalam setiap konflik rumah tangga terdapat
22
Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam QS. An-Nisa[4]: 35, 128.
dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2001), 70.
23
c. Penafsiran Al-Qurt}ubi dan Wahbah
Zainutah Subhan, Membina Keluarga Sakinah,
Zuhaili dalam Tafsirnya
(Yogyakarta, Pustaka Pesantren LKIS, 2004), 3-5.
1. Anjuran Menikah karena sebagai
25
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, Tafisr Fitrah Manusia
Al-Qur‟an Tematik, Jilid. 2,(Jakarta: Kamil Pustaka,
2014), 37.

108 Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 2, 2 (Desember 2017): 103-131
Ela Sartika, Dede Rodiana dan Syahrullah Keluarga Sakinah Dalam Tafsir Al-Qur‟an (Studi
Komparatif Penafsiran Penafsiran Al-Qurt{ubi dalam
Tafsi>r Jami>‟ Li>Ah}ka>m Al-Qur‟a>n dan Wahbah Zuhaili
dalam Tafsir Al-Muni>r)

bapak umat manusia, dalam hal ini tidak ada


       orang lain selain adam.
Sedangkan yang dimaksud dengan
       pasangan atau istri Adam adalah Hawa yang
diciptakan dari salah satu tulang rusuk Adam
sebelah kiri saat tertidur. Wahbah Zuhaili
       memasukkan pendapat yang berbeda dari Abu
Muslim al-Ashfahani yang menjelaskan
bahwa yang dimaksud menciptakan diri dari
        istrinya adalah menciptakannya dari jenis
yang sama, Adan dan Hawa berasal dari jenis
  dan tabiat yang sama. Karena apafaedahnya
Allah menciptakan Hawa dari tulang rusuk
wahai manusia! bertakwalah kepada Adam, padahal Allah kuasa menciptakan
Tuhanmu yang telah menciptakan kamu Hawa dari tanah. Mereka berpendapat sesuai
dari yang satu (Adam) dan (Allah) dengan QS.Ar-Rūm [30]: 21, QS. Al-Jumu‟ah:
menciptakan pasangannya (Hawa)dari 2 dan QS. Al-Taubah[9]: 128, walaupun
(diri) nya dan dari keduanya Allah pendapat ini mendapat bantahan dari ulama
memperkembang biakkan laki-laki dan lain.
perempuan yang banyak. bertakwalah Sehingga Zuhaili dalam menafsirkan ayat
kepada Allah yang dengan nama-Nya ini lebih kepada penafsiran kontekstual
kamu saling meminta, dan (peliharalah) dengan melibatkan aspek hukum dan fiqhnya
hubungan silaturrahim. Sesungguhnya yang bisa diambil dari ayat tersebut.Sehingga
Allah selalu menjaga dan mengawasi ayat tersebut bisa lebih dirasakan manfaatnya
kamu.26 bukan sekedar mengetahui makna secara
Penafsiran Al-Qurt}ubi tentang ayat ini tekstualnya saja melainkan secara kontekstual
bahwa Allah menciptakan manusia dari jiwa dengan melihat kondisi kesosialannya.28
yang satu yaitu Adam dan Hawa kemudian
menyebar dan berkembangbiak di muka bumi      
sebagai bentuk taqwa kepada Allah kemudian
menjalin silaturahmi sehingga menjadi wajib
      
hukumnya untuk menjaga silaturahmi dan
hubungan kekerabatan.27
Wahbah Zuhaili pada ayat ini       
mengungkap penegasan dan pengingatan akan
kesatuan asal usul manusia menunjukkan
keharusan mematuhi dan menghormati batas-        
batas kemanusiaan, bahwa manusia adalah
bersaudara baik ia senang dan benci, dan   
ikatan ukhuwah atau persaudaraan. Mayoritas
ulama menegaskan bahwa yang dimaksud jiwa
yang satu adalah Adam a.s, ia merupakan
28
Wahbah Zuhaili, Al-Tafsīr al-Munīr fi al
„Aqīdat wa al-Syarī‟at wa al-
26
QS. An-Nisa [4]: 1. Manhāj, (Damaskus: Dar al-Fikr, 2005), diterjemahkan
27
Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad al- oleh Abdul Hayyie al-Kattani, dkk. Tafisr Al-Munir,
Anshori al-Qurtubi, Al-Jami‟ Lī Ahkam Al-Quran, Juz Aqidah, Syari‟ah dan Manhaj, Jilid 2, Juz 3 &
6, (Kairo: Maktabah al-Shafa, 2005), 5-17. 4,(Jakarta: Gema Insani, 2016), 560-566.

Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 2, 2 (Desember 2017): 103-131 109
Ela Sartika, Dede Rodiana dan Syahrullah Keluarga Sakinah Dalam Tafsir Al-Qur‟an (Studi
Komparatif Penafsiran Penafsiran Al-Qurt{ubi dalam
Tafsi>r Jami>‟ Li>Ah}ka>m Al-Qur‟a>n dan Wahbah Zuhaili
dalam Tafsir Al-Muni>r)

Dan jika kamu khawatir tidak akan beberapa pendapat para ulama baik ulama
mampu berlaku adil terhadap (hak-hak) madzab maupun jumhur ulama lainnya
perempuan yang yatim (jikalau kamu mengenai hukum menikahi perempuan yatim.
menikahinya), maka nikahilah perempuan Adapun pendapat dari beberapa madzab
(lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau seperti Abu Hanifah mengomentari dalam ayat
empat. Kemudian jika kamu khawatir ini akan bolehnya menikahi perempuan yatim
tidak akan mampu berlaku adil, maka sebelum baligh, beliau berkata: Sesungguhnya
(nikahilah) seorang saja, atau hamba perempuan yatim boleh dinikahi sebelum
sahaya yang kamu miliki. Yang demikian baligh dan setelah baligh, karena dia sama
itu adalah lebih dekat kepada tidak seperti perempuan pada umumnya bukan
berbuat zalim.29 perempuan yatim, dengan dalil bahwasanya
Penafsiran Al-Qurt}ubi terhadap ayat ini jika hendak menikahi perempuan yatim yang
adalah menurut Al-Qurt}ubi awal ayat ini ( ‫وإن‬ baligh, dia dilarang mengurangi mahar mitsl
) adalah syarat, sedangkan jawabnya darinya; karena dia berhak memilih hal itu,
dan hal tersebut dibolehkan berdasarkan ijma‟.
adalah ( ). Yaitu jika kalian merasa
Imam Malik , Imam Syafii dan jumhur ulama
khawatir tidak mampu untuk berbuat adil berpendapat bahwa hal tersebut tidak
dalam memberikan mahar dan nafkah kepada diperbolehkan sampai dia baligh dan bisa
mereka, maka yaitu selain diminta pendapatnya; berdasarkan firman
mereka (anak2 yatim). Allah dalam surat An Nisa ayat 127.30
Al-Qurt}ubi menafsirkan ayat ini sebagai Penafsiran Wahbah Zuhaili terhadap ayat
bentuk ayat perintah untuk menikah (perintah ini bahwa ayat ini turun sesuai dengan
khusus untuk berpoligami) bagi yang sudah asbabun nuzulnya yaitu sebagaimana
mampu dan baligh. Artinya yang disebut dituturkan oleh Aisyah r.a. bahwasannya
mampu disini bukan hanya dalam masalah seorang laki-laki mempunyai seorang wanita
finansialnya saja melainkan mampu berlaku yatim yang memiliki pohon kurma yang
adil dan menduga kuat tidak akan pemeliharaan pohon tersebut dipegang oleh
mendzaliminya. laki-laki tersebut. Dan lelaki tersebut tidak
Dalam menafsirkan kata terdapat dua memberikannya mahar sedikitpun. Lalu
makna yang sangat kontradiktif, terkadang turunlah ayat: “Dan jika kamu takut akan
yang ditakuti adalah sesuatu yang pasti terjadi, dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)
dan yang terkadang hanya sekedar dugaan perempun yatim (bilamana kamu
saja. Tetapi Al-Qurt}ubi mengambil pendapat mengawininya)”.Aku mengiranya,
yang paling disepakati yaitu dalam kata ini “perempuan yatim tersebut merupakan teman
dimaksudkan hanya sebagai dugaan, bukan sekutu dalam (bisnis penanaman) pohon
rasa takut. Al-Qurt}ubi menafsirkan kata adil kurma dan juga harta lainnya.” (HR. Muslim)
dengan hal kecenderungan, kecintaan, jima, Maksud ayat ini adalah jika seseorang
pergaulan, dan pembagian diantara istri-istri. mempunyai anak yatim dan dia hendak
menikahinya namun merasa khawatir tidak
Sedangkan diartikan sesuatu yang
bisa memberikan mahar yang layak dan juga
halal atau boleh untuk dinikahi. khawatir terjerumus dalan penguasaan harta
Adapun permasalahan dalam ayat ini anak yatim dengan tidak adil maka lebih baik
lebih mengedepankan dalam permasalahan menikahi wanita lain karena wanita di dunia
menikahi perempuan yatim. Dalam
penafsirannya Al-Qurt}ubi memasukkan
30
Al-Qurtubi, Al-Jami‟ Lī Ahkam Al-Quran,
29
QS. An-Nisa [4]: 3. Jilid. 6, 23-43.

110 Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 2, 2 (Desember 2017): 103-131
Ela Sartika, Dede Rodiana dan Syahrullah Keluarga Sakinah Dalam Tafsir Al-Qur‟an (Studi
Komparatif Penafsiran Penafsiran Al-Qurt{ubi dalam
Tafsi>r Jami>‟ Li>Ah}ka>m Al-Qur‟a>n dan Wahbah Zuhaili
dalam Tafsir Al-Muni>r)

ini banyak dan Allah tidak pernah dikurangi umurnya, melainkan (sudah
menghendaki manusia mmpersempit diri.31 ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuzh).
Ada kalanya tema ayat ini seputar Sungguh yang demikian itu mudah bagi
menikahi wanita-wanita selain anak yatim Allah..33
perempuan. Maksudnya, jika ada seorang anak Al-Qurt}ubi menafsirkan Firman Allah
yatim perempuan berada dibawah pengasuhan SWT ) berkata Sa‟id dari
salah satu dari kalian lalu ia ingin Qatadah, yakni Adam a.s maksud ayat ini
menikahinya, namun ia khawatir tidak bisa adalah Allah menciptakan asal kalian dari
berlaku adil terhadapnya dengan tidak
tanah. Firman Allah ( dia berkata
memberinya maharmitsil (mahar yang bisa
diberikan kepada wanita lainnya) maka yakni Allah keluarkan sperma itu dari bapak
hendaknya ia menikahi dengan wanita yang kalian, ( beliau berkata bahwa
bisa ia nikahi. Ada kalanya juga tema ayat ini Allah pasangkan sebagian kalian dengan
seputar perintah berlaku adil terhadap para sebagian yang lain. Lelaki adalah
wanita (istri) dan larangan bersikap dzalim pasangannya perempuan untuk menjaga
terhadap ketika menikahi lebih dari satu.Adil eksistensi (mereka) di dunia sampai
menurut Wahbah Zuhaili adalah berakhirnya dunia. Firman Allah
32
kecenderungan hati.
yaitu Allah menjadikan kalian
        berpasang-pasangan, lelaki menikahi
perempuan lalu mereka berdua memiliki
keturunan dengan ilmu Allah SWT, tidaklah
        ada suatu kehamilan kecuali Allah sudah
mengetahuinya, tidak ada yang keluar dari
         pengaturannya.34
Ayat ini ditafsirkan oleh Wahbah Zuhaili
bahwa setiap manusia itu diciptakan dari
         saripati air yang hina dan menjadikannya
makhluk dari nutfah atau mani yang berasal
    dari nutrisi makanan yang berasal dari air dan
tanah sehingga Allah mengubah dan
memproses tanah menjadi nutfah. Kemudian
Dan Allah menciptakan kamu dari tanah Allah menjadikan manusia dua jenis yang
kemudian dari air mani, kemudian Dia berpasang-pasangan yaitu laki-laki dan
menjadikan kamu berpasangan (laki-laki perempuan.
dan perempuan). Tidak ada seorang Kemudian ayat ini berkaitan dengan
perempuanpun mengandung dan keluarga sakinah yang artinya bahwa semua
melahirkan melainkan, melainkan dengan yang terjadi dalam kehidupan di dunia sudah
sepengetahuan-Nya.Dan tidak tergariskan di Lauhul Mahfudz baik
dipanjangkan umur seorang yang kebahagiaan, kesedihan, umur, bahkan jodoh
berumur panjang dan tidak pula setiap manusia yang ada dimuka bumi ini.
penggalan
31
Abu Nizhan, Mutiara Shahih Asbabun Nuzul,
(Bandung: Grafindo Media Pratama, 2011), 58.
32 33
Wahbah Zuhaili, Al-Tafsīr al-Munīr fi al- QS. Al-Fathir[35]: 11.
34
„Aqīdat wa al-Syarī‟at wa al-Manhāj, Jilid 2, Juz 3 & Al-Qurtubi, Al-Jami‟ Lī Ahkam Al-Quran, Juz
4, 572-573. 17, 360.

Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 2, 2 (Desember 2017): 103-131 111
Ela Sartika, Dede Rodiana dan Syahrullah Keluarga Sakinah Dalam Tafsir Al-Qur‟an (Studi
Komparatif Penafsiran Penafsiran Al-Qurt{ubi dalam
Tafsi>r Jami>‟ Li>Ah}ka>m Al-Qur‟a>n dan Wahbah Zuhaili
dalam Tafsir Al-Muni>r)

ayat ini ditafsirkan oleh Wahbah Zuhaili tulang rusuk yang diambil dari salah satu
adalah panjangnya umur seseorang itu dengan tulang rusuk Adam, ini dikatakan oleh Ibnu Al
melakukan hal yang baik diantaranya dengan Arabi.37
menjalin silaturahmi baik itu antar kerabat, Sedangkan penafsiran Wahbah
saudara bahkan dengan menjalin hubungan sebagaimana asbabun nuzulnya QS.Al-
pernikahan. Oleh karena itu, anjuran untuk Hujura>t (49): 13 sebagaimana yang
menikah bukan hanya mengikuti sunnahpara diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Abi
Nabi melainkan perintah dari Allah SWT.35 Malakah yang berkata, “setelah pembebasan
kota Mekah, Bilal naik ke atas Ka‟bah lalu
mengumandangkan adzan. Melihat hal itu,
       sebagian orang lalu berkata," Bagaimana
mungkin budak hitam ini di atas Ka'bah
      mengumandangkan adzan!"Sebagian yang
lain berkata (dengan nada mengejek),
"Apakah Allah akan murka kalau bukan dia
        yang mengumandangkan adzan?"Allah lalu
menurunkan ayat ini.
Menurut Ibnu „Asakir meriwayatkan
  dalam kitab al-Mabhamaat, “Saya
menemukan tulisan tangan dari Ibnu Basykual
Hai manusia, sesungguhnya Kami yang menyebutkan bahwa Abu Bakar bin Abu
menciptakan kamu dari seorang laki-laki Daud meriwayatkan dalam kitab tafsirnya,
dan seorang perempuan dan menjadikan “ayat ini turun berkenaan dengan Abi Hindun.
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku- Suatu ketika, Rasulullah menyuruh Bani
suku agar kamu saling Bayadhah untuk menikahkan Abu Hindun ini
mengenal.Sesungguhnya orang yang dengan wanita suku mereka.Akan tetapi,
paling mulia diantara kamu disisi Allah mereka berkata, “Wahai Rasulullah,
ialah orang yang paling takwa diantara bagaimana mungkin kami akan menikahkan
kamu.Sesungguhnya Allah Maha anak wanita kami dengan seorang
Mengetahui lagi Maha Mengenal.36 budak.”Sebagai responnya maka turunlah ayat
Al-Qurt}ubiAllah menjelaskan dalam ayat ini.38
ini , bahwa Allah lah yang menciptakan lelaki Jadi kesimpulan dari point ini
dan perempuan,sebagaimana di awal surat An- sebagaimana telah dijelaskan oleh Al-Qurt}ubi
Nisa. Seandainya Allah berkehendak pastilah dan Wahbah Zuhaili dalam beberapa ayat
Allah menciptakan selain keduanya yang berkaitan dengan anjuran untuk
sebagaimana penciptaannya Adam (tanpa ayah menikah.
N Analisa Al- Wahbah Hasil
dan ibu), seperti penciptaannya Isa a.s, tanpa o Qurt}ubi Zuhaili
seorang ayah, seperti penciptaan Hawa dari 1
Asbabun Al-Qurt}ubi Selalu melihat Wahbah
Nuzul tidak dari segi Zuhaili
salah satu sisi (tulang rusuk ). Ini memasukan asbabun nuzul menafsirkan
diperbolehkan pada kekuasaannya yang tidak beberapa sehingga dilihat sesuai
riwayat dari penafsiran dengan apa
ada pada alam wujud.Telah dijelaskan bahwa
dari penciptaan Adam keluarlah Hawa dari 37
Al-Qurtubi, Al-Jami‟ Lī Ahkam Al-Quran, Juz
19, 410.
35 38
Wahbah Zuhaili, Al-Tafsīr al-Munīr fi al- Jalaludin As-Suyuti, Lubaabun Nuquul fii
„Aqīdat wa al-Syarī‟at wa al-Manhāj.Jilid 11, Juz 21 Asbaabin Nuzuul, (Kairo: Darut Taqwa, Cet. I),
& 22, 557-560. diterjemahkan oleh Abdul Hayyie, Asbabun Nuzul,
36
QS. Al-Hujura>t [49]: 13. (Jakarta: Gema Insani, 2008), 529-530.

112 Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 2, 2 (Desember 2017): 103-131
Ela Sartika, Dede Rodiana dan Syahrullah Keluarga Sakinah Dalam Tafsir Al-Qur‟an (Studi
Komparatif Penafsiran Penafsiran Al-Qurt{ubi dalam
Tafsi>r Jami>‟ Li>Ah}ka>m Al-Qur‟a>n dan Wahbah Zuhaili
dalam Tafsir Al-Muni>r)

yang ia menafsirkan yang telah n ayat-ayat dengan melihat kan bahwa


berkaitan sesuai dengan Allah ini lebih kontekstual hamilnya
dengan ayat asbabun turunkan. melihat walaupun ia seorang
ini tetapi nuzulnya. pada dalam perempuan
bukan Bahkan ia konteks menafsirkannya adalah
sebagai selalu melihat kesejarahan lebih pada penyakit
asbabun kesesuaian ayat dan lebih pendapat para karena
nuzul. dengan ayat tekstual madzab fiqh. dengan
sebelumnya. pada apa Perbedaannya melihat
Penafsir
2 Al-Quthubi Begitupun Dari kedua yang yaitu Wahbah dhahir ayat
an dalam dengan wahbah tafsir dituliskan Zuhaili tidak ‫دعىا اهلل‬
dilihat menjelaska zuhaili tersebut dalam ayat menetapkan ‫ربهما‬artinya
dari n ayat-ayat mengungkapka menafsirkan tersebut. usia bahwa
persama tentang n dalam ayat-ayat Selain itu, dibolehkannya keadaan
annya. anjuran tafsirnya yang perbedaann menikahi orang hamil
menikah, berkaitan berkaitan ya antara perempuan itu adalah
dapat dengan ayat- dengan lain: yatim, hanya besarnya
disimpulka ayat mengenai anjuran Pertama, saja dalam perkara dan
n bahwa: anjuran menikah Al-Qurt}ubi tafsirnya ia kerasnya
Allah menikah memang dalam mengungkapka tanggungan
menciptaka bahwa: hampir sama menentuka n bahwa boleh serta apabila
n manusia Allah adalah n usia menikahi anak meninggal
berpasang- menciptakan sebuah bukti untuk yatim dengan maka mati
pasangan manusia berasal taat kepada perempuan syarat bisa syahid.
dari jenis dari jenis yang Allah, salah yatim boleh berlaku adil Sedangkan
yang sama. sama. Agar satunya dinikahi saja dan yang dalam
Tujuan terwujudnya adalah adalah kamu senangi. penentuan
adanya tali silaturahmi dengan ketika Tanpa melihat usia
pernikahan karena menikah. sudah batas usia menikahi
adalah merupakan Dengan baligh dan diperbolehkann anak yatim
untuk salah satu alas tujuan agar harus ya menikahi Al-Qurt}ubi
menciptaka an panjang menyambun mendapatka anak yatim melihat
n umur. Selain itu gkan n izin tersebut. hadits yang
silaturahmi untuk silaturahmi darinya. Hamilnya bagi diriwayatkan
dan mendapatkan dan untuk Kedua, Al- seorang wanita oleh Aisyah.
memperkua keturunan. menghasilka Qurt}ubi adalah anugrah
t Dalam hal n keturunan. menafsirka yang sangat
kekerabatan iperbolehkan Adapun n bahwa luar biasa
antara berpoligami dalam jika dalam rumah
manusia. asalkan bisa pelaksanaann seorang tangga.
Sehingga berlaku adil. ya melakukan
menumbuh Sedangkan (berpologami suatu
nya rasa wahbah ) mereka hubungan
kasih mengartikan sepakat yang ikatan
sayang adil disini menjadi keluarga
serta sikap adalah syarat untuk sehingga
saling kecenderungan bisa menghasilk
menghorma hati. berpoligami an
ti dan adalah adil. keturunan,
tolong Walaupun maka
menolong berbeda hamilnya
diantara dalam seorang
keduanya. mengartikan wanita
Sedangkan adil disini. disebut
dalam penyakit,
diperbolehk karena
annya wanita
berpoligami menanggun
asalkan g beban
dengan yang sangat
syarat bisa berat.
berlaku Table 1
adil, adil
dalam arti
jima‟, 2. Pondasi Rumah Tangga Ideal
kecintaan,
giliran.
Perbeda
3 Al-Qurt}ubi Sedangkan Alasan Al-
an dalam Wahbah Zuhaili Qurt}ubi
menafsirka menafsirkan mengungkap

Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 2, 2 (Desember 2017): 103-131 113
Ela Sartika, Dede Rodiana dan Syahrullah Keluarga Sakinah Dalam Tafsir Al-Qur‟an (Studi
Komparatif Penafsiran Penafsiran Al-Qurt{ubi dalam
Tafsi>r Jami>‟ Li>Ah}ka>m Al-Qur‟a>n dan Wahbah Zuhaili
dalam Tafsir Al-Muni>r)

ibnu abbas dan Mujahid berkata:


      
itu jima, itu anak. Sementara Hasan

     berpendapat: dan itu ketenangan


dalam hati satu sama lain. Suddi berpendapat
bahwa adalah rasa cinta dan adalah
       
limpahan kasih sayang. Lalu diriwayatkan
maknanya oleh Ibnu Abbas itu cinta laki-
  laki kepada perempuan, dan adalah kasih
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)- sayang kepadanya dengan
Nya ialah Dia menciptakan pasangan- merata.Diungkapkan bahwa asal penciptaan
pasangan untukmu dari jenismu sendiri, laki-laki adalah dari tanah, pada lelaki terdapat
agar kamu cenderung dan merasa kekuatan tanah, juga farji (kelamin
tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan perempuan) yang menjadi dasar penciptaan,
di antaramu rasa kasih dan maka membutuhkan tempat untuk berdiam,
sayang.Sungguh, pada yang demikian itu dan perempuan diciptakan sebagai tempat
benar-benar terdapat tanda-tanda berlindung syahwat laki-laki.
(kebesaran Allah) bagi kaum yang Allah berfirman, maka tahap
berpikir.”39 pertama ketenangan laki-laki dengan
Penafsiran Al-Qurt}ubi tentang QS. Ar- perempuan yaitu dorongan nafsu yang
Rūm [30]: 21 yang menjadi pondasi keluarga menggebu, hal itu terjadi karena farji memikul
atau rumah tangga yang ideal sekaligus air mani yang mendidih, karenanya ia tenang
menjadi konsep dari keluarga sakinah sendiri dan bersih dari nafsu birahi. Bagi laki-laki
adalah: yaitu sebagian tanda ketuhanan diciptakan sebagian dari mereka.Allah
dan keesaan Allah SWT yang telah berfirman, {wa tadaruna...} [QS. Asy-
menciptakan kalian dari tanah. Yaitu Syu‟ara: 166] Ketahuilah bahwa Allah ta‟ala
menciptakan bapak keturunan kalian dari jenis kepada laki-laki diciptakan tempat untuk
tanah.Karena cabang (kita) seperti halnya asal dciptakannya wanita.Oleh karena itu, wanita
(nabi Adam). Penjelasannya telah dibahas memasrahkan (berhubungan seksual) setiap
pada suratAl-An‟am. Lalu “AN” pada tema waktu ketika laki-laki memanggilnya.Ketika
pengangkatan penciptaan Seperti menolaknya maka menjadi kegelapan sebagai
{tsuma idza ...} kemudian kalian menjadi dosa yang besar, dan cukuplah ketentuan ini
para pemikir yang berbicara dan menggunakan dalam kitab Shohih Muslim. Dari hadist Abu
nilai-nilai kehidupan dan tidak diciptakan Hurairah, Rasulalloh bersabda, “demi dzat
dengan sia-sia. Dan yang berkehendak sebagai pada kekuasaannya, tidaklah seorang suami
orang yang rajin beribadah dan bertasbih. yang mengajak istrinya berhubungan seksual
dan istrinya menolak, kecuali seluruh makhluk
Dan maksud yaitu wanita yang
dilangit (malaikat) mengutuknya sehingga
tinggal bersamanya. dari air mani laki- kembali mendapat ridha suaminya”. Pada
laki dari jenis kalian, pendapat lain yaitu Siti redaksi lain, “ketika seorang istri menolak
Hawa, yang diciptakan dari tulang rusuk berhubungan dengan suaminya maka
Adam as, itulah pendapat Qotadah. malaikat melaknatnya hingga waktu shubuh”.
‫ۦ‬ dibahas pada surat Al-Baqarah.
Mereka telah mengetahui bahwa Allah adalah
39
Al-Qur‟an Hadi versi.1, QS. Ar-Rum [30]: 21. pencipta. {wakhtilâfi...} lisan dalam berbicara,

114 Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 2, 2 (Desember 2017): 103-131
Ela Sartika, Dede Rodiana dan Syahrullah Keluarga Sakinah Dalam Tafsir Al-Qur‟an (Studi
Komparatif Penafsiran Penafsiran Al-Qurt{ubi dalam
Tafsi>r Jami>‟ Li>Ah}ka>m Al-Qur‟a>n dan Wahbah Zuhaili
dalam Tafsir Al-Muni>r)

terdapat beragam bahasa. Seperti bahasa Arab, menghadapi berbagai beban kehidupan dan
Turki dan Roma.Lalu beragam warna kulit permasalahan hidup secara bersama-sama;
seperti putih, hitam dan kemerah-merahan. rumah tangga dan keluarga pun terbentuk
Hampir saja kita tidak melihat bahwa ada dengan berlandaskan pada pondasi, tatanan,
perbedaan satu sama lain. Hal ini bukanlah dan system yang paling kuat, kokoh, dan
pekerjaan kedua orangtua kecuali hasil sempurna. Serta ketenangan, kedamaian,
nuthfah yang sama. Tiada yang menjadi ketentraman, dan keharmonisan pun benar-
subjek penciptaan, kecuali hanya Allah benar bisa terwujud.41
sebagai pencipta.Maka inilah argumentasi Dilihat dari aspek semantik pada kata
yang paling kuat bahwa Allah ada konseptor sakinah, mawaddah dan warrahmah. Kata
yang berlimpah kebaikan. {inna fi dzalika...} sakinah dalam Alquran ditemukan sebanyak
yakni untuk orang baik dan durhaka. Pada enam kali disamping bentuk lain yang seakar
qiro‟at Hafash dibaca “lil alimîn” dengan dengannya. Secara keseluruhan semuanya
kasrah lam sebagai bentuk jama‟ âlîm. berjumlah 69.Kata sakinah berasal dari kata
‫ۦ‬ suatu pendapat, ayat ini sakana-yaskunu,yang berarti sesuatu yang
terdapat taqdim ta‟hir.Maknanya adalah tenang atau tetap setelah bergerak.Kata ini
sebagian tanda keagungan Tuhan yaitu digunakan merupakan antonim dari kata
menciptakan tidur dimalam hari dan dijadikan idhtirab (kegoncangan) kecuali untuk
waktu untuk mencari anugerah (mata menggambarkan ketenangan dan ketentraman
pencaharian) disiang hari. Dibuang haraf jar setelah sebelumnya terjadi gejolak apapun
untuk menghubungkan malam dan latar belakangnya.Sakinah juga berasal dari
mengatafkannya, dan wawu menempati posisi kata maskan yang artinya rumah yang
haraf jar apabila sampai pada yang diatafkan merupakan tempat istirahat setelah
pada isim dhahir khusus, tidur dimalam hari beraktifitas.Dan berasal dari kata sakan yang
dijadikan tanda adanya kematian dan kegiatan berarti waktu malam karena digunakan untuk
siang hari sebagai tandanya adanya ba‟ats tidur dan istirahat setelah sibuk mencari rezeki
di siang harinya.
(kebagkitan kubur). dikehendaki
Sedangkan kata sukun digunakan untuk
untuk mendengarkan secara faham dan menunjukkan arti ketenangan yang bersifat
dipikirkan.40 jasmaniah, sementara sukun yang berarti
Sedangkan menurut Wahbah Zuhaili, ketenangan dan kesenangan yang bersifat
yang dimaksud ayat di atas adalah dengan rohaniah adalah majaz isti‟ârah. Atau dengan
diciptakannya perempuan bagi kaum laki-laki kata lain, sakinah yang dipahami sebagai
dan jenisnya sendiri dan wanita mulai ketenangan jiwa atau rohani justru bukan arti
diciptakan dari tubuh laki-laki untuk yang sebenarnya. Meskipun begitu, karakter
menekankan ketenangan dan kedamaian pada dasar dari kata sakinah yakni tenang setelah
diri manusia dengan diciptakan antara bergerak atau bergejolak, baik yang bersifat
keduanya yaitu mawaddah yang berarti cinta. jasmaniah maupun rohaniah adalah sama.
Sedangkan rahmah yang berarti rasa kasih Diantara ayat-ayat yang menunjukkan sakana-
sayang dan perhatian terhadap pasangan untuk yaskunu-sakinah yang bersifat rohaniah
saling membantu dalam segala urusan adalah pada suratAl-A’ra>f [7]: 189. Yang
keduanya. Allah jadikan pula rasa mahabbah artinya: “Dialah yang menciptakan dari jiwa
diantara laki-laki dan perempuan agar dapat yang satu (Adam) dan daripadanya Dia
saling bersinergi dan saling membantu dalam
41
Wahbah Zuhaili, Al-Tafsīr al-Munīr fi al-
40
Al-Qurtubi, Al-Jami‟ Lī Ahkam Al-Quran, Juz „Aqīdat wa al-Syarī‟at wa al-Manhāj, Jilid 11, Juz 21 &
21, 411-414. 22, 92.

Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 2, 2 (Desember 2017): 103-131 115
Ela Sartika, Dede Rodiana dan Syahrullah Keluarga Sakinah Dalam Tafsir Al-Qur‟an (Studi
Komparatif Penafsiran Penafsiran Al-Qurt{ubi dalam
Tafsi>r Jami>‟ Li>Ah}ka>m Al-Qur‟a>n dan Wahbah Zuhaili
dalam Tafsir Al-Muni>r)

menciptakan pasangannya, agar dia merasa Kedua, berarti kasih sayang sebagaimana
senang kepadanya.” firman Allah QS.Asy-Syurâ [42]: 23 yang
Ayat ini menjelaskan bahwa keberadaan artinya “Katakanlah (Muhammad) aku tidak
seseorang sebagai pasangannya bertujuan meminta kepadamu sesuatu imbalan pun atau
untuk memperoleh ketenangan yang bersifat seruanku kecuali kasih sayang dalam
rohaniah atau biasa disebut dengan ketenangan kekeluargaan.”Kata mawaddah hanya
jiwa.Artinya, secara fitrah laki-laki merasa semata-mata mencintai dan menyayangi,
tenang jiwanya dengan kehadiran seorang layaknya dalam hubungan kekerabatan,
pendamping disisinya yakni istri.Begitu juga berbeda dengan cintanya suami istri.
sebaliknya. Begitupun dengan ayat lain yang Ketiga, berarti ingin sebagaimana firman
menunjukkan kata sakan yang diambil dari Allah QS.Al-Hijr [15]: 2 artinya “orang kafir
kata sukun yang artinya hilang rasa takut itu kadang-kadang (nanti di akhirat)
sehingga jiwanya merasa tenang. Sebagaimana menginginkan, sekiranya mereka dahulu (di
terdapat dalam QS.Al-Taubah[9]: 103. dunia) menjadi orang muslim. Dari ayat ini
Jadi dapat disimpulkan bahwa kata menunjukkan bahwa kata wadda-yawaddu
sakinah dengan turunannya menunjukkan arti berarti ingin atau menginginkan, dan
ketentraman baik fisik/jasmani maupun kecenderungan bentuk ini adalah
rohani/jiwa.Khusus yang berbentuk sakinah keburukan.Sementara kata mawaddah dalam
semuanya menunjukkan arti ketenangan dan bentuk yang asli adalah cinta, ingin, masing-
ketentraman jiwa/batin. masing dilihat dari konteks kalimatnya.
Sedangkan kata mawaddah ditemukan Sementara kata rahmah ditemukan dalam
sebanyak delapan kali dalam Alquran.secara Alquran sebanyak 114.Secara keseluruhan
keseluruhan dengan kata-kata yang seakar dengan kata-kata lain yang seakar dengannya
dengannya, semuanya berjumlah 25. Kata berjumlah 339.Kata rahmah berasal dari kata
mawaddah berasal dari wadda-yawadda yang rahima-yarhamu yang berarti kasih sayang
berarti mencintai sesuatu dan berharap untuk (riqqah), yakni sifat yang mendorong
bisa terwujud. Sedangkan menurut Al- seseorang berbuat kebajikan kepada siapa
Ashfahanikata mawaddah dipahami dalam yang dikasihi.Menurut al-Ashfahani, kata
beberapa pengertian, diantaranya pertama rahmah memiliki dua arti, kasih sayang
berarti cinta (mahabbah) sekaligus keinginan (riqqah) dan budi baik/murah hati
untuk memiliki.Antara dua kata ini saling (ihsan).Kata rahmah yang berarti kasih
terkait, yakni disebabkan adanya keinginan sayang adalah dianugrahkan oleh Allah
yang kuat akhirnya melahirkan cinta atau kepada manusia. Artinya denganrahmat Allah
karena didorong oleh cinta yang kuat akhirnya tersebut manusia akan mudah tersentuh
melahirkan keinginan untuk mewujudkan hatinya jika melihat yang lain lemah atau
sesuatu yang dicintainya.Hal ini terlihat pada merasa iba atas penderitaan orang lain.
firman Allah dalam QS.Ar-Rūm [30]: 21. Sedangkan rahmah yang berarti budi baik
Mawaddah sebagai salah satu yang menghiasi (ihsan) adalah khusus milik Allah.Artinya,
perkawinan bukan sekedar cinta, sebagaimana hanya Allah yang menyatakan atau
kecintaan orang tua kepada anaknya. Sebab, mengklaim sebagai yang memiliki budi baik.
rasa cinta disini akan mendorong pemiliknya Atau dengan kata lain, kebaikan, perhatian,
untuk mewujudkan cintanya sehingga kasih sayang, apapun bentuknya yang
menyatu. Dan dari sinilah sebagian ulama diberikan kepada makhluk-Nya adalah
mengartikan kata mawaddah dengan karenakemurahan Allah.
mujama‟ah (bersenggama). Dari penjelasan diatas, maka dapat
digambarkan sekaligus dibedakan bahwa

116 Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 2, 2 (Desember 2017): 103-131
Ela Sartika, Dede Rodiana dan Syahrullah Keluarga Sakinah Dalam Tafsir Al-Qur‟an (Studi
Komparatif Penafsiran Penafsiran Al-Qurt{ubi dalam
Tafsi>r Jami>‟ Li>Ah}ka>m Al-Qur‟a>n dan Wahbah Zuhaili
dalam Tafsir Al-Muni>r)

sakinah merupakan kondisi fisik atau batin sama-sama yaitu diidam-


membangun dengan idamkan
yang merasa tenang dan tentram. Sedangkan sebuah keluarga rasa kasih oleh semua
mawaddah terbagi menjadi tiga kategori, sakinah sayang orang yaitu
didalamnya yang menciptaka
yaitu: pertama, cinta plus, yakni hasrat cinta terdiri dari melimpah n
yang sangat kuat sehingga terdorong untuk mawaddah dan antara ketenangan
warrahmah. suami istri dan
saling menyatu dan memiliki, seperti suami sehingga ketentrama
istri. Kedua, kasih sayang seperti hubungan bisa n.
dibuktika
dalam kekerabatan. Dan ketiga, menginginkan nnya
sesuatu, namun “ingin” dalam hal ini dengan
menghasil
konotasinya adalah negative, bisa jadi sama kan
dengan hasud. Sementara rahmah adalah keturunan.
2 Perbeda Al-Qurt}ubi Sedangka Al-Qurt}ubi
anugrah yang diberikan oleh Allah yang an menafsirkan n Wahbah lebih
memungkinkan seseorang dapat berbuat kata mawaddah Zuhaili mengartika
adalah jima‟, menafsirk n bahwa
kebaikan bahkan yang terbaik untuk pihak sedangkan an bahwa sebuah
lain, yang dibuktikan dengan pengorbanan warrahmah keluarga keluarga
adalah anak. sakinah sakinah
yang tulus. Artinya bahwa adalah hanya bisa
Sehingga yang dimaksud dengan keluarga tahap pertama bahwa terjalin
ketenangan Allah ketika
sakinah bukan berarti sebuah perkawinan yang laki-laki dengan jadikan adalanya
tidak ada masalah, akan tetapi gambaran perempuan rasa sebuah
yaitu dorongan mahabbah ketenangan
sederhana dari keluarga sakinah adalah jika nafsu yang diantara untuk
masing-masing pihak dengan penuh menggebu, hal laki-laki melakukan
itu terjadi dan hubungan
kesungguhan berusaha mengatasi masalah karena farji perempua seksual.
yang timbul dengan didasarkan pada memikul air n agar
mani yang dapat
keinginan yang kuat untuk menuju kepada mendidih, saling
terpenuhi ketenangan dan ketentraman jiwa. karenanya ia bersinergi
tenang dan dan saling
Sedangkan mawaddah dan rahmah adalah dua bersih dari membantu
kata yang tidakbegitu bisa diperoleh setelah nafsu birahi. dalam
menghada
terlaksananya perkawinan. Akan tetapi yang pi
benar adalah melalui perkawinan seseorang berbagai
beban
akan memperoleh mawaddah dan rahmah kehidupan
sebagai landasan terciptanya keluarga yang dan
permasala
sakinah. han hidup
secara
bersama-
sama;
Table 2
No Analisa Al-Qurt}ubi Wahbah Hasil
Zuhaili 3. Kewajiban dan Hak Suami Istri
1 Penafsir Al-Quthubi Begitupun Sama-sama
an dalam dengan menjelaska
dilihat menjelaskan wahbah n bahwa      
dari tentang pondasi zuhaili yang
persama dalam rumah mengungk dimaksud
annya tangga itu apkan QS. Ar-
adalah kasih dalam Rūm [30]:         
sayang seorang tafsirnya 21 adalah
suami terhadap berkaitan ayat yang
istri sehingga
terciptanya
dengan
ayat-ayat
berkaitan
dengan     
ketenangan dan mengenai pondasi
ketentraman di pondasi rumah
dalam rumah keluarga tangga
tangga. Artinya sakinah yang

Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 2, 2 (Desember 2017): 103-131 117
Ela Sartika, Dede Rodiana dan Syahrullah Keluarga Sakinah Dalam Tafsir Al-Qur‟an (Studi
Komparatif Penafsiran Penafsiran Al-Qurt{ubi dalam
Tafsi>r Jami>‟ Li>Ah}ka>m Al-Qur‟a>n dan Wahbah Zuhaili
dalam Tafsir Al-Muni>r)

Asbabun nuzul ayat ini sebagaimana


      dituturkan oleh Al-Barra‟: “Dulu para sahabat
Nabi saw. Apabila seseorang sedang puasa
      dan ia tertidur, padahal telah tiba waktu
berbuka, mereka tidak sempat berbuka, ia
tidak makan sepanjang malam san
       siang.sampai masuk sore (keesokan harinya).
Qais Ibn Sharmah al-Anshari pernah puasa.
Lalu saat tiba waktu berbuka, ia menghampiri
      istrinya dan berkata: “Apakah ada makanan?”
Ia menjawab: “Tidak ada, tapi saya akan
         mencarikannya untukmu.” Kebetulan hari ini
Qais kelelahan bekerja, kedua matanya tak
tahan lagi menahan kantuk. Istrinya berkata:
    “Celakalah kamu.” Maka ketika masuk tengah
hari ia pingsan. Kemudian diadukanlah hal itu
        kepada nabi, lalu turunlah ayat ini,
“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari
bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri
      kamu.”Maka merekapun sangat bergembira
dengan turunnya ayat tersebut. Juga turun:
  “dan makan minumlah hingga terang bagimu
benang putih dari benang hitam.”(HR.
Dihalalkan bagi kamu pada malam hari Bukhari No. 1915)43
bulan puasa bercampur dengan isteri- Al-Qurt}ubi menafsirkan ayat ini tentang
isteri kamu; mereka adalah pakaian kewajiban antara suami dan istri walaupun
bagimu, dan kamupun adalah pakaian dalam ayat ini beliau kelompokkan ke dalam
bagi mereka.Allah mengetahui ayat-ayat tentang puasa. Akan tetapi, setelah
bahwasanya kamu tidak dapat menahan dianalisa oleh penulis bahwa Al-Qurt}ubi
nafsumu, karena itu Allah mengampuni menafsirkan ayat ini yaitu bahwa sebuah
kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka keluarga haruslah saling melengkapi antara
sekarang campurilah mereka dan ikutilah satu dengan yang lainnya layaknya pakaian.
apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, Pakaian yang kita pakai itu harus menutupi
dan makan minumlah hingga terang badan begitupun suami dan istri haruslah
bagimu benang putih dari benang hitam, menutupi semua kekurangan yang dimiliki
yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah oleh sesamanya.
puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) Ayat ini juga menjelaskan tentang hal-hal
janganlah kamu campuri mereka itu, yang membatalkan puasa.Al-Qurt}ubi
sedang kamu beri'tikaf dalam menafsirkan bahwa ada beberapa pendapat
mesjid.Itulah larangan Allah, maka mengenai pembatalan puasa yang dilakukan
janganlah kamu antara suami dan istri yaitu jima‟. Berkata
mendekatinya.Demikianlah Allah Malik, Abu Yusuf, dan Ashab Ar-Rayi:
menerangkan ayat-ayat-Nya kepada baginya sebagaimana atas suami, berkata
manusia, supaya mereka bertakwa. 42 Imam Syafi‟i: tidak ada bagi istri kecuali

43
Abu Nizhan, Mutiara Shahih Asbabun
42
QS. Al-Baqarah [2]: 187. Nuzul,.16.

118 Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 2, 2 (Desember 2017): 103-131
Ela Sartika, Dede Rodiana dan Syahrullah Keluarga Sakinah Dalam Tafsir Al-Qur‟an (Studi
Komparatif Penafsiran Penafsiran Al-Qurt{ubi dalam
Tafsi>r Jami>‟ Li>Ah}ka>m Al-Qur‟a>n dan Wahbah Zuhaili
dalam Tafsir Al-Muni>r)

kafarah satu kali, sama saja apakah dia


menyukainya ataupun membencinya, karena       
Rasulullah menjawab, “orang yang bertanya
dengan satu kali kafarah tanpa merincinya.”       
Dan telah diriwayatkan dari Abu Hanifah,
“jika sama-sama suka maka setiap diantara
mereka satu kafarah, dan jika suami   
memaksanya, maka bagi suami satu kafarah
san istri tidak membayar kafarah,” itu adalah Wanita-wanita yang ditalak handaklah
pendapat Sunhun bin Sa‟id Al-Maliki. Berkata menahan diri (menunggu) tiga kali quru'.
Malik, “bagi suami dua kafarah, itu adalah Tidak boleh mereka menyembunyikan apa
kesimpulan madzhab Malik menurut jama‟ah yang diciptakan Allah dalam rahimnya,
ashabnya.”44 jika mereka beriman kepada Allah dan
Ayat ini ditafsirkan oleh Wahbah Zuhaili hari akhirat. Dan suami-suaminya berhak
ke dalam kelompok ayat tentang hukum- merujukinya dalam masa menanti itu, jika
hukum puasa, tetapi ada penggalan ayat mereka (para suami) menghendaki ishlah.
Dan para wanita mempunyai hak yang
oleh Wahbah Zuhaili ditafsirkan seimbang dengan kewajibannya menurut
bahwa masing-masing dari suami istri cara yang ma'ruf. Akan tetapi para
ibaratnya pakaian bagi pasangannya yang suami, mempunyai satu tingkatan
saling menutupi satu sama lain sebagaimana kelebihan daripada isterinya.Dan Allah
pakaian yang menutupi pemakainya dan Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.46
mencegahnya dari perbuatan maksiat. Artinya Asbabun nuzul ayat ini dituturkan oleh
bahwa antara suami istri berkewajiban untuk Asma Ibnu Yazid ibn Sakan Al-Anshariyah,
saling mengingatkn antara satu sama lain, aku ditalak pada masa nabi Saw. Pada waktu
seperti dalam hal puasa. Ungkapan tersebut itu belum ada masa idah.Maka Allah
adalah kinayah yang dimaksudkan bahwa menurunkan ayat tentang idah ketika aku
ketika datang puasa antara suami istri dilarang ditalak.Ayat yang pertama kali turun
untuk berjimak pada siang hari tetapi mengenai idah talak yaitu, “Wanita-wanita
diperbolehkannya berjimak pada malam yang ditalak handaklah menahan diri
puasa.45 (menunggu) tiga kali quru” (HR. Abu Daud
No. 2281 Syaikh Al-Albany menyebutkan
    hadis ini hasan).47
Penafsiran Al-Qurt}ubi mengenai ayat ini
          adalah masih berlaku atau tidaknya hak bagi
suami yang mentalak istrinya. Al-Qurt}ubi
menjelaskan beberapa pendapat dalam
       menafsirkan ayat ini bahwa hak seorang suami
hilang haknya ketika mentalak istrinya baik
        itu memberi nafkah, menjima‟ ataupun
melakukan hubungan suami istri. Bahkan ada
beberapa pendapat lain mengenai maksud dari
44
ayat ini. Diantaranya pertama, sebagian ulama
Al-Qurtubi, Al-Jami‟ Lī Ahkam Al-Quran, Juz
3, 186.
45 46
Wahbah Zuhaili, Al-Tafsīr al-Munīr fi al- QS. Al-Baqarah [2]: 228.
47
„Aqīdat wa al-Syarī‟at wa al-Manhāj, Jilid 1, Juz 1 & Abu Nizhan, Mutiara Shahih Asbabun
2, 394. Nuzul,.28-29.

Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 2, 2 (Desember 2017): 103-131 119
Ela Sartika, Dede Rodiana dan Syahrullah Keluarga Sakinah Dalam Tafsir Al-Qur‟an (Studi
Komparatif Penafsiran Penafsiran Al-Qurt{ubi dalam
Tafsi>r Jami>‟ Li>Ah}ka>m Al-Qur‟a>n dan Wahbah Zuhaili
dalam Tafsir Al-Muni>r)

berpendapat jika seorang suami akanmencium


dan bercumbu dengan niat rujuk maka      
dianggap sebagai rujuk, jika tidak berniat
rujuk dengan ciuman dan bercumbu maka dia      
berdosa dan tidak dianggap sebagai rujuk dan
sunnah sebelum berhubungan ada yang
menjadi saksi, atau sebelum mencium dan        
bercumbu. Sedangkan ulama lain berpendapat
tidak dikatakan rujuk.
Kedua, ulama berpendapatjika suami
  
menjima istrinya dengan niat rujuk, atau tidak
berniat rujuk maka tidak dianggap rujuk, dan Para ibu hendaklah menyusukan anak-
baginya wajib membayar mahar mitsil (mahar anaknya selama dua tahun penuh, yaitu
dengan standar kaum sekitar/keluarga). bagi yang ingin menyempurnakan
Sedangkan pendapat lain berpendapat bahwa penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi
tidak mengapa baginya karena jika dia makan dan pakaian kepada para ibu
meminta rujuk kepada istrinya , maka dia tidak dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak
wajib membayar mahar. Tidaklah jima tanpa dibebani melainkan menurut kadar
rujuk lebih utama dengan mahar dari kesanggupannya. Janganlah seorang ibu
rujuk.Ketiga, sebagian ulama melarang menderita kesengsaraan karena anaknya
seorang istri yang sudah ditalak bepergian dan seorang ayah karena anaknya, dan
bersama suaminya, sedangkan pendapat ulama warispun berkewajiban demikian.Apabila
lainnya membolehkannya.Keempat, pendapat keduanya ingin menyapih (sebelum dua
ulama mengenai dilarangnya seorang suami tahun) dengan kerelaan keduanya dan
berkhalwat dengan istri yang sudah ditalak permusyawaratan, maka tidak ada dosa
dan itulah pendapat yang paling rajih.48 atas keduanya. Dan jika kamu ingin
anakmu disusukan oleh orang lain, maka
    
tidak ada dosa bagimu apabila kamu
memberikan pembayaran menurut yang
         patut. Bertakwalah kamu kepada Allah
dan ketahuilah bahwa Allah Maha
Melihat apa yang kamu kerjakan.49
       Penafsiran Al-Qurt}ubi menjelaskan QS.
Al-Baqarah [2]: 233 bahwa Pada penjelasan
        ayat ini terdapat beberapa masalah yang
dihimpun dari ayat tersebut.
Pertama, firman Allah { }
      
mubtada. } khobar.{ }daraf makan.
Hak asuh yang paling pokok adalah untuk ibu,
        terutama menyusui selama 2 tahun berturut-
turut.Meskipun pada prinsipnya boleh dengan
       wanita yang lain (persusuan).
Karena wanita yang ditalak tidak
mendapat hak pakaian kecuali apabila rujuk
48
Al-Qurtubi, Al-Jami‟ Lī Ahkam Al-Quran,Juz
49
4, 35. QS. Al-Baqarah [2]: 233.

120 Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 2, 2 (Desember 2017): 103-131
Ela Sartika, Dede Rodiana dan Syahrullah Keluarga Sakinah Dalam Tafsir Al-Qur‟an (Studi
Komparatif Penafsiran Penafsiran Al-Qurt{ubi dalam
Tafsi>r Jami>‟ Li>Ah}ka>m Al-Qur‟a>n dan Wahbah Zuhaili
dalam Tafsir Al-Muni>r)

kembali, akan tetapi berhak menuntut upah jumhur ulama, menyusui itu manduub
ketika ia sedang mengandung pada tataran (dianjurkan) kecuali dalam kondisi darurat.
etika yang baik. Pendapat lain, pertama karena Ayat ini menjelaskan tentang
minimalnya upah itu seukuran cukup untuk kewajibannya seorang suami memberikan
makanan pokok dan pakaiannya. nafkah baik kepada istri maupun anaknya,
Pendapat lain, ayat ini bersifat umum bahkan dalam penafsiran Wahbah wanita yang
termasuk bagi mereka yang memiliki anak, menyusui anaknya selain istrinya juga harus
dan pendapat lebih kuat istri pada saat masih dipenuhi sandang dan pangannya.Bahkan
berlangsungnya pernikahan, karena masih seorang istri yang ditalak itu lebih berhak
terdapat kewajiban nafkah dan pakaian, baik menyusui dan mengasuh anaknya apalagi istri
menyusui ataupun tidak, nafkah dan pakaian yang tidak ditalak lebih berhak.50
tetap menjadi penerimaan yang tetap, lalu
apabila sibuk menyusui sehingga maka tidak        
sempurna ketetapan, maka kewajiban nafkah
menjadi hilang.      
Kedua,khabar yang bersifat perintah akan
kewajiaban orangtua, pada arah belas kasih.
Disebutkan, khabar yang disyaratkan seperti      
terdahulu.
Ketiga, terdapat perbedaan dalam cara
menyusui, apakah hal itu menjadi hak ibu atau
     
siapa? Hal ini bergantung kepada adanya ayah
(suami) sebagai pemberi nafkah.      
Keempat,ukuran 2 tahun, ketika keadaan
perubahan sesuatu. Maka haul itu pergantian
dari waktu yang satu dengan yang lainnya.      
{ }hal ini menjadi dalil bahwa menyusui
2 tahun bukan semata kewajiban, boleh Wahai orang-orang beriman, tidak halal
memutuskannya sebelum usia 2 tahun, akan bagi kalian mewariskan perempuan-
tetapi menjadi batasan untuk memutuskan perempuan dengan jalan paksa dan
diantara suami istri pada masa menyusui. janganlah kalian menyulitkan mereka
Sedangkan pendapat wahbah zuhaili karena ingin mengambil sebagian dari
mengenai pendapat ini adalah istri yang apa yang telah kalian berikan kepada
ditalak yang mempunyai anak dari suaminya mereka kecuali apabila mereka
lebih berhak menyusui anak itu dari pada melakukan perbuatan keji yang nyata.
wanita lain. Dalam penafsiran ayat ini Wahbah Dan pergaulilah mereka dengan cara
Zuhaili memasukan berbagai pendapat dalam yang baik. Jika kalian tidak menyukai
tafsirnya. Diantaranya menurut Malik, mereka maka bisa jadi kalian membenci
menyusui adalah kewajiban ibu jika ia sesuatu padahal Allah menjadikan
bersuami atau jika anaknya tidak mau kebaikan yang banyak padanya.51
menyusui kepada wanita lain. Dalam hal ini Asbabun nuzul QS.An-Nisa [4]: 19,
Malik mengecualikan wanita bangsawan, sebagaimana dituturkan oleh Ibnu Abbas:
yakni menyusui tidak wajib atasnya, dan ini
berdasarkan kebiasaan orang Arab pada waktu 50
Wahbah Zuhaili, Al-Tafsīr al-Munīr fi al-
turunnya ayat ini.Berbeda halnya dengan „Aqīdat wa al-Syarī‟at wa al-Manhāj,Jilid 1, Juz 1 & 2,
567-570.
51
QS. An-Nisa [4]: 19.

Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 2, 2 (Desember 2017): 103-131 121
Ela Sartika, Dede Rodiana dan Syahrullah Keluarga Sakinah Dalam Tafsir Al-Qur‟an (Studi
Komparatif Penafsiran Penafsiran Al-Qurt{ubi dalam
Tafsi>r Jami>‟ Li>Ah}ka>m Al-Qur‟a>n dan Wahbah Zuhaili
dalam Tafsir Al-Muni>r)

“Hai orang-orang yang beriman, tidak halal ketiga, hak dipergauli dengan baik, dan
bagi kamu mempusakai dengan jalan paksa.” keempat, hak dipenuhi maharnya dengan baik.
Ia berkata:”Dahulu, apabila seorang laki-laki Penetapan hak-hak terhadap wanita
ada yang meninggal, walinya berhak tersebut yang ada pada ayat tersebut, ia
(mendapatkan) istrinya. Jika sebagian mereka jelaskan secara rinci satu persatu. Karena ia
menginginkan, mereka menikahinya, dan berpendapat bahwa wanita yang akan menjadi
mereka juga bisa menikahinya (dengan orang seorang istri memiliki hak dalam rumah
lain) atau tidak menikahinya, yang pasti tangga. Seorang suami haruslah bertutur kata
mereka berhak (memperlakukan apa saja) yang baik dan lembut kepada istri serta
terhadapnya daripada keluarganya sendiri. menjaga penampilan dan keadilan di dalam
Lalu turunlah ayat ini berkenaan dengan hal memberikan nafkah. Tetapi ketika seorang
itu. (HR. Al-Bukhari hadis no. 4579) istri memiliki kekurangan fisik atau akhlaknya
Penafsiran Al-Qurt}ubiyang dimaksud yang buruk maka seorang suami haruslah
dari ayat ini adalah menghilangkan apa yang bersabar dan jangan membencinya secara total
menjadi kebiasaan mereka pada masa yang akhirnya mendorong ia untuk
jahiliyah, dan agar jangan menjadikan menceraikannya.53
perempuan seperti harta yang diwariskan dari
suami sebagaimana diwariskannya harta.      
Sedangkan maksud firman Allah ( ‫عاشروهه‬
‫)بالمعروف‬yaitu: berdasarkan apa yang Allah       
peritahkan berupa menggauli dengan baik.
Seruannya untuk semua, karena setiap orang
pergaulan, akan tetapi yang dimaksud dengan     
perintah ini adalah dalam keumuman suami,
sebagaimana firman Allah ( ‫)فإمساك بمعروف‬
surat Al Baqarah ayat 229. Yaitu memenuhi
      
hak istri berupa mahar dan nafkah, dan agar
jangan bermuka masam kepada istrinya yang    
tidak bersalah, dan berkata dengan perkataan
yang tidak kasar, dan tidak menampakan
kecenderungan kepada yang lain. Al Isyrah     
adalah bersatu atau bercampur.52
Penafsiran Wahbah Zuhaili pada ayat ini        
adalah Ia menjelaskan bahwa wanita sebelum
islam adalah kaum tertindas dan terampas hak-
haknya. Lalu Allah SWT menetapkan   
untuknya hak-hak diperkawinan dan
menetapkan larangan yang tidak baik Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi
terhadapnya. kaum wanita.Sebab, Allah telah
Zuhaili menjelaskan hak-hak yang melebihkan sebagian mereka (laki-laki)
didapatkan wanita: pertama, larangan atas sebagian yang lain (wanita), dan
mewarisi diri wanita, kedua, larangan karena mereka (laki-laki) telah
menghalang-halanginya untuk menikah, menafkahkan sebagian dari harta-harta

53
Wahbah Zuhaili, Al-Tafsīr al-Munīr fi al-
52
Al-Qurtubi, Al-Jami‟ Li Ahkam Al-Qur‟an, „Aqīdat wa al-Syarī‟at wa al-Manhāj, Jilid 2, Juz 3 &
Juz 6, 154. 4, 640-643.

122 Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 2, 2 (Desember 2017): 103-131
Ela Sartika, Dede Rodiana dan Syahrullah Keluarga Sakinah Dalam Tafsir Al-Qur‟an (Studi
Komparatif Penafsiran Penafsiran Al-Qurt{ubi dalam
Tafsi>r Jami>‟ Li>Ah}ka>m Al-Qur‟a>n dan Wahbah Zuhaili
dalam Tafsir Al-Muni>r)

mereka.Oleh karena itu, wanita-wanita QS.An-Nisa [4]: 34. “Laki-laki (suami) itu
yang salih ialah yang menaati Allah lagi pelindung bagi perempuan (istri)….”55
memelihara diri di belakangan suaminya Penafsiran Al-Qurt}ubi terhadap firman
karena Allah telah memelihara Allah jumlah mubtada dan
(mereka).Sementara itru, wanita-wanita khabar, yaitu: mereka para lelaki memberikan
yang kalian khawatiri perbuatan nusyûz- nafkah kepada perempuan; juga karena
nya, nasihatilah mereka, pisahkanlah mereka adalah para penguasa, pemimpin dan
mereka dari tempat tidur mereka, dan orang yang (dibebankan) berperang, dan hal
pukullah mereka.Akan tetapi, jika mereka itu semua tidak dibebankan kepada
menaati kalian, janganlah kalian perempuan. Ayat ini menunjukan agar lelaki
mencari-cari jalan untuk untuk mendidik istri mereka, jika mereka para istri
menyusahkannya.Sesungguhnya Allah menjaga hak-hak suami, dan tidak boleh bagi
54
Mahatinggi lagi Mahaagung. suami berbuat buruk dalam menggauli
Asbabun nuzul ayat, dari Ibnu Abi Hatim istrinya.
meriwayatkan bahwa Hasan al-Bashri berkata, Kepemimpinan lelaki atas perempuan
“Seorang wanita mendatangi Rasulullah dan dalam batasan ini, yaitu dia mengatur dan
mengadukan kepada beliau bahwa suaminya mendidik istrinya, menahannya didalam
telah menamparnya.Beliaupun bersabda, rumah, mencegahnya untuk membuka aurat,
“Balaslah sebagai qishas-nya.”Lalu Allah wajib seorang istri taat kepada suaminya dan
menurunkan firman-Nya, “Laki-laki (suami) menerima perintahnya selama bukan
itu pelindung bagi perempuan kemaksiatan, hal itu karena alasan keutamaan
(istri),…..”Maka wanita itu kembali lelaki, memberi nafkah, kecerdasan, kekuatan
kerumahnya, tanpa mengqhishasnya.” dalam berjihad, masalah waris, dan amar
Asbabun nuzul ayat, dari Ibnu Abi Hatim ma‟ruf nahi munkar.
meriwayatkan bahwa Hasan al-Bashri berkata, Sedangkan para ulama memahami firman
"Seorang wanita mendatangi Rasulullah dan
Allah yaitu kapanpun suami
mengadu kepada beliau bahwa suaminya
sudah menamparnya.Beliaupun bersabda, tidak bisa memberikan nafkah kepada istrinya,
"Balaslah sebagai qishas-nya." Lalu Allah maka dia tidak menjadi pemimpin bagi
menurunkan firman-Nya, "Laki-laki (suami) istrinya, jika dia bukan pemimpin atas istrinya
itu pelindung bagi perempuan memiliki hak untuk membatalkan (faskh)
(istri),….."Maka wanita itu kembali akadnya, karena telah hilangnya maksud
kerumahnya, tanpa mengqhishasnya." disyariatkannya suatu pernikahan. Di
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari dalamnya terdapat dalil yang sangat jelas dari
berbagai jalur dari Hasan al-Bashri, dan di sisi ini akan tetapnya faskh nikah ketika tidak
sebagian jalur disebutkan. "Pada suatu ketika mampu memberi nafkah dan pakaian.56
seorang lelaki Anshar menampar istrinya.Lalu Ayat ini ditafsirkan oleh Wahbah Zuhaili
istrinya mendatangi Rasulullah untuk meminta adalah ayat ini dikelompokan ke dalam
kebolehan qishash.Lalu turunlah QS.Thaha kelompok ayat yang menjelaskan tentang
[20]: 114 yang artinya: “….Dan janganlah kepemimpinana seorang laki-laki terhadap
engkau (Muhammad) tergesa-gesa (membaca) perempuan.Ayat ini menurut penafsiran
Alquran sebelum selesai diwahyukan Wahbah Zuhaili adalah pemimpin dalam
kepadamu…..”Dan turunlah firman Allah
55
Jalaludin As-Suyuti, Lubaabun ……..,162-
163.
56
Al-Qurtubi, Al-Jami‟ Li Ahkam Al-Qur‟an,
54
QS. An-Nisa [4]: 34. Juz 6, 278.

Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 2, 2 (Desember 2017): 103-131 123
Ela Sartika, Dede Rodiana dan Syahrullah Keluarga Sakinah Dalam Tafsir Al-Qur‟an (Studi
Komparatif Penafsiran Penafsiran Al-Qurt{ubi dalam
Tafsi>r Jami>‟ Li>Ah}ka>m Al-Qur‟a>n dan Wahbah Zuhaili
dalam Tafsir Al-Muni>r)

rumah tangga adalah seorang laki-laki.Laki-


laki bertugas menjaga, melindungi dan    
merawat perempuan sehingga jihad
diwajibkan bagi laki-laki bukan bagi      
perempuan. Zuhaili menjelaskan sebab-sebab
kepemimpinan laki-laki atas perempuan, yaitu
disebabkan oleh dua faktor:    
Pertama, faktor penciptaan.Penciptaan
struktur tubuh laki-laki mempunyai
kelebihan.Indra dan akalnya kuat, emosinya
     
stabil dan fostur tubuhnya kuat.Laki-laki juga
memiliki kelebihan dibanding perempuan        
dalam masalah akal, pemikiran, komitmen,
dan kekuatan.Kedua, kaum laki-laki Dan orang-orang yang beriman, laki-laki
berkewajiban memberi nafkah kepada istri dan dan perempuan, sebagian mereka
keluarga.Mereka juga wajib membayar mahar menjadi penolong bagi sebagian yang
yang merupakan simbol penghormatan kepada lain. Mereka menyuruh berbuat yang
perempuan. ma‟ruf, dan menjegah yang munkar,
Kemudian dalam ayat ini Wahbah Zuhaili melaksanakan sholat, menunaikan zakat
menjelaskan tentang dua tipe perempuan dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya,
dalam kehidupan berkeluarga, yaitu istri yang mereka akan diberi rahmat oleh Allah.
taat dan istri yang membangkang.Pertama, Sungguh, Allah Maha Perkasa, lagi
istri yang salihah, yaitu istri yang selalu taat Mahabijaksana.58
pada Allah SWT dan suaminya.Selalu Al-Qurt}ubi menafsirkan ayat ini dengan
menjaga kehormatannya, harta dan anak- kewajiban seorang suami dalam keluarga yang
anaknya.Seorang suami harus menjaga hak- senantiasa menjaga istri dan keluarganya
hak istrinya begitupun istri harus menjaga hak- dalam berbuat yang ma‟ruf dan menjauhi yang
hak suaminya.Seperti membayar mahar itu munkar. Artinya sebuah keluarga adalah satu
merupakan kewajiban seorang suami dan hak kesatuan yang kokoh apabila antara satu sama
bagi seorang istri. lain saling menjaga.59
Kedua, istri yang membangkang.Mereka Wahbah Zuhaili menjelaskan bahwa
adalah perempuan yang melampui batas-batas dalam ayat ini Allah memerintahkan untuk
aturan hidup bersuami istri sehingga mereka saling tolong menolong dalam kebaikan baik
tidak mengindahkan hak dan kewajiban hidup antara laki-laki dan perempuan.Karena
berkeluarga.Sehingga dalam rumah tangga terbukti dalam sejarah bahwa dahulu
agar mencapai tingkat sakinah maka harus kerjasama antar kaum Muslimin dan
mencari istri yang salihah, begitupun suami Muslimah berlangsung di berbagai bidan dan
yang salihah pula.Agar terciptanya keluarga dalam kondisi yang sangat penting, seperti
yang tentram dengan penuh rasa kasih dalam jihad dan hijrah.Hal ini disertai dengan
sayang.57 sikap para laki-laki yang selalu menjaga
kehormatan dan menjaga pandangan, serta
para perempuan yang juga selalu menjaga
etika yang tinggi, rasa malu, kehormatan,

57 58
Wahbah Zuhaili, Al-Tafsīr al-Munīr fi al- QS. Al-Taubah[9]: 71.
59
„Aqīdat wa al-Syarī‟at wa al-Manhāj, Jilid 3, Juz 5 & Al-Qurtubi, Al-Jami‟ Li Ahkam Al-Qur‟an,
6, 78-80. Juz 10, 298.

124 Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 2, 2 (Desember 2017): 103-131
Ela Sartika, Dede Rodiana dan Syahrullah Keluarga Sakinah Dalam Tafsir Al-Qur‟an (Studi
Komparatif Penafsiran Penafsiran Al-Qurt{ubi dalam
Tafsi>r Jami>‟ Li>Ah}ka>m Al-Qur‟a>n dan Wahbah Zuhaili
dalam Tafsir Al-Muni>r)

menahan pandangan dan bersikap sopan dalam mana pun.Sedangkan mengingkari janji adalah
berbicara, pakaian dan pekerjaan. salah satu sifat yang tercela. Sehingga
Begitupun sama halnya dalam kewajiban satu sama lain yang berkewajiban
berkeluarga, antara suami istri haruslah saling untuk mengingatkan.63
mengingatkan dalam hal kebaikan dan Sehingga dalam berkeluarga sangat
mencegah dari kemungkaran. Karena itulah dianjurkan sekali menjadi orang yang selalu
perintah Allah yang tertera dalam ayat menepati janji baik itu suami ataupun istri
ini.Kewajiban seorang suami memerintahkan karena sebelumnya sudah dicontohkan oleh
istrinya untuk taat kepada Allah, Nabi Ismail a.s., sehingga jika sebuah
melaksanakan sholat dan ibadah yang keluarga dilandasi dengan sifat jujur dan
lainnya.Begitupun seorang istri yang saling menepati janji atau sifat terpuji lainnya
senantiasa ada di samping suami dan maka akan terjalin keluarga yang diharapkan
memberikan semangat dan dukungannya.60 yaitu keluarga yang sakinah.
Jadi dapat disimpulkan bahwa adanya
      persamaan dan perbedaan penafsiran antara
Al-Qurt}ubi dengan Wahbah Zuhaili dalam
    mengenai hak dan kewajiban antara suami dan
istri.
Dan dia menyuruh keluarganya untuk
No Analisa Al-Qurt}ubi Wahbah Hasil
(melaksanakan) sholat dan (menunaikan) Zuhaili
zakat, dan dia seorang yang diridhoi di 1 Penafsir Al-Quthubi Begitupun Perbedaan
sisi Tuhannya.61 an dalam
menjelaska
dengan
wahbah
penafsiran
antara Al-
Penafsiran Al-Qurt}ubi pada ayat ini n ayat-ayat zuhaili Qurt}ubi
yang mengungkapk dan
adalah berupa perintah untuk melaksanakan berkaitan an dalam Wahbah
ibadah kepada Allah SWT. dan senantiasa dengan tafsirnya Zuhaili
kewajiban berkaitan yaitu
menepati janji antara sesama manusia dan hak dengan ayat- bahwa yang
begitupun menepati janji dalam sebuah suami istri, ayat mengenai menentuka
keluarga. Seperti oleh Al-Qurt}ubi dicontohkan diantaranya
:
kewajiban dan
hak suami
n
yang
siapa

menepati janji terhadap hutang, walaupun Kewajiban istri: berhak


Suami dan menyusui
suami istri ada sebuah pribahasa mengatakan Istri Kewajiban anak ketika
uang suami adalah uang istri tetapi dalam hal 1.Saling suami dan istri ditalak
hutang semua harus ditepati.62 melengkapi
satu sama
1.Saling
Menjaga
adalah
suami
Ayat itu ditafsirkan oleh Wahbah Zuhaili lain. Kehormatan menurut
2.Saling satu sama lain. Al-
dalam tafsirnya adalah berkaitan dengan kisah mengingatk 2.Saling Qurt}ubi.
Nabi Ismail a.s., yang terkenal sebagai orang an kepada memberikan Sedangkan
kebaikan semangat dan menurut
yang sangat menepati dan menunaikan dan dukungan Wahbah
janjinya. Dia tidak pernah berjanji kepada menjauhi antara suami Zuhaili
kepada istri. yang
Allah atau kepada orang lain kecuali dia kemungkar 3.Menjaga berhak
menepatinya. Maka memenuhi janji adalah an. dari perbuatan menyusui
ma‟ruf dan adalah hak
salah satu sifat yang terpuji kapan pun dan di Hak Suami menjauhi dar ibunya
dan Istri yang walaupun
1.Mendapat mungkar. ia sudah
60 kan ditalak.
Wahbah Zuhaili, Al-Tafsīr al-Munīr fi al-
keturunan Hak Suami Menurut
„Aqīdat wa al-Syarī‟at wa al-Manhāj, Jilid 5, Juz 9 &
10, 544-548.
61 63
QS. Maryam [19]: 55. Wahbah Zuhaili, Al-Tafsīr al-Munīr fi al-
62
Al-Qurtubi, Al-Jami‟ Li Ahkam Al-Qur‟an, „Aqīdat wa al-Syarī‟at wa al-Manhāj, Jilid 8, Juz 15 &
Juz 13, 462. 16, 396-398.

Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 2, 2 (Desember 2017): 103-131 125
Ela Sartika, Dede Rodiana dan Syahrullah Keluarga Sakinah Dalam Tafsir Al-Qur‟an (Studi
Komparatif Penafsiran Penafsiran Al-Qurt{ubi dalam
Tafsi>r Jami>‟ Li>Ah}ka>m Al-Qur‟a>n dan Wahbah Zuhaili
dalam Tafsir Al-Muni>r)

2.Mendapat dan Istri wahbah kehormatan


kan hak dan 1.Mendapatka zuhaili suami
kewajiban n keturunan. seorang
yang 2.Kewajiban pemimpin Hak Istri
seimbang. Suami dalam 1.Mendapat
3.Memberi rumah kan nafkah
.Kewajiban nafkah tangga 2.Mendapat
Suami sehingga adalah perlakuan
1.Memberi terpenuhinya seorang baik
mahar sandang, suami 3.Dipergaul
kepada istri pangan dan tetapi i dengan
2.Memberi papannya. ketika baik
nafkah 4.Memberi suami tidak 4.Mendapat
3.Menggaul mahar mampu keadilan
i dengan 5.Mendidik untuk Table 3
baik istri dan memimpin
4.Melindun anaknya. maka boleh
gi istri dan 5.Memerintah diganti oleh 1. Mencari Solusi dalam Setiap Konflik
anak dari kan taat istri. Rumah Tangga
api neraka kepada Allah
Menyayang SWT.
5.istri dan 6.Membantu      
anaknya. pekerjaan istri
6.Melindun
gi dan Hak Suami
merawat 1.Mendapatka       
istri dan n pelayanan
anaknya. lahir dan batin

Hak Suami
secara baik
2.Hak         
1.Mendapat memimpin
kan
perlakuan
dengan
Kewajiban
Istri
 
baik dari 1.Menjaga
istri harta Suami
2.Menahan 2.Menjaga
istri keluar kehormatan Dan jika kamu khawatir terjadinya
rumah suami persengketaan diantara keduanya, maka
3.Hak 2.Mengurus
mewarisi rumah tangga kirimlah seorang juru damai dari
4.Hak 3.Berperilaku keluarga laki-laki dan seorang juru
menentuka baik dan taat
n siapa pada suami damai dari perempuan. Jika di antara
yang 4.Mendidik keduanya (juru damai itu) bermaksud
berhak anaknya
menyusui 5.Tidak boleh mengadakan perbaikan, niscaya Allah
anaknya meminta harta akan memberi taufiq kepada suami istri
ketika lebih kepada
ditalak. suami. itu. Sungguh, Allah Maha Mengetahui
dan Mahateliti.64
Kewajiban Hak Istri
Istri 1.Mendapatka Penafsiran Al-Qurt}ubi pada ayat ini
1.Mengurus n mahar bahwaJumhur ulama menyatakan bahwa
rumah 2.Mendapatka
tangga n nafkah seruan (‫ )وإن خفتم‬adalah penguasa. Dan firman
2.Menyusui 3.Digauli Allah ( ‫ )وإن يريدا إصالحا يىفق اهلل بينهما‬yakni dua
anaknya dengan baik
kecuali dan lemah hakim, dalam perkataannya Ibnu „Abbas,
wanita lembut Mujahid, dan lainnya, yaitu: jika
bangsawan, 4.Memiliki
dan wanita rasa cemburu menginginkan dua hakim untuk islah, maka
yang 5.Mendapatka Allah akan memberikan taufik kepada
enggan n kasih sayang
menyusui dari suami. keduanya.
anaknya
3.Menjaga
harta benda
suami
4.Menjaga 64
QS. An-Nisa [4]: 35.

126 Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 2, 2 (Desember 2017): 103-131
Ela Sartika, Dede Rodiana dan Syahrullah Keluarga Sakinah Dalam Tafsir Al-Qur‟an (Studi
Komparatif Penafsiran Penafsiran Al-Qurt{ubi dalam
Tafsi>r Jami>‟ Li>Ah}ka>m Al-Qur‟a>n dan Wahbah Zuhaili
dalam Tafsir Al-Muni>r)

Sedangkan dalam ayat ini menjelaskan tiga hari. Ini merupakan cara yang lebih keras
mengenai langkah-langkah yang dilakukan untuk menyadarkan istri supaya dia
oleh suami istri yang sedang terjadi konflik memahami bahwa apa yang dilakukannya
dalam rumah tangganya.Karena dalam ayat ini adalah salah66.
menjelaskan juga pembagian istri secara Ketiga, memukul dengan pukulan yang
rasional maksudnya istri terbagi menjadi dua, tidak menyakitkan dan tidak membahayakan.
ada istri yang taat ada juga istri yang Hendaknya suami tidak mengulangi pukulan
nusyuz.Nusyuz bisa dikembalikan ke dalam dalam satu tempat yang sama, dan tidak
ketaatan atau juga bisa tidak. diperbolehkan memukul dengan cambuk dan
Tetapi Al-Qurt}ubi menawarkan beberapa tongkat.dia juga harus berusaha seringan
langkah untuk menyelesaikan konflik dalam mungkin ketika memukul karena maksud
rumah tangga adalah dengan menasihatinya, utamanya adalah untuk menasehati agar sang
kemudian pisah ranjang. Jika tidak berakibat istri sadar bukan untuk menyiksa atau
jera pada istri maka bisa dengan cara menyakiti. Tetapi para ulama sepakat bahwa
memukulnya tetapi dengan pukulan yang meninggalkan langkah ini lebih diutamakan.
mendidik bukan untuk menyakiti. Dan yang Keempat, mengangkat hakim untuk
terakhir dengan mendatangkan dua hakim dari menyelesaikan perselisihan.Hakim tersebut
kedua belah pihak.jika dua hakim berbeda dianjurkan berasal dari dua kerabat suami dan
maka perkataan keduanya tidak bisa istri, tetapi juga boleh mengambil dari luar
dilaksanakan, dan tidak menetapkan sesuatu keluarga.Tugasnya adalah untuk meneliti
apa pun, kecuali apabila mereka berdua kondisi yang sebenarnya terjadi di antara
sepakat. Begitu juga dua hakim yang kedua mempelai, berusaha untuk
memutuskan dalam perkara apa pun. Jika satu mengharmoniskan kembali hubungan
memutuskan untuk cerai, maka tidak bisa yang keduanya dan menetapkan siapa di antara
satunya lagi memutuskan yang lain, atau yang keduanya melakukan kesalahan.Inilah
satu memutuskan dengan harta yang satunya langkah-langkah solusi yang bisa dilakukan
lagi menolak, maka tidak mengikat sampai oleh seorang suami kepada istrinya yang
kedunaya sepakat. Menurut Al-Qurt}ubi sah melakukan kesalahan atau dalam menghadapi
mendatangkan satu hakim sesuai dengan konflik yang sering terjadi di dalam rumah
hadits nabi.65 tangga.67
Penafsiran Wahbah Zuhaili tentang ayat
ini, bahwa ayat ini dikelompokkan ke dalam       
ayat tentang cara menyelesaikan sengketa
antara suami istri. Ayat ini menjelaskan bahwa      
ketika menyelesaikan persengketaan atau
konflik yang terjadi di dalam rumah tangga
dengan beberapa cara menurut penafsiran       
Zuhaili dalam ayat ini, diantaranya: pertama,
menasihati dan mengingatkannya jika memang
     
dengan cara ini dapat mengena kehati istrinya.
Kedua, pisah ranjang.Maksudnya adalah
dengan tidak menyetubuhinya atau tidak tidur 66
satu ranjang.Meskipun demikian suami tidak Wahbah Zuhaili, Al-Tafsīr al-Munīr fi al-
„Aqīdat wa al-Syarī‟at wa al-Manhāj, Jilid3, Juz 5 & 6,
boleh mendiamkan istrinya hingga melebihi 80.
67
Wahbah Zuhaili, Al-Tafsīr al-Munīr fi al-
65
Al-Qurtubi, Al-Jami‟ Li Ahkam Al-Qur‟an, Juz „Aqīdat wa al-Syarī‟at wa al-Manhāj, Jilid3, Juz 5 & 6,
6, 278. 80-84.

Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 2, 2 (Desember 2017): 103-131 127
Ela Sartika, Dede Rodiana dan Syahrullah Keluarga Sakinah Dalam Tafsir Al-Qur‟an (Studi
Komparatif Penafsiran Penafsiran Al-Qurt{ubi dalam
Tafsi>r Jami>‟ Li>Ah}ka>m Al-Qur‟a>n dan Wahbah Zuhaili
dalam Tafsir Al-Muni>r)

dan berkata, “saya ingin mendapatkan bagian


      nafkah darimu,” padahal sebelumnya dia rela
untuk tidak mendapatkan giliran dan tidak
 dicerai. Lalu turun firman Allah,”
…..walaupun manusia itu menurut tabiatnya
kikir……”70
Dan jika seorang perempuan khawatir Ayat ini dikelompokkan oleh Wahbah
suaminya akan melakukan nusyuz atau Zuhaili ke dalam ayat-ayat yang menjelaskan
bersikap tidak acuh, maka keduanya tentang mengasuh dan merawat anak-anak
dapat mengadakan perdamaian yang yatim, peradamaian antara suami istri karena
sebenarnya itu lebih baik (bagi mereka) adanya sikap nusyuz dan berlaku adil diantara
walaupun manusia itu menurut tabi‟atnya suami istri.
kikir. Dan jika kamu memperbaiki Wahbah zuhaili menafsirkan ayat ini
(pergaulan dengan istrimu) dan dengan memberikan penjelasan mengenai
memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap langkah atau cara menangani perselisihan di
acuh tak acuh), maka sungguh Allah antara suami istri, serta menuturkan tiga kasus
Mahateliti terhadap apa yang kamu yang menyangkut hal itu. Pertama, kasus
kerjakan.68 suami yang berpaling dan tidak menyukai
Asbabun nuzul ayat 128 surat An-Nisa, istrinya lagi.Kedua, kasus kesepakatan antara
diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari Ibnu suami dengan istrinya.Ketiga, kasus si suami
Abbas bahwasannya ayat ini turun berkaitan menceraikan istrinya.
dengan kasus Saudah binti Zam‟ah Ibnu Pertama, kasus istri yang
Abbas berkata yang artinya: Saudah bin mengkhawatirkan suaminya bersikap acuh tak
Zam‟ah takut dan khawatir Rasulullah saw., acuh lagi kepadanya atau berpaling darinya, si
akan menceraikannya, lalu ia berkata kepada istri bisa menempuh langkah mengambil hati
beliau, “janganlah anda menceraikanku, dan suaminya dengan cara ia melepaskan hak nya
hari giliranku boleh anda berikan kepada atau sebagian haknya seperti hak nafkah,
Aisyah.” Lalu Rasulullah saw pun sandang, giliran atau hak-hak yang lain yang
melaksanakannya lalu turunlah ayat , menjadi kewajiban si suami. Akan tetapi,
seharusnya suamiistri harus ingan kepada apa
Maka apa yang
yang diciptakan oleh Allah swt., di antara
disepakatioleh suami istri dalam perdamaian kalian berupa rasa kasih dan sayang,
yang dilakukan maka itu adalah boleh. (HR. sebagaimana ayat menjadi pondasi keluarga
Tirmidzi).69At-Tirmidzi mengatakan bahwa yang sakinah yaitu QS. Ar-Rūm [30]: 21.
“ini hadits hasan gharib”.Hal senada juga Kedua, kasus dimana terjadi kesepakatan
diriwayatkan oleh Abu Daud dan al-Hakim diantara suami istri yang hal ini diungkapkan
dari Aisyah. dengan kata “asshulhu” (kesepakatan
Sedangkan dari Ibnu Jarir meriwayatkan damai).Artinya kesepakatan damai disini
bahwa Sa‟id bin Jubair berkata: “Ketika adalah bentuk rela si istri melepaskan
firman Allah, “Dan jika seorang perempuan sebagian haknya daripada perceraian.Dan
khawatir suaminya akan nusyuz atau bersikap ketiga, yaitu kasus dimana terjadi perpisahan
tak acuh….” Turun, seorang wanita datang dan perceraian di antara suami istri terpaksa
memang harus berpisah karena semua solusi,
68 jalan dan perdamaian diantara suami istri tidak
QS. An-Nisa [4]: 128.
69
Wahbah Zuhaili, Al-Tafsīr al-Munīr fi al-
„Aqīdat wa al-Syarī‟at wa al-Manhāj, Jilid3, Juz 5 &
70
6, 289-290. Jalaludin As-Suyuti, Lubaabun, 204-205.

128 Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 2, 2 (Desember 2017): 103-131
Ela Sartika, Dede Rodiana dan Syahrullah Keluarga Sakinah Dalam Tafsir Al-Qur‟an (Studi
Komparatif Penafsiran Penafsiran Al-Qurt{ubi dalam
Tafsi>r Jami>‟ Li>Ah}ka>m Al-Qur‟a>n dan Wahbah Zuhaili
dalam Tafsir Al-Muni>r)

membuahkan hasil.Dan Allah menggantinya ayat di atas kan yang


diantaranya kezaliman. berasal dari
dengan pasangan yang lebih baik.71 dalam Serta wajib nabi,
Dapat disimpulkan dari point ke empat ini menafsirkan didatangkan sahabat,
cara yang ke dua hakim dan ulama
tentang mengatasi beberapa masalah yang empat dalam dari pihak lainnya.
sering terjadi dalam rumah tangga. menyelesaik istri dan Sedangkan
an konflik suami dan Wahbah
yaitu lebih disamping
No Analisa Al-Qurt}ubi Wahbah Hasil mendatangk dianjurkan ia
Zuhaili an hakim. kerabat menjadikan
1 Persama Al-Quthubi Begitupun Sepakat Menurut Al- dekat titik acuan
an dalam dalam dengan bahwa Qurt}ubi sah mereka. riwayat
Penafsir menjelaskan wahbah antara Al- mendatangk yang
annya cara zuhaili Qurt}ubi an satu berasal dari
mengatasi mengungka dan hakim saja nabi ia juga
konflik pkan dalam wahbah sesuai melihat
dalam tafsirnya Zuhaili dengan dari segi
keluarga berkaitan dalam hadits Nabi. tektual nya
adalah dengan langkah- ayat
dengan 4 hal: ayat-ayat langkah Alquran.
1.Memberi mengenai mengatasi Table 4
nasihat. cara masalah
2.Pisah mengatasi yang
ranjang, konflik terjadi C. SIMPULAN
artinya tidak dalam dalam Penafsiran Al-Qurt}ubi mengenai keluarga
menggauliny rumah rumah
a. tangga ada tangga. sakinah adalah sebuah keluarga yang
3.Memukuln dalam mendapatkan ketenangan dan ketentraman
ya dengan tahapannya
pukulan yang saja , dalam rumah tangganya karena adanya
mendidik seperti hubungan seksual sehingga menghasilkan
tidak memberi
menyakiti. nasihat, sebuah keturunan, disamping itu pula
4.Mendatang pisah terpenuhi semua hak dan kewajibannya
kan hakim ranjang,
diantara dua memukulny diantara suami dan istri. Sedangkan menurut
belah pihak, a, serta Wahbah Zuhaili yang dimaksud keluarga
yang mendatang
tugasnya kan hakim sakinah adalah keluarga yang memiliki
sebagai yang ketenangan dan ketentraman yang di
fasilitator, bertugas
bukan hanya dalamnya terdapat rasa cinta dan kasih sayang
sebagai untuk antara suami istri.
qadhi. mendamaik
4.Cerai an antara DAFTAR PUSTAKA
suami dan Al-Qur‟an Hadi versi. 1,
istri
danyang An-Nu‟aimi, Thariq Kamal.Psikologi Suami
terakhir Istri. Yogyakarta: Mitra Pustaka. 2011
adalah jalan
cerai Bahri, Syamsul. Konsep Keluarga Sakinah
apabila menurut Quraisy Shihab.Skripsi Jurusan
sudah tidak
ada jalan Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin UIN
lain yang Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2009.
bisa
ditempuh Dahabiy, Muhammad Husain. Al-Tafsir Wal
2 Perbedaa Ada Mendatang Karena Al- Mufassirun. Jilid 2.Kairo: Darul Hadis.
n perbedaan kan hakim Qurt}ubi
yang itu wajib lebih 2005.
ditafsirkan hukumnya terpaku Farmawi, Abu al-Hayy. Metode Tafsir
oleh Al- karena pada
Qurt}ubi sebagai riwayat- Maudhu‟I, sebuah pengantar. trj. Rosihon
dalam ayat– usaha untuk riwayat Anwar. Jakarta: RajaGrafido
menghilang
Persada.1994.
71
Wahbah Zuhaili, Al-Tafsīr al-Munīr, Jilid 3, Fatimah, Putri Ajeng.Waris Kalalah dalam
Juz 5 & 6, 290-295. Pandangan Wahbah al-Zuhaili. Skripsi

Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 2, 2 (Desember 2017): 103-131 129
Ela Sartika, Dede Rodiana dan Syahrullah Keluarga Sakinah Dalam Tafsir Al-Qur‟an (Studi
Komparatif Penafsiran Penafsiran Al-Qurt{ubi dalam
Tafsi>r Jami>‟ Li>Ah}ka>m Al-Qur‟a>n dan Wahbah Zuhaili
dalam Tafsir Al-Muni>r)

Jurusan Tafsir Hadits UIN Syarif Qurthubi, Abi Abdullah Muhammad bin
Hidayatullah Jakarta, t.t Ahmad Al- Anshari. Jami‟ Li Ahkam Al-
Ghofur,Saiful Amin.Profil Para Mufasir al- Qur‟an.Juz 5. Mesir: Dar Al-Ghad Al-
Qur‟an,.Yogyakarta: Pustaka Insan Mada Jadid. 2010.
ni. 2008 Qurthubi, Abi Abdullah Muhammad bin
Iyazi, Al-Sayyid Muhammad Ali.Al- Ahmad Al- Anshari. Jami‟ Li Ahkam Al-
Mufassirun Hayatuhum wa Manhajuhu. Qur‟an.Juz 6. Mesir: Dar Al-Ghad Al-
Teheran: Wizarah al-Tsaqafah wa al- Jadid. 2010.
Irsyad al- Islami. 1212H Qurthubi, Abi Abdullah Muhammad bin
Izzan, Ahmad. MetodologiIlmu Tafsir. Ahmad Al- Anshari. Jami‟ Li Ahkam Al-
Bandung: Tafakur. 2014. Qur‟an.Juz 9. Mesir: Dar Al-Ghad Al-
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an.Tafisr Jadid. 2010.
Al-Qur‟an Tematik.Jilid 2.Jakarta: Kamil Qurthubi, Abi Abdullah Muhammad bin
Pustaka. 2014. Ahmad Al- Anshari. Jami‟ Li Ahkam Al-
Mulyadi, Elie. Membina Rumah Tangga yang Qur‟an.Juz 10. Mesir: Dar Al-Ghad Al-
Sakinah Mawadah Warrahmah.Jakarta: Jadid. 2010.
Gramedia. 2010. Qurthubi, Abi Abdullah Muhammad bin
Mustaqim, Abdul. Metode Penelitian Al- Ahmad Al- Anshari. Jami‟ Li Ahkam Al-
Qur‟an dan Tafsir.Yogyakarta: Idea Press Qur‟an.Juz 13.Mesir: Dar Al-Ghad Al-
Yogyakarta. 2015 Jadid. 2010.
Mutaqin, Enjen Zaenal. Kepemimpinan Qurthubi, Abi Abdullah Muhammad bin
laki-laki atas perempuan dalam tafsir al- Ahmad Al- Anshari. Jami‟ Li Ahkam Al-
Qur‟an: studi komparatif penafsiran M. Qur‟an.Juz 17. Mesir: Dar Al-Ghad Al-
Quraish Shihab dan TM. Hasbi Ash- Jadid. 2010.
Shiddiqy. Tesis Jurusan Ilmu Al-Qur‟an Qurthubi, Abi Abdullah Muhammad bin
dan Tafsir UIN Sunan Gunung Djati Ahmad Al- Anshari. Jami‟ Li Ahkam Al-
Bandung. 2015. Qur‟an.Juz 19. Mesir: Dar Al-Ghad Al-
Muttaqin, Muhammad Zaenal. Sihir dalam Jadid. 2010.
perspektif Wahbah al-Zuhaili kajian Qurthubi, Abi Abdullah Muhammad bin
terhadap Tafsir al-Munir. Skripsi Jurusan Ahmad Al- Anshari. Jami‟ Li Ahkam Al-
Tafsir Hadits Universitas Sunan Qur‟an.Juz 21. Mesir: Dar Al-Ghad Al-
KalijagaYogyakarta., 2014 Jadid. 2010.
Prestiawan, Budy. Menikahi Orang Musyrik Ritonga, Syauqon Hilali Nur. Konsep
Perspektif Al-Jashash dan Al-Qurt}ubi”. Keluarga Sakinah Masyarakat Muslim
Skripsi Jurusan Tafsir Hadits UIN Syarif Pedesaan.Skripsi Jurusan Sosiologi UIN
Hidayatullah Jakarta. 2014 Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2015.
Qattan, Manna‟ Khallil.Studi Ilmu-Ilmu Romlah, Siti. Karakteristik Keluarga Sakinah
Qur‟an.Jakarta : Litera Antar Nusa. 2008 dalam Perspektif Islam dan Pendidikan
Qurthubi, Abi Abdullah Muhammad bin Umum.Vol. XXV.No. 1. Bandung. 2006.
Ahmad Al- Anshari. Jami‟ Li Ahkam Al- Ruslan, Studi tentang Penafsiran Al-Qurthuby
Qur‟an.Juz 3. Mesir: Dar Al-Ghad Al- terhadap Ayat-ayat tentang Nikah Beda
Jadid. 2010. Agama dalam Kitab Al-Jami‟ Li Ahkam
Qurthubi, Abi Abdullah Muhammad bin Al-Qur‟an.Skripsi Jurusan Tafsir Hadits
Ahmad Al- Anshari. Jami‟ Li Ahkam Al- UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2009.
Qur‟an.Juz 4. Mesir: Dar Al-Ghad Al- Shihab, M. Quraish, Dkk..Sejarah dan „Ulum
Jadid. 2010. Al-Qur‟an.Jakarta: Pustaka Firdaus. 2008.

130 Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 2, 2 (Desember 2017): 103-131
Ela Sartika, Dede Rodiana dan Syahrullah Keluarga Sakinah Dalam Tafsir Al-Qur‟an (Studi
Komparatif Penafsiran Penafsiran Al-Qurt{ubi dalam
Tafsi>r Jami>‟ Li>Ah}ka>m Al-Qur‟a>n dan Wahbah Zuhaili
dalam Tafsir Al-Muni>r)

Shihab, M. Quraish. Kaidah-Kaidah Zuhaili, Wahbah. Al-Tafsīr al-Munīr fi al-


Tafsir.Tangerang: Lentera Hati. 2013 „Aqīdat wa al-Syarī‟at wa al-Manhāj.
Shihab, M. Quraish. Membumikan Al-Qur‟an: Jilid 3.Damaskus: Dar Al-Fikr.. 2005.
Fungsi dan Peran Wahyu dalam Zuhaili, Wahbah. Al-Tafsīr al-Munīr fi al-
Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan. „Aqīdat wa al-Syarī‟at wa al-Manhāj.
1996 Jilid 5.Damaskus: Dar Al-Fikr.. 2005.
Shihab, M. Quraish. Wawasan Al-Qur‟an. Zuhaili, Wahbah. Al-Tafsīr al-Munīr fi al-
Bandung: Mizan. 1996. „Aqīdat wa al-Syarī‟at wa al-Manhāj.
Sobiroh.Birrul Walidain menurut Muhammad Jilid 8.Damaskus: Dar Al-Fikr.. 2005.
Ali Ashabuni: Studi terhadap Kitab Tafsir Zuhaili, Wahbah. Al-Tafsīr al-Munīr fi al-
Rowa‟I Al Bayan. Skripsi Jurusan Tafsir „Aqīdat wa al-Syarī‟at wa al-Manhāj.
Hadits UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Jilid 11.Damaskus: Dar Al-Fikr.. 2005.
2009. Zuhaili, Wahbah. Al-Tafsīr al-Munīr fi al-
Subhan, Zainutah.Membina Keluarga Sakinah. „Aqīdat wa al-Syarī‟at wa al-Manhāj.
Yogyakarta: Pustaka Pesantren LKIS. Jilid 12.Damaskus: Dar Al-Fikr.. 2005.
2004. Zuhaili, Wahbah. Al-Tafsīr al-Munīr fi al-
Syafe‟i, Rachmat. Pengantar Ilmu Tafsir. „Aqīdat wa al-Syarī‟at wa al-Manhāj.
Bandung: Pustaka Setia. 2006 Jilid 13 .Damaskus: Dar Al-Fikr.. 2005.
Zuhaili, Wahbah. Al-Tafsīr al-Munīr fi al- Zuhaili, Wahbah. Al-Tafsīr al-Munīr fi al-
„Aqīdat wa al-Syarī‟at wa al-Manhāj. Jilid „Aqīdat wa al-Syarī‟at wa al-Manhāj.
1.Damaskus: Dar Al-Fikr.. 2005. Jilid 14. Juz 29 & 30.Damaskus: Dar al-
Zuhaili, Wahbah. Al-Tafsīr al-Munīr fi al- Fikr. 2005.
„Aqīdat wa al-Syarī‟at wa al-Manhāj. Jilid Zuhailī, Wahbah. Tafsīr al Wasī;
2.Damaskus: Dar Al-Fikr.. 2005. Muqaddimah Tafsīr al-Wasī.
Damsik: Dār al-Fikr. 2000.

Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 2, 2 (Desember 2017): 103-131 131

Anda mungkin juga menyukai