Anda di halaman 1dari 17

5/27/2018 konsinyasi-slidepdf.

com

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Apotek adalah salah satu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan


kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya
kepada masyarakat. Dimaksud dengan sediaan farmasi adalah obat, obat
tradisional dan kosmetika. Sedangkan perbekalan kesehatan adalah semua bahan
selain obat dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya
(1)
kesehatan .
Sebagai suatu tempat yang salah satunya memiliki fungsi penyaluran
sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan tentunya tidak terlepas dari pengelolaan
sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan, yakni pengadaan. Pengadaan barang
yang sebelumnya tentu sudah direncanakan. Dua hal tersebut tidak terlepas dari
tugas seorang Apoteker yang berpraktek disuatu apotek. Apoteker bertugas
merencanakan dan mengadakan obat maupun alat kesehatan yang dibantu oleh

asisten apoteker. Proses perencanaan dan pengadaan tersebut dapat disesuaikan


dan diprediksi berdasarkan momen, even atau pun musim tertentu yang akan
terjadi(2).
Seiring berkembangnya zaman, berkembang pula ilmu pengetahuan
merupakan peluang sekaligus tantangan bagi seorang apoteker dalam melakukan
manajemen pengelolaan obat di apotek. Penelitian-penelitian dan penemuan-
 penemuan obat baru pun semakin berkembang pesat. Adanya penemuan baru
yang diteliti tersebut diharapkan memperoleh obat dengan efek farmakologi yang
lebih baik dibanding dengan obat yang sebelumnya telah ada tentunya diharapkan
 pula obat-obat baru tersebut pun memiliki efek samping yang lebih rendah
sehingga keamanan dalam penggunaannya menjadi lebih baik.
Masyarakat di Indonesia pada umumnya lebih percaya pada obat-obat
yang sudah lama dikenal sehingga pantas saja pemasaran obat-obat baru
cenderung rendah. Hal tersebut yang menjadi salah satu alasan mengapa apotek
tidak serta merta secara langsung membeli obat-obat baru tersebut pada
distributor. Oleh karena hal tersebut diperlukanlah suatu metode atau sistem

http://slidepdf.com/reader/full/konsinyasi-5622b4c0f33d1 1/17
5/27/2018 konsinyasi-slidepdf.com

 pengadaan untuk mengatasi hal tersebut. Konsinyasi adalah suatu metode


 pengadaan yang aman bagi apotek dalam melakukan proses pengadaan obat-obat
 baru. Dengan metode konsinyasi ini apotek tidak perlu khawatir apabila ternyata
obat tersebut tidak diminati dipasaran karena obat tersebut dapat dikembalikan
 pada distributor dalam jangka waktu tertentu dan pembayaran dilakukan setelah
obat tersebut sudah laku dijual. Dengan kata lain, apotek hanya membayar barang
yang terjual saja. Sedangkan bagaimana penerimaan obat-obat konsinyasi,
kapankah obat konsinyasi dapat menajadi obat reguler dan kapan kah obat
konsinyasi ditolak menjadi pertanyaan yang menarik untuk dikaji. Oleh karena
hal-hal yang telah disebutkan di atas, perlu kiranya dilakukan pengkajian tentang

 penerimaan maupun penolakan obat-obat konsinyasi.

B.  Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan ditulisnya makalah ini
adalah untuk mengetahui manajemen pengelolaan obat di apotek dalam hal
 pengadaan obat konsinyasi.

http://slidepdf.com/reader/full/konsinyasi-5622b4c0f33d1 2/17
5/27/2018 konsinyasi-slidepdf.com

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

DMC ( Drug Management Cycle) adalah suatu siklus manajemen obat


yang didalamnya terdapat masing-masing unsur pokok yaitu (selection,
 procurement, distribution dan use), dimana unsur-unsur tersebut mempunyai
fungsi pokok / sebagai pengarah dalam menentukan kebijakan kedepan.
Manajemen obat merupakan serangkaian kegiatan kompleks yang merupakan
suatu siklus yang saling terkait, pada dasarnya terdiri dari 4 fungsi dasar yaitu
seleksi dan perencanaan, pengadaan, distribusi serta penggunaan. Pada dasarnya,
manajemen obat di apotek adalah bagaimana cara mengelola tahap-tahap dan
kegiatan tersebut agar dapat berjalan dengan baik dan saling mengisi sehingga
dapat tercapai tujuan pengelolaan obat yang efektif dan efisien agar obat yang
diperlukan oleh dokter dan pasien selalu tersedia setiap saat dibutuhkan dalam

 jumlah cukup dan mutu terjamin untuk mendukung pelayanan yang bermutu(3).

Siklus manajemen obat didukung oleh faktor-faktor pendukung

manajemen (management support) yang meliputi organisasi, keuangan atau

http://slidepdf.com/reader/full/konsinyasi-5622b4c0f33d1 3/17
5/27/2018 konsinyasi-slidepdf.com

finansial, sumber daya manusia (SDM), dan sistem informasi manajemen


(SIM). Setiap tahap siklus manajemen obat yang baik harus didukung oleh
keempat faktor tersebut sehingga pengelolaan obat dapat berlangsung secara
efektif dan efisien. Siklus pengelolaan obat dinaungi atau dibatasi oleh bingkai
kebijakan dan peraturan perundang-undangan.
1.  Seleksi dan Perencanaan
Seleksi atau pemilihan obat merupakan proses kegiatan sejak dari
meninjau masalah kesehatan yang ada di apotek, identifikasi pemilihan terapi,
 bentuk dan dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan
obat esensial, standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar

obat. Untuk dapat menyeleksi suatu perbekalan farmasi yang nantinya akan
direncanakan harus terlebih dahulu dilakukan pengumpulan data yang dapat
memberikan gambaran tentang kebutuhan perbekalan farmasi apotek. Adanya
 proses seleksi obat mengurangi obat yang tidak memiliki nilai terapeutik,
mengurangi jumlah jenis obat dan meningkatkan efisiensi obat yang tersedia.
Menurut WHO, tahap-tahap seleksi obat pertama kali harus membuat
daftar masalah kesehatan yang umum dialami. Setelah itu menentukan terapi

standar untuk memilih obat standar yang digunakan dan terapi non obatnya.
Tahap ketiga melihat daftar obat esensial yang ada untuk kemudian dibuat
daftar obat yang berguna. Semua ini bertujuan untuk mendapatkan
ketersediaan dan penggunaan obat yang lebih rasional.
Proses penyeleksian perbekalan farmasi menurut WHO dapat
didasarkan pada kriteria berikut:
  Berdasarkan pola penyakit dan prevalensi penyakit (10 penyakit

terbesar).
  Obat-obat yang telah diketahui penggunaannya (well-known), dengan
 profil farmakokinetik yang baik dan diproduksi oleh industri lokal.
  Efektif dan aman berdasarkan bukti latar belakang penggunaan obat
  Memberikan manfaat yang maksimal dengan resiko yang minimal,
termasuk manfaat secara financial.
  Jaminan kualitas termasuk bioavaibilitas dan stabilitas.


  Sedapat mungkin sediaan tunggal.

http://slidepdf.com/reader/full/konsinyasi-5622b4c0f33d1 4/17
5/27/2018 konsinyasi-slidepdf.com

 
 Sedangkan menurut DOEN ada tambahan kriteria seleksi obat yaitu
menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan pasien,
memiliki rasio resikomanfaat yang paling menguntungkan, praktis
dalam penyimpanan dan pengangkutan, obat mudah diperoleh.
Perencanaan adalah langkah pertama dalam pengadaan yang
merupakan proses untuk menentukan berapa banyak produk yang diperlukan
serta memperkirakan faktor keuangan yang diperlukan untuk membeli barang
tersebut.(1)  Perencanaan merupakan proses pemilihan jenis, jumlah, harga
 perbekalan farmasi sesuai kebutuhan & anggaran untuk menghindari
kekosongan obat dengan menggunakan metode yang sesuai dengan output
 berupa daftar perencanaan kebutuhan obat, daftar kebutuhan anggaran obat(4).
Tujuannya adalah untuk menetapkan jenis dan jumlah obat dan
 perbekalan kesehatan yang tepat sesuai dengan kebutuhan pelayanan
kesehatan dasar. Serta diharapkan bermanfaat untuk: menghindari tumpang
tindih penggunaan anggaran, keterpaduan dalam evaluasi, penggunaan dan
 perencanaan, kesamaan persepsi antara pemakai obat dan penyedia anggaran,
estimasi kebutuhan obat lebih tepat, koordinasi antara penyedia anggaran dan

 pemakai obat dan pemanfaatan dana pengadaan obat dapat lebih optimal(5).
Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi obat dan perbekalan
kesehatan menentukan jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan.
Perencanaan obat di apotek umumnya dibuat untuk mengadakan dan
mencukupi persediaan obat di apotek, sehingga dapat mencukupi permintaan
obat melalui resep dokter ataupun penjualan secara bebas. Perencanaan obat
didasarkan atas beberapa faktor, antara lain :

  Obat yang paling banyak dipakai.


  Persediaan terakhir stok barang.


  Berdasarkan jenis penyakit yang sedang mewabah.


  Berdasarkan musim dan cuaca.


Metode yang lazim digunakan untuk menyusun perkiraan kebutuhan obat di


tiap unit pelayanan kesehatan adalah :
a.  Metode konsumsi

http://slidepdf.com/reader/full/konsinyasi-5622b4c0f33d1 5/17
5/27/2018 konsinyasi-slidepdf.com

Yaitu dengan menganalisis data konsumsi obat tahun sebelumnya.


Hal yang perlu diperhatikan adalah pengumpulan data dan pengolahan
data, analisis data untuk informasi dan evaluasi, dan perhitungan
 perkiraan kebutuhan obat.
Metode ini didasarkan atas analisa data konsumsi obat tahun
sebelumnya, perlu diperhatikan: pengumpulan dan pengolahan data,
analisa data untuk informasi dan evaluasi, perhitungan perkiraan
kebutuhan obat dan penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi
dana.
Sedangkan data yang perlu dipersiapkan: daftar obat, stok awal,

 penerimaan, pengeluaran, sisa stok, obat hilang/rusak; kadaluarsa,


kekosongan obat, pemakaian rata-rata/pergerakan obat pertahun, waktu
tunggu, stok pengaman dan perkembangan pola kunjungan(5). Metode
ini merupakan pilihan pertama dalam perencanaan dan pengadaan
karena lebih mudah dan cepat dalam perhitungan namun kurang tepat
dalam penentuan jenis dan jumlah, serta mendukung ketidakrasionalan
dalam penggunaan(6).

 b.  Metode epidemiologi


Yaitu dengan menganalisis kebutuhan obat berdasarkan pola
 penyakit. Langkah yang perlu dilakukan adalah menentukan jumlah
 penduduk yang akan dilayani, menentukan jumlah kunjungan kasus
 berdasarkan frekuensi penyakit,menyediakan pedoman
 pengobatan,menghitung perkiraan kebutuhan obat,dan penyesuaian
dengan alokasi dana yang tersedia.
Adalah perhitungan kebutuhan obat berdasarkan pola penyakit.
Metode ini lebih akurat dan mendekati kebutuhan yang sebenarnya,
 pengobatan lebih rasional namun tentunyaa perhitungan lebih rumit,
tidak dapat digunakan untuk semua penyakit.
Perlu memperhatikan perkembangan pola penyakit, waktu
tunggu dan stok pengaman. Langkah-langkahnya:
  Menetapkan pola morbiditas penyakit berdasarkan kelompok
umur - penyakit

http://slidepdf.com/reader/full/konsinyasi-5622b4c0f33d1 6/17
5/27/2018 konsinyasi-slidepdf.com

  Menyiapkan data populasi penduduk


  Menyediakan data masing-masing penyakit pertahun untuk
seluruh populasi pada kelompok umur yang ada
  Menghitung frekuensi kejadian masing-masing penyakit
 pertahun untuk seluruh populasi pada kelompok umur yang ada.
  Menghitung jenis, jumlah, dosis, frekuensi dan lama pemberian
obat menggunakan pedoman pengobatan yang ada.
  Menghitung jumlah yang harus diadakan untuk tahun anggaran
yang akan datang(5).
c.  Metode campuran, yaitu merupakan gabungan dari metode konsumsi
dan metode epidemiologi(7).

2.  Pengadaan
Pengadaan adalah suatu pelaksanaan untuk memenuhi kebutuhan
operasional yang telah ditetapkan di dalam fungsi perencanaan, penentuan
kebutuhan, penentuan sistem pengadaan/tender, menjaga kestabilan
 penganggaran, menjamin kualitas obat, mengadakan penganggaran.
Pengadaan dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah dilakukan
 berdasarkan epidemiologi, konsumsi atau gabungan keduanya dan
disesuaikan dana/budget yang ada untuk menghindari stock out yang
menumpuk.
Pengadaan obat merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan
yang telah direncanakan dan dibutuhkan melalui:
  Pembelian, secara tender/secara langsung dari pabrik.

  Produksi/pembuatan sediaan farmasi.
  Donasi/hibah.
Permintaan atau pengadaan obat adalah suatu proses pengumpulan
dalam rangka menyediakan obat dan alat kesehatan untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan di apotek. Merupakan kegiatan untuk merealisasikan
kebutuhan yang sudah direncanakan dan disetujui, melalui pembelian,
 produksi atau pun sumbangan/hibah.Tujuannya adalah agar tersedi obat dan

 perbekalan kesehatan dengan jenis dan jumlah yang cukup sesuai kebutuhan

http://slidepdf.com/reader/full/konsinyasi-5622b4c0f33d1 7/17
5/27/2018 konsinyasi-slidepdf.com

 pelayanan kesehatan, Mutu obat dan perbekalan kesehatan terjamin serta obat
dan perbekalan kesehatan dapat diperoleh pada saat diperlukan (3).
Mendapatkan perbekalan farmasi dengan harga yang layak, dengan mutu
yang baik, pengiriman barang terjamin dan tepat waktu, proses berjalan
lancar dan tidak memerlukan tenaga serta waktu berlebihan (6).
Pengadaan obat ini dilakukan dengan cara pembelian. Berhasil atau
tidaknya usaha banyak tergantung pada kebijakan pembelian. Cara
melakukan pembelian dapat dilakukan antara lain sebagai berikut:
1)  Terbatas (Hand to mouth buying), pembelian/pemesanan (order)
dilakukan sesuai dengan kebutuhan dalam jangka waktu yang pendek,

misalnya satu minggu. Pembelian ini dilakukan bila modal terbatas, ED


cepat, dan PBF berada tidak jauh dari apotek, misalnya berada dalam satu
kota/wilayah sehingga lead time cepat dan selalu siap melayani kebutuhan
obat sehingga obat dapat segera dikirim.
2)  Terencana , berkaitan dengan pengendalian persediaan barangyang
dilakukan dengan cara membandingkan jumlah pengadaan dengan penjualan tiap
kurun waktu. Pembelian/pemesanan dalam jumlah yang direncanakan

untuk waktu tertentu. Biasanya dilakukan oleh apotek yang mempunyai


 pelanggan tetap, barang laku/ fast moving, mempertimbangkan
waktu/musim tertentu, jarak apotek jauh dari PBF/PBF di luar kota
sehingga lead time panjang, PBF berkunjung tidak tiap hari, dan
 pengiriman tidak setiap hari. Cara pembelian ini erat hubungan dengan
 pengendalian persediaan barang. Pengawasan stok obat/barang sangat
 penting untuk mengetahui obat/barang mana yang laku keras dan mana

yang kurang laku. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan kartu
stok. Selanjutnya dilakukan perencanaan pembelian sesuai dengan
kebutuhan per item. Pengadaan secara intuisi, dilakukan pada sediaan
farmasi yangdiperkirakan akan mengalami peningkatan permintaan dalam
kurun waktutertentu, misalnya karena adanya pengaruh wabah suatu
 penyakit.
3)  Spekulasi, dilakukan dalam jumlah yang lebih besar dari kebutuhan untuk
mengantisipasi akan adanya kenaikan harga dalam waktu dekat atau

http://slidepdf.com/reader/full/konsinyasi-5622b4c0f33d1 8/17
5/27/2018 konsinyasi-slidepdf.com

karena ada diskon atau bonus untuk pembelian jumlah


 besar. Pembelian/pemesanan dilakukan dengan pertimbangan diskon,
adanya penawaran bonus barang dan ada kemungkinan kenaikan harga.
Metode spekulasi harus dipertimbangkan kecepatan aliran barang karena
 bisa jadi apotek rugi karena harus membeli dalam jumlah besar akibat
mengejar diskon, bonus atau ada kemungkinan kenaikan harga sehingga
 barang menumpuk. Apotek bisa untung jika barang tersebut fast
moving cepat laku atau solusi lain beli dalam jumlah besar namun
 bonusnya bagi dengan apotek lain jadi kerja sama dengan apotek lain.
(Kekurangan: obat menumpuk. Jadi, solusinya Spekulasi terencana yiatu

 boleh spekulasi tapi untuk obat fast moving). Cara pembelian ini dilakukan
dalam jumlah yang lebih besar dari kebutuhan, dengan harapan ada
kenaikan harga dalam waktu dekat atau dikarenakan adanya diskon atau
 bonus. Meskipun pembelian secara spekulasi memungkinkan mendapatkan
keuntungan yang lebih besar tetapi cara ini mengandung resiko yang besar
untuk obat-obat dengan waktu kadaluarsa yang relative pendek dan yang
 bersifat slow moving. 

4)  JIT (ju st in time), pembelian dalam jumlah kecil/terbatas, jika sedang


 butuh, baru memesan atau membeli, biasanya meode ini dipilih untuk
 barang yang mahal, lama laku, dan keluarnya sedikit. Kekurangan metode
ini sangat mungkin terjadi barang kosong.
5)  Konsinyasi 
Yaitu pemilik barang menitipkan barang kepada apotek. Apotek
hanya membayar barang yang terjual, sedangkan sisanya dapat diperpanjang masa

konsinyasinya. Cara seperti ini biasanya dilakukan pada produk


 baru. Pembayaran dilakukan jika barang terjual. PBF menitipkan barang
 baru (produk baru) ke apotek, jika sudah laku terjual baru kemudian
dibayar ke PBF dan jika tidak laku dalam jangka waktu tertentu yang telah
disepakati maka barang dapat dikembalikan.
Dimana apotek menerima titipan barang yang akan dijual dalam
waktu maksimal 3 bulan. Penjualan konsinyasi dalam pengertian sehari-
hari dikenal dengan sebutan penjualan dengan cara penitipan. Konsinyasi

http://slidepdf.com/reader/full/konsinyasi-5622b4c0f33d1 9/17
5/27/2018 konsinyasi-slidepdf.com

merupakan penyerahan fisik barang-barang oleh pemilik kepada pihak lain


yang bertindak sebagai agen penjual dan biasanya dibuatkan persetujuan
mengenai hak yuridis atas barang-barang yang dijual oleh pihak penjual.
Pihak yang menyerahkan barang (pemilik) disebut consignor (konsinyor)
atau pengamanat sedang pihak yang menerima atau penjual titipan barang
disebut consignee (konsinyi) atau komisioner.
Menurut Alimsyah dan Padji, konsinyasi adalah barang-barang
yang dikirim untuk dititipkan kepada pihak lain dalam rangka penjualan
dimasa mendatang atau untuk tujuan lain, hak atas barang tersebut melekat
 pada pihak pengirim (konsinyor). Penerima titipan barang tersebut

(konsinyi) selanjutnya bertanggungjawab terhadap penanganan barang


sesuai kesepakatan(8).
Metode konsinyasi mempunyai keuntungan-keuntungan tertentu
dibandingkan dengan metode lain, adapun keuntungan dengan metode
konsinyasi ini antara lain:
a.  Konsinyasi merupakan suatu cara untuk lebih memperluas pasaran
yang dapat dijamin oleh suatu produsen atau distributor terutama

 bila: Produk yang bersangkutan baru diperkenalkan sehingga


 permintaan produk tidak menentu dan belum terkenal; penjualan
 pada masa-masa yang lalu kurang menguntungkan; harga barang
menjadi mahal dan membutuhkan investasi cukup besar bagi pihak
 penjual jika ia harus membeli produk yang bersangkutan.
 b.  Produk konsinyasi tidak ikut disita jika terjadi kebangkrutan pada
 penjual sehingga resiko kerugian dapat ditekan oleh produsen atau

distributor
c.  Harga produk tetap dapat dikontrol karena kepemilikan masih
ditangan konsinyor
d.  Penjual tidak dibebani resiko menanggung kerugian bila gagal dalam
 penjualan produk konsinyasi
e.  Penjual tidak mengeluarkan biaya operasi penjualan konsinyasi
karena semua biaya diganti oleh konsinyor

http://slidepdf.com/reader/full/konsinyasi-5622b4c0f33d1 10/17
5/27/2018 konsinyasi-slidepdf.com

f.  Kebutuhan akan modal kerja dapat dikurangi sebab penjual hanya
 berfungsi sebagai penerima dan menjual saja
g.  Penjual berhak mendapat komisi dari hasil penjualan
h.  Adapun metode-metode pembayaran obat di apotek diantaranya:
  Kredit, yaitu pembayaran pembelian dengan jatuh
tempo/tenggang waktu (21-45 hari) yang biasanya dilakukan 21
hari, 1 bulan/28 hari, atau berbulan-bulan (untuk PBF dari luar
kota) setelah barang dating, biasanya tidak ada diskon, mungkin
ada diskon pada pabrik tertentu tergantung kebijakan pabrik.
  COD (Cash On Delivery), yaitu pembayaran secara
langsung cash ketika barang dating/diterima. Biasanya
dilakukan pada pembelian obat narkotika dari PBF Kimia
Farma/psikotropik ataupun pembelian obat-obatan dengan
tunai/yang memberikan bonus (spekulasi). Biasanya ada diskon
1-1,5% disamping diskon cash 5%.
  Cash/ tunai , pembayaran dengan jangka waktu jatuh tempo
maksimal 2 minggu, biasanya ada diskon (missal 5%).

  Konsinyasi, yaitu obat yang dititip jual oleh distributor dan
 pembayaran dilakukan setelah barang sudah laku di jual di
apotek. pembayaran dilakukan jika barang terjual. PBF
menitipkan barang baru (produk baru) ke apotek, jika sudah laku
terjual baru kemudian dibayar ke PBF dan jika tidak laku dalam
 jangka waktu tertentu yang telah disepakati maka barang dapat
dikembalikan.

3.  Distribution
Proses penyaluran obat dari IFRS/apotek ke pasien untuk menjamin
ketersediaanobat bagi pasien dan mutu obat yang terjagaProses penyaluran
obat dari IFRS/ apotek ke pasien untuk menjamin ketersediaan obat bagi
 pasien dan mutu obat yang terjaga.

4.  Penggunaan (Use)

http://slidepdf.com/reader/full/konsinyasi-5622b4c0f33d1 11/17
5/27/2018 konsinyasi-slidepdf.com

Yang didalam nya terdapat diagnose, peresepan , dispensing dan


 pengguanaan yang tepat untuk pasien. Penggunaan obat merupakan proses
yang meliputi peresepan oleh dokter, pelayanan obat oleh farmasi serta
 penggunaan obat oleh pasien. Penggunaan obat dikatakan rasional apabila
memenuhi kriteria obat yang benar, indikasi yang tepat, obat yang manjur,
aman, cocok untuk pasien dan biaya terjangkau, ketepatan dosis, cara
 pemakaian dan lama yang sesuai, sesuai dengan kondisi pasien, tepat
 pelayanan, serta ditaati oleh pasien. Penggunaan obat rasional diharapkan
dapat mengurangi angka kejadian medication error  (ME) dan dapat membuat
 biaya yang harus ditanggung pasien jadi seminimal mungkin khususnya

terkait dengan biaya obat.

http://slidepdf.com/reader/full/konsinyasi-5622b4c0f33d1 12/17
5/27/2018 konsinyasi-slidepdf.com

BAB III
PEMBAHASAN

Apotek adalah suatu tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian,


 penyaluran sediaan farmasi, dan perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat.
Pekerjaan kefarmasian menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009

yaitu meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi,


 pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas
resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan
obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian
dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Apotek
sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan perlu mengutamakan kepentingan
masyarakat dan berkewajiban menyediakan, menyimpan dan menyerahkan

 perbekalan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin.


Manajemen pengelolaan obat yang baik sangat diperlukan demi
keberlangsungan suatu apotek. Khususnya dalam pengadaan obat serta alat
kesehatan di apotek tersebut. Baiknya pengadaan produk (obat dan alat kesehatan)
akan mempermudah kinerja dimana pengadaan dilakukan berdasarkan
 perencanaan yang telah dilakukan berdasarkan epidemiologi, konsumsi atau
gabungan keduanya dan disesuaikan dana atau budget yang ada untuk

menghindari stock out yang menumpuk.


Salah satu cara pengadaan produk di apotek adalah dengan melakukan
 pembelian dengan cara konsinyasi. Penjualan konsinyasi dalam pengertian sehari-
hari dikenal dengan sebutan penjualan dengan cara penitipan. Konsinyasi
merupakan penyerahan fisik barang-barang oleh pemilik kepada pihak lain yang
 bertindak sebagai agen penjual dan biasanya dibuatkan persetujuan mengenai hak
yuridis atas barang-barang yang dijual oleh pihak penjual. Pihak yang
menyerahkan barang (pemilik) disebut consignor (konsinyor) atau pengamanat

http://slidepdf.com/reader/full/konsinyasi-5622b4c0f33d1 13/17
5/27/2018 konsinyasi-slidepdf.com

sedang pihak yang menerima atau penjual titipan barang disebut consignee
(konsinyi) atau komisioner. Apotek hanya membayar barang yang terjual, sedangkan
sisanya dapat diperpanjang masa konsinyasinya. Cara seperti ini biasanya dilakukan
 pada produk baru. Pembayaran dilakukan jika barang terjual. PBF atau distributor
menitipkan barang baru (produk baru) ke apotek, jika sudah laku terjual baru
kemudian dibayar ke PBF dan jika tidak laku dalam jangka waktu tertentu yang
telah disepakati maka barang dapat dikembalikan.

Tidak selalu produk baru atau produk yang ditawarkan oleh distributor
atau PBF diterima apotek sebagai barang konsinyasi. Hendaknya semua produk
konsinyasi yang ditawarkan harus memiliki izin edar yang dikeluarkan Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Dinas Kesehatan dan memiliki nomor
registrasi obat sehingga obat tersebut aman bagi pasien yang akan menggunakan
obat tersebut. Pengadaan obat konsinyasi dapat pula berdasarkan pola peresepan
obat oleh dokter praktik di apotek bersangkutan serta produk-produk pasar yang
menjanjikan seperti produk teh, madu dan produk herbal lainnya. Produk
konsinyasi biasanya terbatas saja jumlahnya, misalnya produk berupa botol atau
tube cukup 3 buah saja tiap jenisnya sedangkan untuk produk berupa dus hanya 1
dus saja untuk tiap jenisnya, hal tersebut tidak lain dimaksudkan untuk
menghindari kerugian dari distributor atau PBF jika produk tersebut ternyata sepi
 peminat.

Produk konsinyasi yang ternyata diminati konsumen atau bahkan produk


tersebut terjual habis pada periode konsinyasi baik karena meningkatnya
 permintaan konsumen atau pun pola peresepan dokter praktik yang sering
meresepkan produk tersebut, selanjutnya dapat diadakan kembali menjadi produk
reguler yang berarti tidak menjadi produk konsinyasi kembali. Bahkan jika terjadi
kesepakatan antara apotek dengan PBF atau distributor bahwa produk tersebut
tetap dapat diadakan dengan konsinyasi hal tersebut akan lebih menguntungkan
 bagi apotek, namun sedikit saja bahkan jarang distributor yang mau melakukan
hal tersebut.

Sebaliknya, produk konsinyasi dapat pula ditolak untuk dikonsinyasi


kembali atau bahkan ditolak menjadi produk reguler, ketika selama periode

http://slidepdf.com/reader/full/konsinyasi-5622b4c0f33d1 14/17
5/27/2018 konsinyasi-slidepdf.com

konsinyasi produk tersebut tidak diminati konsumen atau dirasa produk tidak
memberi keuntungan bagi apotek selama produk tersebut dikonsinyasi. Namun
ada kalanya ketika produk ditolak menjadi produk reguler ternyata pada waktu
tertentu permintaan konsumen tinggi atau bahkan pola peresan dokter praktik
sering menggunakan obat tersebut maka produk sangat mungkin untuk diorder
kembali dengan cara pembelian obat reguler, baik itu kredit, COD maupun tunai.

Pada dasarnya konsinyasi merupakan cara pengadaan dan pembayaran


yang menguntungkan bagi apotek. Karena apotek hanya membayar produk yang
terjual saja sedangkan retur dapat dilakukan untuk produk yang tidak terjual.
 Namun konsinyasi tidak selamanya dapat dilakukan pada suatu produk kecuali
memang sudah tercapai kesepakatan tersendiri dengan PBF atau distributor untuk
meneruskan konsinyasi, tentunya hal tersebut jarang terjadi karena jika konsinyasi
 berlangsung terus menerus PBF atau distributor akan menanggung rugi untuk
 produk-produk yang diretur.

http://slidepdf.com/reader/full/konsinyasi-5622b4c0f33d1 15/17
5/27/2018 konsinyasi-slidepdf.com

BAB III
Kesimpulan

Konsinyasi merupakan cara pengadaan dan pembayaran yang


menguntungkan bagi apotek. Cara seperti ini biasanya dilakukan pada produk
 baru dapat pula berdasarkan pola peresepan obat oleh dokter praktik di apotek
 bersangkutan serta produk-produk pasar yang menjanjikan. Produk konsinyasi
yang memiliki banyak peminat dapat diadakan kembali menjadi produk reguler.
Sebaliknya, produk konsinyasi dapat ditolak untuk menjadi produk reguler, ketika
 produk tersebut tidak diminati konsumen atau dirasa tidak memberi keuntungan
 bagi apotek.

http://slidepdf.com/reader/full/konsinyasi-5622b4c0f33d1 16/17
5/27/2018 konsinyasi-slidepdf.com

DAFTAR PUSTAKA

1.  Anonim, 2004,  Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesi No.


1027 /MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di
 Apotek , Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
2.  Juliyanti, 2008, Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Komunitas di Apotek
 Kita Farma Binjai, Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara)
3.  Anonim, 2014,  Drug Management Cyrcle, Available at: http://hadi
kurniawanapt.blogspot.com/2012/10/persiapan-pretes-pkpa-apotek.html,
diakses 12 Maret 2014
4.  Anonim, 2004,  Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah
Sakit , Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
5.  Anonim, 2008,  Keputusan menteri Kesehatan No.
1121/MENKES/SK/XII/2008 tentang Pedoman Teknis Pengadaan Obat
 Publik dan Perbekalan kesehatan Untuk Pelayanan Kesehatan Dasar ,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta
6.  Anonim, 2008,  Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit ,

7.  Direktorat
AmiruddinJenderal Bina2006,
Ridwan, Kefarmasian dan AlatPerencanaan Dan
 Epidemiologi Kesehatan Depkes RI, Jakarta
Pelayanan
 Kesehatan, :Makassar
8.  Aliminsyah, Padji. 2003,  Buku Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan,
Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada

http://slidepdf.com/reader/full/konsinyasi-5622b4c0f33d1 17/17

Anda mungkin juga menyukai