Anda di halaman 1dari 27

Gangguan Kebutuhan Aktivitas

 31 pasang saraf spinal


 8 servikal
 12 thorakal
 5 lumbal
 5 sakral
 1 kogsigius
 Merupakan bagian dari susunan saraf pusat,
penghubung otak dengan saraf perifer
 Panjang pada pria sekitar 45 cm, wanita 42-
43 cm dengan garis tengah 2cm
 Saraf spinal dilindungi oleh tulah vertebra,
ligamen dan meningen spinal
 Terdiri dari substansia
grisea (gray matter) dan
substansia alba (white
matter)
 Bagian tengah
berbentuk huruf H (gray
matter) dan dikelilingi
White matter
 Dipisahkan oleh septum
medianus (posterior) dan
fissura medianus
(anterior)
 Melewati 2 traktus
dengan fungsi
tertentu: traktus
desenden dan asenden
 Traktus desenden 
sensasi bersifat
perintah unk
dilanjutkan ke perifer
 Traktus asenden 
informasi aferen yg
disadari/tdk disadari
 Keadaan patologi akut pada medula spinalis
yang diakibatkan terputusnya komunikasi
sensori dan motorik dengan susunan saraf
pusat dan saraf perifer (Tarwoto, 2007)
 Merupakan kerusakan medulla spinalis yg
disebabkan oleh truma langsung atau tidak
langsung pada medulla spinalis yang
menyebabkan gangguan fungsi utamanya,
yaitu fungsi motorik, sensorik, autonom dan
refleks baik komplet atau parsial
 Cidera tulang
 Stabil tidak sampai merobek ligamen
 Tidak stabil  pergeseran tulang dan robekan
ligamen
 Cidera neurologis
 Non defisit neurologis
 Defisit neurologis
 Score A  kehilangan fungsi motorik dan
sensorik lengkap
 Score B  fungsi motorik hilang , fungsi
sensorik utuh
 Score C  fungsi motorik ada ttp tdk
berguna
 Score D  fungsi motorik terganggu/ ada tp
tdk normal
 Score E  tdk ada gangguan neurologik
 Cedera penuh bisa mngakibatkan hilangnya
fungsi sensorik dan motorik secara total
dibawah level cedera. Robekan lengkap pada
sumsum tulang belakan dapat
mengakibatkan 2 kondisi:
 Tetraplegi  disfungsi kedua lengan, kedua kaki,
defekasi, berkemih
 Paraplegi  disfungsi ektremitas bawah,
defekasi, berkemih
1. Central Cord
Syndrome  cedera
pada posisi sentral dan
sebagian daerah lateral
(sering terjadi pada
trauma daerah servikal
 kelemahan otot
ekstremitas atas lebih
berat dari ektremitas
bawah
 Paraplegia dan
kehilangan sensorik
dengan hilangnya
sensasi nyeri dan suhu,
ttp sensori raba,
tekanan, getaran tetap
baik
 Prognosis bagian ini
paling buruk dibanding
cedera incolplit yg lain
 Kehilangan sistem
motorik ipsilateral
/paresis dan kehilangan
sensori suhu dan nyeri
kontralateral
 Biasanya disebabkan krn
trauma tembus langsung
ke medulla spinalis, dan
masih mungkin terjadi
perbaikan
 Cedera medula spinalis traumatik
 Cedera medulla spinalis non-traumatik
 Usia
 Jenis kelamin
 Alkohol
 Merokok
 Minum obat saat berkendara
 Olah raga ekstrem
 Osteomielitis
 Kerusakan medulla spinalis dapat berupa sementara
atau menetap akibat trauma tulang belakang baik itu
kontusio, laserasi dan kompresi.
 Segera setelah terjadi kontuio atau robekan, serabut
saraf mulai membengkak dan hancur sehingga
sirkulasi darah ke substansi grisea terganggu. Iskemia,
hipoksia, edema dan lesi hemoragi akan
mengakibatkan kerusakan mielin dan akson.
 Trauma medula spinalis reversibel 4-6 jam pasca
trauma. Pengobatan dilakukan dengan memberikan
kortikosteroid dan obat anti-inflamasi unk mencegah
kerusakan
 Jika pasien sadar, keluhan berupa nyeri akut
belakang leher yang menyebar sepanjang
saraf yg terkena
 Hilang gerakan volunter
 Hilang sensasi nyeri, suhu, tekanan
 Hilang sensasi defekasi dan berkemih
 Hilang fungsi spinal dan reflek autonom
 Gangguan fungsi seksual
 Pemeriksaan neurologis lengkap
 Pemeriksaan tulang belakang : pembengkakan,
nyeri tekan, gangguan gerakan
 Pemeriksaan radiologi : sinar X spinal, rontgen
thorax
 CT Scan , MRI
 Pemeriksaan fungsi paru
 Urodinamik unk proses pengosongan bladder
 Pemeriksaan darah : hipo/hiperglikemi,
keseimbangan elektrolit, penurunan Hb dan
Hmt
 Segera lakukan imobilisasi
 Stabilisasi daerah tulang yg mengalami cedera
(pemasangan Collar servical)
 Pemasangan O2, cairan intravena, NGT
 Farmakoterapi: kortikosteroid, antihipertensi,
kolinergik, antidepresan, antihistamin, antiulcer
 Pembedahan dgn indikasi fraktur yang menekan
lengkung saraf
 Rehabilitasi  mencegah komplikasi,
mengurangi kecacatan, mempersiapkan pasien
unk hidup di masyarakat
 Neurogenik syok
 Hipoksia
 Instabilitas spinal
 Infeksi saluran kemih
 Kontraktur
 Dekubitus
 Konstipasi
 Menurunkan kecepatan berkendara
 Mengguanakan sabuk pengaman
 Menggunakan helm unk pengendara motor
atau sepeda
 Mencegah jatuh
 Menggunakan alat pelindung
 Pengkajian
 Identitas pasien
 Keluhan
 Riwayat kesehatan sekarang
 Riwayat kesehatan dahulu
 Riwayat kesehatan keluarga
 Pola Gordon
 Breathing  pola nafas, penumpukan sekret, auskultasi
dada, sesak nafas, reflek batuk
 Blood  sistem kardiovaskular, tekanan darah menurun,
bradikardi
 Brain  tingkat kesadaran, pengkajian neurologis,
orientasi pasien, gangguan sensibilitas sesuai segmen
yang mengalami cedera
 Bladder  kaji warna urin, jumlah dan
karakteristik.adanya retensi urin dan distraksi kandung
kemih
 Bowel  ileus paralitik, hilang bisisng usus, kembung,
defekasi tidak ada
 Bone  paralisis motorik dan organ tergantung pada
segmen yang mengalami cedera
 Pola nafas tidak efektif b/d kelemahan atau
paralisis otot abdominal dan intercosta
 Kerusakan mobilisasi fisik b/d gangguan
neuromuskular
 Risiko kerusakan integritas kulit b/d
kehilangan sensori dan imobilisasi
 Retensi urin b/d ketidakmampuan berkemih
spontan
 Konstipasi
 Nyeri akut
 Kerusakan mobilitas fisik
 NOC : Mobility Level dan Self Care ADLs
 Kriteria hasil :
▪ Meningkat dalam aktifitas fisik
▪ Peningkatan kekuatan otot
▪ Tidak ada kontraktur
▪ Mampu melakukan ADLs mandiri
 NIC
▪ Kaji kamampuan klien dalam mobilisasi dan ambulasi
▪ Kaji keadaan ektremitas klien
▪ Latih klien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
▪ Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot
▪ Mempertahankan posisi tulang belakang tetap rata

Anda mungkin juga menyukai