Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

FILSAFAT ISLAM AL-FARABI


Dosen Mata Kuliah Filsafat Islam: Bpk. Ades A Mahyudi,S.Si.,M.Pd.I

Di susun oleh:

Nama : Ahmad Yunus

NIM : 1920100010

STIT Muhammadiyah Banjar

Jl.Dr.Husein Kartasasmita Tlp/Fax. (0265) 741183


KATA PENGANTAR

Segala puji hanyalah milik Allah, Tuhan semesta alam, semoga salawat
dan salam dilimpahkan sebanyak-banyaknya kepada rasul yang termulia, Nabi
Muhamad Ibnu Abdullah. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu
menyelesaikan Makalah “Pemikiran Filsafat Al-Farabi” guna untuk memenuhi
tugas mata kuliah Filsafat Islam”
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
Pemikiran Filsafat Al-Farabi, Telah kami usahakan semaksimal mungkin dan
tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasanya maupun segi lainnya. Oleh
karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-
lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami.
Semoga makalah ini memberikan informasi dan manfaat pengembangan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuhuan bagi kita semua.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mengkaji filsafat Islam tidak semudah membalikan tangan, secara historis,
tarik-menarik kepentingan bahwa orintasi filsafat itu berasal dari Yunani atau dari
Islam adalah fakta yang tidak bisa dihindari. Begitu pula, dalam tataran teologis,
penerimaan filsafaat kerap berbenturan antara keimanan dan pemikiran liberal
filsafat.

Saling mengklaim antara ilmuan Barat dan Islam menjadi lembaran


panjang filsafat, misalnya Oliver Leaman yang berpendapat bahwa filsafat Yunani
sebenarnya pertama kali diperkenalkan kepada dunia lewat karya-karyanya
terjemahan bahasa Arab, lalu ke dalam bahasa Yahudi dan baru kemudian dalam
bahasa Latin atau langsung dar bahasa Arab ke bahasa Latin. Berbeda dengan Al-
Farabi yang berpendapat bahwa filafat berasal dari Irak terus ke Mesir dan ke
Yunani, kemudian diteruskan ke Syiria dan sampai ke tangan orang-orang Arab.

Dalam tradisi filsafat, agar bisa sampai pada suatu makna yang esensi dari
suatu hal, seseorang harus melakukan penjelajahan secara radikal, logis dan
serius. Itulah sebabnya, Aristoteles memberikan komentar, “Apabila hendak
menjadi seorang filsuf, Anda harus berfilsafat dan apabila tidak menjadi seorang
filsuf, Anda harus berfilsafat”.Adapun dalam makalah ini penulis akan membahas
biografi Al-Farabi dan Pemikiran filsafat Al-Farabi tentang Asal usul Negara dan
Warga Negara dan Pemikirannya Tentang Pemimpin.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan di bahas yaitu,:
1. Bagaimana biografi Al-Farabi
2. Bagaimana filsafat Al-Farabi tentang Asal usul Negara dan Warga Negara
dan Pemikirannya Tentang Pemimpin.
C. Tujuan/Manfaat
Adapun tujuan/manfaat :

1. Mengetahui biografi Al-Farabi


2. Mengetahui pemikiran filsafat al farabi tentang Asal usul Negara dan
Warga Negara dan Pemikirannya Tentang Pemimpin.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Al-Farabi
Nama lengkap Al-Farabi adalah bu Muhammad Ibn Muhammad Ibn Tharkan
Ibn Auzalagh. Ia lahir di wasij. Distrik Farab (sekarang dikenal dengan kota
Atrar/Transoxiana) Turkinistan pada tahun 257 H (870M). Ayahnya seorang
jendral berkebangsaan Persia, dan Ibunya berkebangsaan Turki[14]. Di kalangan
orang-orang Latin Abad Tengah, Al-Farabi lebih dikenal sebagau Abu Nasrh
(Abunaser), sedangkan sebutan nama Al-Farabi diambil dari nama kota Farb.
Tempat ia dilahirkan.
Al-Farabi yang dikenal sebagai filsuf Islam terbesar memiliki keahlian dalam
banyak bidang keilmuan, seperti ilmu bahasa, matematika, kimia, astronomi,
kemiliteran, musik, ilmu alam, ketuhanan, fiqih, dan mantiq. Oleh karena itu,
banyak karya yang ditinggalkan Al-Farabi, namun karyanya tersebut tidak banyak
diketahui seperti karya Ibnu Sina. Hali ini karena karya-karya Al-Farabi hanya
berbentuk risalah-risalah (karangan pendek) dan sedikit sekali yang berupa buku
besar yang mendalam pembicaraannya. Kebanyakan karyanya yang hilang, dan
yang masih dapat dibaca dipublikasikan, baik yang sampai kepada kita maupun
tidak, kurang lebih 30 judul saja. Diantar judul karyanya adalah sebagai berikut:
1. Al-Jam baina Ra ‘ayay Al-Hikimain Aflathun wa Arishur;
2. Thaqiq Ghardh Aristhu fi Kitab ma Ba’da Ath-Thabi’ah;
3. Syara Risalah Zainun Al-Kabir Al-Yunani;
4. At-Ta’liqat;
5. Risalah fima Yajibu Ma’rifat Qabla Ta’allumi Al-Falsafah;
6. Kitab Tahsil As-Sa’adah;
7. Risalah fi Itsbat Al-Mufaraqah;
8. ‘Uyun Al-Masa’i;
9. Ara’ Ahl Al-Madinah Al-Fadhilah;
10. Maqalat fi Ma’ani Al-Aql;
11. Ihsa Al-Ulum wa At-Ta’rif bi Aghradita;
12. Fushul AlHukm;
13. Risalah Al-Aql;
14. As-Syiasah Al-Madaniyah;
15. Al-Masa’il Al-Falsafiyah wwa Al-Ajwibah Anha.
B. Filsafat Al-Farabi

Selama hidupnya al Farabi banyak berkarya. Jika ditinjau dari Ilmu Pengetahuan, karya-
karya al- Farabi dapat ditinjau menjdi 6 bagian

1. Logika
2. Ilmu-ilmu Matematika
3. Ilmu Alam
4. Teologi
5. Ilmu Politik dan kenegaraan
6. Bunga rampai (Kutub Munawwa’ah).

Karyanya yang paling terkenal adalah Al-Madinah Al-Fadhilah (Kota atau Negara Utama)
yang membahas tetang pencapaian kebahagian melalui kehidupan politik dan hubungan
antara rejim yang paling baik menurut pemahaman Plato dengan hukum Ilahiah islam.Filsafat
politik Al-Farabi, khususnya gagasannya mengenai penguasa kota utama mencerminkan
rasionalisasi ajaran Imamah dalam Syi'ah.

1. Pemikiran tentang Asal usul Negara dan Warga Negara

Menurut Al-Farabi manusia merupakan warga negara yang merupakan salah


satu syarat terbentuknya negara. Oleh karena manusia tidak dapat hidup sendiri
dan selalu membutuhkan bantuan orang lain, maka manusia menjalin hubungan-
hubungan (asosiasi). Kemudian, dalam proses yang panjang, pada akhirnya
terbentuklah suatu Negara. Menurut Al-Farabi, negara atau kota merupakan suatu
kesatuan masyarakat yang paling mandiri dan paling mampu memenuhi
kebutuhan hidup antara lain: sandang, pangan, papan, dan keamanan, serta
mampu mengatur ketertiban masyarakat, sehingga pencapaian kesempurnaan bagi
masyarakat menjadi mudah. Negara yang warganya sudah mandiri dan bertujuan
untuk mencapai kebahagiaan yang nyata, menurut al-Farabi, adalah Negara Utama
.

Menurutnya, warga negara merupakan unsur yang paling pokok dalam suatu
negara. yang diikuti dengan segala prinsip-prinsipnyaprinsip-prinsipnya (mabadi)
yang berarti dasar, titik awal, prinsip, ideologi, dan konsep dasar. Keberadaan
warga negara sangat penting karena warga negaralah yang menentukan sifat,
corak serta jenis negara. Menurut Al-Farabi perkembangan dan/atau kualitas
negara ditentukan oleh warga negaranya. Mereka juga berhak memilih seorang
pemimpin negara, yaitu seorang yang paling unggul dan paling sempurna di
antara mereka.

Negara Utama dianalogikan seperti tubuh manusia yang sehat dan utama,
karena secara alami, pengaturan organ-organ dalam tubuh manusia bersifat
hierarkis dan sempurna. Ada tiga klasifikasi utama:

 Pertama, jantung. Jantung merupakan organ pokok karena jantung adalah


organ pengatur yang tidak diatur oleh organ lainnya.

 Kedua, otak. Bagian peringkat kedua ini, selain bertugas melayani bagian
peringkat pertama, juga mengatur organ-ogan bagian di bawahnya, yakni
organ peringkat ketiga, seperti: hati, limpa, dan organ-organ reproduksi.

 Organ bagian ketiga. Organ terbawah ini hanya bertugas mendukung dan
melayani organ dari bagian atasnya.

Al-Farabi membagi negara ke dalam lima bentuk, yaitu:

1. Negara Utama (Al-Madinah Al-Fadilah): negara yang dipimpin oleh para


nabi dan dilanjutkan oleh para filsuf; penduduknya merasakan
kebahagiaan.
2. Negara Orang-orang Bodoh (Al-Madinah Al-Jahilah): negara yang
penduduknya tidak mengenal kebahagiaan.
3. Negara Orang-orang Fasik: negara yang penduduknya mengenal
kebahagiaan, tetapi tingkah laku mereka sama dengan penduduk negara
orang-orang bodoh.
4. Negara yang Berubah-ubah (Al-Madinah Al-Mutabaddilah): pada awalnya
penduduk negara ini memiliki pemikiran dan pendapat seperti penduduk
negara utama, tetapi kemudian mengalami kerusakan.
5. Negara Sesat (Al-Madinah Ad-dallah): negara yang dipimpin oleh orang
yang menganggap dirinya mendapat wahyu dan kemudian ia menipu
orang banyak dengan ucapan dan perbuatannya.

2. Pemikirannya Tentang Pemimpin

Dengan prinsip yang sama, seorang pemimpin negara merupakan bagian yang
paling penting dan paling sempurna di dalam suatu negara. Menurut Al Farabi,
pemimpin adalah seorang yang disebutnya sebagai filsuf yang berkarakter Nabi
yakni orang yang mempunyai kemampuan fisik dan jiwa (rasionalitas dan
spiritualitas).

Disebutkan adanya pemimpin generasi pertama (the first one – dengan segala
kesempurnaannya (Imam) Selanjutnya al-Farabi mengingatkan bahwa walaupun
kualitas lainnya sudah terpenuhi, tetapi kalau kualitas seorang filsufnya tidak
terpenuhi atau tidak ambil bagian dalam suatu pemerintahan, maka Negara Utama
tersebut bagai “kerajaan tanpa seorang Raja”. Oleh karena itu, Negara dapat
berada diambang kehancuran. dan karena sangat sulit untuk ditemukan
(keberadaannya) maka generasi kedua atau generasi selanjutnya sudah cukup,
yang disebut sebagai (Ra’is) atau pemimpin golongan kedua.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nama lengkap Al-Farabi adalah bu Muhammad Ibn Muhammad Ibn
Tharkan Ibn Auzalagh. Ia lahir di wasij. Distrik Farab (sekarang dikenal dengan
kota Atrar/Transoxiana) Turkinistan pada tahun 257 H (870M). Ayahnya seorang
jendral berkebangsaan Persia, dan Ibunya berkebangsaan Turki[14]. Di kalangan
orang-orang Latin Abad Tengah, Al-Farabi lebih dikenal sebagau Abu Nasrh
(Abunaser), sedangkan sebutan nama Al-Farabi diambil dari nama kota Farb.
Tempat ia dilahirkan.
Al-Farabi yang dikenal sebagai filsuf Islam terbesar memiliki keahlian
dalam banyak bidang keilmuan, seperti ilmu bahasa, matematika, kimia,
astronomi, kemiliteran, musik, ilmu alam, ketuhanan, fiqih, dan mantiq. Oleh
karena itu, banyak karya yang ditinggalkan Al-Farabi, namun karyanya tersebut
tidak banyak diketahui seperti karya Ibnu Sina. Hali ini karena karya-karya Al-
Farabi hanya berbentuk risalah-risalah (karangan pendek) dan sedikit sekali yang
berupa buku besar yang mendalam pembicaraannya. Kebanyakan karyanya yang
hilang, dan yang masih dapat dibaca dipublikasikan, baik yang sampai kepada kita
maupun tidak, kurang lebih 30 judul saja. Diantar judul karyanya adalah sebagai
berikut:Al-Jam baina Ra ‘ayay Al-Hikimain Aflathun wa Arishur,Thaqiq Ghardh
Aristhu fi Kitab ma Ba’da Ath-Thabi’ah,Syara Risalah Zainun Al-Kabir Al-
Yunani,At-Ta’liqat,Risalah fima Yajibu Ma’rifat Qabla Ta’allumi Al-
Falsafah,Kitab Tahsil As-Sa’adah,Risalah fi Itsbat Al-Mufaraqah,‘Uyun Al-
Masa’i,Ara’ Ahl Al-Madinah Al-Fadhilah,Maqalat fi Ma’ani Al-Aql,Ihsa Al-Ulum
wa At-Ta’rif bi Aghradita,Fushul AlHukm,Risalah Al-Aql,As-Syiasah Al-
Madaniyah,dan Al-Masa’il Al-Falsafiyah wwa Al-Ajwibah Anha.

karya-karya al- Farabi dapat ditinjau menjdi 6 bagian

Logika,Ilmu-ilmu Matematika,Ilmu Alam,Teologi,Ilmu Politik dan kenegaraan,dan Bunga


rampai (Kutub Munawwa’ah).

DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Al-Farabi

Anda mungkin juga menyukai