Bab 3 Sle
Bab 3 Sle
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
ditandai adanya inflamasi tersebar luas, yang mempengaruhi setiap organ atau
sistem dalam tubuh. Penyakit ini berhubungan dengan deposisi autoantibodi dan
Pada setiap penderita, peradangan akan mengenai jaringan dan organ yang
3.2 Epidemiologi
Dalam 30 tahun terakhir, SLE menjadi salah satu penyakit rematik utama
didunia. Prevalensi SLE diberbagai negara sangat bervariasi dan lebih sering
ditemukan pada ras tertentu seperti Negro, Cina dan Filipina. Faktor ekonomi dan
pada semua usia, tetapi paling banyak pada usia 15-40 tahun (masa reproduksi).
Beberapa data yang ada di Indonesia diperoleh dari pasien yang dirawat di
melakukan penelitian pada periode yang berbeda diperoleh data sebagai berikut :
10
antara tahun 1969-1970 ditemukan 5 kasus SLE ; selama periode 5 tahun (1972-
1976) ditemukan 1 kasus SLE dari setiap 666 kasus yang dirawat (insiden sebesar
15 per 10.000 perawatan); antara tahun 1988-1990 (3 tahun) insiden rata-rata ialah
Pasien SLE, 90% adalah wanita dengan usia diantara 14 dan 45 tahun.
Penyakit ini tiga kali lebih sering ditemukan pada populasi keturunan Afrika-
Amerika. Frekuensi pada wanita dibanding pada pria berkisar antara (5,5-9) : 1. 1,
1800-an dan diberi nama lupus karena sifat ruamnya yang berbentuk “kupu-
kupu”, melintasi tonjolan hidung dan meluas pada kedua pipi yang menyerupai
gigitan serigala ( lupus adalah katta dalam bahasa latin yang berarti serigala).4
3.3 Etiologi
hormonal dan lingkungan (cahaya matahari, luka bakar termal). Sampai saat ini
penyebab SLE belum diketahui, diduga faktor genetik, infeksi dan lingkungan
ikut berperan pada patofisiologi SLE. Sistem imun tubuh kehilangan kemampuan
untuk membedakan antigen dari sel dan jaringan tubuh sendiri. Penyimpangan
reaksi imunologi ini akan menghasilkan antibodi secara terus menerus. Antibody
melawan infeksi. Pada lupus dan penyakit autoimun lainnya, sistem pertahanan
11
tubuh ini berbalik melawan tubuh, dimana antibodi yang dihasilkan menyerang
sel tubuhnya sendiri. Antibodi ini menyerang sel darah, organ dan jaringan tubuh,
a. Faktor Genetik
SLE.1
12
Mayor (MHC). Penelitian populasi menunjukkan bahwa kepekaan
b. Faktor Homoral
1,2,6
SLE penyakit yang lebih banyak menyerang perempuan .
13
dengan aktivitas penyakit. Konsentrasi testosteron plasma yang rendah
presentasi antigen.
c. Faktor Lingkungan
dan imunogenitas dari self antigen dan agen fisik/kimia seperti sinar
14
3.4 Patogenesis
Patogenesis dari SLE masih belum diketahui secara jelas, dimana terdapat
banyak bukti bahwa patogenesis SLE bersifat multifaktoral seperti faktor genetik,
faktor lingkungan, dan faktor hormonal terhadap respons imun. Faktor genetik
memegang peranan pada banyak penderita lupus dengan resiko yang meningkat
bahwa banyak gen yang berperan terutama gen yang mengkode unsur-unsur
sistem imun. Diduga berhubungan dengan gen respons imun spesifik pada
kompleks histokompabilitas mayor kelas II, yaitu HLA-DR2 dan HLA-DR3 serta
dengan komponen komplemen yang berperan dalam fase awal reaksi ikat
komplemen ( yaitu C1q, C1r, C1s, C4, dan C2) telah terbukti. Gen-gen lain yang
mulai ikut berperan adalah gen yang mengkode reseptor sel T, imunoglobulin dan
sitokin3,6. Studi lain mengenai faktor genetik ini yaitu studi yang berhubungan
dengan HLA (Human Leucocyte Antigens) yang mendukung konsep bahwa gen
Faktor lingkungan dapat menjadi pemicu pada penderita lupus, seperti radiasi
dan hilangnya toleransi karena menyebabkan apoptosis keratinosit. Selain itu sinar
15
UV menyebabkan pelepasan mediator imun pada penderita lupus, dan memegang
peranan dalam fase induksi yanng secara langsung mengubah sel DNA, serta
terkena lupus, berhubungan dengan zat yang terkandung dalam tembakau yaitu
pada penderita lupus. Pengaruh obat salah satunya yaitu dapat meningkatkan
pada lupus kemudian dibentuk untuk menjadi antigen nuklear ( ANA dan anti-
DNA). Selain itu, terdapat antibodi terhadap struktur sel lainnya seperti eritrosit,
imun, yang diikuti oleh aktivasi komplemen yang mempengaruhi respon inflamasi
16
3.5 Manifestasi Klinis
Saat awitan pertama pada SLE mungkin hanya mengenai satu sistem organ
keterlibatan sendi atau muskuloskeletal dijumpai pada 90% kasus SLE, walaupun
artritis sebagai manifestasi awal hanya dijumpai pada 55% kasus. 1,7
- Gejala Konstitusional
a. Kelelahan
Keluhan ini dijumpai pada sebagian penderita SLE dan terjadi dalam
gejala gastrointestial.
17
c. Demam
sebab lain seperti infeksi, karena suhu tubuh dapat lebih dari 40⁰C
tanpa adanya bukti infeksi lain seperti leukositosis. Demam akibat SLE
d. Lain-lain
Gejala lain yang sering dijumpai pada SLE dapat terjadi sebelum atau
1. Manifestasi muskulosekeletal
besar mengalami artritis intermiten. Nyeri sering melebihi temuan fisis yang
dan lutut ), pembengkakan difus tanga dan kaki, dan tendosinovitis. Deformitas
sendi jarang terjadi dengan 10% pasien mengalami deformitas leher angsa (swan
neck) jari tangan dan pergeseran ulnar pada sendi MKF. Erosi jarang terjadi, dapat
merupakan penyebab nyeri panggul, lutut atau bahu pada pasien yang mendapat
18
skleroderma atau manifestasi klinis penyakit-penyakit tersebut merupakan bagian
gejala SLE.
1. Manifestasi Kulit
Ruam kulit merupakan manifestasi SLE pada kulit yang telah lama dikenal
oleh para ahli. Sejak era Rogerius, Paracelsus, Hebra sebelum abad 19
sebagainya telah diperdebatkan sebagai suatu lesi kulit pada SLE. Lesi
putih perak dan dapat pula berupa bercak eritema pada palatum mole dan
19
Ruam malar ( kupu-kupu) adalah ruam eritematosa persisten, datar atau
meninggi, dipipi dan pangkal hidung, sering meluas kedagu dan teliga.
Ruam ini bersifat fotosensitif. Tidak terjadi jaringan parut, dapat timbul
terbatas tetapi dapat ekstensif, rambut sering tumbuh kembali pada lesi
SLE tetapi tidak pada lesi lupus diskoid (LED). LED terjadi pada 20%
pasien SLE dan juga dapat juga menyebabkan kecacatan, karena lesi
2. Manifestasi Paru
Pneumonitis lupus dapat terjadi secara akut atau berlanjut menjadi kronik.
20
apabila terjadi keraguan dapat dilakukan tindakan invasive seperti bilas
kompleks imun pada alveolus atau pembuluh darah paru, baik disertai
vaskulitis atau tidak. Pneumonitis lupus ini memberikan respons yang baik
dari perdarahan paru akibat SLE ini dan memerlukan penanganan yang
3. Manifestasi Kardiologis
dapat terlibat pada penderita SLE, walaupun yang paling banyak terkena
sternal, friction rub, gambaran silhouete sign foto dada, ataupun melalui
lanjut. Penyakit jantung koroner dapat pula dijumpai pada penderita SLE
21
jantung kongestif. Usia muda dengan gejala penyakit yang panjang serta
yang juga sering dijumpai pada penderita SLE . vegetasi pada katup
dan diastolik.1,5,7
4. Manifestasi Renal
terjadi setelah 5 tahun menderita SLE. Rasio wanita : pria dengan kelainan
ini 10 : 1 dengan puncak insiden antara 20-30 tahun. Gejala atau tanda
5. Manifestasi Gastrointestinal
22
walaupuntidak dapat dibuktikan adanya kelainan pada esofagus tersebut,
Keluhan dispepsia yang dijumpai pada 50% pasien SLE, lebih banyak
dapat timbul dan menjadi parah akibat SLE aktif atau akibat terapi
makroamilasemia.
6. Manifestasi Neuropsikiatri
hemiparesis, lesi saraf kranial, lesi batang otak, meningitis aseptik atau
myelitis transversal.
kadar C4 rendah, peningkatan IgG, IgA dan atau IgM, peningkatan jumlah
7. Manifestasi Hemi-limfatik
penderita SLE. Kelenjar getah bening yang paling sering terkena adalah
aksila dan servikal, dengan karakteristik tidak nyeri tekan, lunak dan
23
ukuran bervariasi sampai 3-4 cm. Organ limfoid lain yang sering dijumpai
pula pada penderita SLE adalah splenomegali yang biasanya disertai oleh
8. Hematologi
Anemia pada penyakit kronik terjadi pada sebagian pasien saat lupusnya
aktif. Pada sebagian pasien yang uji Coombsnya positif terjadi hemolisis.
3.6 Diagnosis
Kriteria Definisi
1. Ruam malar Eritema menetap, rata atau meninggi, di atas eminensia malar,
yang cenderung mengenai lipatan nasolabial
3. Fotosensitif Ruam kulit akibat reaksi sinar matahari yang tidak biasa,
berdasarkan anamnesis pasien atau pengamatan dokter
24
4. Ulserasi oral Ulserasi oral atau nasofaring, biasanya tidak nyeri, yang
diamati oleh dokter
7. Gangguan ginjal (A) Persistent proteinuria >0,5 g/hari atau >3+ jika tidak
dilakukan kuantisasi
ATAU
10. Gangguan (A) Anti-DNA: Antibodi untuk DNA asli dalam titer abnormal
imun ATAU
Seseorang dapat didiagnosis dengan SLE jika ada 4 atau lebih dari 11 kriteria di
atas, secara serial atau bersamaan, selama interval pengamatan.
sensitifitas 85% dan spesi•isitas 95%. Sedangkan bila hanya 3 kriteria dan salah
satunya ANA positif, maka sangat mungkin LES dan diagnosis bergantung pada
pengamatan klinis. Bila hasil tes ANA negatif, maka kemungkinan bukan LES.
Apabila hanya tes ANA positif dan manifestasi klinis lain tidak ada, maka belum
Kecurigaan akan penyakit SLE bila dijumpai 2 atau lebih keterlibatan organ
vaskulitis.
26
6. Gastrointestinal : mual, muntah, nyeri abdomen.
hepatomegali).
Penyakit LES dapat dikategorikan ringan atau berat sampai mengancam nyawa
c. Fungsi organ normal atau stabil, yaitu: ginjal, paru, jantung, gastrointestinal,
susunan saraf pusat, sendi, hematologi dan kulit. Contoh SLE dengan
manifestasi arthritis.
c. Serositis mayor
27
3. Kriteria SLE derajat berat dan dapat membahayakan jiwa:
e. Kulit: vaskulitis berat, ruam difus disertai ulkus atau melepuh (blister).
28
3.7 Terapi
Keterangan :
TR : tidak respon
RS : respon sebagian,
RP : respon penuh
OAINS : obat anti inflamasi non steroid,
CYC : siklofosfamid,
NPSLE : neuropsikiatri SLE.
KS : kortikosteroid setara prednison
AZA : azatioprin
MP : metilprednisolon
● Edukasi
selalu diingatkan untuk tidak terlalu banyak terpapar oleh sinar matahari.
● Terapi konservatif
memberikan efek yang baik, harus segera distop. Pemberian klorokuin <3
kortikosteroid.
30
✓ Lupus kutaneus
Penggunaan suncreen topikal berupa krem, minyak , lotio atau gel yang
dan fragilitas.
rendah.
● Terapi Agregasif
31
berat , mielopati, neuro perifer dan krisis lupus ( demam tinggi dan
oral dosis tinggi, kemudian dilanjutkan dengan dosis oral prednison 1-1,5
mg/kgBB/hari.
Bolus siklofosfamid intravena 0,5-1 gr/m2 dalam 250 ml, NaCl 0,9%
selama 60 menit diikuti dengan pemberian cairan 2-3 liter/24 jam setelah
3. penderita SLE kambuh yang telah diterapi dengan steroid jangka lama
atau berulang.
32
diturunkan 25%. Kegagalan menekan jumlah leukosit sampai 4000/ml
azoospermia.
:defisiensi IgA.
33
penting untuk arteri karotis interna. Antikoagulan lupus, biasanya
apapun.
✓ Trombositopeni
✓ Lupus Nefritis1,9
Ginjal merupakan organ yang sering terlibat pada pasien dengan LES.
Lebih dari 70% pasien LES mengalami keterlibatan ginjal sepanjang perjalanan
darah.
Bila tersedia fasilitas biopsi dan tidak terdapat kontra indikasi, maka
prognosis dan terapi yang tepat. Klasifikasi kriteria World Health Organization
Nephrolog dan Renal Pathology Society (ISN/RPS) tahun 2003 Klasfikasi WHO
dinilai berdasarkan pola histologi dan lokasi dari imun kompleks, sementara klasi
ikasi ISN/RPS juga membagi menjadi lesi fokal, difus, aktif, tidak aktif, dan
kronis.
35
pemeriksaan urin analisis, proteinuria, serum kreatinin, serologi anti dsDNA dan
C3.
36
Terdapat beberapa variabel klinis yang dapat mempengaruhi prognosis.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil akhir buruk tersebut adalah ras
Lupus Nefritis9
a. Semua pasien lupus nefritis seyogyanya menjalani biopsi ginjal bila tidak
dokter ahli dibidang biopsi ginjal, oleh karena terapi akan sangat berbeda pada
diperlukan.
c. Obati hipertensi seagresif mungkin. Target tekanan darah pada pasien dengan
kolesterol serum < 180 mg/dL, risiko kardiovaskular pada pasien dengan LES
masih meningkat pada kolesterol serum 200 mg/dL. Pasien lupus dengan
e. Deteksi dini dan terapi agresif terhadap infeksi pada pasien lupus, karena
lebih dari 7,5 mg/hari dan diberikan dalam jangka panjang (lebih dari 3 bulan).
darah, kolesterol, fungsi hati, berat badan, kekuatan otot, fungsi gonad, dan
densitas massa tulang. Hal ini dimonitor sesuai dengan situasi klinis dimana
38
h. Pasien dianjurkan untuk menghindari obat anti inflamasi non steroid, karena
diperlukan, maka diberikan dengan dosis rendah dan dalam waktu singkat,
i. Kehamilan pada pasien lupus nefritis aktif harus ditunda mengingat risiko
morbiditas dan mortalitas bagi ibu dan janin, termasuk kejadian gagal ginjal
juga meningkat.
Manifestasi klinis NPSLE sangat beragam mulai dari disfungsi saraf pusat sampai
saraf tepi dan dari gejala kognitif ringan sampai kepada manifestasi neurologik dan
39
3.8 Prognosis
organ-organ yang terlibat, dan lama waktu remisi. SLE tidak dapat disembuhkan,
40
BAB IV
KESIMPULAN
menimbulkan inflamasi dan cedera terutama pada persendian, kulit, darah dan
organ-organ internal. Ratio wanita dan perempuan yang mengalami penyakit ini
9-14:1 .
Penyakit lupus ditandai oleh interaksi yang simultan dan sekuensial yang
melibatkan :
- Sitokin
- (Auto) antibodi
- (Auto) antigen
- Kompleks imun
- Komplemen
Penatalaksanaan pada LES dapat dilakukan dengan dua cara yaitu terapi non
41
DAFTAR PUSTAKA
5. Rosani, S dan Isbagio H., 2014. Kapita Selekta. Jilid II. Edisi IV.
Jakarta : Media Aesculapius.
42