Anda di halaman 1dari 5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Gigitan Ular

2.1.1 Definisi Ular

Gigitan ular (snake bite) dapat disebabkan ular berbisa dan ular tidak berbisa. Gigitan ular yang
berbisa mempunyai akibat yang beragam mulai dari luka yang sederhana sampai dengan
ancaman nyawa dan menyebabkan kematian (BC&TLS, 2008). Racun ular adalah racun hewani
yang terdapat pada ular berbisa. Racun binatang adalah merupakan campuran dari berbagai
macam zat yang berbeda yang dapat menimbulkan beberapa reaksi toksik yang berbeda pada
manusia. Sebagian kecil racun bersifat spesifik terhadap suatu organ, beberapa mempunyai efek
pada hampir setiap organ. Kadang-kadang pasien dapat membebaskan beberapa zat farmakologis
yang dapat meningkatkan keparahan racun yang bersangkutan. Komposisi racun tergantung dari
bagaimana binatang menggunakan toksinnya. Racun mulut bersifat ofensif yang bertujuan
melumpuhkan mangsanya, sering kali mengandung faktor letal. Racun ekor bersifat defensive
dan bertujuan mengusir predator, racun bersifat kurang toksik dan merusak lebih sedikit jaringan.
(Askep gawat darurat 2016 hal.-208) Bisa adalah suatu zat atau substansi yang berfungsi untuk
melumpuhkan mangsa dan sekaligus juga berperan pada sistem pertahanan diri. Bisa tersebut
merupakan ludah yang termodifikasi, yang dihasilkan oleh kelenjar khusus. Kelenjar yang
mengeluarkan bisa merupakan suatu modifikasi kelenjar ludah parotid yang terletak di setiap
bagian bawah sisi kepala di belakang mata. Bisa ular tidak hanya terdiri atas satu substansi
tunggal, tetapi merupakan campuran kompleks, terutama protein, yang memiliki aktivitas
enzimatik. (Askep gawat darurat 2016 hal.-208)

2.1.2 Ciri-Ciri Ular Berbisa Dan Tidak Berbisa

Tidak ada cara sederhana untuk mengidentifikasi ular berbisa. Beberapa spesies ular tidak

berbisa dapat tampak menyerupai ular berbisa. Namun, beberapa ular berbisa dapat dikenali

melalui ukuran, bentuk, warna, kebiasaan dan suara yang dikeluarkan saat merasa terancam.

Beberapa ciri ular berbisa adalah bentuk kepala segitiga, ukuran gigi taring kecil, dan pada luka

bekas gigitan terdapat bekas taring.


Tabel 2.1. Ciri-ciri ular berbisa dan tidak berbisa

Ciri Ular Tidak Berbisa Berbisa


Bentuk Kepala Bulat Elips
Gigi Taring Gigi kecil 2 Gigi Taring Besar
Bekas Gigitan Lengkung Seperti U Terdiri dari 2 Titik
Warna Warna-Warni Gelap

(Dokter Yuda Bedah. 201)

2.1.3 Sifat Bisa Ular

Terdiri dari 7 sifat Bisa ular. (Askep gawat darurat 2016 hal.-210).

1. Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah (hematoxic)

Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah, yaitu bisa ular yang menyerang dan merusak

(menghancurkan) sel-sel darah merah dengan jalan menghancurkan stroma lecethine (dinding sel

darah merah), sehingga sel darah menjadi hancur dan larut (hemolysin) dan keluar menembus

pembuluh-pembuluh darah, mengakibatkan timbulnya perdarahan pada selaput tipis (lender)

pada mulut, hidung, tenggorokan, dan lain-lain.

2. Bisa ular yang bersifat saraf (Neurotoxic)

Yaitu bisa ular yang merusak dan melumpuhkan jaringan-jaringan sel saraf sekitar luka gigitan

yang menyebabkan jaringan-jaringan sel saraf tersebut mati dengan tanda-tanda kulit sekitar luka

gigitan tampak kebiru-biruan dan hitam (nekrotis). Penyebaran dan peracunan selanjutnya

mempengaruhi susunan saraf pusat dengan jalan melumpuhkan susunan saraf pusat, seperti saraf

pernafasan dan jantung. Penyebaran bisa ular keseluruh tubuh, ialah melalui pembuluh limfe.

3. Bisa ular yang bersifat Myotoksin

Mengakibatkan rabdomiolisis yang sering berhubungan dengan maemotoksin. Myoglobulinuria

yang menyebabkan kerusakan ginjal dan hiperkalemia akibat kerusakan sel-sel otot.
4. Bisa ular yang bersifat kardiotoksinMerusak serat-serat otot jantung yang menimbulkan

kerusakan otot jantung.

5. Bisa ular yang bersifat cytotoksin

Dengan melepaskan histamin dan zat vasoaktifamin lainnya berakibat terganggunya

kardiovaskuler.

6. Bisa ular yang bersifat cytolitik

Zat ini yang aktif menyebabkan peradangan dan nekrose di jaringan pada tempat gigitan.

7. Enzim-enzim

Termasuk hyaluronidase sebagai zat aktif pada penyebaran bisa.

2.1.4 Tanda Dan Gejala Khusus Pada Gigitan Family Ular

Secara umum, akan timbul gejala lokal dan gejala sistemik pada semua gigitan ular. Gejala lokal:

edema, nyeri tekan pada luka gigitan, ekimosis (kulit kegelapan karena darah yang terperangkap

di jaringan bawah kulit). Sindrom kompartemen merupakan salah satu gejala khusus gigitan ular

berbisa, yaitu terjadi oedem (pembengkakan) pada tungkai ditandai dengan 5P: pain (nyeri),

pallor (muka pucat), paresthesia (mati rasa), paralysis (kelumpuhan otot), pulselesness

(denyutan). (Askep gawat darurat 2016 hal.-211).

1. Gigitan Elapidae
Misal: ular kobra, ular weling, ular welang, ular sendok, ular anang, ular cabai, coral

snakes, mambas, kraits), cirinya:

1) Semburan kobra pada mata dapat menimbulkan rasa sakit yang berdenyut, kaku pada kelopak

mata, bengkak di sekitar mulut.

2) Gambaran sakit yang berat, melepuh, dan kulit yang rusak.

3) 15 menit setelah digigit ular muncul gejala sistemik. 10 jam muncul paralisis urat-urat di

wajah, bibir, lidah, tenggorokan, sehingga sukar bicara, susah menelan, otot lemas, kelopak mata
menurun, sakit kepala, kulit dingin, muntah, pandangan kabur, mati rasa di sekitar mulut dan

kematian dapat terjadi dalam 24 jam.

2. Gigitan Viperidae/Crotalidae
Misal pada ular tanah, ular hijau, ular bandotan puspo, cirinya:

1) Gejala lokal timbul dalam 15 menit, atau setelah beberapa jam berupa bengkak di dekat gigitan

yang menyebar ke seluruh anggota badan.

2) Gejala sistemik muncul setelah 50 menit atau setelah beberapa jam.

3) Keracunan berat ditandai dengan pembengkakan di atas siku dan lutut dalam waktu 2 jam atau

ditandai dengan perdarahan hebat.

3. Gigitan Hydropiidae
Misalnya, ular laut, cirinya:

1) Segera timbul sakit kepala, lidah terasa tebal, berkeringat, dan muntah.

2) Setelah 30 menit sampai beberapa jam biasanya timbul kaku dan nyeri menyeluruh, dilatasi

pupil, spasme otot rahang, paralisis otot, mioglobulinuria yang ditandai dengan urin warna coklat

gelap (ini penting untuk diagnosis), ginjal rusak, henti jantung.

4. Gigitan Crotalidae
Misalnya ular tanah, ular hijau, ular bandotan puspo, cirinya:

1) Gejala lokal ditemukan tanda gigitan taring, pembengkakan, ekimosis, nyeri di daerah gigitan,

semua ini indikasi perlunya pemberian polivalen crotalidae antivenin.

2) Anemia, hipotensi, trombositopeni.

2.1.5 Tanda Dan Gejala Lain Gigitan Ular Berbisa

Ada 5 tanda dan gejala lain gigitan ular berbisa (Askep gawat darurat 2016 hal.-211).
1. Efek lokal, digigit oleh beberapa ular viper atau beberapa kobra menimbulkan rasa sakit dan

perlunakan di daerah gigitan. Luka dapat membengkak hebat dan dapat berdarah dan melepuh.

Beberapa bisa ular kobra juga dapat mematikan jaringan sekitar sisi gigitan luka.

2. Perdarahan, gigitan oleh famili viperidae atau beberapa elapid Australia dapat menyebabkan

perdarahan organ internal, seperti otak atau organ-organ abdomen. Korban dapat berdarah dari

luka gigitan atau berdarah spontan dari mulut atau luka yang lama. Perdarahan yang tak

terkontrol dapat menyebabkan syok atau bahkan kematian.

3. Efek sistem saraf, bisa ular elapid dan ular laut dapat berefek langsung pada sistem saraf. Bisa

ular kobra dan mamba dapat beraksi terutama secara cepat menghentikan otot-otot pernafasan,

berakibat kematian sebelum mendapat perawatan. Awalnya, korban dapat menderita masalah

visual, kesulitan bicara dan bernafas, dan kesemutan.

4. Kematian otot, bisa dari russell’s viper (Daboia russelli), ular laut, dan beberapa elapid Australia

dapat secara langsung menyebabkan kematian otot di beberapa area tubuh. Debris dari sel otot

yang mati dapat menyumbat ginjal, yang mencoba menyaring protein. Hal ini dapat

menyebabkan gagal ginjal.

5. Mata, semburan bisa ular kobra dan ringhal dapat secara tepat mengenai mata korban,

menghasilkan sakit dan kerusakan, bahkan kebutaan sementara pada mata.

Anda mungkin juga menyukai