Anda di halaman 1dari 12

BAB I

ATOM DAN STRUKTUR ATOM

1.1. Tinjauan Umum


Kelakuan fisik suatu bahan dapat ditentukan oleh sejumlah besaran-besaran
yang dapat diukur, seperti konduktifitas listrik, koefisien muai, permeabilitas magnetik,
tetapan dielektrik, dan sebagainya. Secara umum besaran-besaran ini merupakan
fungsi dari variabel eksternal, seperti suhu, tekanan, frekuensi medan yang diberikan,
dsb. Hubungan fungsional antara besaran-besaran karakteristik bahan dengan
variabel eksternal dapat ditentukan dari hasil percobaan atau dari teori-teori yang
berkaitan. Hubungan ini berkaitan dengan sifat-sifat atom yang menyusun bahan.
Suatu bahan terdiri atas atom-atom, dan atom mengandung inti atom dan elektron-
elektron yang mengitari inti atom. Untuk menggambarkan atom dapat dibuat suatu
model atom yang sederhana. Model dipakai untuk memperoleh hubungan fungsional
yang tepat antara besaran-besaran tertentu.
Dalam pembahasan berikutnya diuraikan tentang beberapa sifat bahan.
Bahan yang dibahas merupakan bahan kristal padatan. Sifat padatan tidaklah
sesederhana dari jumlahan total dari sifat-sifat atom bahan yang membentuk
padatan. Pada kenyataannya, sifat seperti konuktivitas listrik padatan dapat
dimengerti karena adanya interaksi antar atom-atom. Interaksi ini dapat mengubah
sifat-sifat bahan padatan, dan sifat padatan berbeda dengan sifat atom-atom yang
berdiri sendiri-sendiri.

1.2. Atom dan Struktur Atom


Atom terdiri atas inti atom yang bermuatan positif dan elektron yang
bermuatan negatif yang berputar mengitari inti. Inti atom dibangun oleh sejumlah
partikel netral (neutron) dan sejumlah proton yang bermuatan positif. Muatan inti
ditentukan oleh jumlah proton yang dikandungnya, Z, muatan tiap proton adalah e
sama dengan 1.6 x 10-19 coulomb. Di dalam atom yang netral jumlah elektron sama
dengan Z, muatan elektron sama dengan -e. Masa elektron adalah me = 9.107x10 -31
kg, sekitar se-per-1836 dari masa proton. Secara praktis keseluruhan atom
terkonsentrasi di dalam inti atom.
Ukuran atom ber-orde sekitar 1 angstrom = 10 -10 m. Radius elektron berorde
sekitar 10-15 m. Sebagai konsekuensinya, representasi tentang elektron klasik
menganggap elektron seperti 'kosong'. Tetapi interpretasi mekanika gelombang lebih
menggambarkan gerakan elektron disekitar inti atom sebagai distribusi muatan yang
kontinyu. Bentuk distribusi muatan ditentukan oleh keadaan gerakan elektron.
Perbedaan antara representasi semi klasik elektron dengan representasi mekanika
gelombang dapat dijelaskan dengan baik oleh teori kuantum Bohr (1913), dan
dengan membandingkan hasil ini dengan yang telah didapatkan pada dasar
mekanika gelombang.
Gambar 1.1. Gaya yang bekerja pada sebuah elektron pada
atom hidrogen yang mengorbit pada lintasan melingkar.

Atom hidrogen terdiri atas sebuah elektron yang bergerak dalam medan
proton. Dengan menganggap putaran elektron seperti gerakan titik yang berorbit
melingkar dengan radius r di sekitar proton, stabilitas orbit mencapai keseimbangan
antara gaya Coulomb pada elektron dengan gaya sentrifugal. Sehingga dengan
mengacu pada Gambar 1.1 didapatkan:
mv 2 e2
= Fc ; dengan Fc  1.1
r 4  o r 2
dengan v adalah kecepatan elektron dalam orbit, dan o = 8.854x10 -12 farad/meter.
Energi total elektron, W, dalam keadaan bergerak sama dengan energi kinetik
((1/2)mv2) ditambah dengan energi potensial yang dihasilkan oleh medan coulomb
proton. Pendefinisian energi potensial elektron akan bernilai nol untuk r mendekati tak
hingga, sehingga:
1 e2
W m v2  1.2
2 4  o r
dengan mensubstitusikan ((1/2)mv2) dari persamaan 1.1 ke dalam persamaan 1.2,
didapatkan :
e2
W  1.3
8 o r
Tanda negatif menunjukkan bahwa elektron kehilangan energi dalam orbit r, sehingga
untuk r tak berhingga energi ini akan bernilai nol. Di sisi lain, elektron berada dalam
medan inti atom, maka diperlukan energi untuk mempertahankannya dari inti, yaitu
sama dengan besaran positif -W. Model atom klasik ini tidak stabil karena energi akan
menurun secara kontinyu sebagai hasil dari emisi radiasi elektromagnetik; sehingga
elektron bergerak dalam spiral. Untuk mempertahankan orbitnya, dengan postulat
Bohr kondisi kuantum dalam gerakan elektron diasumsikan hanya dengan orbit-orbit
melingkar, yang akan stabil untuk momentum anguler sama dengan perkalian integer
h/2 , dengan h=6.62x10-34 joule detik, yang menyatakan konstanta Plank. Secara
matematis kondisi kuantum untuk orbit melingkar dapat dinyatakan dengan
persamaan 1.4:
nh
mvr  dengan n = 1,2,3,... 1.4
2

2
Berdasarkan postulat ini, diperoleh sejumlah level tenaga Wn yang dipakai pada orbit
elektron tertentu. Dengan mensubstitusikan v2 dari persamaan 1.4 dengan
persamaan 1.1, didapatkan radius orbit lingkaran :

 o h2 2
rn  n  0,529 x 10 -10 n 2 meter 1.5
 me 2

Sehingga radius terkecil adalah 0.529 angstrom; dan kemudian 4, 9, 16, ... kali radius
terkecil. Energi elektron yang hanya merupakan deret dari nilai yang diskret, Wn,
dinyatakan dengan
m e4 1 13,6
Wn    2 eV 1.6
8 o h n
2 2 2
n

(1eV = 1.6x10 -19 Joule). Pada keadaan terendah (ground state) elektron berada
dalam medan proton dengan energi sebesar 13,6 eV, merupakan energi ionisasi atom
hidrogen. Secara matematis aras-aras energi dinyatakan dalam Gambar 1.2.
n=~
0

n=3

n=2

Energi elektron

-13,6 ev
n=1

Gambar 1.2. Aras-aras energi elektron pada atom hidrogen.

Peralihan elektron dari aras energi Wn1 ke Wn2 disebut sebagai emisi atau absorbsi
radiasi elekrto-magnetik dengan frekuensi f sebagai
h f =  Wn1 – Wn2  1.7

Postulat Bohr yang dinyatakan dalam persamaan 1.4 memperoleh arti fisik yang
terbatas bila dipertimbangkan dalam aturan mekanika gelombang. Di dalam mekanika
gelombang partikel dinyatakan dalam gelombang; intensitas gelombang dalam
elemen volume ruangan tertentu dinyatakan sebagai kemungkinan ditemukannya
partikel dalam elemen volume tersebut. Sehingga mekanika gelombang tidak
memberikan jawaban atas keberadaan partikel pada saat tertentu, melainkan
kemungkinan menemukan partikel dalam elemen kecil volume dari suatu ruangan.
Penggambaran atom pada mekanika gelombang berakhir dengan distribusi muatan
dari elektron yang ditentukan. Fungsi gelombang yang menyatakan gelombang dan

3
seterusnya menentukan distribusi muatan elektron disebut dengan persamaan
gelombang Scrodinger. Persamaan ini merupakan persamaan deferensial parsial
yang menggantikan persamaan Newton klasik. Dalam terapan pada gerakan elektron
yang bergerak di dalam medan proton, didapatkan penyelesaian fisik yang dapat
diterima sebagai fungsi gelombang hanya untuk nilai-nilai bulat dari bilangan
kuantum.

bilangan kuantum utama n = 1,2,3,... 1.8


bilangan kuantum momentum anguler l = 1,2,...,(n-1) 1.9
bilangan kuantum magnetik ml = l,(l-1),...,-(l-1),-l 1.10

Dalam mekanika kuantum bilangan kuantum muncul sebagai konsekuensi alami dari
gelombang alami bahan.

Rapat muatan atom hidrogen pada ground state adalah:

1.11
r1 = 0.529 Å (orbit Bohr pertama)
Muatan total yang berhubungan dengan distribusi muatan sama dengan muatan
elektron:

 r  0 4  r2  (r) dr = - e 1.12

r r1 r
Gambar 1.3. (a) Rapat muatan atom hidrogen pada ground state.
(b) Penggambaran persamaan 1.12.

Jumlah muatan yang terkandung pada sel antara dua materi bila konsentris dengan
radius r dan (r + dr) dapat dijelaskan dengan pernyataan integral 1.12. Nilai
maksimum integral yakni pada saat r = r1 (radius Bohr pertama). Bilangan kuantum l
sama dengan momentum anguler elektron, angka kuantum m l sama dengan
komponen momentum anguler sepanjang arah tertentu, misalnya arah medan magnet
eksternal.

4
1.3. Tata Nama Berkaitan dengan Electronic States
Kumpulan bilangan-bilangan kuantum n, l, dan m akan menentukan keadaan
dari elektron. Pada aras energi terendah (n = 1), l dan ml keduanya bernilai nol;
sehingga ground state atom hidrogen dinyatakan dengan: n=1, l=0, ml=0. Untuk aras
energi yang lebih besar, akan terdapat beberapa variasi yang mungkin misalnya :
n = 2. l = 0, ml = 0
n = 2. l = 1, ml = 1 1.13
n = 2. l = 1, ml = 0
n = 2. l = 1, ml = -1
Dalam fisika atom, keadaan dengan nilai l parsial mempunyai nama yang tertentu
pula, misal:
l=0 disebut dengan s-state
l=1 disebut dengan p-state
Nama-nama ini diturunkan dari tata nama yang dipakai untuk mengelompokkan garis-
garis spektrum atom. Nama-nama yang berhubungan dengan berbagai l :
l= 0 1 2 3 4 1.14
nama: s p d f g

Jika diketahui bilangan kuantum n, ada berapa keadaan elektronis yang mungkin?.
Jika diberikan nilai l maka jumlah kemungkinan nilai ml ada (2l + 1).
Bilangan total dari state bila diketahui n adalah
l=n-1
S (2l+1) = 1+3+...+[2(n-1)+1] 1.15
l=0
= n2
Dalam hal ini ditekankan bahwa aras energi tidak sama dengan 'keadaan elektronis'.
Aras energi ditentukan oleh n, sedangkan state oleh n2. Energi elektron ditentukan
pula oleh bilangan kuantum l dan ml, namun perbedaan antara sebuah elektron
dalam state n, l1, ml1, dengan elektron dengan state n, l2, ml2, adalah sangat kecil
dibandingkan dengan perbedaan energi antara dua state yang memiliki n yang
berbeda-beda. Kelompok state yang berhubungan dengan nilai n yang diketahui,
dapat ditentukan dengan sel elektron
n = 1 2 3 4 ...
sel: K L M N ...
1.4 Konfigurasi Elektron suatu Atom
Atom yang memiliki lebih dari satu elektron, terdapat tata-nama yang diberikan
untuk elecrtonic state. Untuk menentukan keadaan elektron dipakai aturan Pauli,

5
yakni: state kuantum yang diberikan ditentukan oleh tiga bilangan kuantum dapat
dicakup dengan tidak lebih dari dua elektron (angka 2 muncul dari bilangan kuantum
spin (s), yang memiliki dua nilai kemungkinan). Misal untuk sel K, suatu atom yang
berhubungan dengan n=1, terdiri dari hanya satu state, maka n = 1, l = 0, ml = 0.
Sesuai dengan aturan Pauli, tidak bisa lebih dari dua elektron dalam sel K. Dalam sel
L yang berhubungan dengan n=2, memiliki 4 buah nilai n , l, ml, yang berbeda, dan
tidak bisa lebih dari dua elektron dalam sel L. Secara umum, sel elektron yang
berhubungan dengan bilangan kuantum utama n dapat mengandung elektron tidak
lebih dari 2n2.
Tabel 1.1. Konfigurasi Elektron dari Nomor Atom Tertentu

Hukum-hukum ini sangat penting untuk menginterpretasikan sistem periodik


dari bahan dalam konfigurasi elektron atom. Selanjutnya acuan didapatkan pada
Tabel 1.1, yakni konfigurasi elektron dari nomor atom tertentu. Dari tabel terlihat

6
bahwa sampai atom ke -18 pengisian state elektronis terpenuhi secara lengkap, dan
aras-aras yang terbesar tidak terisi sebelum aras-aras di bawahnya terisi oleh
elektron maksimum yang mungkin sesuai dengan nomor elektron. Namun dalam
potasium (Kalium - K), pada aras ke-4s mengandung 1 elektron sedangkan pada 3d
belum terisi. Hal ini berkelanjutan sampai elemen ke-28 (Nikel - Ni), dan terisi secara
maksimum saat elemen ke-29 (Tembaga - Cu), yang terisi maksimum, yakni 10
elektron. Kelompok elemen yang memiliki bagian sel yang lebih terdalam tidak terisi
elektron disebut dengan kelompok elemen-elemen transisi. Kelompok yang state ke-
3d-nya ada kekosongan disebut dengan kelompok logam. Sifat-sifat kimia atom
terutama ditentukan oleh konfigurasi elektron terluar. Sehingga elemen seperti logam-
logam alkali (Li, Na, K, Rb, dan Cs) semuanya memiliki sebuah elektron terluar, dan
semuanyamempunyai sifat-sifat yang yang hampir sama secara kimiawi.
Bila atom A dibawa ke atom lain B, elektron dalam atom A menjadi subyek
gaya yang tidak bisa muncul dalam atom B. Tetapi atom A yang lebih dalam, di bawah
pengaruh dari medan Coulomb yang kuat yang dihasilkan oleh inti atom A, dan
kemudian medan yang dihasilkan oleh atom B akan banyak berkurang bila mereka
membentuk ikatan dengan ikatan atom terluar yang lebih lemah. Medan yang
terkacaukan bisa menggoyahkan distribusi muatan elektron terluar atom A dan B,
sehingga akan menghasilkan ikatan kimia.

1.5. Ikatan Kimia dan Klasifikasi Padatan


Beberapa hal perlu diketahui untuk membahas ikatan kimia, karena jenis
ikatan antar atom menentukan sifat-sifat elektrik dan sifat-sifat fisik yang lain dari
bahan padatan. Dalam bahan padat ada dua gaya yang bekerja antar atom: gaya
tarik (attractive) dan gaya tolak (repulsive). Gaya tarik ialah gaya yang menempatkan
atom hingga membentuk suatu padatan. Gaya tolak gaya yang perlu diperhatikan
saat berusaha menekan padatan. Argumen ini diterapkan cukup baik pada liquid, dan
dalam kenyataannya pada molekul tunggal. Tetapi perlu diketahui bahwa kadang-
kadang muncul gaya tarik dan gaya tolak antar atom-atom tetapi tidak cukup
menjamin formasi kestabilan ikatan kimia. Hal ini dapat diilustrasikan dengan model
berikut: Anggap dua atom A dan B yang berusaha memakai gaya tarik dan tolak
masing-masing atom, sehingga energi potensial atom B dalam medan A diberikan
oleh:
 
W(r) =  n
+ 1.16
r rm
dengan r adalah jarak antar pusat atom; n dan m adalah pangkat positif tertentu, 
dan  adalah konstanta positif yang menentukan kekuatan gaya tarik dan kekuatan
gaya tolak. Untuk r menuju tak berhingga, energi potensial partikel dalam masing-
masing medan akan hilang. Akankah partilel ini membentuk campuran yang stabil ?
Jawabannya: akan mencapai keadaan stabil bila fungsi W(r) memiliki harga minimum
untuk r tertentu. Jika nilai minimum didapatkan, maka dua atom akan membentuk
campuran yang stabil dengan jarak antaranya sebesar ro untuk W(r) yang minimum;
energi yang diperlukan untuk menggabungkan molekul akan sama dengan besaran
positif -W(r). Saat W(r) berharga minimum, faktor pangkat n dan m pada persamaan
1.16 akan sesuai untuk keadaan
m>n 1.17

7
Gambar 1.4. Energi potensial antara dua atom
sebagai fungsi dari jarak antar atom.
Dengan kata lain, gaya tarikan akan bervariasi terhadap r secara lebih lambat dari
pada gaya tolakan. Secara kualitatif, hal ini telihat nyata dari bentuk energi tarikan
dan energi tolakan pada Gambar 1.4. Secara matematis dapat ditunjukkan sebagai
berikut. Jika W(r) menunjukkan nilai minimum untuk r = ro maka dikehendaki :
(dW/dr)r=ro = 0 atau
(m-n)
ro = (m/n) (/) 1.18
dan pada saat yang sama :

(d2W/dr 2)r=ro = -(n(n+1)/ron+2)+(m(m+1rom+2) 1.19

Gaya yang bereaksi diantara atom adalah elektrostatis alami, seperti


dijelaskan pada bagian awal, yang ditentukan secara mendalam, fungsi gelombang
elektron terluar diganggu oleh kehadiran atom lainnya pada jarak yang dekat. Di
dasarkan pada jenis ikatan kimia, padatan diklasifikasikan sebagai berikut.
1. Kristal Ionik (NaCl, KF)
2. Kristal Valensi (C, Si, Ge, SiC)
3. Logam (Cu, Ag, Fe)
4. Kristal van der Waals (argon padat, CH4)
a. Kristal Ionik
Kristal ionis terbentuk oleh dua macam atau lebih atom yang berbeda dengan
mempertimbangkan kecenderungan untuk memberikan atau menerima elektron.
Sebagai contoh saat penggabungan atom Na dan atom Cl . Energi yang diperlukan
untuk atom Na menjadi ion positif dan Cl menjadi ion negatif lebih kecil dari pada
atom dalam keadaan netral. Elektron terluar 3s dari Na ditransfer ke atom Cl yang
akan diperoleh kestabilan konfigurasi 6-elektron dalam state 3p. Ionisasi atom Na
memerlukan tenaga sebesar 5.1 ev, sedangkan energi yang diperoleh dengan
meletakkan elektron pada atom Cl adalah sebesar 4 ev. Terlihat bahwa adnya
perbedaan antara energi yang diperlukan untuk ionisasi Na dan Cl. Hal ini terjadi bila
jarak antara dua atom cukup jauh. Namun bila terjadi pada jarak yang cukup dekat
antara ion Na+ dan ion Cl-, energi yang diperoleh merupakan hasil gaya tarik coulomb

8
antar ion. Sehingga dalam keadaan padat NaCl dibangun oleh ion Na + dan Cl-,
menjadi netral. Gaya Coulomb antar ion-ion yang bertanggung jawab memegang ion-
ion sehingga menjadi berikatan. Oleh karena elektron dalam ion-ion merupakan
ikatan yang agak erat, kristal ionik umumnya tidak menunjukkan adanya konduktivitas
listrik bila dilihat dari gerakan elektron bebas. Tetapi pada suhu yang meningkat dapat
memperlihatkan adanya sedikit konduktifitas listrik yang diasosiasikan dengan
gerakan ion-ion dibawah pengaruh medan listrik.
Padatan ionik dibentuk oleh unsur unsur yang berada disebelah kiri pada tabel
periodik unsur dengan elemen-elemen yang berada di sebelah kanan dalam sistem
periodik unsur.Sehingga halida alkali dibentuk oleh logam-logam alkali Li, Na, K, Rb,
Cs, dengan Halogen F2, Cl2, Br2, I2; merupakan ikatan ionik yang kuat. Di lain hal,
campuran seperti BaS kemungkinan merupakan ionik yang lemah, karena atom
barium dua elektron valensinya tidak lengkap. Elemen seperti In pada kolom ketiga
tabel periodik unsurdan elemen Sb pada kolom kelima memberikan suatu campuran
(dalam hal ini indium antimonide, SbIn) yang mempunyai watak ionik yang kecil. Hal
ini mendandakan adanya klasifikasi khusus dan kebanyakan padatan memiliki ikatan
kimia yang berada di pada kelompok ikatan ionik dan ikatan valensi.

b. Kristal Valensi
Dalam kristal valensi seperti intan, silikon, germanium, atom-atomnya netral.
Hal ini dikarenakan semua atomnya ekivalen dan tidak ada alasan akan adanya
ionisasi. Seperti pada atom silikon karbida atom-atomnya masih netral, meski mereka
berbeda jenis atomnya. Namun dalam SiC ada sedikit ionisasi karena atomnya
berebeda. Dalam kristal valensi yang benar, ikatan antar atom dilakukan oleh peran
dari penggunaan elektron valensi. Atom valensi atau homopolar, ini dapat dimengerti
hanyadalam teori mekanika gelombang. Pada prinsipnya, ikatan ini sama dengan
ikatan yang terjadi pada dua atom hidrogen. Ikatan valensi dapat begitu kuat, seperti
yang dapat disaksikan oleh kekerasan intan dan karborundum.

c. Logam
Di dalam logam, fungsi gelombang elektron valensi sangat mudah digangu
oleh kehadiran atom tetangga, ektron-elektron ini pergi jauh dari inti atom sehingga
bisa bebas bergerak.Elektron valensi pada logam tidak dapat bergabung dengan
partikel atom; mereka dimiliki oleh semua atom. Ada persamaan antara kristal valensi
dengan logam, dalam hal elektron valensi yang dimiliki oleh atom lain. Namun pada
kristal valensi elektron valensinya dimiliki hanya oleh atom tetangga terdekat, sedang
dalam logam elektron valensi dimiliki oleh semua atom. Sehingga logam merupakan
gabungan ion positif yang dikelilingi oleh lautan elektron valensi yang bermuatan
negatif. Gaya tarik yang memegang atom-atom bersama-sama, meningkat sebagai
konsekuensi gaya tarik coulomb antara ion positif dan distribusi ion negatif.
Kesamaan antara ikatan valensi dan logam akan dibahas selanjutnya dalam semi
konduktor.
d. Kristal van der Waals
Atom yang jarang-jarang yang berada dalam gas seperti helium argon dan
neon secara kimiawi mereka tidak aktif, mereka tidak membentuk campuran dengan
atom yang lain. Fungsi gelombang elektron terluar tidak mudah diganggu oleh
kehadiran atom lain. Ketidak-aktihan kimia ini menandakan sel elektron terluar

9
memiliki derajad kestabilan yang tinggi. Sehingga bahan ini selalu dalam keadaan gas
pada suhu normal, pada suhu amat rendah gas seperti argon bisa berbentuk padat.
Apa yang memegang atom-atom ini secara kimiawi ? Dalam gambaran klasik, gaya
tarik yang lemah ini muncul sebagai konsekuensi bahwa elektron bergerak mengitari
inti atom dapat dianggap merepresentasikan rotasi dari dwikutub listrik. Dwikutub ini
akan menginduksi sebuah dwikutub atom tetangga. sehingga hasilnya adalah tarikan
antar dwikutub-dwikutub atom. Dari analisa matematis, gaya yang bekerja pada atom-
atom netral ini diacu sebagai gaya van der Waals. Ada tingkat interaksi yang lebih
besar disamping antar dwikutub, seperti dwikutub-quadrupole, quadrupole-
quadrupole, dan sebagainya. Gaya semacam ini bekerja pada atom netral, banyak
molekul organik membentuk kumpulan (agregate), yakni molekul-molekul terpegang
oleh gaya van der Waals.

Logam atom Ge,Si Kristal


tunggal Valensi
Bi
(Ag,Cu) ( C ) S,P,Se

Kristal
SiO
van der Walls
SiC
(Ar,CH )
FeS
Mg Sb Kristal TiO
Paduan (NiCu) Ionik
(NaCl)

Gambar 1.5. Pengelompokan bahan padat.

Klasifikasi yang telah dijelaskan di atas diringkaskan pada gambar 1.5. Dimulai dari
sudut kiri atas, didapatkan logam dengan elektron valensi yang dimiliki oleh
keseluruhan atom. Selanjutnya adalah kristal valensi, dengan elektron valensinya
dipunyai oleh atom tetangga terdekat. Diantara kedua hal ini, pada suhu ruangan
terdapat bahan semi penghantar seperti Ge dan Si. Pada suhu nol mutlak Ge dan Si
menjadi ikatan valensi murni. Ada juga kasus antara ikatan valensi dengan van der
Waals, seperti sulfur, phosfor, dan selenium. Sekarang pada sisi bawah, ada paduan
logam seperti NiCu. Selanjutnya, misal jika ada dua logam A dab B secara kimiawi
berbeda, atom A memiliki kecenderungan untuk menjadi ion positif sedangkan B
cenderung menjadi ion negatif, sehingga paduan dari Mg dan Sb membentuk sebuah
campuran tertentu dengan komposisi Mg3Sb2, berhubungan dengan ion Mg2+ dan ion
Sb3-, walaupun bukan menjadi ikatan ionik murni. Kejadian ini terdapat diantara
paduan dan ikatan ionik. Di antara kristal ionik dengan kristal valensi terdapat
campuran seperti SiC dan SiO 2, di sini ikatan ada sebagian ionik dan muncul
sebagian dari penggunaan elektron bersama. Bahan seperti FeS dan TiO 2 terdapat
diantara kristal ionik dengan van der Waals. Sehingga ada ikatan ionik pada lapisan
atom, lapisan dipegang bersama sebagian oleh gaya van der Waals.

1.6. Susunan Atom dalam Padatan


Padatan yang dibahas dalam materi ini kebanyakan berupa kristal; yakni
atom-atom atau ion-ion yang tersusun secara teratur. Dalam kenyataannya material
poli kristal mengandung butiran-butiran susunan atom yang berderetan tetapi
menunjukkan ketidak teraturan dari butiran yang satu ke butiran yang lain. Butiran-

10
biutiran ini bisa kecil, berdiameter 10 -6 m, atau lebih besar. Jika atom ditumpuk dalam
cara yang teratur menjadi suatu model yang makroskopik, disebut dengan kristal
tunggal. Dalam kristal tunggalatau dalam satu butiran, selalu ada ketidakteraturan
tertentu atau cacat. Sehingga ada atom yang salah tempat dari yang seharusnya
muncul pada kristal yang benar. Kerusakan ini diacu sebagai vacant lattice sites
(kedudukan kisi kosong). Demikian halnya, selalu ada sejumlah atom tertentu yang
seharusnya menempati suatu posisi yang berada pada kristal tertentu tidak dapat
menempatinya, atom-atom seperti ini dinamakan dengan atom celah (interstitial
atom). Dalam banyak hal, cacad ini cukup penting untuk mengetahui sifat-sifat bahan,
misalnya konduktifitas ionik dari halida alkali, disebabkan karena adanya letak kisi
kosong; jika tidak ada kisi kosong ion-ion tidak akan bergerak dan konduktifitas ionik
akan menjadi nol untuk suhu berapapun. Dalam kristal ionik dan logam, difusi atom
didapatkan karena adanya kedudukan kisi kosong atau atom atom sela.
Disamping menyinggung cacad, ada sejumlah atom asing yang hadir dalam
suatu bahan. Ketidakmurnian ini dapat menentukan sifat-sifat fisik tertentu dari
bahan. Secara mendalam akan dibahas dalam semi penghantar, dimana besar
konduktifitas listrik dapat diubah sampai beberapa tingkat dengan penambahan
beberapa persen ketidakmurnian. Selanjutnya cacad dikenal sebagai kesalahan
tempat (dislocations); dislokasi dikenal sebagai deformasi plastis suatu bahan. Dalam
sub bab ini selanjutnya akan dibahas tentang susunan atom dalam kristal yang
sempurna.
Sifat karakteristik umum kristal adalah struktur yang periodis, kristal
merupakan pengulangan dalam tiga dimensi dari pola satuantipe tertentu . Misalnya
pada gambar 1.6 untuk struktur kristal NaCl, struktur ini merupakan halida alkali,
kecuali untuk garam rubidium dan garam cesium. Titik-titik menggambarkan inti ion
Na+, dan lingkaran menggambarkan inti ion Cl-. Dalam kristal nyata ion-ion tetangga
saling bersentuhan dan tentu saja tidak seperti yang digambarkan di sini. Dapat
dilihat bahwa ion Na+ menempati sudut kubus dan juga pada pusat sisi kubus.
Susunan seperti ini dinamakan FCC (Face Centered Cubic - Kubus Pemusatan Sisi)
Dari susunan ini secara lengkap akan ekivalen dengan kisi-kisi ion Cl -. Dengan
menumpuk kubus-kubus semacam ini dalam tiga dimensi akan didapatkan kristal
NaCl yang sempurna.

Gambar 1.6. Struktur NaCl. Gambar 1.7. Susunan FCC.


Contoh lain untuk FCC adalah seperti pada Gambar 1.7, dengan semua
atomnya identik. Susunan semacam ini dapat ditemukan dalam logam seperti Cu, Ag,
Au, Al, Ni, dan sejumlah lainnya. Beberapa kristal logam logam dikenal sebagai BCC
(Body Centered Cubic Kubus Pemusatan Badan ), dapat dilihat pada Gambar 1.8.
Dalam hal ini sudut kubus dan pusat kubus diisi oleh atom yang sama. Struktur
semacam ini dapat diperoleh pada Li, Na, K, dan Fe.

11
Gambar 1.8. Susunan FCC. Gambar 1.9. Struktur Cu2O.

Salah satu contoh struktur yang lebih rumit diberikan pada Gambar 1.9, untuk
bahan cuprous oxide (Cu2O). Di sini atom oksigen (atau ion) terdapat sebagai
susunan BCC, sedangkan atom Cu disusun pada sudut tetrahedron pada sekitar
pusat atom oksigen.
Tidak setiap benda berbentuk kristal, meskipun secara alami padatan pada
state kristal. Oleh karena energi untuk membentuk susunan atom biasanya lebih
rendah dari pada pengepakan atom yang tidak teratur. Atom yang memiliki susunan
yang tidak teratur disebut dengan amorphous. Ada lagi susunan molekul yang sangat
panjang yang sulit ditentukan susunannya, yakni yang disebut sebagai polymer.
--o0o--

12

Anda mungkin juga menyukai