Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PKN OTONOMI DAERAH

Disusun oleh : Fhadia Andita

Kelas : X MIA 1

Guru pengampu : Rifka Muhammad

MAN 11 JAKARTA

Jl. H. Gandun No.60, RT.7/RW.8, Lb. Bulus, Kec. Cilandak, Kota Jakarta Selatan, Daerah
Khusus Ibukota Jakarta 12440

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang OTONOMI DAERAH dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Dan juga kami berterima kasih kepada Bapak Eko Budiman selaku guru mata pelajaran
PKN yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Otonomi Daerah Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan.

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................................

DAFTAR ISI ..................................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................................................

A. LATAR BELAKANG .................................................................................................


B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................................
C. TUJUAN ......................................................................................................................

BAB 2 PEMBAHASAN ................................................................................................................

A. HAKIKAT OTONOMI DAERAH ............................................................................


B. SEJARAH OTONOMI DAERAH .............................................................................
C. OTONOMI DAERAH DAN PEMBANGUNAN DAERAH ...................................
D. KESALAHPAHAMAN TERHADAP OTONOMI DAERAH ...............................

BAB 3 PENUTUP .........................................................................................................................

A. KESIMPULAN ...........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

BAB 1

3
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Kesatuan Republik Indosesia yang terhimpun dari bermacam – macam suku dan
budaya dalam berbagai daerah dari Sabang hingga Merauke yang memliki banyak
perbedaan atas potensi Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia yang timbul karena
perbedaan letak geografis suatu daerah atau latar belakang sejarah daerah tertentu,
tentunya berbagai daerah tersebut membutuhkan penerapan kebijakan daerah yang
berbeda pula. Dalam hal ini bangsa Indonesia kini telah berhasil membentuk kebijakan
Otonomi Daerah yang memberikan kewenangan yang luas kepada pemerintah daerah untuk
mengatur daerahnya sendiri yang sesuai dengan karakter Sumber Daya Alam dan Sumber
Daya Manusia di daerahnya sendiri.
Kebijakan otonomi daerah yang memberikan kewenangan terhadap pemerintah daerah
tetap harus berpedoman pada undang – undang yang berlaku secara nasional di Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Tidak ada pertentangan antara kebijakan hukum secara
nasional dengan kebijakan hukum di daerah. Adanya perbedaan diantaranya sangat
dimungkinkan terjadi selama perbedaan tersebut tidak bertentangan dengan undang –
undang karena inti dari konsep pelaksanaan otonomi daerah adalah upaya memaksimalkan
daerah yakni, memaksimalkan hasil yang akan dicapai dan sekaligus menghindari kerumitan
dan hal – hal yang dapat menghambat pelaksanaan otonomi daerah. Dengan demikian,
tuntutan masyarakat dapat terjawab secara nyata dengan penerapan otonomi daerah yang
luas dan kelangsungan pelayanan umum tidak diabaikan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana hakikat otonomi daerah?


2. Bagaimana sejarah otonomi daerah di Indonesia?
3. Bagaimana hubungan otonomi daerah dengan pembangunan daerah?
C. Tujuan

1. Mengetahui hakikat otonomi daerah


2. Mengetahu sejarah otonomi daerah di Indonesia
3. Mengetahui hubungan otonomi daerah dengan pembangunan daerah

4
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Hakikat Otonomi Daerah

Terdapat dua undang – undang yang menjadi pedoman dasar pelaksanaan otonomi
daerah yakni, Undang - Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang
kemudian diganti oleh Undang - Undang Nomor 32 tahun 2004 dan Undang - Undang
Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang kemudian
diganti dengan Undang - Undang Nomor 33 tahun 2004. Otonomi daerah adalah
kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan
peraturan perundang – undangan.
Hakikat otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban suatu daerah untuk
membentuk dan menjalakan suatu pemerintahannya sendiri sesuai dengan peraturan
undang – undang yang berlaku, sebagaimana dijelaskan mengenai kewenangan daerah,
kewajiban kepala daerah dan hal – hal yang terkait dalam Undang – Undang yang telah
ditetapkan.

B. Sejarah Otonomi Daerah

Perjalanan bangsa Indonesia melalui berbagai sistem pemerintahan dan dipimpin


berbagai macam kepala pemerintahan serta munculnya masalah – masalah baru dalam
lingkungan pemerintah ataupun lingkungan masyarakat tentu sangat membutuhkan tatanan
hukum yang berbeda dari waktu ke waktu untuk mewujudkan kesejahteraan seluruh bangsa
Indonesia.
Keberadaan kebijakan mengenai Pemerintahan Daerah bukan merupakan hal yang final,
statis dan tetap tetapi membutuhkan pembaruan – pembaruan untuk mengatasi berbagai
keadaan dan masalah baru yang muncul. Berikut ini adalah sejarah perkembangan undang –
undang yang menjadi pedoman mengenai otonomi daerah :
1. UU No. 1 tahun 1945 mengatur Pemerintah Daerah yang membagi tiga jenis daerah
otonom yakni, keresidenan, kabupaten, dan kota.

5
2. UU No. 22 tahun 1948 mengatur susunan Pemerintah Daerah yang demokratis,
membagi dua jenis daerah otonom yakni, daerah otonom biasa dan otonomi istimewa, dan
tiga tingkatan daerah otonom yakni, provinsi, kab/ kota dan desa.
3. UU No. 1 tahun 1957 mengatur tunggal yang berseragam untuk seluruh Indonesia.
4. UU No. 18 tahun 1965 mengatur otonomi yang menganut sistem otonomi yang riil dan
seluas luasnya.
5. UU No.5 tahun 1974 mengatur pokok – pokok penyelenggaraan pemerintahan yang
menjadi tugas pemerintah pusat di daerah (prinsip yang dipakai : otonomi yang nyata dan
bertanggungjawab; merupakan pembaruan dari otoda yang seluas – luasnya dapat
menimbulkan pemikiran yang dapat membahayakan keutuhan NKRI, dan tidak serasi
dengan maksud dan tujuan pemberian otonomi).
6. UU No. 22 tahun 1999 mengatur tentang Pemerintahan Daerah (perubahan mendasar
pada format otoda dan substansi desentralisasi).
7. UU No. 25 tahun 1999 mengatur tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah.
8. UU No. 32 tahun 2004 mengatur Pemerintahan Daerah sebagai pengganti UU No. 22
tahun 1999
9. UU No. 33 tahun 2004 mengatur Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah ( perubahan UU didasarkan pada berbagai UU yang terkait di bidang
politik dan keuangan negara antara lain: UU No. 12 tahun 2003 tentang Pemilu anggota
DPR, DPD dan DPRD; UU No. 22 tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR,
DPD; UU No. 23 tahun 2003 tentang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden; UU No.17
tahun 2003 tentang Keuangan Negara; UU No. 1 tahun 2004 tantang Perbendaharaan
Negara; UU No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan atas Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Negara ).
Sedangkan perubahan yang mendasar dari pedoman Otonomi Daerah dari UU No. 22
tahun 1999 digantikan oleh UU No. 32 tahun 2004 adalah sebagai berikut

1. Prinsip – Prinsip Otonomi Daerah dalam UU No. 22 tahun 1999


a. Demokrasi, keadilan, pemerataan, potensi dan keanekaragaman daerah.
b. Otonomi luas, nyata, dan bertanggungjawab.

6
c. Otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan pada daerah kabupaten dan daerah
kota.
d. Sesuai dengan konstitusi negara.
e. Kemandirian daerah otonom.
f. Meningkatkan peranan dan fungsi badan legislatif daerah.
g. Asas dekonsentrasi diletakkan pada daerah provinsi sebagai wilayah administrasi.
h. Asas tugas perbantuan.

2. Prinsip – Prinsip Otonomi Daerah dalam UU No. 32 tahun 2004


a. Demokrasi, keadilan, pemerataan, keistimewaan dan kekhususan, serta potensi dan
keanekaragaman daerah.
b. Otonomi luas, nyata, dan bertanggungjawab.
 Otonomi luas : daerah yang memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah
untuk memberi pelayanan, peningkata peran serta, prakarsa, dan
pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
 Otonomi nyata : penanganan urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan
tugas, wewenang, dan kewajiban yang senyatanya telah ada dan berpotensi
untuk tumbuh, hidup dan berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan
daerah.
 Otonomi yang bertanggungjawab : dalam penyelenggaraan otonomi harus
sejalan dengan tujuan dan maksud pemberian otonom, yang pada dasarnya
untuk memberdayakan daerah, termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
c. Otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan pada daerah kabupaten dan daerah
kota.
d. Sesuai dengan konstitusi negara.
e. Kemandirian daerah otonom.
f. Meningkatkan peranan dan fungsi badan legislatif daerah.
g. Asas dekonsentrasi diletakkan pada daerah provinsi sebagai wilayah
administrasi.
h. Asas tugas perbantuan.

7
C. Otonomi Daerah

Otonomi daerah adalah sebuah agenda nasional yang diharapkan dapat mencegah
terjadinya sentralisasi yang sebenarnya sudah menimpa bangsa Indonesia selama periode
orde baru.Sejak diberlakukannya Undang-undag tentang pemerintahan daerah, yaitu UU
no.22 tahun 1999 dan UU no.25 tahun 1999 diharapkan juga dapat membawa perubahan
yang signifikan bagi daerah yang juga nantinya akan membawa kesejahteraan bagi bangsa
ini sendiri.
Kebijaksanaan otonomi daerah melalui UU no.22 tahun 1999 memberikan otonomi yang
angat luas kepada daerah, khususnya Kabupaten dan Kota. Hal itu ditempuh dalam rangka
mengembalikan harkat dan martabat di daerah; memberikan peluang politik dalam rangka
peningkatan kualitas demokrasi di Daerahpeningkatan efisiensi pelayanan public di Daerah,
peningkatan percepatan pembangunan Daerah, dan pada akhirnya diharapkan pula
penciptaan cara berpemerintahan yang baik.
Otonomi daerah diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan dan perkembangan
daerah selain juga menciptakan keseimbangan antar daerah hingga terjadi perataan
kesejahteraan dan tidak adanya daerah tertinggal ataupun sentralisasi. Untuk menciptakan
pembangunan daerah yang cepat dan meningkat maka perlu adanya prasyarat terutama
bagi penyelenggara daerah tersebut. Yang diharapkan dari pemerintahan daerah tersebut
adalah sejumlah berikut:

1. Fasilitas. pemerintah daerah sebagai pelaksana daerah sebaiknya


memenuhi fasilitas kepada masyarakatnya terutama yang berkaitan dengan
masalah ekonomi,karena memang pada dasarnya pembangunan daerah dapat
terjadi karena bantuan ekonomi(keuangan).Jadi,jika pemerintah
memudahkan fasilitas maka pembangunan daerah bukanlah sesuatu yang
susah pencapaiannya.
2. Pemerintah daerah harus kreatif. Kreatif yang dimaksud di sini adalah
bagaiman cara mengalokasikan dana yang bersumber dari Dana Alokasi Umum
atau yang berasal dari PAD. Selain itu dapat menciptakan keunggulan
komparatif bagi daerahnya, sehingga pemilik modal akan beramai-ramai

8
menanamkam modal di daerah tersebut. Kreatifitas ini juga berkaitan
dengan kepiawaian pemerintah membuat program-program menarik sehingga
pemerintah pusat akan memberikan Dana Alokasi Khusus, sehingga banyak
dana yang di sedot dari Jakarta ke Daerah.
3. Pemerintah daerah menjamin kesinambungan usaha.
4. Politik lokal yang stabil.
5. Pemerintah harus komunikatif dgn LSM/NGO, terutama dalam bidang
perburuhan dan lingkungan hidup.
Namun sebenarnya yang penting bagi daerah adalah terciptnya lapangan
kerja, serta disertai kemampuan menghadapi laju inflasi dan keseimbangan
neraca perdagangan internasional. Penciptaan lapangan kerja akan
berpengaruh pada peningkatan daya beli dan kecenderungan untuk menabung,
dengan meningkatnya daya beli berarti penjualan atas barang dan jasa juga
meningkat, artinya pajak penjualan barang dan jasa juga meningkat sehingga
Pendapatan Daerah dan Negara juga meningkat. Semuanya akan di kembalikan
pada masyarakat dalam bentuk proyek atau bantuan atau sejumlah intensif
yang lain, sehingga lambat laun kesejahteraan masyarakat akan meningkat dan
disitulah pembangunan daerah benar-benar dijalankan.

D. Kesalahpahaman Terhadap Otonomi Daerah

Pembaruan kebijaksanaan otonomi daerah menurut Undang – Undang No. 25 tahun


1974 yang telah dipraktekan selama 25 tahun di indonesia kemudian berubah menjadi
Undang – Undang No. 22 tahun 1999 dan diperbarui kembali menjadi Undang – Undang No.
32 tahun 2004 yang memberikan otonomi sangat luas kepada daerah, khususnya kabupaten
dan kota tentunya menimbulkan berbagai kesalahpahaman yang muncul di kalangan
masyarakat karena terbatasnya pemahaman umum tentang pemerintahan daerah, dalam
bukunya yang berjudul Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan, Drs. H. Syaukani, HR, Prof.
Dr. Afan Gaffar, MA, dan Prof. Dr. M. Ryaas Rasyid, MA menyatakan berbagai
kesalahpahaman mengenai otonomi daerah yang muncul dikalangan masyarakat
diantaranya adalah

9
1. Otonomi daerah dikaitkan semata – mata dengan uang. Pemahaman otonomi daerah
harus mencukupi sendiri segala kebutuhanya, terutama di bidang keuangan. Tidak dapat
dipungkiri bahwa uang memang merupakan sesuatu yang mutlak, namun yuang bukan
satu – satunya alat dalam menggerakkan roda pemerintahan. Kata kunci dari otonomi
adalah “kewenangan”. Dengan kewenangan uang dapat dicari dan dengan itu pula
pemerintah harus mampu menggunakan uang dengan bijaksana, tepat guna dan
berorientasi kepada kepentingan masyarakat.

2. Daerah belum siap dan belum mampu. Pembuatan kebijaksanaan otonomi daerah
menurut Undang – Undang No. 22 tahun 1999 dianggap tergesa- gesa karena daerah
tidak / belum siap dan tidak / belum mampu. Munculnya pandangan seperti ini sebagai
akibat dari munculnya kesalahpahaman yang pertama karena selama ini daerah sangat
bergantung pada pusat dalam bidang keuangan, apalagi melihat kontribusi Pendapatan
Asli Daerah terhadap APBD rata – rata di bawah 15% untuk kabupaten dan kota di
seluruh Indonesia.
3. Dengan otonomi daerah maka pusat akan melepaskan tanggungjawabnya untuk
membantu dan membina daerah. Kekhawatiran yang muncul dari daerah – daerah
dengan adanya otonomi adalah pemerintah pusat melepaskan sepenuhnya terhadap
daerah, terutama di bidang keuangan. Padahal dalam Undang – Undang No. 22 tahun
1999 menganut falsafah yang sudah sangat umum dikenal di berbagai negara, yaitu
setiap pemberian kewenangan dari Pemerintah Pusat kepada daerah harus disertai
dengan dana yang jelas dan cukup, apakah dalam bentuk Dana Alokasi Umum atau Dana
Alokasi Khusus serta bantuan keuangan yang lainya dari pemerintah pusat pada daerah.
4. Dengan otonomi maka daerah dapat melakukan apa saja. Kesalahpahaman adanya
otonomi daerah berarti bebas melakukan apa saja tanpa terbatas. Padahal otonomi yang
diselenggarakan adalah dalam rangka memperkuat NKRI dan pemerataan kesejahteraan
di seluruh daerah, Daerah memang dapat melakukan apa saja sepanjang tidak
bertentangan dengan ketentuan hukum dan undang – undang yang berlaku secara
nasional. Disamping itu kepentingan masyarakat merupakan patokan yang paling utama
dalam mengambil atau menentukan suatu kebijaksanaan di daerah.
5. Otonomi daerah akan menciptakan raja – raja kecil di daerah dan memindahkan korupsi
di daerah. Otonomi daerah dapat memindahkan KKN dengan menciptakan raja – raja

10
kecil di daerah dapat terjadi apabila dilakukan tanpa kontrol sama sekali dari
masyarakat seperti yang telah dialami bangsa Indonesia oleh pemerintahan Orde Baru
ataupun Orde Lama. Sedangkan otonomi daerah saat ini mendasarkan pada
demokratisasi penyelenggaraan pemerintahan daerah, tidak ada lagi penguasa tunggal
seperti pada masa lampau.

BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari berbagai uraian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa otonomi daerah dibentuk
sebagai jalan pintas pemerintah pusat untuk melaksanakan pengontrolan dan pelaksanaan
pemerintahan secara langsung di daerah yang sesuai dengan karakteristik masing – masing daerah
dan kemudian semua kebijakan atau hukum yang akan dibentuk di daerah tersebut adalah
merupakan bentuk aplikasi langsung terhadap sistem demokratisasi yang mengikutsertakan rakyat
melalui lembaga atau partai politik di daerah. Tujuan daripada pengadaan kebijakan otonomi daerah
adalah untuk pengembangan daerah dan masyarakat daerah menuju kesejahteraa dengan cara dan
jalannya masing – masing.

11
DAFTAR PUSTAKA

Karim, Abdul Gaffar, 2003, Kompleksitas Otonomi Daerah di Indonesia, Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Syaukani, dkk, 2009, Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Widjaja, HAW, 2004, Otonomi Daerah dan Daerah Otonom, Jakarta : PT Grafindo Persada.
PPT OTODA Bahan ceramah Direktorat Jendral Otonomi Daerah pada KRA XXXVII
Lemhannas 2004.
http://bodohtapisemangat.blogspot.co.id/2015/03/makalah-otonomi-daerah.html

12

Anda mungkin juga menyukai