Anda di halaman 1dari 13

Bagian Ilmu Kedokteran Anestesi

RSUD Undata Palu


Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako

JOURNAL READING

Disusun Oleh:
Amalia Anisa
N 111 18 069

Pembimbing Klinik:
dr. Sofyan Bulango, Sp.An

DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ANESTESIOLOGI DAN REANIMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2019
Perkembangan Terbaru dalam Blok Neuromuskuler selama Anestesia
Martijn Boon , Christian Martini, Albert Dahan
Department of Anesthesiology , Leiden University Medical Center, Leiden,
Netherlands

Abstrak
Relaksasi muskuler merupakan bagian rutin dari anestesi dan memiliki
keuntungan penting. Namun, efek yang tersisa dari relaksan muskuler pada periode
pasca operasi secara historis telah dikaitkan dengan efek samping pasca operasi.
Pengembalian neuromuskuler, bersama dengan monitoring neuromuskuler, adalah
strategi yang dikenali untuk mengurangi tingkat relaksasi residual pasca pembedahan
namun hanya sedikit meningkatkan hasil dalam beberapa dekade terakhir.
Sugammadex, agen reversal baru dengan sifat enkapsulasi yang unik, telah mengubah
pandangan tentang reversal neuromuskuler dan membuka peluang baru guna
meningkatkan perawatan pasien. Reversal kedalaman blok neuromuskuler secara
cepat dan utuh dapat mengurangi tingkat residu relaksasi dan meningkatkan
pemulihan pernapasan. Selain itu, sugammadex telah memungkinkan penggunaan
blok neuromuskuler dalam selama pembedahan. Blok neuromuskuler yang dalam
dapat meningkatkan kondisi kerja pembedahan dan memungkinkan reduksi tekanan
insuflasi selama prosedur laparoskopi tertentu. Namun, apakah dan bagaimana hal ini
dapat memengaruhi hasil belum digambarkan dengan jelas.

Pendahuluan
Relaksan muskuler atau agen penghambat neuromuskuler (NMBAs),
diperkenalkan pada tahun 1942 oleh Griffith dan Johnson, telah merevolusi praktik
anestesiologi1. NMBAs menghambat transmisi neuromuskuler di neuromuskuler
junction dengan mengikat reseptor asetilkolin nikotinergik postsinaptik. Pengikatan
ini mengurangi ketersediaan reseptor tersebut untuk transmisi sinyal neuromuskuler
yang dimediasi asetilkolin (lihat Gambar 1). Dalam praktiknya, NMBA
memungkinkan ahli anestesi untuk membuat pasien sementara mengalami paralisis
selama anestesi. Pengenalan NMBAs dalam anestesia dapat berarti bahwa kondisi
pembedahan yang optimal (yaitu dengan memastikan pasien tidak bergerak) dapat
dicapai dengan dosis rendah anestesi uap (volatil) atau intravena, meningkatkan
stabilitas hemodinamik. Akibatnya, induksi relaksasi otot menjadi bagian tetap dari
trias anestesi klasik, di bersama ketidaksadaran (hipnosis) dan pelega rasa sakit2.
Namun, seperti kebanyakan obat-obatan, NMBA tentu memiliki kekurangan. Efek
berkepanjangan dari NMBAs pada periode pasca pembedahan, juga dikenal sebagai
kurarisasi residual pasca operasi (PORC), dapat menyebabkan komplikasi pernapasan
yang mengancam jiwa dalam beberapa jam pertama setelah pembedahan3. Pada tahun
1954, Beecher et al. adalah orang pertama yang mencatat peningkatan mortalitas
enam kali lipat terkait anestesi ketika NMBA digunakan4. Terlepas dari
perkembangan agen dengan aksi yang lebih singkat dan teknik pemantauan
neuromuskuler, NMBAs terus dikaitkan dengan efek samping yang berat pasca
anestesi, bahkan hingga hari ini5,6.

Gambar 1. Transmisi neuromuskuler dan blok di neuromuscular junction. Ach,


asetilkolin
Reversal blok neuromuskuler
Saat ini, terdapat dua konsep reversal neuromuskuler. Blok neuromuskuler
moderat (NMB) (lihat di bawah) secara tradisional dikembalikan dengan inhibitor
asetilkolinesterase seperti neostigmin. Obat-obatan ini meningkatkan jumlah
asetilkolin di neuromuscular junction dengan menghambat enzim asetilkolinesterase.
Peningkatan kadar asetilkolin bersaing dengan molekul NMBA untuk berikatan
dengan reseptor nikotin pascasinaps (yaitu antagonisme kompetitif) dan memberi
keseimbangan pada peningkatan transmisi sinyal. Enkapsulasi molekul NMBA oleh
sugammadex merupakan strategi reversal baru. Sugammadex adalah γ-siklodekstrin
yang dimodifikasi, yang mampu mengikat molekul NMBA plasma secara selektif
(Gambar 1)7. Enkapsulasi oleh sugammadex segera menonaktifkan molekul-molekul
NMBA ini, menurunkan ketersediaan molekul tersebut secara permanen untuk
didistribusikan kembali ke neuromuscular junction8. Sugammadex menghasilkan
pembalikan cepat dan aman dari rocuronium dan vecuronium non-depolarisasi
NMBAs.9,10 hal ini mengakibatkan molekul NMBA tidak teraktivasi secara satu ke
satu dasar dan mampu membalikan baik ringan, dan sedang bahkan ke tingkat lebih
kuat dari NMB (lihat dibawah)11–13. Yang penting, reversal sugammadex jauh lebih
cepat dan lebih intens dibandingkan reversal dengan inhibitor asetilkolinesterase14.
Sebagai contoh, waktu rata-rata untuk reversal blok neuromuskuler moderat adalah
2,7 menit setelah pemberian 2 mg.kg-1 sugammadex dibandingkan dengan 17,9 menit
setelah pemberian 50 μg.kg-1 neostigmine15. Selain itu, sugammadex juga ditoleransi
dengan baik oleh pasien dan tanpa efek samping kolinergik.14-16 Sugammadex telah
tersedia di Eropa sejak 2008 dan disetujui oleh FDA untuk digunakan di AS pada
2015.
Meskipun pengenalan sugammadex merupakan peningkatan besar dalam
reversal NMB, ada beberapa aspek penting yang patut dipertimbangkan. Pertama,
hanya NMB yang diinduksi oleh rocuronium, vecuronium, dan pancuronium yang
dapat dikembalikan dengan sugammadex, menjadikan acetylcholinesterase inhibitor
satu-satunya pilihan untuk reversal NMBAs lainnya, seperti cisatracurium. Di masa
depan, agen enkapsulasi spektrum luas baru mungkin tersedia untuk semua
NMBAs17. Kedua, biaya sugammadex signifikan (di Belanda, satu ampul 200 mg 78
euro). Tidak jelas apakah reversal sugammadex mengarah pada peningkatan hasil
pasca pembedahan yang seimbang dengan biayanya. Hal yang sama berlaku untuk
bidang minat lain yang muncul yang dimungkinkan oleh sugammadex, yang
merupakan aplikasi NMB yang dalam selama anestesi. Dengan diperkenalkannya
sugammadex, penggunaan NMB yang dalam selama operasi sekarang menjadi
mungkin tanpa mengkhawatirkan waktu pemulihan yang lama. NMB yang dalam
dapat meningkatkan kondisi kerja pembedahan untuk beberapa prosedur dan
memungkinkan reduksi tekanan insuflasi selama operasi laparoskopi18–21. Namun,
dampak NMB yang dalam pada hasil pasien masih belum jelas.

Pemantauan kedalaman blok neuromuskuler


Pemantauan neuromuskuler selama anestesi paling sering dilakukan
menggunakan metode train of four (TOF)22. Monitor saraf tepi TOF (seperti monitor
TOF-WatchTM) biasanya digunakan di lengan bawah distal untuk merangsang saraf
ulnaris. Di sini, empat rangsangan listrik supramaximal berturut-turut (TOF) akan
membangkitkan kontraksi (berkedut) pada m. adductor pollices pada ibu jari. Dalam
kondisi normal, amplitudo dari keempat respons motorik akan sama. Dengan
peningkatan derajat NMB (diinduksi oleh NMBA non-depolarisasi), amplitudo dari
kedutan yang lebih terakhir berkurang, relatif terhadap kedutan pertama, sebuah
fenomena yang disebut fade. Akhirnya, dengan meningkatnya NMB, semua kedutan
akan menjadi hilang (lihat Gambar 2). Dengan demikian, jumlah kedutan ibu jari
yang terdeteksi dan tingkat fading sesuai dengan intensitas NMB. Tingkat fading
dapat lebih lanjut dinyatakan sebagai rasio, dengan membagi respons motorik dari
kedutan keempat (T4) terhadap kedutan pertama (T1), yaitu rasio T4: T1 atau apa
yang disebut rasio TOF. Bukti yang tersedia menunjukkan bahwa NMB harus
dipulihkan ke rasio TOF 0,9 atau lebih besar untuk memungkinkan ekstubasi yang
aman dari pasien tersebut23-27.
Gambar 2. Pemantauan neuromuskuler. PTC (jumlah pasca tetanik); TOF (train of
four)

Ketika NMBAs dosis tinggi diberikan, pengukuran NMB pada saraf ulnaris
akan menunjukkan tidak ada kedutan jempol (TOF sama dengan nol). Untuk
mengukur tingkat NMB dalam hal ini, stimulus tetanik 50 Hz selama lima detik
diterapkan pada saraf ulnaris. Stimulus tetanik menyebabkan sejumlah besar
asetilkolin dilepaskan di neuromuscular junction. Fasilitasi tetanik ini kemudian
diikuti oleh 15 rangsangan listrik tunggal yang diberikan pada interval satu detik.
Jumlah kedutan ibu jari yang terukur merupakan jumlah pasca-tetanik (PTC)28.
Misalnya, ketika teramati ada enam ibu jari yang berkedut pasca fasilitasi tetanik,
PTC sama dengan enam (lihat Gambar 2). Dengan pengukuran TOF dan PTC,
kedalaman NMB dapat diklasifikasikan sebagai berikut29: (1) NMB moderat: TOF
satu hingga tiga dari empat kedutan; (2) NMB dalam: TOF tanpa kedutan (nol) dan
PTC lebih dari nol; (3) NMB intens: TOF nol dan PTC nol. Perhatikan bahwa, dalam
praktiknya, NMB yang intens hanya terjadi pada awal anestesi pasca dosis induksi
NMBA. Setelah itu, NMB diperbolehkan untuk pulih ke NMB yang dalam atau
sedang, yang dapat dipertahankan untuk mempertahankan kondisi kerja pembedahan
yang adekuat, tergantung pada jenis operasi.
Kurarisasi residual pasca operasi
Pemulihan penuh NMB pada akhir anestesi sangat penting untuk
mengembalikan respirasi dan fungsi otot saluran napas bagian atas yang adekuat
3,30,31
. Menurut definisi, PORC (Postoperative residual curarization) terjadi ketika
beberapa tingkat NMB (rasio TOF <0,9) menetap setelah ekstubasi. Hal ini dapat
dengan mudah terjadi, karena sebagian besar NMBA memiliki waktu pemulihan lebih
lama daripada opioid dan hipnotik kerja singkat yang sering digunakan selama
anestesi general. Selain itu, tidak mungkin untuk memprediksi pemulihan NMB
dengan alasan farmakologis (PKPD), karena waktu pemulihan NMBA menampilkan
variasi antar-individu yang sangat luas32,33.
Kurarisasi residual secara negatif mempengaruhi fungsi otot jalan nafas dan
paru-paru. Kurarisasi menyebabkan kolaps saluran napas bagian atas dan gangguan
ventilasi. Hal ini cukup relevan, karena bahkan derajat kecil dari residu kurarisasi
(mis. Rasio TOF antara 0,6 dan 0,9) dikaitkan dengan peningkatan kolapibilitas jalan
napas bagian atas dan disfungsi otot sfingter faring dan esofagus bagian atas23,27.
Selain itu, NMBAs secara langsung melemahkan respons ventilasi hipoksia karena
menghambat reseptor asetilkolin nikotinergik dalam carotid body24. Penghambatan
respons ventilasi hipoksik membuat pasien berisiko lebih tinggi mengalami hipoksia.
Karena pengaruh ini, PORC sangat terkait dengan komplikasi pernapasan pasca
pembedahan3,30. Sayangnya, insiden PORC cukup besar dan berkisar antara 20 dan
60% pasien di unit perawatan pasca-anestesi (PACU)31,34,35. Penggunaan monitor
neuromuskuler dan reversal NMB yang adekuat merupakan strategi penting yang
akan mengurangi angka kejadian PORC.

Pencegahan kurarisasi residual pasca pembedahan


Dengan penggunaan neostigmin dan inhibitor asetilkolinesterase lainnya,
NMB residual sering menetap dengan derajat yang bervariasi36. Oleh karena itu tidak
mengherankan bila efek reversal NMB dengan neostigmin pada komplikasi
pernapasan pasca operasi dan hasil akhir, setidaknya, ambigu. Semakin banyak bukti
menunjukkan bahwa reversal NMB dengan neostigmin (tanpa panduan TOFwatch)
tidak meningkatkan keamanan dan keselamatan pernapasan pasca pembedahan37 dan
bahkan mungkin dikaitkan dengan peningkatan angka kejadian atelektasis38,
hipoksemia39, dan, akibatnya, reintubasi40. Terdapat beberapa penjelasan tentang
temuan ini. Pemberian yang tepat waktu dan reversal eksklusif NMB moderat penting
untuk mencapai reversal yang sukses. Dengan demikian, reversal ini membutuhkan
pemantauan neuromuskuler yang memadai. Selain itu, waktu untuk reversal komplit
pasca terapi neostigmin menunjukkan variasi antar-pasien yang luas dan tidak dapat
diprediksi. Sugammadex memiliki potensi untuk melakukan lebih baik dalam kedua
aspek tersebut, karena memungkinkan untuk reversal NMB yang cepat, lengkap, dan
15,16,41,42
dapat diprediksi baik tingkat moderat maupun dalam. Bukti yang ditemukan
akhir-akhir ini menunjukkan bahwa reversal NMB dengan sugammadex mengurangi
angka kurarisasi residual pasca operasi dibandingkan dengan reversal dengan
neostigmin (lihat Tabel 1)36,39,43. Investigasi baru-baru ini melaporkan angka PORC
0% pada pasien yang menerima reversal dengan sugammadex versus 46% pada
mereka yang menerima neostigmin43. Hasil ini menjanjikan; namun, dalam
lingkungan yang tidak monitor, PORC setelah reversal sugammadex masih terjadi
pada 4% pasien36,39,44. Hal ini menekankan perlunya pemantauan neuromuskuler yang
adekuat dalam kondisi dengan penggunaan NMBAs, terlepas dari jenis agen reversal.
Kami berpendapat bahwa reversal NMB dengan sugammadex akan
mengurangi kejadian komplikasi paru pasca pembedahan dengan memberikan
pemulihan lengkap kekuatan otot ventilasi. Hal ini ditunjukkan dalam dua penelitian
pada sukarelawan yang sehat. Reversal Sugammadex mengarah pada aktivasi otot
diafragma dan interkostal dengan derajat yang lebih tinggi dan nilai pO2 arteri yang
lebih tinggi dibandingkan dengan reversal neostigmin45,46. Selain itu, terdapat
kemungkinan bahwa sugammadex akan memungkinkan untuk pengembalian yang
lebih baik dari drive ventilasi hipoksia, yang mengalami pelemahan ke tingkat yang
sangat rendah sebagai residu blok neuromuskuler24. Pemulihan penuh otot-otot
ventilasi dan refleks ventilasi hipoksia sangat penting untuk mencegah komplikasi
paru terutama pada pasien yang rentan, seperti pasien yang obesitas dan lansia. Bukti
awal dari penelitian retrospektif menunjukkan bahwa reversal sugammadex berkaitan
dengan berkurangnya insiden komplikasi paru pada ASA tiga pasien dan empat
pasien lansia dibandingkan dengan reversal dengan neostigmine47. Dalam sebuah
penelitian prospektif kecil, reversal sugammadex dikaitkan dengan kejadian
hipoksemik di PACU yang lebih sedikit dibandingkan dengan reversal neostigmin39.
Bukti saat ini masih jauh dari lengkap, dan studi prospektif di masa depan perlu
menentukan nilai pasti sugammadex dalam meningkatkan hasil paru pasca anestesi.
Tabel 1. Studi yang membandingkan sugammadex dan neostigmin pada
kejadian kurarisasi residual pasca operasi dan hasil paru.

Penulis Thn Desain Pembanding Pemantau PORC Hasil paru


an
44
Kotake 2013 Observasional Sugammadex vs Tidak 4.3% Tidak tersedia
prospektif neostigmine versus
23.9%**
47
Ledowski 2014 Kohort Sugammadex vs Tersedia Tidak Penurunan skor
retrospektif neostigmine tersedia hasil paru pada
ASA 3-4 pasien **
43
Brueckmann 2015 RCT Sugammadex vs Tersedia 0% versus Gangguan
neostigmine 43.3%** pernafasan: 1.4%
versus 6.5%#
Hipoksemia: 1.4%
versus 2.6%#
39
Boon 2016 RCT Sugammadex vs Tidak 4% versus Saturasi O2 terendah
neostigmine 70%** 93.3 versus 96.8%**
36
Nemes 2017 RCT Sugammadex vs Tidak 3.7% Tidak tersedia
neostigmine versus
15.4%#
ASA, American Society of Anesthesiologists; PORC, kurarisasi residual pasca
pembedahan (rasio train of four [TOF] <0.9 pasca ekstubasi); RCT, randomized
controlled trial (uji acak terkontrol); *p<0.05 **p<0.001 #p>0.05
Blok neuromuskuler dalam: pencegahan kontraksi diafragma dan kondisi
pembedahan yang optimal
Keuntungan paling penting dari NMB yang dalam sebagai hasil blok moderat
adalah relaksasi penuh otot dinding perut dan diafragma. Keuntungan tersebut
memberikan peningkatan yang signifikan dalam kondisi pembedahan, terutama
prosedur terbatas yang pada ruang gerak yang sempit, seperti operasi laparoskopi.
Baik otot dinding perut dan diafragma lebih resisten terhadap NMBA dibandingkan
dengan otot referensi m adductor pollicis48-50. NMB yang dalam diperlukan untuk
merelaksasi kelompok otot ini sepenuhnya. Sebagai contoh, Fernando dan rekannya
menunjukkan bahwa NMB yang dalam diperlukan untuk menekan diafragma sebagai
respons terhadap stimulasi karina48. Demikian pula, Werba dan rekannya
menunjukkan bahwa respons diafragma yang ditimbulkan oleh suctioning trakea
menyebabkan batuk, bucking, dan peningkatan tekanan intrakranial pada pasien
bedah saraf, kecuali bila NMB diberikan secara dalam.49 Selain itu, selama
pembedahan laparoskopi, aktivasi eferen diafragma dari pusat pernapasan
kemosensitif batang otak dapat terjadi sebagai akibat dari peningkatan kadar pCO2
arteri (karena insuflasi CO2). Hanya di NMB yang dalam, kontraksi diafragma ini
dapat dicegah secara efektif.
Martini et al. menilai efek NMB yang dalam versus sedang (moderat) pada
kondisi pembedahan selama pembedahan urologis laparoskopi retroperitoneal19.
Mereka mengembangkan skala bedah Leiden yang terdiri dari lima poin yang
divalidasi (L-SRS, 0–5; kondisi kerja yang sangat buruk sampai dengan optimal)
untuk mengukur kualitas lapang pembedahan seperti yang dialami oleh ahli bedah di
berbagai titik selama prosedur19,20,51. Studi ini menunjukkan peningkatan 0,7 L-SRS
poin (rata-rata L-SRS 4,0 vs 4,7) ketika NMB dalam diterapkan, peningkatan yang
dianggap signifikan secara klinis oleh tim bedah19. Dalam banyak prosedur lain, efek
yang sama dari NMB yang dalam juga ditemukan18,20,21,52-54, namun penting untuk
mengakui bahwa beberapa penelitian tidak menemukan efek NMB yang dalam pada
kondisi bedah (lihat Tabel 2)55. Sebuah meta-analisis baru-baru ini mengkonfirmasi
efek positif dari NMB yang dalam pada kondisi bedah dan mengurangi skor nyeri
pasca operasi; namun, heterogenitas yang signifikan antar studi yang diikutsertakan
mengurangi kualitas keseluruhan bukti56. Penting untuk diingat bahwa faktor-faktor
lain seperti anestesi dalam juga dapat memengaruhi kondisi kerja bedah secara
positif. Namun, anestesi dalam, meskipun dapat diaplikasikan, dikaitkan dengan
kurangnya stabilitas hemodinamik dan waktu pemulihan yang memanjang.
Tabel 2. Studi yang menilai NMB dalam pada kondisi bedah selama operasi
terbuka dan laparoskopi (pneumoperitoneum tekanan normal).

Penulis Spesialisasi Kontrol Intervensi Skala Skor % kondisi


rerata pembedaha
n yang
tidak dapat
diterima
Martini19 Urologi NMB NMB dalam L-SRS 4.0 versus 18% versus
(laparoskopi) moderat/sedang 4.7** 1%
Yoo21 Urologi NMB NMB dalam L-SRS 3.0 versus UA
(laparoskopi) moderat/sedang 4.0**
Boon52 Urologi NMB dalam + NMB dalam + L-SRS 4.84 1 versus 1%
(laparoskopi) hiperkapnia hipokapnia versus
4.77#
Torensma20 Pembedahan NMB NMB dalam L-SRS 4.2 versus UA
bariatrik moderat/sedang 4.8**
(laparoskopi)
Baete55 Pembedahan NMB NMB dalam L-SRS 4.1 versus UA
bariatrik moderat/sedang 3.9#
(laparoskopi)
Ginekologi 1 (optimal) –
Madsen62 No NMB NMB dalam 4 (tidak dapat 1.7 versus UA
(laparoskopi) diterima) 1.0*
Blobner18 Pembedahan No NMB NMB dalam 0 (tidak dapat UA 0 versus
umum diterima) – 100 28%*
(laparoskopi) (sangat baik)
Pembedahan 0 (buruk) –
Rosenberg54 NMB NMB dalam 10 (sangat baik) 6.8 versus UA
umum moderat/sedang 7.9*
(laparoskopi)
Madsen53 Pembedahan NMB NMB dalam L-SRS 4.0 versus 17 versus
umum moderat/sedang 4.75** 49%**
(laparotomy)
L-SRS: Leiden surgical rating scale (1: sangat buruk – 5: optimal)19; NMB,
blok neuromuscula; UA, tidak tersedia. *p<0.05 **p<0.001 #p>0.05

Para penentang NMB yang dalam mengklaim bahwa keuntungan dari kondisi
bedah dengan NMB yang dalam hanya sedang dan tidak sebanding dengan upaya
ekstra yang dibutuhkan dan biaya/harga agen reversal (sugammadex)57,58. Kami
berpendapat bahwa perbedaan yang diamati dalam L-SRS relevan secara klinis,
insidens kondisi suboptimal sangat berkurang selama NMB yang dalam (terutama
terjadinya kontraksi diafragma mendadak)18-20,52, dan, yang paling penting, NMB
yang dalam dikaitkan dengan rasa nyeri pasca pembedahan yang lebih rendah dan
lebih sedikitnya insiden re-admisi yang tidak direncanakan dalam 30 hari20,59.
Akhirnya, terdapat indikasi bahwa NMB yang dalam memungkinkan
tekanan intraabdomen yang lebih rendah selama operasi laparoskopi. Tekanan
insuflasi yang berkurang dikaitkan dengan nyeri pascaoperasi yang lebih sedikit60.
NMB yang dalam dapat menyebabkan peningkatan komplians dinding perut dan
akhirnya meningkatkan rongga intraabdominal61,62. Namun, meskipun berbagai
penelitian memang menunjukkan bahwa NMB yang dalam memungkinkan titrasi
untuk menurunkan tekanan intraabdomen dengan kondisi bedah yang masih dapat
diterima, keuntungan dalam rongga intraabdomen mungkin marginal62, dan insidens
kondisi pembedahan yang tidak dapat diterima tetap jauh lebih tinggi daripada
tekanan standar. Oleh karena itu, kelayakan pneumoperitoneum tekanan rendah
perlu diselidiki lebih lanjut.

Kesimpulan
NMBAs tentu memiliki keuntungan yang penting namun juga kerugian yang
cukup serius. Kurarisasi residual pasca pembedahan merupakan ancaman penting,
terutama pada pasien yang dengan reversal yang adekuat atau kurang terpantau.
Perkembangan baru yang penting adalah pengenalan sugammadex agen reversal.
Sugammadex dapat membantu mengurangi insiden kurarisasi residual pasca operasi
dan meningkatkan pemulihan pernapasan pasca pembedahan. Selain itu, sugammadex
memungkinkan penggunaan NMB yang dalam selama anestesi umum. Meskipun
NMB yang dalam telah terbukti meningkatkan kondisi pembedahan dan mengurangi
rasa nyeri pasca operasi dalam berbagai prosedur, perannya dalam anestesi belum
sepenuhnya ditentukan.

Anda mungkin juga menyukai