Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

I. Konsep Penyakit Ca. Paru


1.1 Definisi/deskripsi penyakit Ca. Paru
Kanker paru adalah penyakit keganasan di Paru, mencakup keganasan yang
berasal dari paru sendiri (primer). Dalam pengertian klinik yang dimaksud
dengan kanker paru primer adalah tumor ganas yang berasal dari epitel
bronkus (karsinoma bronkus = bronchohenic carcinoma) (Pedoman Nasional
Pelayanan Kedokteran Kanker Paru n.d.).

Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas
atau epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang
tidak normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang
normal. Proses keganasan pada epitel bronkus didahului oleh masa pra
kanker. Perubahan pertama yang terjadi pada masa pra- kanker disebut
metaplasia skuamosa yang ditandai dengan perubahan bentuk epitel dan
menghilangnya silia (Robbin & Kumar, 2007).

Kanker paru adalah pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak dapat terkendali
dalam jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen
lingkungan terutama asap rokok (Ilmu Penyakit Dalam, 2001). Kanker paru
merupakan abnormalitas dari sel-sel yang mengalami proliferasi dalam paru
(Underwood, Patologi, 2000).

Karsinoma bronkogenik adalah Kanker ganas paru primer yang berasal dari
saluran pernafasan Di dalam kepustakaan selalu dilaporkan adanya
peningkatan insiden kanker paru secara progresif, yang bukan hanya sebagai
akibat peningkatan umur rata-rata manusia serta kemampuan diagnosis yang
lebih baik, namun Kanker paru memang lebih sering terjadi (Alsagaff &
Mukty, 2002).

1.2 Etiologi Ca. Paru


Seperti kanker pada umumnya, etiologi yang pasti dari kanker paru masih
belum diketahui, namun diperkirakan bahwa inhalasi jangka panjang dari
bahan-bahan karsiogenik merupakan faktor utama, tanpa mengesampingkan
kemungkinan perana predisposisi hubungan keluarga ataupun suku bangsa
atau ras serta status imunologis.

Sedangan faktor risiko yang menjadi penyebab terjadinya kanker paru, antara
lain :
1.2.1 Merokok
Merokok merupakan salah satu yang mempunyai dampak buruk
terhadap kesehatan. Rokok mengandung lebih dari 4000 bahan
kimia, diantaranya telah diidentifikasi dapat menyebabkan kanker.
Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai
merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya
kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok (Stoppler,
2010). Merokok merupakan penyebab utama Ca paru. Suatu
hubungan statistik yang defenitif telah ditegakkan antara perokok
berat (lebih dari dua puluh batang sehari) dari kanker paru
(karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai ke-
cenderungan sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan.
Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan telah
meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke pola risiko bukan
perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik
telah ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan
pada kulit hewan, menimbulkan tumor.

1.2.2 Perokok pasif


Perokok pasif mempunyai efek yang lebih buruk dari pada perokok
aktif, karena perorok pasif menghirup asap dua kali lipat lebih
banyak dari perokok aktif. Semakin banyak orang yang ber-
hubungan dekat antara perokok aktif dan pasif, maka risiko tar-
jadinya kanker paru akan semakin meningkat. Beberapa penelitian
telah menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak merokok,
tetapi mengisap asap dari orang lain, risiko mendapat kanker paru
meningkat dua kali (Wilson, 2005). Diduga ada 3.000 kematian
akibat kanker paru tiap tahun di Amerika Serikat terjadi pada
perokok pasif (Stoppler, 2010).
1.2.3 Paparan zat karsinogen
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan
karbonil nikel (pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput).
Pekerja pemecah hematite (paru-paru hematite) dan orang-orang
yang bekerja dengan asbestos dan dengan kromat juga mengalami
peningkatan insiden. Contoh : radon, nikel, radiasi dan arsen.

1.2.4 Polusi Udara


Pulosi udara terutama di daerah kota-kota besar akan sangat
mempunyai dampak yang sangat tinggi terhadap kejadian kanker
paru, namun polusi udara mempunyai pengaruh kecil bila di-
bandingkan dengan merokok. Kematian akibat kanker paru jumlah-
nya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan
daerah pedesaan. Karena banyak didaerah perkotaan sangat kurang
lahan hijau untuk dapat menyaring polusi-polusi udara akibat
banyaknya kendaraan bermotor. Kurangnya lahan hijau di daerah
perkotaan dapat disebabkan karena pembangunan yang sangat
besar dan tidak diimbangi dengan lahan hijau sebagai keseimbang-
an lingkungan.

Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang


lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun
telah diketahui adanya karsinogen dari industri dan uap diesel
dalam atmosfer di kota. Contoh: Polusi udara, pemaparan gas RT,
asap kendaraan/pembakaran (Thomson, Catatan Kuliah Patologi,
1997).

1.2.5 Genetik
Pengaruh dari faktor genetik berisiko lebih besar terkena penyakit
ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan
bahwa mutasi gen-gen penekan tumor memiliki arti penting dalam
timbul dan berkembangnya kanker paru.
1.2.6 Penyakit paru
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif
kronik dapat menjadi risiko terjadinya kanker paru. Seseorang
dengan penyakit paru konstruktif kronik berisiko empat sampai
enam kali lebih besar terkena kanker paru ketika efek dari merokok
dihilangkan (Stoppler, 2010).

1.3 Tanda gejala Ca. Paru


1.3.1 Gejala Awal
Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh
obstruksi bronkus.

1.3.2 Gejala umum.


1.3.2.1 Batuk : Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh
massa tumor. Batuk mulai sebagai batuk kering tanpa mem-
bentuk sputum, tetapi berkembang sampai titik dimana di-
bentuk sputum yang kental dan purulen dalam berespon tar-
hadap infeksi sekunder
1.3.2.2 Hemoptisis : Sputum bersemu darah karena sputum melalui
permukaan tumor yang mengalami ulserasi
1.3.2.3 Nafas sesak (pendek)
1.3.2.4 Sakit kepala, nyeri dada, bahu dan bagian punggung
1.3.2.5 Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.

Pada waktu masih dini gejala sangat tidak jelas utama seperti batuk lama dan
infeksi saluran pernapasan. Oleh karena itu pada pasien dengan batuk lama 2
minggu sampai 1 bulan harus dibuatkan foto X dengan gejala lain dyspnea,
hemoptoe, febris, berat badan menurun dan anemia. Pada keadaan yang sudah
berlanjut akan ada gejala ekstrapulmoner seperti nyeri tulang, stagnasi (vena
cava superior syndroma).

1.3.3 Keluhan utama :


1.3.3.1 Batuk-batuk dengan/tanpa dahak (dahak putih, dapat juga
purulen) lebih dari 3 minggu
1.3.3.2 Batuk darah
1.3.3.3 Sesak napas
1.3.3.4 Suara serak
1.3.3.5 Nyeri dada yang persisten
1.3.3.6 Sulit/sakit menelan
1.3.3.7 Benjolan di pangkal leher
1.3.3.8 Sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab
lengan dengan rasa nyeri yang hebat.

Tidak jarang yang pertama terlihat adalah gejala atau keluhan akibat
metastasis di luar paru, seperti kelainan yang timbul karena kompresi hebat
di otak, pembesaran hepar atau patah tulang.

1.3.4 Ada pula gejala dan keluhan tidak khas seperti :


1.3.4.1 Berat badan berkurang
1.3.4.2 Nafsu makan hilang
1.3.4.3 Demam hilang timbul
1.3.4.4 Sindrom paraneoplastik, seperti hypertrophic pulmonary
osteoartheopathy, trombosis vena perifer dan neuropatia.

1.4 Patofisiologi Ca. Paru


Kanker paru bervariasi sesuai tipe sel, daerah asal, dan kecepatan
pertumbuhan. Empat tipe sel primer pada kanker paru adalah karsinoma
epidermoid (sel skuamosa), karsinoma sel kecil (sel oat), karsinoma sel besar
(tak terdeferensiasi) dan adenokarsinoma. Sel skuamosa dan karsinoma sel
kecil umumnya terbentuk di jalan napas utama bronkial. Karsinoma sel besar
dan adenokarsinoma umumnya tumbuh di cabang bronkus perifer dan alveoli.
Karsinoma sel besar dan karsinoma sel oat tumbuh sangat cepat sehingga
mempunyai prognosis buruk. Sedangkan pada sel skuamosa dan Adeno-
karsinoma prognosis baik karena sel ini pertumbuhan lambat.

Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/sub bronkus menyebab-


kan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen.
Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,
hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia,
hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura,
dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.

Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang
terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti
dengan supurasi di bagian distal. Gejala-gejala yang timbul dapat berupa
batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin. Wheezing unilateral dapat
terdengan pada auskultasi.

1.5 Pemeriksaan Penunjang Ca. Paru


1.5.1 Radiologi
1.5.1.1 Foto thorax posterior-anterior (PA) dan lateral serta
tomografi dada. Foto thorax posterior-anterior (PA) dan
leteral serta Tomografi dada. Merupakan pemeriksaan
awal sederhana yang dapat Mendeteksi adanya kanker
paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi.
Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse
pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra
1.5.1.2 Untuk melihat tumor di percabangan bronkus

1.5.2 Laboratorium
1.5.2.1 Sitologi. Pemeriksaan sitologi sputum rutin dikerjakan
terutama bila pasien ada keluhan batuk. Pemeriksaan
sitologi tidak selalu memberikan hasil positif karena
tergantung dari letak tumor terhadap bronkus, jenis tumor,
teknik mengeluarkan sputum, jumlah sputum yang
diperiksa, waktu pemeriksaan sputum (sputum harus
segar). Pada kanker paru yang letaknya sentral,
pemeriksaan sputum yang baik dapat memberikan hasil
positif sampai 67-85% pada karsinoma sel skuamosa.
Pemeriksaan sitologi sputum dianjurkan sebagai
pemeriksaan rutin dan skrining untuk diagnosis dini
kanker paru. Pemeriksaan sitologi lain untuk diagnostik
kanker paru dapat dilakukan pada cairan pleura, aspirasi
kelenjar getah bening servikal, bilasan dan sikatan
bronkoskopi.
1.5.2.2 Pemeriksaan fungsi paru dan GDA. Dapat dilakukan untuk
mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
1.5.2.3 Tes kulit, jumlah absolute limfosit. Dapat dilakukan untuk
mengevaluasi kompetensi imun pada kanker paru.
1.5.2.4 Biopsy. Adalah pemeriksaan standar emas diagnosis
kanker paru untuk mendapatkan spesimennya dapat
dengan cara biopsy melalui :
a. Untuk mengetahui besarnya karsinoma bronkogenik.
Hasil positif dengan bronkoskopi ini dapat mencapai
95% untuk tumor yang letaknya sentral dan 70-80%
untuk tumor yang letaknya perifer. Memungkinkan
visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan
sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat
diketahui).
b. Biopsy trans torakal (TTB). Biopsy dengan TTB
terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan
ukuran > 2 cm sensitivitasnya mencapai 90-95%.
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya
perifer dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya
mencapai 90-95 %.
c. Biopsy tumor didaerah pleura memberikan hasil yang
lebih baik dengan cara torakoskopi dari pada cara
membuta (blind). Biopsi tumor didaerah pleura
memberikan hasil yang lebih baik dengan cara
torakoskopi.
d. Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar
getah bening yang terlibat.
e. Untuk diagnosis kanker paru dikerjakan jika berbagai
prosedur non invasif dan invasive sebelumnya gagal
mendapatkan sel tumor.
1.6 Komplikasi Ca. Paru
Komplikasi yang mungkin muncul pada pasien dengan penyakit karsinoma
paru antara lain :
1.6.1 Hematotorak (darah pada rongga pleura)
1.6.2 Empiema (nanah pada rongga pleura)
1.6.3 Pneumotoraks (udara pada rongga pleura)
1.6.4 Abses paru
1.6.5 Atelektasis (paru-paru mengerut)

Kanker paru-paru dapat menyebabkan beberapa komplikasi, misalnya :


1.6.6 Sesak napas.
Orang dengan kanker paru-paru dapat mengalami sesak napas jika
kanker berkembang untuk menutup saluran udara yang utama.
1.6.7 Batuk darah.
Penyakit ini dapat menyebabkan perdarahan di saluran napas, yang
dapat membuat Anda batuk darah (hemoptisis).
1.6.8 Nyeri.
Kanker paru-paru yg hebat meluas ke lapisan paru-paru atau bagian
lain dari tubuh dapat menyebabkan rasa sakit.
1.6.9 Cairan di dada (efusi pleura).
Hal ini dapat menyebabkan cairan menumpuk di ruang yang
mengelilingi paru-paru di rongga dada (ruang pleura).
1.6.10 Kanker yang menyebar ke bagian lain dari tubuh (metastasis).
Ini sering menyebar (bermetastasis) ke area lain dari tubuh,
biasanya berlawanan dengan paru paru, seperti tulang, otak, hati
dan kelenjar adrenal. Kanker yang meluas dapat menyebabkan rasa
sakit, sakit kepala, mual, tau tanda-tanda dan gejala lain bergantung
pada organ yang terkena.
1.6.11 Kematian.
Sayangnya, tingkat ketahanan hidup untuk orang didiagnosis
dengan penyakit ini sangat rendah. Dalam kasus mayoritas,
penyakit ini mematikan.

Komplikasi komplikasi kanker paru-paru bergantung pada posisi, ukuran,


jenis, dalam paru-paru, dan penyebaran kanker. Suatu tumor dapat
menyebabkan penyumbatan salah satu tabung pernapasan utama,
menyebabkan runtuhnya daerah paru-paru, atau peningkatan cairan di
rongga paru-paru mungkin akan berkembang.

Penyebaran kanker ke tulang atau tekanan pada saraf dari tumor dapat
menyebabkan rasa sakit, dan beberapa jenis kanker paru-paru menghasilkan
hormon yang dapat menyebabkan gejala seperti memerah dan diare.

1.7 Penatalaksanaan Ca. Paru


Terapi yang dilakukan
1.7.1 Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
1.7.1.1 Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan
angka harapan hidup klien.
1.7.1.2 Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.

1.7.2 Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.


1.7.2.1 Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik
pada pasien maupun keluarga.
1.7.2.2 Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal
sepertia pemberian nutrisi, tranfusi darah dan komponen
darah, obat anti nyeri dan anti infeksi. (Ilmu Penyakit
Dalam, 2001 dan Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan,
2000).
1.7.2.3 Untuk menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal
pada pasien dengan kanker paru dapat dilakukan dengan
cara seperti pemberian nutrisi, tranfusi darah dan
komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi (Ilmu
Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, rencana Asuhan
Keperawatan, 2000).

Penatalaksanaan Medis
1.7.3 Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru
lain, untuk mengangkat semua jaringan yang sakit sementara
mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru-paru yang tidak
terkena kanker. Dapat dilakukan dengan cara :
1.7.3.1 Toraktomi eksplorasi
Untuk mengkonfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru
atau toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan
biopsy.
1.7.3.2 Pneumonektomi (pengangkatan paru)
Karsinoma bronkogenik bilamana dengan lobektomi tidak
semua lesi bisa diangkat
1.7.3.3 Lobektomi (pengangkatan lobus paru)
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus,
bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa; abses paru;
infeksi jamur; tumor jinak tuberkolosis
1.7.3.4 Resesi segmental
Merupakan pengangkatan satu atau lebih segmen paru.
1.7.3.5 Resesi baji
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau
penyakit peradangan yang terlokalisir. Merupakan
pengangkatan dari permukaan paru-paru berbentuk baji
(potongan es). Merupakan pengangkatan bahan-bahan
fibrin dari pleura viscelaris.

Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk
menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas
serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi. Kemoterapi merupakan
pilihan pengobatan pada klien dengan kanker paru, terutama pada SCLC
karena metastasis. Kemoterapi dapat juga diberikan bersamaan dengan terapi
bedah.

Obat-obat kemoterapi yang biasanya diberikan untuk menangani kanker,


termasuk kombinasi dari obat-obat berikut : Cyclophosphamide,
Dexorubicin, Methrotexate, dan Procarbazine. Etoposide dan Cisplatin.
Mitomycin, Vinblastine, dan Cisplatin.
1.8 Pathway (harus pada sampai masalah keperawatan)

1.9 Gambar
Sumber : http://biologipedia.blogspot.co.id/2011/03/kanker-paru-paru.html

Sumber :
https://www.sintesahealth.co.id/info/kalangan_umum/penyakit_dalam/cancer/kanker_paru

II. Rencana Asuhan Klien dengan Ca. Paru


2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat keperawatan
2.1.1.1 Identitas
Nama klien, umur, pekerjaan, pendidikan, agama, suku
bangsa, dan alamat klien.
2.1.1.2 Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
1) Batuk produktif, dahak bersifat mukoid atau
purulen, atau batuh darah
2) Malaise
3) Anorexia
4) Badan makin kurus
5) Sesak napas pada penyakit yang lanjut dengn
kerusakan paru yang makin luas
6) Nyeri dada dapat bersifat lokal atau pleuritik
b. Riwayat kesehatan dahulu
1) Terpapar asap rokok
2) Industri asbes, uranium, kromat, arsen
(insektisda), besi dan oksida besi
3) Konsumsi bahan pengawet
c. Riwayat kesehatan keluarga
1) Riwayat keluarga penderita kanker

2.1.1.3 Data dasar pengkajian pasien


Pemeriksaan bermacam-macam, tergantung pada jumlah
akumulasi cairan, kecepatan akumulasi dan fungsi paru
sebelumnya.
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, ketidakmampuan mempertahan-
kan kebiasaan rutin, dispnea akibat aktivitas
Tanda : kelesuan (biasanya tahap lanjut)
b. Sirkulasi
Gejala : JVD (obstruksi vena kava)
Bunyi jantung : gesekan pericardial (menunjukkan
efusi). Takikardi/disritmia
c. Integritas ego
Gejala : perasaan takut. Takut hasil pembedahan,
menolak kondisi yang berat/potensi keganasan.
Tanda : kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang
diulang-ulang
d. Eliminasi
Gejala : diare yang hilang timbul (karsinoma sel
kecil), peningkatan frekuensi/jumlah urine (ketidak-
seimbangan hormonal, tumor epidermoid.
e. Makanan/cairan
Gejala : penurunan berat badan, nafsu makan buruk,
penurunan masukan makanan. Kesulitan menelan,
haus/peningkatan masukan cairan.
Tanda : kurus, atau penampilan kurang bobot (tahap
lanjut) edema wajah/leher, dada punggung (obstruksi
vena cava), edema wajah/periorbital
(keidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
glukosa urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor
epidermoid)
f. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri dada (biasaya tidak ada pada tahap dini
dan tidak selalu pada tahap lanjut) dimana
dapat/tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi.
g. Nyeri bahu/tangan (khususnya pada sel besar atau
adenokarsinoma)
h. Nyeri abdomen hilang timbul.
Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari
biasanya dan atau produksi sputum. Napas pendek,
Pekerja yang terpajan polutan, debu industri. Serak,
paralysis pita suara.
i. Riwayat merokok
Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja,
Peningkatan fremitus taktil (menunjukkan
konsolidasi), Krekels/mengi pada inspirasi atau
ekspirasi (gangguan aliran udara), krekels/mengi
menetap; pentimpangan trakea (area yang mengalami
lesi).
j. Hemoptisis
Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau
karsinoma), Kemerahan, kulit pucat (ketidak-
seimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
k. Seksualitas
Tanda : Ginekomastia (perubahan hormone
neoplastik, karsinoma sel besar), Amenorea/impotent
(ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
l. Penyakit Keluarga
Gejala : Faktor resiko keluarga, kanker (khususnya
paru), tuberkolosis, kegagalan untuk membaik.

2.1.2 Pemeriksaan fisik : data fokus


2.1.2.1 Integumen
Pucat atau sianosis sentral atau perifer, yang dapat dilihat
pada bibir atau ujung jari/dasar kuku mnandakan penurunan
perfusi perifer.
2.1.2.2 Kepala dan leher
Peningkatan tekanan vena jugularis, deviasi trakea.
2.1.2.3 Telinga
Biasanya tak ada kelainan
2.1.2.4 Mata
Pucat pada konjungtiva sebagai akibat anemia atau
gangguan nutrisi
2.1.2.5 Muka, hidung, dan rongga mulut
a. Pucat atau sianosis bibir/mukosa menandakan
penurunan perfusi
b. Ketidakmampuan menelan
c. Suara serak
2.1.2.6 Thoraks dan paru-paru
a. Pernapasan takipnea (50/menit atau lebih pada saat
istirahat)
b. Napas dangkal
c. Penurunan otot aksesoris pernapasan
d. Batuk kering/nyaring/non-produktif atau mungkin
batuk terus menerus dengan atau tanpa sputum
e. Peningkatan fremitus, kreleks inspirasi atau ekspirasi
2.1.2.7 Sistem Kardiovakuler
a. Frekuensi jantung mungkin meningkat/takikardi
(150/menit atau lebih pada sat istirahat
b. Bunyi gerakan pericardial (pericardial effusion)
2.1.2.8 Abdomen
Bising usus meningkat/menurun
2.1.2.9 System urogenital
Peningkatan frekuensi atau jumlah urine
2.1.2.10 System reproduksi
Ginekomastia, amenorrhea, impotensi
2.1.2.11 System limfatik
Pembesaran kelenjar limfe regional : leher, ketiak
(metastase)
2.1.2.12 System muskuluskeletal
a. Penurunan kekuatan otot
b. Jari-jari tubuh (clubbing fingers)
2.1.2.13 System persarafan
Perubahan status mental/kesadaran : apatis, letargi,
bingung, disorientasi, cemas dan depresi, kesulitan
berkonsentrasi
2.1.2.14 Data psikologis
Kegelisahan, pertanyaan yang diulang-ulang, perasaan
tidak berdaya, putus asa, emosi yang labil, marah, sedih.

2.1.3 Pemeriksaan penunjang


2.1.3.1 Radiologi
2.1.3.2 Laboratorium

2.2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1 : Ketidakefektifan pola napas (00032)
2.2.1 Definisi
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat.
2.2.2 Batasan karakteristik
2.2.2.1 Bradipnea
2.2.2.2 Dispnea
2.2.2.3 Fase ekspirasi memanjang
2.2.2.4 Ortopnea
2.2.2.5 Penggunaan otot bantu penapasan
2.2.2.6 Penggunaan posisi tiga-titik
2.2.2.7 Peningkatan diameter anterior-posterior
2.2.2.8 Penurunan kapasitas vital
2.2.2.9 Penurunan tekanan ekspirasi
2.2.2.10 Penurunan tekanan inspirasi
2.2.2.11 Penurunan ventilasi semenit
2.2.2.12 Pernapasan bibir
2.2.2.13 Pernapasan cuping hidung
2.2.2.14 Perubahan ekskursi dada
2.2.2.15 Pola napas abnormal (mis., irama, frekuensi, kedalam-
an)
2.2.2.16 Takipnea
2.2.3 Faktor yang berhubungan
2.2.3.1 Ansietas
2.2.3.2 Cidera medulla spinalis
2.2.3.3 Deformitas dinding dada
2.2.3.4 Deformitas tulang
2.2.3.5 Disfungsi neuromuscular
2.2.3.6 Gangguan neurologis (mis., elektroensefalogram [EEG]
positif, trauma kepala, gangguan kejang)
2.2.3.7 Hiperventilasi
2.2.3.8 Imaturitas neurologis
2.2.3.9 Keletihan
2.2.3.10 Keletihan otot pernapasan
2.2.3.11 Nyeri
2.2.3.12 Obesitas
2.2.3.13 Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
2.2.3.14 Sindrom hipoventilasi

Diagnosa 2 : Gangguan ventilasi spontan (00033)


2.2.4 Definisi
Penurunan cadangan energi yang mengakibatkan
ketidakmampuan individu untuk mempertahankan pernapasan
yang adekuat untuk menyokong kehidupan.
2.2.5 Batasan karakteristik
2.2.5.1 Dispnea
2.2.5.2 Gelisah
2.2.5.3 Ketakutan
2.2.5.4 Peningkatan frekuensi jantung
2.2.5.5 Peningkatan laju metabolisme
2.2.5.6 Peningkatan PCO2
2.2.5.7 Peningkatan penggunaan otot aksesorius
2.2.5.8 Penurunan kerja sama
2.2.5.9 Penurunan PO2
2.2.5.10 Penurunan SaO2
2.2.6 Faktor yang berhubungan
2.2.6.1 Gangguan metabolisme
2.2.6.2 Keletihan otot pernapasan

2.3 Perencanaan
Diagnosa 1 : Ketidakefektifan pola napas (00032)
2.3.1 Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria) : berdasarkan NOC
2.3.1.1 NOC :
a. Respiratory status : ventilation
b. Respiratory status : Airway patency
c. Vital sign status
2.3.1.2 Kriteria hasil :
a. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara napas
yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspnea (mampu
mengeluarkan sputum, mampu bernapas dengan
mudah, tidak ada pursed lips)
b. Menunjukkan jalan napas yang paten (klien tidak
merasa tercekik, irama napas, frekuensi pernapasan
dalam rentang normal, tidak ada suara napas
abnormal)
c. Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan
darah, nadi, pernapasan, suhu)
2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional : berdasarkan NIC
2.3.2.1 Airway Management
a. Buka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw
thrust bila perlu
b. Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi
c. Identifikasi klien perlunya pemasangan alat jalan
napas buatan
d. Pasang mayo bila perlu
e. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
f. Keluarkan secret dengan batuk atau suction
g. Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan
h. Lakukan suction pada mayo
i. Berikan bronkodilator bila perlu
j. Berikan pelembab udara, kasa basah NaCl lembab
k. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan
l. Monitor respirasi dan status O2
2.3.2.2 Oxygen Therapy
a. Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
b. Pertahankan jalan napas yang paten
c. Atur peralatan oksigenasi
d. Monitor aliran oksigen
e. Pertahankan posisi klien
f. Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi
g. Monitor adanya kecemasan klien terhadap
oksigenasi
2.3.2.3 Vital Sign Monitoring
a. Monitor TD, nadi, suhu dan RR
b. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
c. Monitor VS saat klien berbaring, duduk atau berdiri
d. Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
e. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
f. Monitor kualitas dari nadi
g. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
h. Monitor suara paru
i. Monitor pola pernapasan abnormal
j. Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit
k. Monitor sianosis perifer
l. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi, penekanan sistolik)
m. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

Diagnosa 2 : Gangguan ventilasi spontan (00033)


2.3.3 Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria) : berdasarkan NOC
2.3.3.1 NOC :
a. Respiratory status : Airway patency
b. Mechanical ventilation weaning response
c. Respiratory status : Gas Exchange
d. Breathing pattern, ineffective
2.3.3.2 Kriteria hasil :
a. Respon alergi sistemik : tingkat keparahan respons
hipersensitivitas imun sistemik terhadap antigen
lingkungan (eksogen)
b. Respon ventilasi mekanis : pertukaran alveolar dan
perfusi jaringan di dukung oleh ventilasi mekanik
c. Status pernapasan pertukaran gas : pertukaran CO2
atau O2 di alveolus untuk mempertahankan
konsentrasi gas darah arteri dalam rentang normal
d. Status pernapasan ventilasi : pergerakan udara
keluar-masuk paru adekuat
e. Tanda vital : tingkat suhu tubuh, nadi, pernapasan,
tekanan darah dalam rentang normal
2.3.4 Intervensi keperawatan dan rasional : berdasarkan NIC
Oxygen Therapy
2.3.4.1 Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
2.3.4.2 Pertahankan jalan napas yang paten
2.3.4.3 Atur peralatan oksigen dan mengelola melalui sistem,
dipanaskan dilembabkan
2.3.4.4 Administer oksigen tambahan seperti yang diperintah-
kan
2.3.4.5 Memantau aliran liter oksigen
2.3.4.6 Memantau efektivitas terapi oksigen (mis., pulse
oxymentry, ABGs)
2.3.4.7 Monitor tanda-tanda toksisitas oksigen dan penyerapan
atelectasis
III. Daftar Pustaka
Carpenito, 1998 Buku saku: Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek
Klinis, Edisi 6. Jakarta: EGC.
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan
dan Pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3. Jakarta: EGC.
Elizabeth, J. Corwin.2008. Buku Saku Patofisiologis. Jakarta: ECG.
Amin, Z., 2006. Kanker Paru. Dalam: Sudoyo, A.W., Setryohadi, B., Alwi, I.,
Simadibrata, M.K., Setiati, S. Ilmu Penyakit Dalam Edisi ke 4. Jakarta:
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia: 1015-21.
Suryo, Joko. 2010. Herbal Penyembuhan Gangguan Sistem Pernapasan.
Yogyakarta: B First.
Anonim. 2013. Ca Paru. (dalam http://www.slideshare.net/septianraha/ca-
paru?related=1) diakses pada tanggal 30 Mei 2015 pukul 20.00 WIB

Banjarmasin, ...........................2017

Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,

(.................................................................) (......................................................)

Anda mungkin juga menyukai