Anda di halaman 1dari 21

Struktur bangunan pada umumnya terdiri dari struktur bawah (lower

structure)dan struktur atas (upper structure). Struktur bawah (lower


structure) yang dimaksud adalah pondasi dan struktur bangunan yang berada di
bawah permukaan tanah, sedangkan yang dimaksud dengan struktur atas (upper
structure) adalah struktur bangunan yang berada di atas permukaan tanah seperti
kolom, balok, plat, tangga. Setiap komponen tersebut memiliki fungsi yang
berbeda-beda di dalam sebuah struktur.
Suatu bangunan gedung beton bertulang yang berlantai banyak sangat rawan
terhadap keruntuhan jika tidak direncanakan dengan baik. Oleh karena itu,
diperlukan suatu perencanaan struktur yang tepat dan teliti agar dapat memenuhi
kriteria kekuatan (strenght), kenyamanan (serviceability), keselamatan (safety), dan
umur rencana bangunan (durability).
Beban-beban yang bekerja pada struktur seperti beban mati (dead load), beban
hidup (live load), beban gempa (earthquake), dan beban angin (wind load) menjadi
bahan perhitungan awal dalam perencanaan struktur untuk mendapatkan besar dan
arah gaya-gaya yang bekerja pada setiap komponen struktur, kemudian dapat
dilakukan analisis struktur untuk mengetahui besarnya kapasitas penampang dan
tulangan yang dibutuhkan oleh masing-masing struktur (Gideon dan Takim, 1993).
Perencanaan struktur atas harus mengacu pada peraturan atau pedoman standar
yang mengatur perencanaan dan pelaksanaan bangunan beton bertulang, yaitu
Standar Tata Cara Penghitungan Struktur Beton nomor: SK SNI T-15-1991-03,
Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983, Peraturan Perencanaan
Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung tahun 1983, dan lain-lain (Istimawan,
1999).

 Pengertian Struktur Atas (Upper Structure)


Struktur atas suatu gedung adalah seluruh bagian struktur gedung
yang berada di atas muka tanah (SNI 2002). Struktur atas ini terdiri atas
kolom, pelat, balok,dinding geser dan tangga, yang masing-masing
mempunyai peran yang sangat penting.
 Komponen-Komponen Struktur Gedung Bagian Atas
 Kolom
Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang
memegang peranan penting dari suatu bangunan, sehingga
keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat
menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan
juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko,
1996).
Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh
bangunan ke pondasi. Bila diumpamakan, kolom itu seperti rangka
tubuh manusia yang memastikan sebuah bangunan berdiri. Kolom
termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan
beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta
beban hembusan angin. Kolom berfungsi sangat penting, agar
bangunan tidak mudah roboh. SK SNI T-15-1991-03
mendefinisikan kolom adalah komponen struktur bangunan yang
tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan
bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi
lateral.
Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya
merupakan gabungan antara material yang tahan tarikan dan
tekanan. Besi adalah material yang tahan tarikan, sedangkan beton
adalah material yang tahan tekanan. Gabungan kedua material ini
dalam struktur beton memungkinkan kolom atau bagian struktural
lain seperti sloof dan balok bisa menahan gaya tekan dan gaya tarik
pada bangunan.
Dalam buku struktur beton bertulang (Istimawan
dipohusodo, 1994) ada tiga jenis kolom beton bertulang yaitu :
a) Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral.
Kolom ini merupakan kolom brton yang ditulangi dengan
batang tulangan pokok memanjang, yang pada jarak spasi
tertentu diikat dengan pengikat sengkang ke arah lateral.
Tulangan ini berfungsi untuk memegang tulangan pokok
memanjang agar tetap kokoh pada tempatnya.
b) Kolom menggunakan pengikat spiral.
Bentuknya sama dengan yang pertama hanya saja sebagai
pengikat tulangan pokok memanjang adalah tulangan spiral
yang dililitkan keliling membentuk heliks menerus di
sepanjang kolom. Fungsi dari tulangan spiral adalah memberi
kemampuan kolom untuk menyerap deformasi cukup besar
sebelum runtuh, sehingga mampu mencegah terjadinya
kehancuran seluruh struktur sebelum proses redistribusi
momen dan tegangan terwujud.
c) Struktur kolom komposit
Merupakan komponen struktur tekan yang diperkuat pada arah
memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, dengan atau
tanpa diberi batang tulangan pokok memanjang.
Bentuk kolom ada dua jenis yaitu kolom utama dan kolom
praktis yang biasa digunakan pada bangunan sederhana

Gambar 1. Perbedan Kolom Praktis dan Kolom Utama


I. Kolom Utama
Yang dimaksud dengan kolom utama adalah kolom
yang fungsi utamanya menyanggah beban utama yang berada
diatasnya. Untuk rumah tinggal disarankan jarak kolom
utama adalah 3.5 m, agar dimensi balok untuk menompang
lantai tidak tidak begitu besar, dan apabila jarak antara kolom
dibuat lebih dari 3.5 meter, maka struktur bangunan harus
dihitung. Sedangkan dimensi kolom utama untuk bangunan
rumah tinggal lantai 2 biasanya dipakai ukuran 20/20, dengan
tulangan pokok 8d12mm, dan begel d 8-10cm ( 8 d 12
maksudnya jumlah besi beton diameter 12mm 8 buah, 8 – 10
cm maksudnya begel diameter 8 dengan jarak 10 cm).
II. Kolom Praktis
Adalah kolom yang berfungsi membantu kolom utama dan
juga sebagai pengikat dinding agar dinding stabil, jarak
kolom maksimum 3,5 meter, atau pada pertemuan pasangan
bata, (sudut-sudut). Dimensi kolom praktis 15/15 dengan
tulangan beton 4 d 10 begel d 8-20.
Untuk contoh gambar kolom praktis dan kolom utama bisa
kita liat dibawah ini
 Cara membuat kolom beton bertulang

1. Pada tahap perencanaan kita buat gambar desain bangunan


untuk menggambarkan bentuk konstruksinya dan menentukan
letak kolom struktur.
2. Selanjutnya melakukan perhitungan struktur bangunan untuk
mendapatkan dimensi kolom dan bahan bangunan yang kuat
untuk digunakan namun tetap ekonomis.
3. Melakukan pekerjaan pengukuran untuk menentukan posisi
kolom bangunan, ini harus pas sesuai dengan gambar rencana.
apalagi pada gedung bertingkat tinggi yang angka
toleransi kesalahan hanya beriksar 1 cm, jika salah dalam
mengukur maka ada resiko keruntuhan gedung.
4. Menghitung kebutuhan besi tulangan dan bentuk potongan besi
yang perlu dipersiapkan. ini sering disebut sebagai bestek besi.
5. Merangkai potongan besi sesuai dengan bentuk kolom yang
telah direncanakan.
6. Memasang rangkaian besi tulangan pada lokasi kolom yang
akan dibuat.
7. Membuat bekisting / cetakan. bisa terbuat dari kayu, plat
alumunium atau media lain yang mampu menahan saat proses
pekerjaan pengecoran beton.
8. Memasang bekisting sehingga membungkus besi tulangan.
9. Melakukan pengecekan posisi bekisting apakah sudah sesuai
dengan ukuran rencana, dan apakah sudah benar-benar tegak.
10. Menghitung kebutuhan beton yang dibutuhkan.
11. Membuat adukan beton atau memesan beton precast dengan
kualitas sesuai hasil perhitungan semula. misalnya mau
menggunakan mutu beton K-250, K-300, K-400 dan
seterusnya.
12. Melakukan pekerjaan pengecoran kolom, penentuan tinggi cor
bisa dilakukan dengan berpedoman pada ukuran bekisting atau
mengukur sisa cor dari ujung atas bekisting.

 Balok
Balok juga merupakan salah satu pekerjaan beton bertulang.
Balok merupakan bagian struktur yang digunakan sebagai dudukan
lantai dan pengikat kolom lantai atas. Fungsinya adalah sebagai
rangka penguat horizontal bangunan akan beban-beban.
Apabila suatu gelagar balok bentangan sederhana menahan
beban yang mengakibatkan timbulnya momen lentur akan terjadi
deformasi (regangan) lentur di dalam balok tersebut. Regangan-
regangan balok tersebut mengakibatkan timbulnya tegangan yang
harus ditahan oleh balok, tegangan tekan di sebelah atas dan
tegangan tarik dibagian bawah. Agar stabilitas terjamin, batang
balok sebagai bagian dari sistem yang menahan lentur harus kuat
untuk menahan tegangan tekan dan tarik tersebut karena tegangan
baja dipasang di daerah tegangan tarik bekerja, di dekat serat
terbawah, maka secara teoritis balok disebut sebagai bertulangan
baja tarik saja (Dipohusodo,1996).
Untuk menjadi penyaluran gaya yang baik di dalam balok,
maka di daerah momen lapangan dan momen tumpuan maksimum
dianjurkan supaya antara batang tulangan utama tidak melebihi 150
mm. Bila momen di suatu tempat menurun, jarak batas ini dapat
digandakan menjadi 300 mm. Oleh karena itu, dalam sebuah
penampang balok persegi setidaknya harus terdapat empat batang
tulangan dipasang pada tiap sudut penampang, batang-batang
disudut ini dan yang membentang sepanjang balok dilingkari oleh
sekang-sekang. Agar mendapatkan kekakuan secukupnya bagi
sengkang tulangan dianjurkan agar menggunakan batang-batang
yang diameternya tidak kurang dari 6 mm.
 Persyaratan balok menurut PBBI 1971.N.I - 2 hal. 91 sebagai
berikut :
a. Lebar badan balok tidak boleh diambil kurang dari 1/50 kali
bentang bersih. Tinggi balok harus dipilih sedemikian rupa
hingga dengan lebar badan yang dipilih.
b. Untuk semua jenis baja tulangan, diameter (diameter pengenal)
batang tulangan untuk balok tidak boleh diambil kurang dari 12
mm. Sedapat mungkin harus dihindarkan pemasangan tulangan
balok dalam lebih dari 2 lapis, kecuali pada keadaan-keadaan
khusus.
c. Tulangan tarik harus disebar merata didaerah tarik maksimum
dari penampang.
d. Pada balok-balok yang lebih tinggi dari 90 cm pada bidang-
bidang sampingnya harus dipasang tulangan samping dengan
luas minimum 10% dari luas tulangan tarik pokok. Diameter
batang tulangan tersebut tidak boleh diambil kurang dari 8 mm
pada jenis baja lunak dan 6 mm pada jenis baja keras.
e. Pada balok senantiasa harus dipasang sengkang. Jarak sengkang
tidak boleh diambil lebih dari 30 cm, sedangkan dibagian balok
sengkang-sengkang bekerja sebagai tulangan geser. Atau jarak
sengkang tersebut tidak boleh diambil lebih dari 2/3 dari tinggi
balok. Diameter batang sengkang tidak boleh diambil kurang
dari 6 mm pada jenis baja lunak dan 5 mm pada jenis baja keras.
 Klasifikasi Balok

Beberapa jenis balok antara lain :


 Balok sederhana bertumpu pada kolom diujung-ujungnya,
dengan satu ujung bebas berotasi dan tidak memiliki momen
tahan. Seperti struktur statis lainnya, nilai dari semua
reaksi,pergeseran dan momen untuk balok sederhana adalah
tidak tergantung bentuk penampang dan materialnya.
 Kantilever adalah balok yang diproyeksikan atau struktur kaku
lainnya didukung hanya pada satu ujung tetap
 Balok teritisan adalah balok sederhana yang memanjang
melewati salah satu kolom tumpuannya.
 Balok dengan ujung-ujung tetap ( dikaitkan kuat ) menahan
translasi dan rotasi
 Bentangan tersuspensi adalah balok sederhana yang ditopang
oleh teristisan dari dua bentang dengan konstruksi sambungan
pin pada momen nol.
 Balok kontinu memanjang secara menerus melewati lebih dari
dua kolom tumpuan untuk menghasilkan kekakuan yang lebih
besar dan momen yang lebih kecil dari serangkaian balok tidak
menerus dengan panjang dan beban yang sama.
Berdasarkan bahan balok terbagi dari beberapa macam, yaitu :
a. Balok kayu
Balok kayu menopang papan atau dek structural. Balok
dapat ditopang oleh balok induk, tiang, atau dinding penopang
beban. Dalam pemilihan balok kayu, factor berikut harus
dipertimbangkan : jenis kayu, kualitas structural, modulud
elastisitas, nilai tegangan tekuk,nilai tegangan geser yang
diizinkan dan defleksi minimal yang diizinkan untuk
penggunaan tertentu. Sebagai tambahan , perhatikan kondisi
pembebanan yang akurat dan jenis koneksi yang digunakan.
b. Balok baja
Balok baja menopang dek baja atau papan beton pracetak.
Balok dapat ditopang oleh balok induk ( girder ), kolom, atau
dinding penopang beban.
Balok induk, balok, kolom baja structural digunakan untuk
membangun rangka bermacam-macam struktur mencakup
bangunan satu lantai sampai gedung pencakar langit. Karena
baja structural sulit dikerjakan lokasi (on-site) maka biasanya
dipotong, dibentuk, dan dilubangi dalam pabrik sesuai
spesifikasi disain. Hasilnya berupa konstruksi rangka structural
yang relative cepat dan akurat. Baja structural dapat dibiarkan
terekspos pada konstruksi tahan api yang tidak terlindungi, tapi
karena baja dapat kehilangan kekuatan secara drastic karena api,
pelapis anti api dibutuhkan untuk memenuhi kualifikasi sebagai
konstruksi tahan api.
Balok baja berbentuk wide-flange ( W ) yang lebih efisien
secara structural telah menggantikan bentuk klasik I-beam ( S ).
Balok juga dapat berbentuk channel ( C ), tube structural,
c. Balok beton
Pelat beton yang dicor di tempat dikategorikan menurut
bentangan dan bentuk cetakannya.
 Berdasarkan Fungsinya, balok terdiri atas:
a. Balok dukung girder
Suatu balok yang daya dukungnya perlu ditambahkan
dengan cara menambahkan pelat baja lebar pada bagian sayap
atas dan bawah suatu penampang lintang balok profil
b. Balok lantai
Suatu balok yang berfungsi menompang balok anak dan
balok induk dalam suatu system struktur lantai.
c. Balok anak dan balok induk pada system lantai
Suatu balok yang berfungsi menompang pelat lantai, dimana
pelat lantai dapat terbuat dari beton, papan kayu, pelat baja, dan
aluminium.
d. Balok atap ( kuda- kuda, kasau dan sebagainya )
Balok struktur atap seperti balok gordeng untuk menompang
balok kasau, dan balok kasau menompang balok reng dan
sebagainya.
e. Balok spandrel
Balok batas pinggir bangunan dapat dibentuk lengkung,
lurus horizontal.
f. Balok lintel
Balok yang terletak diatas kusen pintu atau jendela, yang
berfungsi sebagai penompang horizontal yang mentransfer
beban dinding diatas kusen.
g. Balok pengikat
Berfugsi mentransfer beban vertical maupun lateral kebalok
maupun kekolom struktur.
h. Balok stringer
Balok yang berhubungan langsung kepada system lantai
yang ditopang pada titik sambungan panel lantai-balok rangka
batang pada setiap sisi dek pelat lantai
i. Balok diaphragms
Balok diantara balok girder pada suatu system struktur
rangka batang

 Pelat Lantai
Plat lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah
langsung, jadi merupakan lantai tingkat. Plat lantai ini didukung
oleh balok-balok yang bertumpu pada kolom-kolom bangunan.
 Ketebalan plat lantai ditentukan oleh :
a. Besar lendutan yang diijinkan
b. Lebar bentangan atau jarak antara balok-balok
pendukung
c. Bahan konstruksi dan plat lantai
 Berdasarkan aksi strukturalnya, pelat dibedakan menjadi
empat (Szilard, 1974)
a. Pelat kaku
b. Membran
c. Pelat flexibel
d. Pelat tebal
 Bahan untuk Plat lantai dapat dibuat dari :
a. Plat Lantai Kayu
b. Plat Lantai Beton
c. Plat Lantai Yumen ( Kayu Semen )
 Sistem plat lantai
a) Sistem Pelat SatuSistem
b) Pelat Dua Arah
 Pekerjaan Konstruksi Pelat Lantai dan Balok
Pekerjaan balok dilaksanakan setelah pekerjaan kolom telah
selesai dikerjakan. Pada proyek Apartement sistem balok yang
dipakai adalah konvensional. Balok yang digunakan memiliki tipe
yang berbeda-beda. Balok terdiri dari 2 macam, yaitu balok utama
(balok induk) dan balok anak.
Semua perkerjaan balok dan pelat dilakukan langsung di lokasi yang
direncanakan, mulai dari pembesian, pemasangan bekisting,
pengecoran sampai perawatan.

1) Tahap Persiapan
a. Pekerjaan Pengukuran
Pengukuran ini bertujuan untuk
mengatur/ memastikan kerataan ketinggian balok dan
pelat. Pada pekerjaan ini digunakan pesawat
ukur theodolithe.
b. Pembuatan Bekisting
Pekerjaan bekisting balok dan pelat merupakan
satu kesatuan pekerjaan, kerena dilaksanakan secara
bersamaan. Pembuatan panel bekisting balok harus sesuai
dengan gambar kerja. Dalam pemotongan plywood harus
cermat dan teliti sehingga hasil akhirnya sesuai dengan
luasan pelat atau balok yang akan dibuat. Pekerjaan balok
dilakukan langsung di lokasi dengan mempersiapkan
material utama antara lain: kaso 5/7, balok kayu 6/12,
papan plywood.
c. Pabrikasi besi
Untuk balok, pemotongan dan pembengkokan besi
dilakukan sesuai kebutuhan dengan bar cutter dan bar
bending. Pembesian balok ada dilakukan dengan sistem
pabrikasi di los besi dan ada yang dirakit diatas bekisting
yang sudah jadi. Sedangkan pembesian plat dilakukan
dilakukan di atas bekisting yang sudah jadi.
2) Tahap Pekerjaan Balok dan Pelat
Pengerjaan balok dan pelat dilakukan secara
bersamaan pada dasar.
a. Pembekistingan balok
Tahap pembekistingan balok adalah sebagai berikut :
(1)Scaffolding dengan masing – masing jarak 100
cm disusun berjajar sesuai dengan kebutuhan di
lapangan, baik untuk bekisting balok maupun pelat.
(2)Memperhitungkanketinggian scaffolding balok dengan
mengatur base jack atau U-head jack nya.
(3)Pada U-head dipasang balok kayu ( girder )
6/12 sejajar dengan arah cross brace dan diatas
girder dipasang balok suri tiap jarak 50 cm (kayu
5/7) dengan arah
melintangnya, kemudian dipasang pasangan plywood s
ebagai alas balok.
(4)Setelah itu, dipasang dinding bekisting balok dan
dikunci dengan siku yang dipasang di atas suri-suri.
b. Pembekistingan pelat
Tahap pembekistingan pelat adalah sebagai berikut :
(1) Scaffolding disusun berjajar bersamaan dengan
scaffolding untuk balok. Karena posisi pelat lebih tinggi
daripada balok maka Scaffolding untuk pelat lebih
tinggi daripada balok dan diperlukan main
frame tambahan dengan menggunakan Joint pin.
Perhitungkan ketinggian scaffolding pelat dengan
mengatur base jack dan U-head jack nya
(2) Pada U-head dipasang balok kayu ( girder )
6/12 sejajar dengan arah cross brace dan diatas
girder dipasang suri-suri dengan arah melintangnya.
(3) Kemudian dipasang plywood sebagai alas
pelat. Pasang juga dinding untuk tepi pada pelat dan
dijepit menggunakan siku..Plywood dipasang serapat
mungkin, sehingga tidak terdapat rongga yang dapat
menyebabkan kebocoran pada saat pengecoran
(4) Semua bekisting rapat terpasang, sebaiknya diolesi
dengan solar sebagai pelumas agar beton tidak
menempel pada bekisting, sehingga dapat
mempermudah dalam pekerjaan pembongkaran dan
bekisting masih dalam kondisi layak pakai untuk
pekerjaan berikutnya.
c. Pengecekan
Setelah pemasangan bekisting balok dan pelat
dianggap selesai selanjutnya pengecekan tinggi level
pada bekisting balok dan pelat dengan waterpass, jika
sudah selesai maka bekisting untuk balok dan pelat
sudah siap.
d. Pembesian balok
Tahap pembesian balok adalah sebagai berikut :
(1) Untuk Pembesian balok pada awalnya dilakukan
pabrikasi di los besi kemudian diangkat
menggunakan tower crane ke lokasi yang akan
dipasang.
(2) Besi tulangan balok yang sudah diangkat lalu
diletakkan diatas bekisting balok dan ujung besi
balok dimasukkan ke kolom.
(3) Pasang beton decking umtuk jarak selimut beton
pada alas dan samping balok lalu diikat.
Untuk pembesian balok dilakukan 3 kali perubahan
dalam metode pemasangannya. Perubahan yang
pertama yaitu semua besi tulangan dipabrikasi seluruh
bagian sampai balok jadi utuh, namun ada kendala pada
saat pertemuan pembesian kolom sehingga dilakukan
perubahan yang kedua yaitu dengan pembesian
pabrikasi sebagian, tulangan memanjang dan sengkang
dipisah namun ada kendala pada saat pembersihannya
dan perubahan yang terakhir semua bagian pembesian
dilakukan ditempat yang akan dicor tidak
dipabrikasikan lagi dan sampai kini metode ini yang
paling baik untuk digunakan.

e. Pembesian pelat
Setelah tulangan balok terpasang. Selanjutnya adalah
tahap pembesian pelat, antara lain :
(1) Pembesian pelat dilakukan langsung di atas bekisting
pelat yang sudah siap. Besi tulangan diangkat
menggunakan tower crane dan dipasang diatas
bekisting pelat.
(2) Rakit pembesian dengan tulangan bawah terlebih
dahulu. Kemudian pasang tulangan ukuran tulangan
D10-200.
(3) selanjutnya secara menyilang dan diikat
menggunakan kawat ikat.
(4) Letakkan beton deking antara tulangan bawah pelat
dan bekisting alas pelat. Pasang juga tulangan kaki
ayam antara untuk tulangan atas dan bawah pelat.
f. Pengecekan
Setelah pembesian balok dan pelat dianggap selesai,
lalu diadakan checklist/ pemeriksaan untuk tulangan.
Adapun yang diperiksa untuk pembesian balok adalah
diameter dan jumlah tulangan utama, diameter, jarak,
dan jumlah sengkang, ikatan kawat, dan beton decking.
Untuk pembesian pelat lantai yang diperiksa adalah,
penyaluran pembesian pelat terhadap balok, jumlah dan
jarak tulangan ekstra, perkuatan (sparing) pada lubang-
lubang di pelat lantai, beton decking, kaki ayam, dan
kebersihannya.
g. Pembongkaran Bekisting
Pembongkaran bekisting pelat dilakukan setelah 4
hari pengecoran sedangkan untuk balok pembongkaran
bekisting dilakukan 7 hari setelah pengecoran. Setelah
bekisting di bongkar kemudian dipasang sapot sebagai
penunjang pelat dan beban diatasnya.

3). Tahap Pengecoran Pelat dan Balok


a) Administrasi pengecoran
(1) Setelah bekisting dan pembesian
siap engineer mengecek ke lokasi atau zona yang
akan dicor
(2) Setelah semua OK, engineer membuat izin cor dan
mengajukan surat izin ke konsultan pengawas
(3) Kemudian tim pengawas melakukan survey ke lokasi
yangdiajukan dalam surat cor
(4) Setelah OK konsultan pengawas menandatangani
surat izn cor tersebut
(5) Surat izin cor dikembalikan kepada engineer dan
pengecoran boleh dilaksanakan.
b) Proses Pengecoran Pelat lantai dan Balok
Pengecoran pelat dilaksanakan bersamaan dengan
pengecoran balok.. Peralatan pendukung untuk pekerjaan
pengecoran balok diantaranya yaitu : bucket, truck mixer,
vibrator, lampu kerja, papan perata. Adapun proses
pengecoran pelat sebagai contoh
pengamatan yaitu adalah sebagai berikut :
1. Setelah mendapatkan Ijin pengecoran
disetujui, engineer menghubungi pihak beaching plan
untuk mengecor sesuai dengan mutu dan volume yang
dibutuhkan di lapangan.

2. Pembersihan ulang area yang akan dicor


dengan menggunakan air compressor sampai benar –
benar bersih

3. Truck Mixer tiba di proyek dan laporan ke


satpam kemudian petugas dari PT. ADHIMIX PRECAST
menyerahkan bon penyerahan barang yang berisi waktu
keberangkatan, kedatangan, waktu selesai, volume.

4. Bucket dipersiapkan sebelumnya kemudian di


siram air untuk membersihkan bucket dari debu-debu atau
sisa pengecoran sebelumnya. Selanjutnya mempersiapkan
satu keranjang dorong untuk mengambil sampel dan test
slump yang diawasi olah engineer dan pihak pengawas.

5. Setelah dinyatakn OK, pengecoran siap


dilaksanakan

6. Sampel benda uji diambil bersamaan selama


pengecoran berlangsung, diambil Beton yang keluar dari
truk kemudian dituang ke bucket lalu bucket diangkut
dengan TC

7. Setelah bucket sampai pada tempat yang akan


dicor, petugas bucket membuka katup bucket untuk
mengeluarkan beton segar ke area pengecoran.

8. Kemudian pekerja cor meratakan beton segar


tersebut ke bagian balok terlebih dahulu selanjutnya untuk
plat diratakn oleh scrub secara manual lalu check level
dengan waterpass.1 pekerja vibrator memasukan alat
kedalam adukan kurang lebih 5-10 menit di setiap bagian
yang dicor. Pemadatan tersebut bertujuan untuk mencegah
terjadinya rongga udara pada beton yang akan mengurangi
kualitas beton.

9. Setelah dipastikan balok dan pelat telah terisi


beton semua, permukaan beton segar tersebut diratakan
dengan menggunakan balok kayu yang panjang dengan
memperhatikan batas ketebalan pelat yang telah ditentukan
sebelumnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar

10. Pekerjaan ini dilakukan berulang sampai beton


memenuhi area cor yang telah ditentukan, idealnya waktu
pengecoran dilakukan 6 sampai 8 jam

c) Pengecoran Balok
Setelah pekerjaan pembesian balok dan pelat selesai, maka
dapat dilakukan pengecoran. Pengecoran balok dan pelat dilakukan
bersamaan. Nilai slump pada pelat 12 2cm (10 cm s/d 14 cm)
sedangkan pada balok 12 2cm (10 cm s/d 14 cm). Pengecoran
balok dan pelat dengan menggunakn concrete pump dengan
menggunakan betonreadymix.
Sebelum proses pengecoran dilaksanakan, maka perlu
dilakukan pemeriksaan bekisting meliputi: Posisi bekisting harus
dicek lagi apakah sudah sesuai dengan yang direncanakan.
Bekisting harus lurus, tegak, tidak bocor, dan kuat. Selain mengenai
hal tersebut, sebelum dilaksanakan pengecoran, bekisting
dibersihkan dulu dengan menggunakan compressor.
Pelaksanaan pengecoran balok dan pelat adalah sebagai berikut:
(a) Untuk pelaksanaan pengecoran balok dan pelat lantai,
digunakan concrete pump yang menyalurkan
beton readymix dari truck mixer ke lokasi pengecoran, dengan
menggunakan pipa pengecoran yang di sambung-sambung

(b) Alirkan beton readymix sampai ke lokasi pengecoran, lalu


padatkan dengan menggunakan vibrator.
(c) Setelah beton dipadatkan, maka dilakukan petrataan permukaan
coran dengan menggunakan alat-alat manual.
(d) Setelah proses pengecoran selesai ampai batas pengecoran,
maka dilakukan finishing.

4). Pembongkaran Bekisting


Untuk pelat pembongkaran besting dilakukan setelah 4 hari
pengecoran sedangkan untuk balok pembongkaran bekisting
dilakukan 7 hari setelah pengecoran. Sebagai penunjang sampai
pelat benar – benar mengeras.
5). Perawatan (curing)
Setelah dilaksanakan pengecoran, maka untuk menjaga agar mutu
beton tetap terjaga dilakukan perawatan beton. Perawatan beton
yang dilakukan adalah dengan menyiram/membasahi beton 2 kali
sehari selama 1 minggu
 Dinding Geser
Dinding Geser (shear wall) adalah suatu struktur balok kantilever tipis
yang langsing vertikal, untuk digunakan menahan gaya lateral. Biasanya
dinding geser berbentuk persegi panjang, Box core suatu tangga, elevator
atau shaft lainnya. Dan biasanya diletakkan di sekeliling lift, tangga atau
shaft guna menahan beban lateral tanpa mengganggu penyusunan ruang
dalam bangunan.
Usaha untuk memonolitkan antara profil dengan beton pada struktur
dinding geser, diberikan kabel pada dinding yang berupa baja mutu tinggi.
Dengan pemberian profil sebagai tambahan untuk pengaku dalam menahan
gaya lateral. Dinding geser dengan penambahan profil memberikan hasil
kapasitas yang jauh lebih besar dibandingkan penampang dinding geser biasa
dengan selisih beda 100% yang bisa dilihat pada diagram interaksi momen
(Mn) dan beban axial(Pn). Perbedaan tersebut didapat dengan menarik garis
linear pada diagram tersebut.
Dengan adanya dinding geser yang kaku pada bangunan, sebagian besar
beban gempa akan terserap oleh dinding geser tersebut. Perencanaan geser
pada dinding structural untuk bangunan tahan gempa didasarkan pada
besarnya gaya dalam yang terjadi akibat beban gempa. Namun, dalam
prakteknya masih terdapat keraguan akan keandalan hasil desain dinding
geser berdasarkan konsep ini. Hal ini menyebab kan masih disyaratkannya
konsep desain kapasitas untuk perencanaan dinding geser dalam berbagai
proyek gedung tinggi di Indonesia. Menurut konsep desain kapasitas, kuat
geser dinding didesain berdasarkan momen maksimum yang paling mungkin
terjadi di dasar dinding.
Dalam prakteknya dinding geser selalu dihubungkan dengan system
rangka pemikul momen pada gedung. Dinding struktural yang umum
digunakan pada gedung tinggi adalah dinding geser kantilever dan dinding
geser berangkai. Dinding geser beton bertulang kantilever adalah suatu
subsistem struktur gedung yang fungsi utamanya adalah untuk memikul
beban geser akibat pengaruh gempa rencana. Kerusakan pada dinding ini
hanya boleh terjadi akibat momen lentur (bukan akibat gaya geser), melalui
pembentukkan sendi plastis di dasar dinding.
 Atap
Atap adalah bagaian paling atas dari suatu bangunan, yang melilndungi
gedung dan penghuninya secara fisik maupun metafisik
(mikrokosmos/makrokosmos).
Permasalahan atap tergantung pada luasnya ruang yang harus dilindungi,
bentuk dan konstruksi yang dipilih, dan lapisan penutupnya. Di daerah tropis
atap merupakan salah satu bagian terpenting. Struktur atap terbagi menjadi
rangka atap dan penopang rangka atap. Rangka atap berfungsi menahan beban
dari bahan penutup. Penopang rangka atap adalah balok kayu / baja yang
disusun membentuk segitiga,disebut dengan istilah kuda-kuda.

Fungsi dari atap adalah :


· Mencegah pengaruh dari hembusan angin.
· Penaruh beban sendiri.
· Curah hujan.
· Melindungi ruang bawah, manusia serta elemen yang ada
dibawahnya dari pengaruh cuaca.
· Sinar cahaya matahari.
· Sinar panas matahari.
· Petir dan bunga api penerbangan.
 Kuda-kuda
Kontruksi kuda-kuda adalah suatu komponen rangka batang yang
berfungsi untuk mendukung beban atap termasuk juga beratnya sendiri dan
sekaligus dapat memberikan bentuk pada atapnya. Kuda – kuda merupakan
penyangga utama pada struktur atap. Umumnya kuda-kuda terbuat dari :
 Kuda-kuda Kayu
Digunakan sebagai pendukung atap dengan bentang sekitar 12 m.
· Kuda-kuda Bambu Pada umumnya mampu mendukun beban atap sampai
dengan 10 m.
 Kuda-kuda Baja
Sebagai pendukung atap, dengan sistem frame work atau lengkung dapar
mendukung beban atap sampai beban atap sampai dengan bentang 75 m,
seperti pada hanggar pesawat, stadion olahraga, bangunan pabrik, dan lain-
lain.
 Kuda-kuda dari Beton Bertulang
Dapat digunakan pada atap dengan bentang sekitar 10 hingga 12 m.

Pada dasarnya konstruksi kuda-kuda terdiri dari rangkaian batang yang


selalu membentuk segitiga. Kuda-kuda diletakkan di atas dua tembok selaku
tumpuannya. Perlu diperhatikan bahwa tembok diusahakan tidak menerima gaya
horizontal maupun momen, karena tembok hanya mampu menerima beban vertikal
saja. Kuda-kuda diperhitungkan mampu mendukung beban-beban atap dalam satu
luasan atap tertentu. Beban-beban yang dihitung adalah beban mati (yaitu berat
penutup atap, reng, usuk, gording, kuda-kuda) dan beban hidup (angin, air hujan,
orang pada saat memasang/memperbaiki atap).

 Tangga
Tangga merupakan suatu komponen struktur yang terdiri dari plat,
bordes dan anak tangga yang menghubungkan satu lantai dengan lantai di
atasnya. Tangga mempunyai bermacam-macam tipe, yaitu tangga dengan
bentangan arah horizontal, tangga dengan bentangan ke arah memanjang,
tangga terjepit sebelah (Cantilever Stairs) atau ditumpu oleh balok tengah.,
tangga spiral (Helical Stairs), dan tangga melayang (Free Standing Stairs).

Bagian-Bagian struktur tangga :

1. a) Ibu Tangga
2. b) Anak Tangga
Jenis-jenis tangga menurut strukturnya :
1. Tangga Plat
2. Tangga Balok
3. Tangga kantilever

Anda mungkin juga menyukai