Jawab:
Universitas Indonesia
2
alveoli, kuman TB akan difagositosis oleh neutrofil dan makrofag alveolar. Proses
selanjutnya dipengaruhi oleh patogenesitas atau virulensi dari kuman TB serta
kemampuan sel tubuh menggeliminasinya. Pada sebagian besar kasus, kuman TB
berhasil dihancurkan oleh makrofag alveolar melalui proses fagositosis.
Makrofag alveolar adalah lini pertahanan pertama melawan infeksi basil
TB, pada sebagian kecil kasus makrofag alveolar tidak mampu menahan
pertumbuhan bakteri, basil akan hidup dan bereplikasi didalam makrofag dan
menyebabkan makrofag yang terinfeksi menjadi lisis. Makrofag yang terinfeksi
akan melepaskan sitokin-sitokin inflamasi. Kemudian respon proinflamasi lokal
terbentuk melalui Toll like receptor agonist yang mengelilingi permukaan bakteri.
Sel Natural Killer (sel NK) merupakan sel yang penting yang tiba ditempat infeksi
pertama sebelum kemudian disusul oleh populasi sel limfosit T yang
memproduksi IFN-γ dan TNF-α dan kemokin inflamasi diproduksi oleh makrofag
yang terinfeksi akan merekrut sel-sel darah putih dan melanjutkan serangkaian
peristiwa imunologis ditempat tersebut. Sementara kuman TB dalam makrofag
terus berkembang biak dan membentuk koloni ditempat tersebut. Secara bersama-
sama, sel-sel ini memulai kaskade proses yang diperantai kemokin dan sitokin
yang menarik makrofag dan sel T bergerak menuju ke tempat infeksi terjadi.
Kemudian terjadi eksudat plasma dan pembentukan bekuan. agregasi makrofag
membentuk formasi awal dari inti granuloma.
Granuloma merupakan petanda dari penyakit TB, granuloma dibentuk
oleh kumpulan fagosit mononuclear (MN) dan sel T pada tempat replikasi bakteri
dengan makrofag yang terinfeksi berada ditengahnya. Makrofag yang terinfeksi
berdifferensiasi ke dalam berbagai bentuk mulai dari makrofag jaringan, sel
epiteloid dan sel raksasa yang dikenal sebagai sel datia Langhan’s. Sel T yang
diaktivasi mengeluarkan berbagai macam sitokin untuk mengendalikan basil TB
dan mengaktifkan sel limfosit T sitotoksik. Karakteristik granuloma TB adalah
pada pusatnya terdapat jaringan nekrotik, sel-sel debris, dan basil TB yang telah
mati. Basil TB ditemukan pada zona antara pusat nektorik dan dinding dari
granuloma. Makrofag secara metabolik aktif mengkonsumsi oksigen yang ada
sehingga daerah granuloma menjadi anoksik dan nekrotik.
TB pleura terjadi akibat dari antigen TB memasuki rongga pleura,
biasanya melalui pecahnya fokus subpleural dan terjadi interaksi dengan limfosit
Universitas Indonesia
3
yang akan menghasilkan suatu reaksi hipersensitivitas tipe lambat. Limfosit akan
melepaskan limfokin yang akan menyebabkan peningkatan permeabilitas dari
kapiler pleura terhadap protein yang akan menghasilkan cairan pleura. Sel T
helper tipe 1 (Th 1) subset memperantarai limfosit dalam memberikan respon
terhadap infeksi M.Tb. Efusi pleura ini dapat terjadi setelah infeksi primer atau
reaktivasi TB yang mungkin terjadi jika penderita mengalami imunitas rendah,
dan juga tidak melibatkan basil yang masuk ke rongga pleura.
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Indonesia