PENDAHULUAN
1
1. Mengapa Al-Qur’an dapat menjadi inspirasi perkembangan
kebudayaan Islam di Indonesia ?
2. Mengapa as-Sunnah dijadikan penguat pengembangan budaya
Islam di Indonesia setelah Al-Qur’an ?
3. Mengapa Ijtihad membentuk mekanisme kontekstualisasi Al-
Qur’an dan Sunnah ?
1.3. TUJUAN
Tujuan dari makalah ini adalah :
1. Menganalisis Al-Qur’an sebagai inspirasi kebudayaan Islam di
Indonesia.
2. Menganalisis Sunnah sebagai penguat pengembangan budaya
Islam di Indonesia.
3. Menganalisis ijtihad sebagai mekanisme kontekstualisasi Al-
Qur’an dan Sunnah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.
2.1. DEFINISI AL-QUR’AN
‘
Al-Qur’an adalah kitab suci agama Islam. Umat islam percaya
bahwa Al-Qur’an merupakan puncak dan penutup Wahyu Allah yang
diperuntukkan bagi manusia, dan bagian dari rukun iman yang disampaikan
kepada Nabi Muhammad SAW, melalui perantara Malaikat Jibril. Dan
sebagai Wahyu pertama yang diterima Rasulullah SAW, sebagaimana
terdapat dalam surat Al-Alaq ayat 1-5. Al-Qur’an merupakan salah satu
kitab yang mempunyai sejarah panjang yang dimiliki oleh umat Islam dan
sampai sekarang masih terjaga keasliannya.
Pengertian diatas dapat kita baca dalam surah Al-Qiyamah ayat 17-18 yang
artinya: "Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya dan
3
membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah
bacaannya itu.“(Q.S. Al- Qiyamah, 17-18). Menurut imam syarii Al-
Qur’an bukan berasal dari qara’a karena Al-Qur’an berasal dari sang
pencipta atau allah yang menamai ciptaannya.
Sunnah berasal dari bahasa arab yang secara etimologis berarti’ jalan
yang biasa dilalui” atau “cara yang senantiasa dilakukan“ , atau “kebiasaan
yang selalu dilaksanakan”, apakah kebiasaan atau cara itu sesuatu
kebiasaan yang baik atau buruk.
4
menurut para ahli hadist identik dengan hadist, yaitu: seluruh yang
disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik perkataan, perbuatan,
maupun ketetapan ataupun yang sejenisnya (sifat keadaan atau himmah).
Sunnah menurut ahli ushul fiqh adalah “ segala yang diriwayatkan dari
Nabi Muhammad SAW, berupa perbuatan, perkataan , dan ketetapan yang
berkaitan dengan hukum”.
5
Dengan kata lain,ijtihad adalah pengerahan segala kesanggupan
seorang faqih (pakar fiqih islam) untuk memperoleh pengetahuan tentang
hukum sesuatu melalui dalil syara’. Sedangkan ijtihad menurut istilah
ulama’ ushul adalah mengerahkan segala daya untuk menghasilkan hukum
syara’ dari dalilnya yang rinci diantara dalil syara’.
6
bukan hanya di Negara Arab yang notabene tempat penyebaran pertama,
namum kebudayaan Islam terpencar ke seluruh dunia dimana ada pemeluk
Islam di dalamnya.
7
pemeluk Islam mungkin malah telah dianggap menyimpang dari ajaran-
ajaran dasar agama Islam itu sendiri. Misalnya, adalah kegiatan Yâsinan,
yaitu pembacaan surat Yâsin pada malam Jum`at oleh kelompok-kelompok
pengajian tertentu, atau membacanya di rumah seseorang yang salah
seorang keluarganya telah meninggal. Wujud lainnya adalah penulisan
ayat-ayat al-Qur`an menjadi seni kaligrafi atau lukisan kaligrafis.
Telah diketahui bahwa sunnah rasul itu adalah segala tindakan dan
ucapan Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam dalam menjalani hidupnya
yang patut dicontoh oleh seluruh umat Islam. Namun faktanya, dalam
kehidupan sehari-hari, sunnah rasul sering identik dengan aktivitas di hari
Kamis malam atau malam Jumat saja. Parahnya lagi, istilah sunnah rasul
ini lebih populer atau sering diartikan hanya sebatas hubungan suami istri
pada kedua hari tersebut.
Padahal, tidak ada hadits shahih atau ayat Alquran yang mengatakan
sunnah rasul malam Jumat identik dengan melakukan hubungan suami istri.
Pendapat yang kuat justru menganjurkan untuk melakukan hubungan intim
di hari Jumat. Yaitu sebelum berangkat shalat Jumat di siang hari, bukan
malam Jumat. Karena batas awal waktu mandi untuk shalat Jumat adalah
setelah terbit fajar hari Jumat.
8
setahun.” (H.R. Ahmad, An-Nasa’i, dan Ibnu Majah; dinilai sahih oleh
Imam An-Nawawi dan Syekh Al-Albani)
9
tentang masalah-masalah yang dihadapi oleh umat Islam baik yang sudah
lama terjadi di zaman Rasullullah maupun yang kekinian.
10
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.
3.1. KESIMPULAN
Jika islam itu satu sedangkan budaya beragam, maka peletakan dan
pemosisiannya haruslah seimbang dan tidak berselisih. Gusdur dalam
essaynya menuliskan : “Agama islam bersumberkan wahyu dan memiliki
norma-normanya sendiri. Karena bersifat normatif, maka ia cenderung
menjadi permanen. Sedangkan budaya adalah buatan manusia, karenanya
ia berkembang sesuai dengan keadaan zaman dan cenderung untuk selalu
berubah”. Artinya dalam hal ini ada pertimbangan antara tekstual dengan
kontekstual, dimana pakem islam disesuaikan dengan budaya yang berjalan
di Indonesia.
11
3.2. SARAN
Agama dan budaya di Indonesia, jika dilihat dari konteks Islam yang
berkembang dan hidup di Nusantara ini telah menjadi hubungan simbiosis.
Kedatangan Islam ke Indonesia datang dengan cara damai dan
penyebarannya kepada rakyat umum serta para bangsawan. Para ulama
dalam menyebarkan Islam mempunyai kajian terhadap situasional dimana
setting akan disebarkan Islam itu. Sehingga dengan metode itulah, secara
cepat- meskipun belum sempurna Islamnya dapat menarik masyarakat
untuk memeluk Islam (mungkin baru menyentuh kulitnya). Metode yang
dipergunakan oleh ulama masih harus diperbaiki sampai kepada pegamalan
Islam secara sempurna. Hanya karena dibatasi oleh waktu dan ulama
tersebut meninggal maka untuk melakukan perbaikan tersebut menjadi
mandeg dan hal itu menjadikan metode tersebut sebagai bagian dari Islam
oleh generasi selanjutnya.
12
DAFTAR PUSTAKA
Djojonegoro, Wardiman. (1996). Ruh Islam Dalam Budaya Bangsa: Wacana Antar
Agama dan Bangsa. Jakarta: Yayasan Festival Istiqlal.
Faruqi, Ismail R al-, dan Faruqi, Louis Lamya al-. Atlas Budaya Islam. Bandung:
Mizan, 2001.
Suryo, Joko, et al. Agama dan Perubahan Sosial: Studi tentang Hubungan antara
Islam, Masyarakat dan Struktur Sosial-Politik Indonesia. Yogyakarta: Pusat
Antar Universitas-Studi Sosial UGM, 1993.
Suyûthî, Jalal al-Dîn al-. Jâmi’ al-Shaghîr. Juz 1. (Beirut: Dâr al-Fikr, 1994)
Wijdan SZ, Aden. Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta: Safiria Insania
Press, 2007.
13