Anda di halaman 1dari 21

BAB I

Konsep Dasar Medis

A. DEFENISI / PENGERTIAN

Osteomyelitis adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum

dan atau kortek tulang dapat berupa eksogen (infeksi masuk dari luar tubuh)

atau hemotogen (infeksi yang berasal dari dalam tubuh). (Reeves,2001:257).

Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena

penyebaran infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau yang lebih sering,

setelah kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi (osteomielitis eksogen)

(Corwin, 2001).

Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan sumsum tulang yang dapat

disebabkan oleh bakteri, virus atau proses spesifik (Mansjoer, 2000).

Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang

yang disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus

influensae
B. KLASIFIKASI

Dari uraian di atas maka dapat diklasifikasikan dua macam osteomielitis, yaitu:

1. Osteomielitis Primer.

Penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme berasal dari

focus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah.

2. Osteomielitis Sekunder.

Terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat dari bisul, luka

fraktur dan sebagainya.

Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3 yaitu:

1. Osteomielitis akut

Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama

atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya

terjadi pada anak-anak dari pada orang dewasa dan biasanya terjadi

sebagai komplikasi dari infeksi di dalam darah. (osteomielitis

hematogen)Osteomielitis akut terbagi menjadi 2, yaitu:

1. Osteomielitis hematogen

Merupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari darah.

Osteomielitis hematogen akut biasanya disebabkan oleh penyebaran

bakteri darah dari daerah yang jauh. Kondisi ini biasannya terjadi pada

anak-anak. Lokasi yang sering terinfeksi biasa merupakan daerah yang


tumbuh dengan cepat dan metafisis menyebabkan thrombosis dan

nekrosis local serta pertumbuhan bakteri pada tulang itu sendiri.

Osteomielitis hematogen akut mempunyai perkembangan klinis dan

onset yang lambat.

2. Osteomielitis direk

Disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri

akibat trauma atau pembedahan. Osteomielitis direk adalah infeksi

tulang sekunder akibat inokulasi bakteri yang menyebabkan oleh

trauma, yang menyebar dari focus infeksi atau sepsis setelah prosedur

pembedahan. Manifestasi klinis dari osteomielitis direk lebih

terlokasasi dan melibatkan banyak jenis organisme.

3. Osteomielitis sub-akut

Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi

pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul.

4. Osteomielitis kronis

Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak

infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis

sub-akut dan kronis biasanya terjadi pada orang dewasa dan biasanya

terjadi karena ada luka atau trauma (osteomielitis kontangiosa),

misalnya osteomielitis yang terjadi pada tulang yang fraktur.


Osteomyelitis menurut penyebabnya adalah osteomyelitis biogenik

yang paling sering :

1. Staphylococcus ( orang dewasa)

2. Streplococcus ( anak-anak )

3. Pneumococcus dan Gonococcus

C. ETIOLOGI

Adapun penyebab – penyebab osteomielitis ini adalah:

1. Bakteri

2. Virus

3. Jamur

4. Mikroorganisme lain ( Smeltzer, Suzanne C, 2002 )

5. Haemophylus influenza (50%) pada anak-anak dibawah umur 4 tahun.

Organism yang lain seperti : bakteri coli, salmonella thyposa dan

sebagainya.

6. Proses spesifik (M.Tuberculosa)

7. Penyebaran hematogen dari pusat infeksi jauh (tonsilitis, bisul atau

jerawat, ISPA).
Osteomyelitis juga bisa terjadi melalui 3 cara ( Wikipedia, the free

encyclopedia, 2000) yaitu:

1. Aliran darah

Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah)

dari fokus infeksi di tempat lain (misalnya tonsil yang terinfeksi,

lepuh, gigi terinfeksi). Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari

bagian tubuh yang lain ke tulang. Pada anak-anak, infeksi biasanya

terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan. Sedangkan pada orang

dewasa biasanya terjadi pada tulang belakang dan panggul.

Osteomyelitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi ditempat

di mana terdapat trauma.

2. Penyebaran langsung

Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui fraktur

terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak, selama pembedahan

tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang.

3. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya

Osteomyelitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan

lunak Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke

tulang setelah beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa

timbul di daerah yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi

penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh

jeleknya pasokan darah (misalnya ulkus dekubitus yang terinfeksi ).


D. PATOFISIOLOGI

Patologi yang terjadi pada ostemielitis hematogen akut tergantung pada

usia,daya tahan klien,lokasi infeksi,dan virulensi kuman.Infeksi terjadi melalui

saluran darah dari focus ditempat lain dalam tubuh pada fase bakteremia dan

dapat menimbulkan septikimia. Embulus infeksi kemudian masuk ke dalam

juksta empifisis pada daerah metafisis tulang panjang.Proses selanjutnya

adalah tejadi hyperemia dan edema di daerah metafisis di sertai dengan

pembentukan pus.

Terbentuknya pus ketika jaringan tulang tidak dapat

bersekpensi,menyebabkan tekanan dalam tulang meningkat.Peningkatan

tekanan dalam tulang menyebabkan terjadinya sirkulasi dan timbul trombosis

pada pembuluh darah tulang dan akhirnya menyebabkan nekrosis tulang.

disamping proses yang di sebutkan di atas,pembentukan tulang baru yang

ektensif terjadi pada dalam poreosteus sepanjang deafisis (terutam pada anak-

anak) sehingga terbentuk suatu lingkungan tulang seperti peti mayat dengan

jaringan sekuestrum di dalamnya.proses ini terlihat jelas pada akhir minggu ke

dua.

Apabila pus menembus tulang ,terjadi pengalian pus (discharge ) keluar

melalui lubang yang di sebut kloaka atau melalui sinus pada jaringan lunak dan

kulit.Pada tahap selanjutnya, penyakit osteomielitis kronis.Pada daerah tulang

kanselus,infeksi dapat terlokalisasi serta diliputi oleh jaringan fibrosa yang

membentuk abses tulang kronis.


E. MANIFESTASI KLINIS

1. Fase akut adalah fase sejak terjadinya infeksi sampai 10-15 hari. pada

fase ini tampak panas tinggi dan sakit keras, nyeri tulang dekat sendi,

tidak dapat menggerakkan anggota bersangkutan, pembengkakan lokal,

dan nyeri tekan.

2. Pada osteomilitis kronik biasanya rasa sakit tidak begitu berat, anggota

yang terkena merah dan bengkak atau disertai terjadinya fistel. ( Kapita

selekta kedokteran jilid 2) .

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan darah

Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju

endap darah

2. Pemeriksaan titer antibody – anti staphylococcus

3. Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan

diikuti dengan uji sensitivitas

4. Pemeriksaan feses

Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan

infeksi oleh bakteri salmonella

5. Pemeriksaan biopsy tulang

Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan

untuk serangkaian tes.


6. Pemeriksaan ultra sound

Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi.

7. Pemeriksaan radiologis

Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan

radiologik. Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang

bersifat difus dan kerusakan tulang dan pembentukan tulang yang baru.

8. Bone scan : dapat dilakukan pada minggu pertama

9. MRI : jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada T2,

maka kemungkinan besar adalah osteomielitis.

G. PENATALAKSANAAN

1. Perawatan di rumah sakit

2. Pengobatan suportif dengan pemberian infus

3. Pemeriksaan biakan darah

4. Antibiotik spektrum luas yang efektif terhadap gram positif maupun gram

negatif diberikan langsung tanpa menunggu hasil biakan darah secara

parenteral selama 3-6 minggu.

5. Imobilisasi anggota gerak yang terkena

6. Tindakan pembedahan

7. Bila mencurigakan adanya perubahan ke arah keganasan (karsinoma

epedermoid). saat yang terbaik untuk melakukan tindakan pembedahan

adalah bila involukrum telah cukup kuat untuk mencegah terjadinya

fraktur pasca pembedahan


H. KOMPLIKASI

1. Dini :

a. Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat ( jarang terjadi)

b. Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang

yang mendasarinya sembuh

c. Atritis septik

2. Lanjut :

a. Osteomielitis kronik ditandai oleh nyeri hebat rekalsitran, dan

penurunan fungsi tubuh yang terkena.

b. Fraktur patologis

c. Kontraktur sendi

d. Gangguan pertumbuhan
BAB II

Konsep Keperawatan

A. Pengkajian

a. Identitas Pasien : nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, dan lain-lain.

b. Riwayat Kesehatan

c. Riwayat Kesehatan Sekarang

Kaji adanya riwayat trauma fraktur terbuka, riwayat operasi tulang dengan

pemasangan fiksasi internal dan fiksasi eksternal dan pada osteomielitis

kronis penting ditanyakan apakah pernah mengalami osteomielitis akut yang

tidak diberi perawatan adekuat sehingga memungkinkan terjadinya supurasi

tulang.

d. Riwayat Kesehatan Dahulu

Ada riwayat infeksi tulang, biasanya pada daeah vertebra torako-lumbal

yang terjadi akibat torakosentesis atau prosedur urologis. Dapat ditemukan

adanya riwayat diabetes melitus, malnutrisi, adiksi obat-obatan, atau

pengobatan imunosupresif.

e. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan UmumTingkat kesadaran (apatis, sopor, koma, gelisah,

kompos mentis yang bergantung pada keadaan klien).

2. Kesakitan atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan, sedang, dan paa

kasus osteomielitis biasanya akut)

3. Tanda-tanda vital tidak normal


f. Sistem Pernafasan

Pada inspeksi, didapatkan bahwa klien osteomielitis tidak mengalami

kelainan pernafasan. Pada palpasi toraks, ditemukan taktil fremitus

seimbang kanan dan kiri. Pada auskultasi, tidak didapatkan suara nafas

tambahan.

g. Sistem Kardiovaskuler

Pada inspeksi, tidak tampak iktus jantung. Palpasi menunjukkan nadi

meningkat, iktus tidak teraba. Pada auskultasi, didapatkan suara S1 dan S2

tunggal, tidak ada murmur.

h. Sistem Muskuloskeletal

Adanya osteomielitis kronis dengan proses supurasi di tulang dan

osteomielitis yang menginfeksi sendi akan mengganggu fungsi motorik

klien. Kerusakan integritas jaringan pada kulit karena adanya luka disertai

dengan pengeluaran pus atau cairan bening berbau khas.

i. Tingkat kesadaran

Tingkat kesadaran biasanya kompos metis.

j. Sistem perkemihan

Pengkajian keadaan urine meliputi warna, jumlah, karakteristik, dan berat

jenis. Biasanya klien osteomielitis tidak mengalami kelainan pada sitem ini.
k. Pola nutrisi dan metabolisme

Evaluasi terhadap pola nutrisi klien dapat menentukan penyebab masalah

muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak

adekuat. Masalah nyeri pada osteomielitis menyebabkan klien kadang mual

atau muntah sehingga pemenuhan nutrisi berkurang

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

anoreksia

3. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi

4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek pembedahan ,

immobilisasi

5. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan pergerakan

( immobilisasi )

6. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

7. Resiko infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang,

kerusakan kulit, insisi pembedahan


C. RENCANA KEPERAWATAN

NO Diagnosa NURSING CARE PLAN

NDX Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1 Nyeri Akut NOC : NIC :

Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri

keperawatan selama 3x24 jam, 1. Lakukan pengkajian

klien akan melaporkan nyeri yang nyeri secara

dirasakan dapat berkurang atau komprehensif termasuk

teratasi. lokasi, karakteristik,

Dengan kriteria hasil: durasi, frekuensi,

 Melaporkan bahwa nyeri kualitas dan faktor

berkurang dengan skala 2 (0-10) presipitasi

NRS 2. Monitor vital sign

 Ekspresi wajah rileks 3. Kendalikan faktor

 Tanda – tanda vital dalam lingkungan yang dapat

rentang normal mempengaruhi nyeri

seperti kebisingan

4. Ajarkan tentang teknik

non farmakologi:

relaksasi napas dalam

dan distraksi.
5. Kolaborasi dalam

pemberian analgetik

untuk mengurangi

nyeri

2 Ketidakseimbang NOC : NIC :

an nutrisi kurang Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji status nutrisi dan

dari kebutuhan keperawatan selama 3 x 24 jam pola makan klien

tubuh masalah ketidakseimbangan nutrisi 2. Anjurkan klien makan

klien dapat teratasi, dengan kriteria sedikit tapi sering

hasil : 3. Sajikan makanan

a. Klien menghabiskan 1 porsi yang bervariasi

makanan 4. Berikan Health

b. Mukosa bibir lembab Education

c. Peristaltik usus normal : 5-12 5. Anjurkan keluarga


x menyiapkan makanan
/menit

dalam keadaan hangat


3 Hipertermi NOC : NIC :

Suhu tubuh dalam batas normal 1. Pantau TTV

Kriteria hasil : 2. Anjurkan keluarga

a. Tidak memperlihatkan megompres

berkeringat, menggigil, dan menggunakan air

merinding hangat

b. Mempertahankan tanda – 3. Anjurkan keluarga

tanda vital dalam batas memakaikan pakaian

normal yang tipis dan

c. Melaporkan suhu tubuh menyerap keringat

yang nyaman 4. Kolaborasi pemberian

d. Melaporkan tanda dan obat antipiretik

gejala awal dari hipertermia

4. Kerusakan NOC : NIC :

integritas kulit Setelah diberikan asuhan 1. Periksa kulit terkait

keperawatan diharapkan masalah adanya kemerahan,

keperawatan bisa teratasi dengan kehangatan ekstrim,

kriteria hasil : edema, atau drainase

NOC label : Integritas Jaringan 2. Amati warna,

Kulit & Membran Mukosa kehangatan, bengkak,

1. Kulit tidak menunjukkan pulsasi, tekstur, edema,


kerusakan integritas seperti lesi, ulserasi pada ekstremitas

kemerahan, atau iritasi 3. Motitor adanya ruam

2. Kulit tidak menunjukkan adanya atau lecet pada kulit

penebalan 4. Monitor adanya

3. Tekstur kulit kembali normal kekeringan yang

4. Elastisitas kulit kembali normal berlebihan dan

kelembaban yang

berlebihan

5. Monitor sumber tekanan

dan gesekan

6. Monitor infeksi terutama

pada edema

Periksa pakaian yang

terlalu ketat

5. Hambatan
NOC : NIC :
Mobilitas Fisik
 Joint movement active Exercise therapy :

 Mobility level ambulation

 Self care : ADLs


1. Kaji kemampuan
 Transfer performance
klien dalam
Setelah dilakukan tindakan
mobilisasi
keperawatan 2. Monitoring vital

sign sebelum
Gangguan mobilitas fisik teratasi
/sesudah latihan
dengan kriteria hasil:
3. Latih pasien dalam
 Klien meningkatkan aktifitas
pemenuhan
fisik
kebutuhan ADLS
 Mengerti tujuan dari
secara mandiri
peningkatan mobilitas
sesuai kemampuan
Batasan Karakteristik :
4. Dampingi dan

 Dyspnea setelah beraktivitas bantu pasien saat

 Gangguan sikap berjalan mobilisasi

 Gerakan lambat

 Gerakan spatik

 Gerakan tidak terkoordinasi

 Instabilitas postur

 Kesulitan membolak-balik posisi

 Keterbatasan rentang gerak

 Ketidaknyamanan

 Melakukan aktivitas lain sebagai

pengganti pergerakan (mis.

Meningkatkan perhatian pada

aktivitas orang lain,

mengendalikan perilaku, fokus


pada aktivitas sebelum sakit)

 Penurunan kemampuan

melakukan melakukan

keterampilan halus

 Penurunan kemampuan

melakukan keterampilan kasar

 Penurunan waktu reaksi

 Tremor akibat gerak

6 Ansietas NOC : NIC :

Setelah dilakukan asuhan 1. gunakan pendekatan

keperawatan selama 3 x 24 jam , yang

kecemasan klien dapat teratasi 2. menenangkan

dengan kriteria hasil : 3. nyatakan dengan jelas

 Klien mampu harapan terhadap

mengidentifikasi dan perilaku pasien

mengungkapkan gejala 4. jelaskan semua

cemas prosedur

 Klien mampu 5. apa yang dirasakan

mengidentifikasi, selama

mengungkapkan dan prosedur

menunjukkan teknik untuk 6. temani pasien untuk


mengontrol cemas memberikan keamanan

 Tanda – tanda vital dalam dan mengurangi rasa

batas normal takut

 Postur tubuh, ekspresi 7. berikan informasi

wajah, bahasa tubuh dan faktual mengenai

tingkat aktivitas diagnosis, tindakan

menunjukkan berkurangnya prognosis

kecemasan 8. libatkan keluarga

untuk mendampingi

klien

9. instruksikan pada

pasien untuk

menggunakan teknik

relaksasi napas dalam

10. identifikasi tingkat

kecemasan

11. bantu pasien

mengenali situasi yang

menimbulkan

kecemasan

12. dorong pasien untuk

mengungkapkan

perasaan dan ketakutan


7 Resiko infeksi NOC : NIC :

Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan

Keperawatan selama 3 x 24 jam gejala infeksi

Kriteria hasil klien akan : 2. cuci tangan sebelum dan

 Klien bebas dari tanda dan sesudah tindakan

gejala infeksi keperawatan

 Menunjukkan kemampuan 3. lakukan perawatan luka

untuk mencegah timbulnya 4. batasi pengunjung

infeksi 5. kolaborasi pemberian

 Jumlah leukosit dalam batas obat antibiotik

normal

 Menunjukkan perilaku

hidup sehat
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E, dkk. 2010 . Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman

Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC

Herdman, Heather.2017. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran

Http//www.asuhan-keperawatan-pasien-dengan_2440.html, Http//www. laporan-

pendahuluan-pada-pasien-dengan_4945.html

Mansjoer, arif. Dkk.2009, kapita selekta kedokteran . Jakarta. Media Aesculapius

Mc Closkey Dochterman, Joanne. 2014. Nursing Interventions Classification

(NIC). America : Mosby

Morhead, Sue. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC). America : Mosby

Anda mungkin juga menyukai