Anda di halaman 1dari 2

Isu Sosial dan budaya Hemodialisa

Hemodialisa atau cuci darah dipandang dalam masyarakat sebagai hal yang mengerikan dan
tidak bisa disembuhkan. Penderitanya dianggap tak akan memiliki usia yang panjang setelah
diharuskan melakukan hemodialisa. Tak jarang pandangan tersebut malah menimbulkan depresi
pada penderita gagal ginjal. Maka dari itu sangat dibutuhkan dukungan moral dari keluarga
terdekat agar penderita bersemangat dan tetap melaksanakan terapi hemodialisa secara rutin.

Aspek psikososial menjadi penting diperhatikan karena perjalanan penyakit yang kronis dan
sering membuat pasien tidak ada harapan. Pasien sering mengalami ketakutan, frustasi dan
timbul perasaan marah dalam dirinya. (Harvey S, 2007). Penelitian oleh para profesional di
bidang penyakit ginjal menemukan bahwa lingkungan psikososial tempat pasien gagal ginjal
tinggal mempengaruhi perjalanan penyakit dan kondisi fisik pasien (Leung, 2002).

Gangguan neuropsikologis sendiri terjadi akibat peningkatan kadar ureum di dalam darah. Racun
uremia menyerang otak dan mempengaruhi sensitivitas sistem saraf pusat terjadinya
ketidakseimbangan neurotransmitter dan juga dipengaruhi oleh hormon paratiroid yang
dilepaskan secara abnormal yang mempengaruhi fungsi neuropsikologi yang ditandai dengan
perubahan kognitif yaitu mudah gelisah, penurunan daya ingat, gangguan emosi, dan gangguan
tidur(Amalina R, 2018).

Perawat sebagai bagian yang integral dari tim pelayanan kesehatan sangat berperan dalam
mengupayakan terwujudnya kondisi kesehatan yang optimal bagi pasien gagal ginjal yang
menjalani hemodialisis dengan cara memberikan asuhan keperawatan paliatif yang bersifat
komprehensif dan holistik yang meliputi bio-psiko-sosio dan spiritual (Potter & Perry, 2005
dalam Veronica E, 2017).

Terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial keluarga dengan
resiliensi pada pasien gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisa. Hal ini dapat diartikan
bahwa semakin tinggi dukungan sosial keluarga maka semakin tinggi pula resiliensi pada pasien
gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisa. Sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial
keluarga makan akan semakin rendah pula resiliensi pada pasien gagal ginjal yang menjalani
terapi hemodialisa. (Titisari A, 2017)
Dafpus

Harvey S. Mental health issues in dialysis care. Presentation 2002.

Leung DKC. Psychosocial aspect in renal patients. Proceedings of the First Asian Chapter
Meeting — ISPD. December 13 – 15, 2002, Hong Kong Peritoneal Dialysis International, Vol.
23 (2003), Supplement 2

Veronica E. 2017. Peningkatan Kualitas Hidup pada Penderita Gagal Ginjal Kronik yang
Menjalani Terapi Hemodialisa Melalui Psychogical Intervention di Unit Hemodialisa RS Royal
Prima Medan Tahun 2016. Jurnal Jumantik Volume 2 nomer 1, Mei 2017.

Amalina R. 2018. Gambaran Status Fugnsional pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Mnejalani
Hemodialissi di RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung. Jurnal keperawatan Sriwijaya, volume 5-
nomor 1, Januari 2018.

Titisari A. 2017. Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga dengan Resiliensi pada Pasien
Gagal Ginjal yang Menjalani Terapi Hemodialisa.

Anda mungkin juga menyukai