Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam rangka pelaksanaan cita-cita bangsa dan mewujudkan tujuan negara
sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, perlu dibangun aparatur sipil negara yang
memiliki integritas, profesional, netral dan bebas dari intervensi politik, bersih
dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta mampu menyelenggarakan
pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai unsur
perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara mengamanatkan Instansi Pemerintah untuk wajib memberikan
Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) terintegrasi bagi Calon Pegawai Negeri Sipil
(CPNS) selama 1 (satu) tahun masa percobaan. Tujuan dari Diklat terintegrasi ini
adalah untuk membangun integrasi moral, kejujuran, dan motivasi nasionalisme
dan kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul dan bertanggung jawab, dan
memperkuat profesionalisme serta kompetensi bidang.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan
dan Pelatihan (Diklat) Jabatan Pegawai Negeri Sipil (PNS), ditetapkan bahwa
salah satu jenis Diklat yang strategis untuk mewujudkan PNS sebagai bagian dari
ASN yang profesional seperti tersebut. Diklat ini dilaksanakan dalam rangka
membentuk nilai-nilai dasar profesi PNS. Kompetensi nilai-nilai dasar profesi
PNS berperan dalam membentuk karakter PNS yang kuat, yaitu PNS yang mampu
bersikap dan bertindak profesional dalam melayani masyarakat serta berdaya
saing. Untuk upaya pencapaian target pembentukan wawasan yang dimaksud dan
menjaga kualitas keluaran Diklat, maka perlu peningkatan pengetahuan, keahlian,
keterampilan dan sikap untuk dapat melaksanakan tugas secara profesional
dengan dilandasi kepribadian dan etika Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan
kebutuhan.
Berdasarkan PMK RI No 23 Tahun 2014 Pasal 1 ayat 3, Pelayanan Gizi
adalah rangkaian kegiatan untuk memenuhi kebutuhan gizi perorangan dan

1
masyarakat melalui upaya pencegahan, peningkatan, penyembuhan, dan
pemulihan yang dilakukan di masyarakat dan fasilitas pelayanan kesehatan.

Tenaga Petugas Gizi adalah salah satu bagian dari Aparatur Sipil Negara
(ASN) dibidang pelayanan kesehatan yang harus membentuk karakter dari dalam
dirinya sendiri untuk menjadi ASN yang memiliki integritas moral yang beretika,
kejujuran, semangat dan motivasi nasionalisme dan kebangsaan, karakter
kepribadian yang unggul yang berkomitmen terhadap mutu serta bertanggung
jawab terhadap tugas, memperkuat profesionalisme dan anti korupsi serta
kompentensi dalam bidang.

Demi terwujudnya ASN dengan karakter demikian, maka diperluka


adanya pendidikan dan pelatihan dasar jabatan pegawai negeri sipil seperti yang
tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen
ASN. Salah satu bentuk kegiatan tersebut adalah diklat pendidikan dan pelatihan
dasar khususnya bagi Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan III yang
penyelenggaraannya diatur dalam Peraturan Kepala LAN Nomor 12 Tahun 2018.

Peraturan Kepala LAN Nomor 12 Tahun 2018 Tentang Pedoman


Penyelenggaraan Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan I, II dan
III. Pelatihan Dasar CPNS ini diharapkan dapat mencetak PNS yang memiliki
integritas moral yang beretika, kejujuran, semangat dan motivasi nasionalisme dan
kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul yang berkomitmen terhadap mutu
serta bertanggung jawab terhadap tugas, memperkuat profesionalisme dan anti
korupsi serta kompentensi dalam bidang. Diharapkan yang kemudian hari PNS
mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan baik sesuai dengan
nilai-nilai dasar yang terkandung pada Undang-Undang Nomor 5 tahun 2014 yang
disebut dengan ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen
Mutu dan Anti Korupsi)

Pelatihan dasar ini merupakan Pendidikan dan Pelatihan dengan pola baru
yang diwajibkan untuk diterapkan kepada setiap ASN yang ada diseluruh wilayah
di Indonesia ini dengan harapan agar dalam pelaksanaan setiap tugas yang
diamanahkan kepada setiap ASN di lingkungan kerja selalu terwujud nilai–nilai

2
dasar Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti
Korupsi ditambah dengan Manajemen ASN, Pelayanan Publik serta Whole Of
Government.

Pada umumnya, Puskesmas Besitang telah menjalankan prinsip pelayanan


tingkat dasar yang didasarkan pada Peraturan Menteri Kesehatan nomor 75 tahun
2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Puskesmas Besitang merupakan salah
satu Puskesmas rawat inap dan sudah terakreditasi Madya . Namun ada beberapa
permasalahan yang menjadi isu di lingkungan kerja Puskesmas Besitang dalam
memberikan pelayanan esensial tingkat pertama. Salah satunya belum optimalnya
pelayanan konseling gizi mengenai ASI Eksklusif untuk ibu yang memiliki bayi
usia 0-6 bulan di Puskesmas Besitang jika ini terus berlanjut maka berdampak
pada saluran pencernaan bayi hingga jangka panjang sebagai factor penyebab
terjadinya Stunting. Berdasarkan hal ini penulis mengangkatnya sebagai salah satu
isu utama yang dapat dicarikan jalan keluarnya melalui agenda habituasi peserta
latihan dasar CPNS golongan II ini.

Oleh karena itu, dengan mengikuti Diklat Prajabatan Golongan II dan


mengaktualisasikan nilai- nilai dasar PNS, penulis berharap dapat memberikan
pelayanan publik di bidang kesehatan yang prima dan teratur, serta dapat
berkontribusi lebih banyak lagi dalam pencapaian visi dan misi organisasi/unit
kerja sebagai organisasi pelayanan publik di bidang kesehatan.

1.2 Visi, Misi, Nilai Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi


A. Gambaran Umum Wilayah
UPT Puskesmas Besitang merupakan kecamatan kedua paling utara
terletak yang berbatasan langsung dengan provinsi Aceh. Puskesmas besitang
berada di kelurahan pecan besitang, secara geografis wilayah kerja puskesmas
besitang seluas 720,25 km2 dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
• Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan pangkalan susu.
• Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan padang tualang dan
sei lepan
• Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan brandan barat
• Sebelah barat berbatasan dengan kabupaten aceh timur

3
Secara administrative, wilayah puskesmas besitang terdiri atas 3 kelurahan
dan 6 desa dengan 76 dusun dan memiliki beberapa dusun dengan kriteria
tertinggal.
Secara administrasi wilayah kerja puskesmas besitang terdiri dari 3
kelurahan dan 6 desa yaitu:
• Kelurahan Bukit Kubu
• Kelurahan Kampung Lama
• Kelurahan Pekan Besitang
• Desa Bukit Mas
• Desa Sekoci
• Desa Pir ADB
• Desa Bukit Selamat
• Desa Halaban
• Desa Suka jaya
Berdasarkan luas daerah menurut kecamatan besitang , luas daerah
terbesar adalah Desa Bukit Mas dengan luas 468,79 km2 (65,04%), sedangkan
luas daerah terkecil adalah Desa sukajaya dengan luas 12,50 km2 (1,73%) dari
total luas Kecamatan Besitang.

Gambar A.1 Peta Wilayah Kerja UPT Puskesmas Besitang 2018

4
B. Keadaan Penduduk
1. Pertumbuhan Penduduk.
Jumlah penduduk Wilayah Kerja UPT Puskesmas Besitang pada tahun
2018 adalah sebesar jiwa dengan jumlah laki-laki sebanyak 8.304 jiwa, dan
perempuan sebanyak 8.472 jiwa, dengan jumlah KK sebanyak 12.114 KK, atau
rata-rata 4 jiwa/rumah tangga . (tabel 1 & 2)
2. Tingkat Kepadatan Penduduk.
Luas Wilayah Kerja UPT Puskesmas Puskesmas besitang adalah 720,75
Km2 dengan jumlah Penduduk Tahun 2018 sebanyak 50.271 jiwa, sehingga rata-
rata kepadatan penduduk wilayah kerja UPT Puskesmas Puskesmas Besitang
sebesar 65,02 jiwa/km2, namun pada kenyataannya secara keseluruhan wilayah
kerja UPT Puskesmas Besitang mempunyai tingkat kepadatan yang tidak sama
antara satu desa/kelurahan dengan desa/kelurahan yang lainnya.

1.2.1 Visi Dan Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat


A. Visi
Mewujudkan kemandirian masyarakat Langkat untuk hidup lebih sehat.

B. Misi

1. Meningkatkan peran serta masyarakat dan sektor terkait dalam


memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, masyarakat, dan
lingkungannya

2. Meningkatkan profesionalisme dan efektivitas tenaga kerja

3. Meningkatkan jangkauan, kecepatan, dan ketepatan pelayanan


kesehatan kepada masyarakat

4. Mewujudkan kebijakan dalam rangka mendorong, mengatur, dan


mengarahkan pembangunan kesehatan.

5
1.2.2 Visi dan Misi Puskesmas Besitang
A. Visi
UPT Puskesmas Besitang Kecamatan Besitang Dinas Kesehatan
Kabupaten Langkat antara lain : “ Memandirikan masyarakat besitang untuk
hidup lebih sehat”
B. Misi
Untuk mewujudkan visi tersebut, perlu diselenggarakan Misi UPT
Puskesmas Besitang Kecamatan Besitang Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat
sebagai berikut :
1. Meningkatkan peran serta masyarakat untuk berperilaku hidup bersih
dan sehat
2. Meningkatkan akses dan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
3. Meningkatkan kerjasama lintas sektoral dan profesionalisme

1.2.3 Nilai-nilai Organisasi


Nilai organisasi yang menjadi pedoman sesuai dengan nilai organisasi
Puskesmas, yaitu :
• Bekerja Sama
• Sapa Santun
• Inisiatif
• Tanggung Jawab
• Cekatan
• Ramah
• Setia

1.2.4 Tugas Pokok dan Fungsi


Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
(Kepmenpan) No 23 tahun 2014 Tentang Tugas Pokok dan Fungsi Nutrisionis
Terampil, meliputi :
1. Mengumpulkan Data Anak Balita, Ibu Hamil Ibu Nifas, Ibu menyusui
diseluruh wilayah kerja Puskesmas

6
2. Melakukan pengukuran dan pemantauan kegiatan pengukuran Berat
Badan (BB), Tinggi Badan (TB) diseluruh Posyandu diwilayah kerja
Puskesmas
3. Menentukan status gizi balita
4. Mencatat dan melaporkan kegiatan penimbangan di Posyandu berupa
data SKDN, balita gizi kurang dan gizi buruk
5. Mengumpulkan data anak balita dan bumil untuk pemberian makanan
tambahan dan pemulihan pada anak balita gizi kurang dan gizi buruk
serta bumil KEK
6. Mencatat dan melaporkan hasil pengumpulan data ibu hamil KEK
7. Mencatat dan melaporkan hasil pengumpulan data gizi buruk
8. Melakukan pelacakan gizi buruk
9. Melakukan pemantauan garam beryodium
10. Memantau pemberian PMT
11. Menyediakan kapsul Vitamin A dan PMT
12. Distribusi Vitamin A kepada bayi dan balita serta Ibu Nifas diwilayah
kerja Puskesmas
13. Melakukan konseling gizi pada pasien rawat jalan
14. Melakukan kerja sama lintas program untuk mendukung keberhasilan
pelayanan program gizi dipuskesmas dan masyarakat
15. Melakukan pencatatan dan pelaporan program gizi
16. Aktif sebagai anggota PERSAGI

7
1.2.5 Struktur Organisasi UPT Puskesmas Besitang

KEPALA PUSKESMAS

Dr. Savitri Wardani TD


Kepala Tata Usaha

Syahrul Limbong, SE
Struktur Organisasi Puskesmas Besitang
Berdasarkan Permenkes 43 Tahun 2019 Kepegawaian SIP Keuangan
Eva Yanti, SKM Hadiah Kurnia Putri, SKM Halimatun Sa’diah

PJ UKM Esensial
Aa PJ UKM Pengembangan PJ UKP PJ Jejaringan Yankes PJ Bangunan,
dan Jaringan Faskes Prasarana Penanggung Jawab
Wahyuni Sembiring Wahyuni Sembiring dr. Beby Yanti Mutu
Yanti Hariani Silvia Wisiyanti
UKS Laboratorium Siti Fatimah SKM
Promkes
Eva Yanti SKM
Febri Minda RL Puskesmas Pembantu PJ Prasarana
Hadiah Kurnia Putri SKM PJ Admin
Jiwa Dina Warmina Lita Silvia Wisiyanti
Kefarmasian Eva Yanti, SKM
Gizi Jemi Sinulingga
Elly Yulia
Puskesmas Keliling/ PJ Peralatan
Friska Rona Purba
Ambulance
Yankes Umum Silvia Wisiyanti
UKK PJ UKM
dr. Fadhlan M. Firdaus
KIA/KB Mersik Tariga SKM Wahyuni Sembiring
dr. Don Rois Tarigan
Yanti Hariani
Tradisional Bidan Desa
Komplementer KIA/KB
Emilia Veronika S PJ UKP
Kesling Dwi Windari Yanti Hariani
dr. Beby Yanti
Lisma Dani Harahap BPS/BPM
Indera UGD
Ike Dwi Natarani
Susilawati Bangun dr. Ikhsan Mustafid
Audit Internal
P2p
Olahraga MTBS drg. Hafizah Humairah
Kartini
Daula
Novi Astuti Putri Emilia Veronika S

Perkemas
Lansia Persalinan
Rani Kristiani Wati S Ramah Anak
Herlinda Sinulingga Saur Erna Lusiana S
Rita Wati
8
UKGM
Umi Razanty Novella
1.3 Permasalahan
Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi tenaga teknis pelayanan gizi di UPT
Puskesmas Besitang. Masih banyak ditemukan permasalahan yang menghambat
pekerjaan. Adapun beberapa permasalahan tersebut adalah: Belum optimalnya
pelayanan konseling gizi pada pasien rawat jalan di UPT Puskesmas Besitang
yang disebabkan kurangnya kesadaran pasien rawat jalan untuk melakukan
konseling setelah melakukan pemeriksaan kesehatan di poli umum mengenai
asupan gizi yang berhubungan dengan penyakit yang dideritanya. Konseling rawat
jalan di Puskesmas bahkan belum berjalan 50% dari pencapaian yang diharapkan.
Isu permasalahan yang lain yaitu belum optimalnya konseling untuk ibu
yang memiliki bayi yang berusia 0-6 bulan mengenai pentingnya ASI Eksklusif di
UPT Puskesmas Besitang, karena para ibu tersebut masih memiliki pola pikir
bahwa sistem pencernaan bayi sudah mampu mencerna makanan selain ASI dan
menganggap jika pemberian ASI saja tidak membuat bayi kenyang. Konseling
tentang ASI Eksklusif di Puskesmas belum mencapai 100% dari yang diharapkan,
kegiatan ini hanya berlangsung 50-60% saja.
Isu yang lainnya yaitu pemberian makanan yang tidak tepat kepada Baduta
(Balita dua tahun) di UPT Puskesmas Besitang meliputi tekstur makan, jenis
makanan, dan asupan gizi seimbang yang diberikan, para ibu hanya memberi
makan anak hanya untuk sekedar mengenyangkan tanpa memikirkan pentingnya
nilai gizi yang harus tercukupi oleh anak lewat makanan yang dikonsumsi. Isu
lainnya yaitu belum optimalnya pelaksanaan 5 meja di setiap posyandu. Karena
kurangnya sarana dan prasarana yang tersedia disetiap posyandu. Kegiatan ini
belum terlaksana dengan maksimal.
Dari isu / masalah tersebut diatas maka diharapkan adanya gagasan kegiatan
dalam menyelesaikan masalah melalui kegiatan – kegiatan kreatif dan inovatif
yang memiliki nilai – nilai profesi ASN yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika
Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi ditambah lagi Manajemen ASN,
Pelayanan Publik serta Whole Of Government dan tidak melanggar peraturan
perundang – undangan yang telah ditetapkan.

9
1.4 Tujuan Dan Manfaat

1.4.1 Tujuan

Dengan adanya Latsar CPNS, maka peserta mampu melaksanakan setiap


tugas-tugasnya dengan memahami dan menerapkan nilai-nilai dasar (ANEKA) di
tempat tugas dalam pelaksanannya antara lain:
1. Kemampuan mewujudkan akuntabilitas dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya
2. Kemampuan mengedepankan kepentingan nasionalisme dalam
pelaksanaan jabatannya
3. Kemampuan menjunjung tinggi standar etika publik dalam pelaksanaan
jabatannya
4. Kemampuan berinovasi untuk meningkatkan pelaksanaan tugas jabatannya
5. Kemampuan untuk tidak korupsi dan mendorong percepatan
pemberantasan korupsi di lingkungan instansinya.

1.4.2 Manfaat
• Bagi Diri Sendiri
Aktualisasi nilai-nilai dasar ANEKA akan membentuk pribadi yang PNS
profesional sehingga dalam bekerja nantinya dapat disiplin,
berkomitmen,beretika, berintegritas,professional dan kreatif serta nantinya
akan mendorong capaian kinerja yang lebih baik dan bisa meningkatkan
kualitas diri dalam membangun Indonesia melalui tempat bekerja.
• Bagi Unit Kerja
Terwujudnya iklim kerja yang didasari nilai-nilai ANEKA dapat
mempercepat organisasi dalam mencapai visi dan misi untuk mewujudkan
citra lembaga yang lebih baik serta maksimal dalam melakukan pelayanan
pada masyarakat agar tercipta masyarakat yang sehat dan sejahtera.
• Bagi Masyarakat
Kehidupan masyarakat lebih sejahtera karena terbentuknya pelayanan
publik yang baik yang diselenggarakan Pemerintah dengan kinerja PNS

10
yang mewujudkan nilai-nilai ANEKA. Masyarakat juga mendapatkan
pelayanan yang baik serta maksimal.

11
BAB II
IDENTIFIKASI DAN ANALISIS MASALAH

2.1 Identifikasi Isu


Berdasarkan permasalahan yang muncul di lapangan khususnya di
Puskesmas Besitang maka teridentifikasilah masalah sebagai berikut:
2.1.1 Belum optimalnya pelayanan konseling gizi pada pasien rawat jalan di
UPT Puskesmas Besitang
2.1.2 Belum optimalnya pelayanan konseling kepada ibu yang memiliki bayi
umur 0-6 bulan mengenai ASI Eksklusif di UPT Puskesmas Besitang.
2.1.3 Belum optimalnya pelayanan penyuluhan kepada ibu yang memiliki
Baduta mengenai pemberian makanan tambahan yang tepat di UPT
Puskesmas Besitang..
2.1.4 Belum optimalnya pelaksanaan kegiatan 5 meja di Posyandu.

Tabel 2.1 Keterkaitan Isu dengan Aspek Kedudukan dan Peran PNS

No Permasalahan Sumber Isu Penyebab


1 Belum optimalnya Pelayanan Publik kurangnya kesadaran pasien rawat
pelayanan konseling gizi jalan untuk melakukan konseling
pada pasien rawat jalan di setelah melakukan pemeriksaan
UPT Puskesmas Besitang kesehatan di poli umum mengenai
asupan gizi yang berhubungan
dengan penyakit yang dideritanya
dan tidak adanya petugas yang
sesuai dengan tupoksi, selama ini
tenaga gizi dilaksanakan oleh
seorang bidan
2 Belum optimalnya Pelayanan Publik Kurangnya pengetahuan dan
pelayanan konseling kesadaran ibu yang memiliki balita
kepada ibu yang memiliki tentang pemberian Asi Eksklusif dan
bayi umur 0-6 bulan tidak adanya tenaga ahli yang

12
mengenai ASI Eksklusif memberikan konsultasi mengenai
di UPT Puskesmas Asi Eksklusif
Besitang
3 Belum optimalnya Pelayanan Publik Kurangnya kesadaran dan
pelayanan penyuluhan pengetahuan ibu tentang pemberian
kepada ibu yang memiliki makanan tambahan yang tepat dan
Baduta mengenai sesuai dengan kebutuhan baduta
pemberian makanan
tambahan yang tepat di
UPT Puskesmas Besitang
4 Belum optimalnya Pelayanan Publik Tidak adanya sarana dan prasarana
pelaksanaan kegiatan 5 yang tersedia di setiap posyandu
meja di Posyandu

Sumber : Data Olahan

Berdasarkan identifikasi yang telah ditemukan, maka akan dilakukan


analisis isu berdasarkan kriteria isu. Kriteria isu dapat diukur menggunakan
metode APKL. Unsur-unsur yang dinilai menggunakan metode APKL ini adalah
Aktual, Problematik, Kekhalayakan, dan Layak/Kelayakan. Aktual artinya benar-
benar terjadi dan sedang dibicarakan. Problematik artinya sebuah isu memiliki
permasalahan yang kompleks sehingga harus segera dicarikan solusi
permasalahannya. Kekhalayakan artinya isu yang menyangkut hajat hidup orang
banyak. Kelayakan artinya isu yang diangkat masuk akal dan realistis untuk
dipecahkan masalahnya.

13
Dengan menggunakan metode APKL tersebut, kriteria isu dapat di
ukur sebagai berikut:
Tabel 2.2 Penilaian Kriteria Isu
No Isu A K P L
1 Belum Optimal Pelayanan √ √ √ √
. Konseling Gizi Pada Pasien
Rawat Jalan di UPT
Puskesmas Besitang
2 Belum optimal pelayanan √ √ √ √
. konseling kepada ibu yang
memiliki bayi usia 0-6 bulan
mengenai ASI Eksklusif di
UPT Puskesmas Besitang
3 Belum optimal pelayanan √ √ √ √
penyuluhan kepada ibu yang
memiliki baduta mengenai
pemberian makanan tambahan
yang tepat di UPT Puskesmas
Besitang
4 Belum optimalnya pelaksanaan √ √ √ √
kegiatan 5 meja di posyandu

Dari tabel 2.2 diatas semua isu memenuhi kriteria yaitu isu no. 1, 2, 3 dan
4 dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Aktual
Benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan.
b. Problematik
Isu yang memiliki dimensi masalah yang kompleks, sehingga perlu
dicarikan segera solusinya.
c. Kekhalayakan
Isu yang di angkat menyangkut orang banyak.

14
d. Kelayakan
Isu yang masuk akal dan realistis serta relevan untuk dimunculkan inisiatif
pemecahan masalahnya.

2.2 Analisis Isu dan Dampaknya


Berdasarkan permasalahan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Besitang
terdapat beberapa isu yang menjadi perhatian kesehatan yang berkenaan dengan
tugas dan fungsi petugas gizi dan dampak dari isu tersebut bisa dijelaskan seperti
berikut:

1. Belum Optimal Pelayanan Konseling Gizi Pada Pasien Rawat Jalan di


UPT Puskesmas Besitang dikarenakan kurangnya kesadaran pasien rawat
jalan untuk melakukan konseling setelah melakukan pemeriksaan
kesehatan di poli umum mengenai asupan gizi yang berhubungan dengan
penyakit yang dideritanya dan tidak adanya petugas yang sesuai dengan
tupoksi, selama ini tenaga gizi dilaksanakan oleh seorang bidan.
Seharusnya setelah mendapatkan tindakan pemeriksaan dari dokter, pasien
melakukan konseling untuk membantu pemulihan lewat asupan makanan
yang dikonsumsinya.
2. Belum optimalnya pelayanan konseling kepada ibu yang memiliki bayi
umur 0-6 bulan mengenai ASI Eksklusif di UPT Puskesmas Besitang
dikarenakan Kurangnya pengetahuan dan kesadaran ibu yang memiliki
balita tentang pemberian Asi Eksklusif dan tidak adanya tenaga ahli yang
memberikan konsultasi mengenai Asi Eksklusif, seharusnya untuk
mendukung tumbuh kembang anak, ibu harus mengetahui pentingnya
pemberian ASI Eksklusif kepada bayi umur 0-6 bulan.
3. Belum optimalnya pelayanan penyuluhan kepada ibu yang memiliki
Baduta mengenai pemberian makanan tambahan yang tepat di UPT
Puskesmas Besitang dikarenakan Kurangnya kesadaran dan pengetahuan
ibu tentang pemberian makanan tambahan yang tepat dan sesuai dengan
kebutuhan baduta. Sesharusnya pemberian makanan tambahan pada
Baduta disesuaikan berdasarkan umur dan angka kecukupan gizi,
kemudian ibu juga harus memperhatikan jenis dan asupan gizi yang

15
terkandung dalam makanan yang akan diberikan kepada Baduta untuk
mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.
4. Belum optimalnya pelaksanaan kegiatan 5 meja di posyandu dikarenakan
kurangnya sarana dan prasarana yang terdapat disetiap posyandu,
seharusnya di setiap posyandu sudah dilakukan proses 5 meja agar
pelayanan posyandu dapat dilaksanakan dengan maksimal.

Maka dari keempat isu yang ditemukan ini, perlu adanya kegiatan
preventif (pencegahan) dan promotif (penyuluhan) kepada masyarakat yang
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai masalah
kesehatan yang ada, agar masyarakat dapat melakukan tindakan pencegahan dini
dan mengaplikasikan perubahan perilaku hidup bersih dan sehat, positif dan
produktif melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat, sehingga dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja UPT Puskesmas
Besitang.

2.3 Penetapan Isu

Dalam menentukan prioritas isu, maka akan digunakan metode USG


(Urgency, Seriousness, dan Growth). Metode ini merupakan salah satu alat
untuk memilih masalah prioritas dengan menggunakan penilaian/pembobotan
skala nilai 1-5, sehingga dapat diketahui urutan kepentingan isu dengan
menggunakan 3 (tiga) komponen/variabel pembanding, yaitu
• Urgency: seberapa mendesak suatu isu harus dibahas, dianalisis, dan
ditindaklanjuti.
• Seriousness: seberapa serius suatu isu harus dibahas, dikaitkan dengan
akibat yang ditimbulkan.
• Growth: seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak
ditangani segera.
Nilai dari ketiga variabel tersebut akan dijumlahkan dan isu yang
mempunyai jumlah nilai terbesar merupakan prioritas utama yang hasus
diselesaikan.

16
Dengan menggunakan skala nilai pada tabel diatas maka penetapan isu
yang menjadi prioritas dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.3 Analisis Penetapan Isu Melalui Skala Nilai Matriks USG
No ISU KRITERIA TOTAL PRIORITAS
U S G
1 Belum Optimal Pelayanan 4 4 5 13 III
Konseling Gizi Pada Pasien
Rawat Jalan di UPT
Puskesmas Besitang
2 Belum optimal pelayanan 5 5 5 15 I
konseling kepada ibu yang
memiliki bayi usia 0-6 bulan
mengenai ASI Eksklusif di
UPT Puskesmas Besitang
3 Belum optimal pelayanan 4 5 5 14 II
penyuluhan kepada ibu yang
memiliki baduta mengenai
pemberian makanan
tambahan yang tepat di UPT
Puskesmas Besitang
4 Belum optimalnya pelaksanaan 4 4 4 12 IV
kegiatan 5 meja di Posyandu

Keterangan :
5 = sangat besar, 4 = besar, 3 = sedang, 2 = kecil, 1 = sangat
kecil

2.3.1 Dampak Isu

Berdasarkan hasil analisis dengan matriks USG, dari ketiga isu tersebut
yang paling dominan adalah “Belum Optimalnya Pelayanan Konseling
pelayanan konseling kepada ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan mengenai
ASI Eksklusif di UPT Puskesmas Besitang” dengan total nilai yang diperoleh
adalah 15 poin.

17
Faktor penyebab yang dapat penulis benahi adalah dengan memperbaiki
pelayanan konseling. Jika tidak segera dibenahi maka akan memberikan
dampak, antara lain :
1. Mengakibatkan gangguan pencernaan pada bayi karena sistem pencernaan
bayi belum sempurna
2. Sistem kekebalan tubuh bayi menjadi rendah
3. Untuk jangka panjang bayi beresiko stunting
Oleh karena alasan dari dampak tersebut di atas penulis yang mempunyai
tupoksi tenaga gizi terampil terpanggil dan bertanggung jawab untuk mengatasi
isu permasalahan tersebut melalui pelaksanaan program kegiatan aktualisasi.

2.4 Penetapan Gagasan Kegiatan


Berdasarkan hasil analisis isu menggunakan dua metode yaitu metode
APKL dan metode USG maka : penulis mengangkat isu “Belum Optimalnya
Pelayanan Konseling Kepada Ibu Yang Memiliki Bayi Usia 0-6 bulan
Mengenai ASI Eksklusif di UPT Puskesmas Besitang”, Adapun gagasan
kegiatan yang akan dilakukan berdasarkan isu, adalah sebagai berikut

Tabel 2.4 Gagasan Kegiatan Dan Sumber Kegiatan


No. Isu yang diangkat Gagasan Kegiatan Sumber Kegiatan
1 Belum Optimalnya 1. Membuat register konseling Inisiatif sendiri
Pelayanan Konseling gizi Membuat formulir
Kepada Ibu Yang konseling gizi Inisiatif sendiri
Memiliki Bayi Usia 0-6
2. Membuat alat peraga
bulan Mengenai ASI
konseling gizi
Eksklusif di Puskesmas Inisiatif sendiri
Besitang 1. Membuat formulir rujukan
konseling gizi

3. Membuat leaflet sebagai Inisiatif sendiri


media konseling

4. Melakukan konseling Gizi Inisiatif sendiri


diruang Gizi

18
2.4 Role Mode

Role model adalah seseorang yang memberikan teladan, inspirasi dan


bisa menebarkan kebaikan bagi orang-orang di lingkungan kerja. Ciri utama
sebagai role model adalah seseorang yang ramah, murah senyum, memiliki
disiplin yang tinggi, komitmen, kejujuran, integritas, kredibilitas, kepedulian dan
memiliki ciri sebagai pelayanan publik.
Dalam hal ini, seseorang yang saya jadikan sebagai role model saya dalam
bekerja adalah Kepala UPT Puskesmas Besitang

Gambar 2. Role Mode


Nama : dr. Savitri Wardhani Tungga Dewi
Tanggal Lahir : 05 Juli 1981
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Jabatan : Plt KUPT Puskesmas Besitang

19
BAB III
RANCANGAN AKTUALISASI

3.1 Nilai - Nilai Dasar ANEKA

3.1.1 Akuntabilitas

Pengertian Akuntabilitas, Akuntabilitas tidak sama dengan


responsibilitas. Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab
sedangkan, Akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus
dicapai. Amanah seorang PNS adalah menjamin terwujudnya nilai-nilai
kepercayaan, disiplin, transparansi dan integtitas tinggi.
A. Aspek-aspek Akuntabilitas
a) Akuntabilitas adalah sebuah hubungan
Hubungan yang dimaksud adalah hubungan antara dua pihak antara
individu/kelompok institusi dengan Negara dan masyarakat.
b) Akuntabilitas berorientasi pada hasil
Hasil yang diharapkan dari akuntabilitas adalah perilaku aparat
pemerintah yang bertanggung jawab, adil dan inovatif
c) Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan
Laporan kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas. Dengan
memberikan laporan kinerja berarti mampu menjelaskan terhadap
tindakan dan hasil yang telah dicapai oleh individu/ kelompok/ institusi,
serta mampu memberikan bukti nyata dari hasil dan proses yang telah
dilakukan
d) Akuntabilitas memerlukan konsekuensi
Akuntabilitas adalah kewajiban. Kewajiban menunjukkan tanggung jawab
dan tanggung jawab menghasilkan konsekuensi
e) Akuntabilitas memperbaiki kinerja
Tujuan utama dari akuntabilitas adalah untuk memperbaiki kinerja

B. Tingkatan dalam Akuntabilitas


a) Akuntabilitas Personal

20
Akuntabilitas personal mengacu pada nilai-ilai yang ada pada diri
seseorang seperti kejujuran, integritas, moral dan etika
b) Akuntabilitas Individu
Akuntabilitas individu mengacu pada hubungan antara individu dengan
lingkungan kerjanya
c) Akuntabilitas Kelompok
Kerjasama yang tinggi antar berbagai kelompok yang ada dalam sebuah
institusi merupakan hal penting dalam tercapainya organisasi yang
diharapkan
d) Akuntabilitas Organisasi
Akuntabilitas organisasi mengacu pada hasil pelaporan kinerja yang telah
dicapai, baik pelaporan yang dilakukan oleh individu terhadap organisasi
maupun kinerja organisasi terhadap stakeholder lainnya
e) Akuntabilitas Stakeholder
Akuntabilitas Stakeholder adalah tanggung jawab organisasi pemerintah
untuk mewujudkan pelayanan dan kinerja yang adil, responsive dan
bermatabat

C. Menciptakan Lingkungan Kerja yang Akuntabel


Dalam menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel ada beberapa
aspek yang harus diperhatikan yaitu Kepemimpinan, Transparansi, Integritas,
Tanggung Jawab, Keadilan, Kepercayaan, Keseimbangan, Kejelasan dan
konsistensi.

3.1.2 Nasionalisme
Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang meninggikan
bangsanya sendiri, sekaligus tetap menghargai bangsa lain sebagaimana mestinya.
Nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau paham kecintaan manusia
Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan nilai-nilai Pancasila.
Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila yang
diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa menempatkan persatuan dan kesatuan,
kepentingan dan keselamatan bangsa diatas kepentingan pribadi dan golongan;

21
menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara; bangga
sebagai bangsa Indonesia serta tidak merasa rendah diri; mengakui persamaan
derjat, persamaan hak dan kewajiban antara sesame manusiadan sesama bangsa;
menumbuhkan sikap saling mencintai sesama manusia; mengembangkan sikap
tenggang rasa.
Salah satu cara untuk menumbuhkan semangat nasionalisme yaitu dengan
menanamkan nilai-nilai pancasila dalam diri. Seorang ASN dituntut untuk
memiliki perilaku mencintai tanah air indonesia (Nasionalisme) dan
mengedepankan kepentingan negara dan masyarakat. Nasionalisme merupakan
wujud dari fungsi ASN sebagai perekat dan pemersatu bangsa.

Nilai-nilai yang mencerminkan nasionalisme yaitu pantang menyerah,


cinta tanah air, rela berkorban, toleransi, cinta damai, peduli, gotong royong,
responsive, bahasa indonesia, saling menghargai dan saling menghormati.

3.1.3 Etika Publik


A. Pengertian Kode Etik
Aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu kelompok khusus,
sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam bentuk ketentuan-
ketentuan tertulis.
B. Kode Etik dan Kode Perilaku ASN
1) Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab dan
berintegritas
2) Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin
3) Melayani dengan sikap hormat, Sopan dan tanpa tekanan
4) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku
5) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau pejabat
yang berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan
6) Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan Negara
7) Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung
jawab, efektif dan efisien

22
8) Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya
9) Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada
pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan
10) Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status,
kekuasaan dan jabtannya untuk mendapat atau mencari keuntungan
atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain
11) Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan
integritas ASN
12) Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
disiplin pegawai ASN

C. Nilai-nilai dasar Etika Publik


Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam UU ASN No.5
Tahun 2014 yakni sebagai berikut :
1) Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila
2) Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia 1945
3) Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak
4) Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian
5) Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif\
6) Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur
7) Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada public
8) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan
Program
9) Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat,
tepat, akurat, berdaya guna, berhasil, guna, dan santun
10) Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi
11) Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama
12) Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja
Pegawai
13) Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan

23
14) Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis
sebagai perangkat sistem karir

3.1.4 Komitmen Mutu


A. Pengertian
Komitmen mutu merupakan tindakan untuk menghargai efektivitas,
efisiensi, inovasi dan kinerja yang berorientasi mutu dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan publik

B. Nilai-nilai Dasar Orientasi Mutu


Zeithmalh, dkk (1990: 23) menyatakan bahwa terdapat sepuluh
ukuran dalam menilai mutu pelayanan, yaitu:
1) Tangible (nyata/berwujud)
2) Reliability (kehandalan)
3) Responsiveness (cepat tanggap)
4) Competence (kompetensi)
5) Access (kemudahan)
6) Courtesy (keramahan)
7) Communication (komunikasi)
8) Credibility (kepercayaan)
9) Security (keamanan)
10) Understanding the Customer (pemahaman pelanggan)
Secara lebih operasional, Djamaludin Ancok dkk (2014) memberikan
ilustrasi bahwa perilaku yang semestinya ditampilkan untuk memberikan
layanan prima yaitu :
1) Menyapa dan memberi salam
2) Ramah dan senyum manis
3) Cepat dan tepat waktu
4) Mendengar dengan sabar dan aktif
5) Penampilan yang rapi dan bangga akan penampilan
6) Terangkan apa yang saudara lakukan
7) Jangan lupa mengucapkan terimakasih

24
8) Perlakukan teman sekerja seperti pelanggan
9) Mengingat nama pelanggan

3.1.5 Anti Korupsi

Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu Corruptio yang artinya
kerusakan, kebobrokan dan kebusukan. Korupsi sering dikatakan sebagai
kejahatan luar biasa, karena dampaknya yang luar biasa, menyebabkan
kerusakan baik dalam ruang lingkup pribadi, keluarga, masyarakat dan
kehidupan yang lebih luas. Kerusakan tidak hanya terjadi dalam kurun waktu
yang pendek, namun dapat berdampak secara jangka panjang.

KPK bersama dengan para pakar telah melakukan identifikasi nilai-


nilai dasar anti korupsi, dan dihasilkan sebanyak 9 nilai yaitu jujur, peduli,
mandiri, disiplin, tanggung jawab, kerja keras, sederhana, berani dan adil.

3.2 Kedudukan dan Peran ASN dalam NKRI

3.2.1 Manajemen ASN

Pengelolaan atau manajemen ASN adalah kebijakan dan praktek dalam


mengelola aspek manusia atau SDM dalam organisasi, baik untuk PNS maupun
PPK. Manajemen ASN akan membuat seorang ASN mengerti apa saja
kedudukan, peran, hak, kewajiban dan kode etik ASN.

A. Kedudukan ASN
Kedudukan ASN berada di pusat, daerah, dan luar negeri, namun
demikian pegawai ASN merupakan satu kesatuan.
B. Peran ASN
1) Pelaksana kebijakan public
2) Pelayan public
3) Perekat pemersatu bangsa
C. Hak dan kewajiban ASN
1) Gaji, tunjangan dan fasilitas
2) Cuti

25
3) Jaminan pensiun dan jaminan hari tua
4) Perlindungan
5) Pengembangan kompetensi

3.2.2 Pelayanan Publik

Pelayanan publik adalah pemberian layanan atau melayani keperluan


orang atau masyarakat dan/atau organisasi lain yang mempunyai kepentingan
pada organisasi itu, sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang ditentukan
dan ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada penerima pelayanan.
Terdapat 3 unsur penting dalam pelayanan publik, yaitu

1) Organisasi penyelenggara pelayanan public Penerima layanan


(pelanggan), yaitu orang, masyarakat atau organisasi yang
berkepentingan
2) Kepuasan yang diberikan dan/atau diterima oleh penerima layanan
(pelanggan).

Prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan pelayanan prima


adalah
1) Parisitipatif
Pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam merencanakan
melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya.
2) Transparan
Pemerintah harus menyediakan akses bagi warga negara untuk
mengetahui segala hal terkait pelayanan publik yang diselenggarakan.
Masyarakat juga harus diberi akses untuk mempertanyakan dan
menyampaikan pengaduan apabila merasa tidak puas terhadap pelayanan
publik pemerintah.
3) Responsif
Pemerintah wajib mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga
negara. Birokrasi wajib mendengarkan aspirasi dan keinginan masyarakat.

26
4) Tidak diskriminatif
Tidak ada perbedaan pemberian layanan kepada masyarakat atas dasar
perbedaan identitas warga negara.
5) Mudah dan murah
Mudah artinya berbagai persyaratan yang dibutuhkan tersebut masuk akal
dan mudah untuk dipenuhi. Murah artinya biaya yang diperlukan dapat
dijangkau oleh seluruh warga negara.
6) Efektif dan efisien
Efektif adalah mampu mewujudkan tujuan yang hendak dicapai (untuk
melaksanakan mandat konstitusi dan mencapai tujuan strategis negara
dalam jangka panjang). Efisien : cara mewujudkan tujuan dilakukan
dengan prosedur sederhana, tenaga kerja yang sedikit, dan biaya yang
murah.
7) Aksesibel
Pelayanan publik yang harus dapat dijangkau oleh warga negara yang
membutuhkan dalam arti fisik (dekat, terjangkau dengan kendaraan publik,
mudah ditemukan, dan lain – lain) dan dapat dijangkau dalam arti non –
fisik yang terkait dengan biaya dan persyaratan yang harus dipenuhi
8) Akuntabel
Penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dipertanggungjawabkan
secara terbuka kepada masyarakat melalui media publik baik secara cetak
maupun elektronik. Mekanisme pertanggungjawaban yang demikian
sering disebut sebagai social accountability.
9) Berkeadilan
Penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dijadikan sebagai alat
pelindung kelompok rentan dan mampu menghadirkan rasa keadilan bagi
kelompok lemah ketika berhadapan dengan kelompok kuat.

3.2. 3 Whole Of Government (WoG)

WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang


menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam

27
ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan
pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik. Oleh
karenanya WoG juga dikenal sebagai pendekatan interagency, yaitu pendekatan
yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang terkait dengan urusan-urusan yang
relevan.

Terdapat beberapa alasan yang menyebabkan mengapa WoG menjadi


penting dan tumbuh sebagai pendekatan yang mendapatkan perhatian dari
pemerintah. Pertama, adalah adanya faktor-faktor eksternal seperti dorongan
publik dalam mewujudkan integrasi kebijakan, program pembangunan dan
pelayanan agar tercipta penyelenggaraan pemerintahan yang lebih baik. Selain
itu perkembangan teknologi informasi, situasi dan dinamika kebijakan yang
lebih kompleks juga mendorong pentingnya WoG dalam menyatukan institusi
pemerintah sebagai penyelenggara kebijakan dan layanan publik. Kedua,
terkait faktor-faktor internal dengan adanya fenomena ketimpangan kapasitas
sektoral sebagai akibat dari adanya nuansa kompetisi antar sektor dalam
pembangunan. Satu sektor bisa menjadi sangat superior terhadap sektor lain,
atau masing-masing sektor tumbuh namun tidak berjalan beriringan,
melainkan justru kontraproduktif atau “saling membunuh”. Masing-masing
sektor menganggap bahwa sektornya lebih penting dari yang lainnya.

Ketiga, khususnya dalam konteks Indonesia, keberagaman latar


belakang nilai, budaya, adat istiadat, serta bentuk latar belakang lainnya
mendrong adanya potensi disintegrasi bangsa. Pemerintah sebagai institusi
formal berkewajiban untuk mendorong tumbuhnya nilai-nilai perekat
kebangsaan yang akan menjamin bersatunya elemen-elemen kebangsaan ini
dalam satu frame NKRI. Faktor- faktor yang mempengaruhi tumbuhnya whole
of government adalah:

1. Faktor eksternal, seperti dorongan publik dalam mewujudkan


integrasi kebijakan, program pembangunan dan pelayanan agar
tercipta penyelenggaraan pemerintahan yang lebih baik. Selain itu,
perkembangan teknologi informasi, situasi dan dinamika kebijakan
yang lebih kompleks juga mendorong pentingnya WoG dalam

28
menyatukan institusi pemerintah sebagai penyelenggara kebijakan
dan layanan publik.
2. Faktor Internal, seperti adanya fenomena ketimpangan kapasitas
sektoral sebagai akibat dari adanya nuansa kompetisi antar sektor
dalam pembangunan. Selain itu, adanya perbedaan-perbedaan
orientasi sektor dalam pembangunan bisa menyebabkan tumbuhnya
ego sektoral yang mendorong perilaku dan nilai individu maupun
kelompok yang menyempit pada kepentingan sektornya.
3. Keberagaman latar belakang nilai, budaya, dan adat istiadat
mendorong adanya potensi disintegrasi bangsa.

3. 3 Rancangan Aktualisasi

Unit Kerja : UPT Puskemas Besitang

Identifikasi Isu :

1. Belum optimalnya pelayanan konseling gizi pada pasien rawat jalan di


UPT Puskesmas Besitang
2. Belum optimalnya pelayanan konseling kepada ibu yang memiliki bayi
umur 0-6 bulan mengenai ASI Eksklusif di Puskesmas Besitang.
3. Belum optimalnya pelayanan penyuluhan kepada ibu yang memiliki
Baduta mengenai pemberian makanan tambahan yang tepat di Puskesmas
Besitang..
4. Belum optimalnya pelaksanaan kegiatan 5 meja di Posyandu.
Isu yang diangkat adalah “Belum optimalnya pelayanan konseling kepada
ibuyang memiliki bayi umur 0-6 bulan mengenai ASI Eksklusif di Puskesmas
Besitang”. Pemecahan Masalah :

1. Membuat register konseling gizi


2. Membuat alat peraga konseling gizi
3. Membuat formulir rujukan konseling gizi
4. Membuat leaflet media konseling
5. Melakukan konseling gizi diruang gizi

29
Tabel 4 Rancangan Aktualisasi

Hasil/ Keterkaitan dengan Konstribusi Konstribusi


Output mata Diklat kepada Misi kepada
No Kegiatan Tahapan Kegiatan
Organisasi nilai-nilai
organisasi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Membuat 1. Saya akan Ada register KOMITMEN Melakukan Bekerja
MUTU kegiatan ini
register melapor konseling gizi Sama
saya membuat telah
konseling kepada register konseli gizi berkonstribusi
se Efektif dan se Inisiatif
gizi pimpinan pada misi
efisien mungkin
puskesmas
Puskesmas Tanggung
ETIKA PUBLIK no.1
untuk
Saya melapor “Meningkatkan Jawab
membuat kepada Pimpinan akses dan Cekatan
Puskesmas dengan
register
sopan dan santun pelayanan
konseling gizi
ANTI KORUPSI kesehatan
2. Saya akan
Tidak menerima kepada
membuat form imbalan apa pun
terkait kegiatan masyarakat”
register
konseling gizi WOG
Saya berkonsultasi
3. Saya akan
dan berkolaborasi
mengaplikasika
dengan Pimpinan
n penggunaan
Puskesmas
register
konseling gizi
2 Membuat 1. Saya akan Alat peraga KOMITMEN Melakukan Bekerja
MUTU kegiatan ini
alat peraga melapor berupa Sama
saya membuat alat telah
konseling kepada boneka bayi peraga untuk berkonstribusi
dipakai konseling Inisiatif
gizi pimpinan dan payudara pada misi
Efektif dan se
efisien mungkin
puskesmas
puskesmas tiruan Tanggung
no.1
untuk “Meningkatkan Jawab
ETIKA PUBLIK
membuat alat akses dan Cekatan
Saya melapor
peraga untuk kepada Pimpinan
pelayanan
Puskesmas dengan
konseling.
sopan dan santun kesehatan
2. Saya akan
kepada

30
membuat alat ANTI KORUPSI masyarakat”
Tidak menerima
peraga berupa
imbalan apa pun
boneka bayi terkait kegiatan
dan payudara
AKUNTABILITAS
tiruan yang
Saya membuat alat
akan
peraga untuk
digunakan
membantu saya
untuk
membuat konseling
konseling
3. Saya akan
menggunakan
alat peraga
yang sudah
dibuat untuk
digunakan
saat
melakukan
konseling

3 Membuat 1. Saya akan Ada Formulir KOMITMEN Melakukan Bekerja


MUTU kegiatan ini
formulir melapor Rujukan Sama
saya membuat telah
rujukan kepada Konseling formulir konseling berkonstribusi
gizi se Efektif dan Inisiatif
konseling pimpinan Gizi pada misi
se efisien mungkin
puskesmas
gizi puskesmas Tanggung
no.1
untuk
ETIKA PUBLIK “Meningkatkan Jawab
membuat Saya melapor akses dan Cekatan
kepada Pimpinan
formulir
Puskesmas dengan pelayanan
rujukan dari sopan dan santun
kesehatan
ruangan
kepada
KIA/Persalina ANTI KORUPSI
Tidak menerima masyarakat”
n ke ruang
imbalan apa pun
konseling terkait kegiatan
untuk
WOG
melakukan Saya berkonsultasi
dan berkolaborasi
konseling gizi
dengan Pimpinan

31
2. Saya akan Puskesmas
mendesign
AKUNTABILITAS
formulir Saya memberikan
rujukan masukan yang jelas
konseling gizi terkait pembuatan
3. Saya akan formulir rujukan
mencetak konseling gizi
formulir rujukan
konseling gizi
4. Saya akan
mengaplikasika
n penggunaan
formulir rujukan
konseling gizi
4 Membuat 1. Saya akan Leafleat KOMITMEN Melakukan Bekerja
MUTU kegiatan ini
leaflet meminta izin tentang ASI Sama
saya membuat media telah
media kepada atasan Eksklusif konseling gizi berupa berkonstribusi
leaflet se Efektif dan Inisiatif
konseling 2. Saya akan pada misi
se efisien mungkin
puskesmas
menyiapkan Tanggung
no.1
materi, Menyusun
ETIKA PUBLIK “Meningkatkan Jawab
materi sehingga Saya melapor kepada akses dan
Pimpinan Puskesmas Cekatan
mudah dipahami
dengan sopan dan pelayanan
3. Saya akan santun Ramah
kesehatan
melakukan
ANTI KORUPSI kepada Setia
evaluasi desain da Tidak menerima
imbalan apa pun masyarakat”
isi leaflet
terkait kegiatan
4. Saya akan
WOG
melakukan
Saya berkonsultasi
pencetakan
dan berkolaborasi
dengan Pimpinan
Puskesmas
5 Melakukan 1. Saya akan Terlaksananya ETIKA PUBLIK Melakukan Bekerja
Saya melapor kepada
konseling bersalaman dengan konseling gizi kegiatan ini Sama
Pimpinan Puskesmas
gizi pasien dan secara optimal dengan sopan dan telah
santun

32
diruang memperkenalkan berkonstribusi Inisiatif
gizi diri pada misi
AKUNTABILITAS Tanggung
2. Saya akan puskesmas no. 3
Saya melakukan Jawab
menyiapkan sarana Mewujudkan
kegiatan konseling
konseling seperti kebijakan dalam Cekatan
dilakukan dengan
leaflet, formulir rangka
penuh Ramah
konseling mendorong,
3. Saya akan mengatur, dan Setia
NASIONALISME
melakukan mengarahkan
melakukan Saya memberikan pembangunan
konseling konseling dilakukan kesehatan
pada seluruh pasien
tanpa membeda-
bedakan

ANTI KORUPSI
Saya melakukan
konseling tanpa
pungutan biaya

33
BAB IV
PENUTUP

Pelaksanaan kegiatan aktualisasi nilai dasar profesi ASN ini


berdasarkanketentuan Perka. LAN RI No.12 Tahun 2018 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelatihan Dasar CPNS yang diselenggarakan oleh Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi Sumatera Utara Bekerjasama
Dengan LPMP Sumatera Utara yang dilaksanakan oleh Widyaiswara yang sangat
kompeten dan kompetitif dalam bidangnya.

Aplikasikan nilai-nilai dasar profesi yang dimiliki ASN yaitu dikenal


dengan ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika publik, Komitmen mutu, dan
Anti korupsi) yang akanpeserta aplikasikan di UPT Puskesmas Besitang
Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat sebagai tempat aktualisasi.Adapun
kegiatan aktualisasi yangakan dilaksanakan sebagai berikut :

1. Membuat register konseling gizi


2. Membuat alat peraga konseling gizi
3. Membuat formulir rujukan konseling gizi
4. Membuat leaflet media konseling
5. Melakukan konseling gizi diruang gizi
Pelaksanaan kegiatan aktualisasi ini nantinya tidak lepas dari bimbingan dan
kerjasama widyaiswara, coach, maupun kepala Puskesmas Labuhanbilik sebagai mentor
peserta selama aktualisasi habituasi. Untuk itu, peserta mengharapkan saran dan
dukungan yang baik untuk mewujudkan pelaksanaan kegiatan ini sesuai dengan nilai-
nilai dasar profesi ASN yakni nilai ANEKA

34

Anda mungkin juga menyukai