Anda di halaman 1dari 10

Bul.

Agrohorti 6 (3) : 430 – 439 (2018)

Pembibitan (Kultur Jaringan hingga Pembesaran) Anggrek Phalaenopsis di Hasanudin Orchids,


Jawa Timur

Nursery (Tissue Culture up to Enlargement) of Phalaenopsis Orchids in Hasanudin Orchids,


East Java

Zahra Fadhlia Yasmin, Syarifah Iis Aisyah * dan Dewi Sukma

Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor


Jalan Meranti, Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680, Indonesia
Telp. & Faks. 0251-8629353 e-mail: agronipb@indo.net.id
*Penulis untuk korespondensi : syarifahiis@yahoo.com

Disetujui 20 Agustus 2018 / Published online 3 September 2018

ABSTRACT

The research was conducted at the Hasanudin Orchids garden, Batu, East Java in the aspect of
Phalaenopsis orchid cultivation. The objective of this internship is to study the Phalaenopsis orchid breeding
process from tissue culture to enlargement to produce high-value crops at Hasanudin Orchid. The result of
observation showed that PDA culture media has 7% contamination while VW media has 22%. The process
of germination or subculture, especially on sub-culture 2 excessively found contamination. This happens
because of several factors, including planlet that has wound on the media replacement process. The
percentage of success of acclimatization is 100%. Prevention of loss due to contamination needs to be
considered seriously. Plants ranging from young seedlings, teen lants, and adult plants in two green houses
showed no significant difference. Some development needs to be done in order to produce crops with high
selling value.

Key words: acclimatization, culture media, repotting

ABSTRAK

Kegiatan penelitian di kebun Hasanudin Orchids bertujuan meningkatkan pengetahuan dan


keterampilan mahasiswa dalam aspek budidaya anggrek Phalaenopsis. Tujuan secara khusus pada penelitian
ini adalah mempelajari proses pembibitan anggrek Phalaenopsis dari kultur jaringan hingga
pembesaranuntuk menghasilkan tanaman yang bernilai jual tinggi di Hasanudin Orchid. Hasil pengamatan
menunjukkan pada pembuatan media kultur PDA terjadi kontaminasi sebesar 7% dan media VW sebesar
22%. Proses penyemaian atau sub kultur, terutama pada sub kultur 1 banyak ditemukan kontaminasi. Hal ini
terjadi karena beberapa faktor, diantaranya planlet yang luka pada saat pindah media. Persentase
keberhasilan pada saat aklimatisasi adalah 100%. Pencegahan kehilangan akibat kontaminasi perlu
diperhatikan secara intensif. Pembibitan mulai dari bibit muda, tanaman remaja, dan tanaman dewasa di dua
green house tidak menunjukkan perbedaan signifikan. Perlu dilakukan beberapa pengembangan agar
menghasilkan tanaman yang bernilai jual tinggi.

Kata kunci: aklimatisasi, media kultur, pindah tanam

430
Bul. Agrohorti 6 (3) : 430 – 439 (2018)

PENDAHULUAN pot.Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk


meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
Anggrek merupakan tanaman hias yang mahasiswa dalam aspek budidaya anggrek
termasuk ke dalam famili Orchidaceae yang Phalaenopsis. Tujuan secara khusus pada
menarik perhatian konsumen. Selain mempunyai penelitian ini adalah untuk mempelajari proses
nilai estetika yang tinggi anggrek juga pembibitan anggrek Phalaenopsis dari kultur
mempunyai bentuk, ukuran, dan warna bunganya jaringan hingga pembesaran untuk menghasilkan
yang sangat bervariasi. Daya tahan atau kesegaran tanaman yang bernilai jual tinggi di Hasanudin
bunga anggrek yang relatif lama menjadi faktor Orchids.
tingginya nilai ekonomi anggrek, sehingga
memberikan prospek pasar yang cukup cerah dan METODE PENELITIAN
meningkatkan minat para pemulia tanaman untuk
menghasilkan anggrek hibrida baru. Produksi Kegiatan penelitian dilaksanakan di
tanaman anggrek di Indonesia pada tahun 2015 laboratorium dan nursery anggrek Hasanudin
adalah 21.514.789 tanaman. Angka ini Orchids, Batu, Jawa Timur selama 4 bulan dengan
menunjukkan bahwa anggrek berada pada posisi menggunakan dua metode langsung dan tidak
ketiga setelah krisan dan mawar (Badan Pusat langsung. Metode langsung dilakukan dengan
Statistik, 2015). Anggrek Phalaenopsis mengikuti seluruh kegiatan teknis di laboratorium
merupakan jenis anggrek terbanyak (80%) dari dan kebun serta pengamatan pada beberapa
semua anggrek yang dijual di pasar dunia (Wu variabel. Metode tidak langsung dilakukan dengan
dan Chay, 2012). mengumpulkan data sekunder dari perusahaan.
Teknik kultur in vitro dilakukan untuk Pada kegiatan ini, penulis bekerja secara langsung
memenuhi kebutuhan anggrek Phalaenopsis di lapangan sebagai karyawan harian lepas
dalam jumlah yang besar dan kualitas bunga yang (KHL). Kegiatan yang berlangsung setiap hari
seragam, (Young et a.l, 2001). Sebelum ditanam ditulis dalam jurnal harian. Kegiatan yang
sebagai bibit dalam pot, bibit anggrek hasil dilaksanakan oleh penulis yaitu membuat media
perbanyakan in vitro memerlukan suatu tahap kultur VW (modifikasi), media PDA, penyemaian
penyesuaian terhadap cekaman lingkungan yang benih, sub kultur, aklimatisasi, penyiapan media
baru, yang disebut tahap aklimatisasi. Tahap akhir tanam, repotting, pemupukan, dan pengendalian
dalam kegiatan budidaya tanaman secara kultur hama dan penyakit dan pengemasan (packing).
jaringan adalah aklimatisasi. Aklimatisasi dapat Pelaksanaan kegiatan tersebut disesuaikan dengan
dilakukan jika planlet sudah memiliki organ kegiatan kebun pada saat kegiatan penelitian
lengkap yang umumnya berumur delapan hingga berlangsung.
dua belas bulan. Aklimatisasi merupakan proses Pengamatan dilakukan di 2 GH dengan
penyesuaian terhadap iklim pada lingkungan baru ketinggian yang berbeda dan desain GH yang
yang merupakan masalah penting dalam budidaya berbeda. Ketinnggian GH 1 adalah 680 meter
tanaman menggunakan bibit dari teknik kultur diatas permukaan laut dengan plastik uv berada di
jaringan (Handini 2012). bawah paranet, sedangkan ketinggian GH 2
Protocorm anggrek yang sudah menjadi adalah 770 meter diatas permukaan laut dengan
planlet pada saat aklimatisasi harus segera plastic uv berada di atas paranet. Pengamatan
dipindahkan ke dalam pot. Hal ini ditujukan agar dilakukan untuk memperoleh data primer adalah
tanaman planlet memiliki ruang tumbuh yang (1) Persentase kontaminasi media PDA dan media
lebih baik. Pembibitan biasanya dilakukan di VW. Pengamatan dilakukan selama empat bulan.
dalam green house untuk memberikan kondisi (2) Persentase kontaminasi pada planlet.
lingkungan anggrek Phalaenopsis yang optimal, Pengamatan dilakukan selama empat bulan. (3)
yaitu memiliki suhu berkisar antara 15-35 oC, Persentase keberhasilan aklimatisasi. Pengamatan
kelembaban udara 70-80%, intensitas sinar dilakukan selama empat bulan. (4) Rata-rata
matahari 12.000-20.000 lux, semi teduh atau semi tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, dan
naungan berkisar antara 15-30%. lebar daun pada fase bibit muda, tanaman remaja,
Pengembangan usaha budidaya anggrek dan tanaman dewasa. Pengamatan dilakukan
meliputi berbagai aspek pembibitan dan selama 7 MSP. (5) persentase serangan hama dan
pemeliharaan. Aspek penting yang perlu penyakit. Data juga diuji menggunakan rata-rata
diperhatikan adalah penanaman, media tanam, dan standar deviasi Ms. Excel
penyiraman, pengelolaan pemupukan, dan
pengendalian hama dan penyakit, terutama pada
fase pembibitan, baik saat tanaman masih ditanam
dalam kompot maupun dalam individual

Pembibitan Kultur Jaringan … 431


Bul. Agrohorti 6 (3) : 430 – 439 (2018)

HASIL DAN PEMBAHASAN media VW mampu mendorong pembentukan plb


(protocorm like bodies) sebagai calon tanaman.
Pembuatan Media Kultur Protocorm adalah bentukan bulat yang siap
Tingkat keberhasilan perkecambahan biji membentuk pucuk dan akar sebagai awal
anggrek secara in vitro umumnya sangat tinggi perkecambahan anggrek. Morel (1974)
jika syaratnya terpenuhi yaitu kondisi yang menyatakan, didalam air kelapa terkandung
aseptik pada biji dan media kultur, kecukupan hormone sitokinin 5,8 mg , auksin 0,07 mg
kandungan gula sebagai sumber energi dan dan giberalin yang dapat menstimulasi
kecukupan nutrisi dan senyawa organik yang perkecambahan dan pertumbuhan tanaman,
diperlukan untuk perkecambahan dan berfungsi sebagai penstimulir dalam proliferasi
pertumbuhan protocorm menjadi seedling jaringan, memperlancar metabolisme dan
(Yusnita, 2012). Berdasarkan persyaratan respirasi. Oleh karena itu air kelapa mempunyai
tersebut,formulasi media tanam sangat kemampuan besar untuk mendorong pembelahan
mempengaruhi pertumbuhan anggrek secara in sel dan proses deferensiasi.
vitro, sampai saat ini telah banyak dilakukan Media agar dibuat di dapur laboratorium
penelitian mengenai media tanam yang cocok sesuai dengan kebutuhan penanaman yang telah
untuk pertumbuhan dan perkembangan anggrek direncanakan. Komposisi media pun disesuaikan
secara in vitro. dan ditentukan sesuai kebutuhan penanaman.
Menurut Yusnita (2012), ada beberapa Bahan-bahan dicampur dan direbus hingga
jenis formulasi media dasar yang umum mendidih, kemudian dituangkan dalam botol
digunakan untuk pengecambahan biji dan bersih yang telah disiapkan. Botol kemudian
pembesaran seedling anggrek secara in vitro. ditutup menggunakan penutup karet yang telah
Media kultur yang dibuat untuk perbanyakan disterilisasi. Botol-botol tersebut selanjutnya
tanaman di Hasanudin Orchids ada dua, yaitu disterilisasi menggunakan autoclave.
media PDA (Potato Dextrose Agar) dan media Penulis melakukan pengamatan khusus
VW (Vacint and Went) modifikasi. Media PDA pada pembuatan media kultur jaringan ini
dibuat untuk media kultur biji pada fase pertama. mengenai persentase kontaminasi media. Media
Hal ini dilakukan agar biji dapat berkecambah sangat rawan terserang mikroorganisme
dengan baik karena media PDA mengandung kontaminan yang dapat menyebabkan tanaman
ekstrak kentang dan karbohidrat yang cukup tidak tumbuh bahkan mati. Hal ini dapat
untuk menggantikan cadangan makanan yang dikarenakan oleh tempat penyimpanan media
tidak terdapat pada biji anggrek. yang terlalu lembab atau cara pembuatan media
Media tumbuh yang biasa digunakan yang tidak sesuai, misalnya kurangnya
untuk pembesaran anggrek adalah media VW pengadukan media pada saat akan dimasukan ke
(Vacint and Went), (Bey et al., 2006). Media VW dalam botol. Oleh karena itu, cara pembuatan
digunakan oleh HO pada saat penanaman planlet media harus diperhatikan dengan benar oleh
yang telah terbentuk daun dan akar, tetapi belum karyawan. Berikut merupakan data persentase
terbentuk sempurna. Air kelapa 150 ml pada kontaminasi periode dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Persentase kontaminasi pada media
Jenis Media Kultur Total media Jumlah terkontaminasi Persentase (%)
Media PDA (Potato
95 7 7
Dextrose Agar)
MediaVW (Vacint dan
1.536 338 22
Went) Modifikasi
Jumlah 2.055 345 17

Berdasarkan pengamatan dapat dilihat kontaminasi. Tempat penyimpanan media VW


bahwa media PDA hanya mengalami kontaminasi (modifikasi) sangat lembab, sehingga media
sebesar 7%, sedangkan pada media VW banyak terkontaminasi oleh cendawan. Untuk
(modifikasi) sebesar 22%. Hal ini dapat meminimalisir terjadinya kontaminasi, pekerja
disebabkan oleh beberapa factor, diantaranya pada harus menutup botol dengan kuat dan media harus
proses akhir memasak yaitu kurang kuat dalam dipindahkan ke tempat yang tidak begitu lembab.
menutup botol dan tempat penyimpanan media.
Penutupan tutup botol yang kurang kuat dapat Penyemaian dan Pembesaran Planlet
mengakibatkan terjadinya pertukaran udara dari Perbanyakan tanaman dilakukan secara in
dalam dan luar botol, sehingga terjadinya vitro menggunakan bahan tanam yang berasal dari

432 Zahra Fadhlia Yasmin, Syarifah Iis Aisyah dan Dewi Sukma
Bul. Agrohorti 6 (3) : 430 – 439 (2018)

seedling (biji). Menurut Bieniek et al. (2010), 1. Penyemaian, yaitu penanaman pertaman
jumlah biji yang dihasilkan dalam satu kapsul biji dari buah yang telah dibelah di media
anggrek sangat banyak namun hanya sedikit yang kultur PDA hingga tumbuh menjadi
dapat berkecambah dan tumbuh di alam. Hal ini protocorm dan berkembang menjadi
terjadi karena ukuran biji anggrek yang sangat planlet kecil yang telah terbentuk daun
kecil dan ringan dengan panjang 0,25-1,2 mm dan dan akarnya sekitar 1-2 mm. Planlet saat
berat 0,3-1,4 μg. Biji anggrek tidak mempunyai itu siap dipindahkan ke media baru atau
endosperm sebagai cadangan makanan yang media VW (modifikasi).
diperlukan pada awal perkecambahan (Yusnida et 2. Sub kultur 1, yaitu sub kultur planlet dari
al., 2006). Biji anggrek dikenal dengan sebutan fase sebelumnya yang telah terbentuk
“Dust Seed” (Amilah dan Yuni, 2006), karena daun dan akarnya walaupun belum
dalam tiap kapsul anggrek dapat menghasilkan sempurna. Tujuannya untuk memberikan
jutaan biji (Dutta et al., 2011). Bahan tanam ruang tumbuh yang lebih luas, sehingga
yang digunakan merupakan biji dari buah yang jumlah planletnya lebih sedikit
dihasilkan oleh perusahaan melalui penyilangan. dibandingkan pada penyemaian . Fase ini
Pertumbuhan planlet melalui beberapa fase yaitu berlangsung selama 3-4 bulan.
awal penyemaian, fase sub kultur 1, sub kultur 2, 3. Sub kultur 2, yaitu sub kultur planlet dari
dan sub kultur 3 (sub kultur terakhir). sub sebelumnya yang ditekankan pada
Penanaman dilakukan di dalam entkas, pengembangan daun dan akar tanaman.
dimana entkas harus disterilisasi terlebih dahulu Planlet dari botol lama di-sub kultur ke
minimal 8 jam sebelum pemakaian. Alat dan dalam botol berisi media baru sebanyak
bahan tanam disterilisasikan menggunakan 20 planlet per botolnya. Planlet dibiarkan
pemutih pakaian. Bagian dalam entkas disemprot tumbuh selama 3-4 bulan hingga
dan dibersihkan dengan alkohol 80%, kemudian berukuran 3-5 mm.
entkas ditutup selama 8 jam. Setelah 8 jam entkas 4. Sub kultur 3, yaitu sub kultur planlet dari
dapat digunakan. Sebelum digunakan, alat fase sebelumnya yang lebih ditekankan
disterilisasi lagi dengan membakarnya di atas pada pengembangan akar tanaman.
bunsen selama 25-30 detik. Planlet disimpan selama 3-4 bulan,
Buah disterilisasi terlebih dahulu dengan selanjutnya planlet siap di aklimatisasi.
mencelupkannya ke dalam alkohol 80%.
Pembelahan buah dilakukan menggunakan pisau Biji yang disemai selama kegiatan
yang steril. Buah dibelah dan ditabur ke dalam penelitian berlangsung berasal dari 2 buah
botol yang berisi larutan media cair khusus. Ujung anggrek Phalaenopsis. Kegiatan penyemaian dan
botol dibakar dengan pembakar dan ditutup rapat sub kultur harus memperhatikan kebersihan
menggunakan tutup karet dan plastik yang telah tempat, alat, bahan, dan pelaksana penanaman.
diberi kode buah, tanggal penanaman, dan inisial Hal ini bertujuan untuk meminimalisir
perusahaan kemudian disimpan di ruang tumbuh. kemungkinan terjadinya kontaminasi planlet yang
Proses pertumbuhan biji hingga menjadi ditanam. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan
planlet yang siap akan diaklimatisasi melalui penulis mengenai persentase penanaman planlet
beberapa fase, yaitu : dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Persentase kontaminasi pada planlet
Fase Jumlah total Jumlah kontaminasi Persentase (%)
(botol) (botol)
Penyemaian 2 0 0
Sub kultur 1 18 5 28
Sub kultur 2 10 2 20
Sub kultur 3 5 0 0

Menurut (Hendaryono dan Wijoyono, Menurut Laukkanen et al. (1999) dalam Hutami
1994) Sub kultur adalah pemindahan tanaman (2008), ketika sel rusak, isi dari sitoplasma dan
kultur in vitro ke dalam media baru, sehingga vakuola menjadi tercampur, kemudian senyawa
kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan kalus, fenol teroksidasi menghambat aktivitas enzim.
protocorm, dan organ dapat terpenuhi. Senyawa fenol yang berlebihan akan bersifat
Berdasarkan pengamatan (Tabel 2) persentase racun yang merusak jaringan planlet dan akhirnya
kontaminasi banyak terjadi pada sub kultur 1. Hal menyebabkan kematian planlet (Corduk and Aki,
ini dapat terjadi karena beberapa faktor, 2011). Tingginya tingkat kontaminasi pada sub
diantaranya planlet yang luka saat pindah media.

Pembibitan Kultur Jaringan … 433


Bul. Agrohorti 6 (3) : 430 – 439 (2018)

kultur harus diminimalisir dengan ketelitian para dengan menggunakan kedua ibu jari yang ditekan.
pekerja. Pada saat penanaman posisi bibit harus terletak di
tengah pot dengan kondisi batang tenggelam atau
Aklimatisasi Planlet (Outflask) tidak terlihat dan penekanan media tidak boleh
Aklimatisasi bibit (outflask) merupakan terlalu padat juga tidak boleh kempos atau
kegiatan memindahkan bibit dari botol dan renggang. Hal ini bertujuan agar pertumbuhan
ditanam di dalam pot dengan media moss. Bibit akar lebih luas merata dan memiliki tanaman yang
tanaman berupa bibit dalam botol yang berasal kokoh.
dari perbanyakan generatif dengan seedling yang Masa pembibitan merupakan masa yang
sebelumnya telah dikembangbiakan di memiliki peranan penting dalam membentuk
laboratorium. Bibit dalam botol yang dapat tanaman muda menjadi tanaman dewasa yang
ditanam dalam pot kompot adalah bibit yang telah tumbuh secara optimal. Pada tanaman anggrek
memiliki minimal dua akar dan dua daun. Phalaenopsis pembibitan awal dilakukan dengan
Kegiatan dalam aklimatisasi ini meliputi menanam bibit dari botol ke dalam kompot
persiapan bibit dan penanaman bibit dalam pot. (komunitas pot) yang disebut aklimatisasi
Pada persiapan bibit dilakukan beberapa kegiatan (Aditya, 2009). Bibit kompot adalah dalam satu
yaitu pencabutan atau pengeluaran bibit dari pot ditanam beberapa bibit secara bersama.
botol, pencucian bibit dan pengeringan bibit. Keuntungan menggunakan bibit kompot ini
Pencabutan atau pengeluaran bibit dari botol adalah mengurangi risiko kematian dan bibit
dilakukan dengan mengeluarkan satu persatu bibit mudah diamati perkembangannya semenjak awal
dari botol dengan menggunakan kawat dengan (Iswanto, 2001). Faktor-faktor yang berpengaruh
ujung huruf U. Tanaman yang telah dikeluarkan pada tahap aklimatisasi anggrek yaitu: keadaan
dari botol kultur kemudian dicuci sebanyak dua bibit dalam botol, metode aklimatisasi, dan
kali dengan air dan dikeringkan agar tanaman kondisi lingkungan saat aklimatisasi.
tidak busuk pada saat ditanam dalam kompot. Pengamatan khusus yang dilakukan penulis yaitu
Kegiatan penanaman bibit dilakukan persentase keberhasilan aklimatisasi di dua green
setelah bibit selesai dikeringkan. Penanaman bibit house. Parameter yang diamati, yaitu tinggi
muda menggunakan kompot. Cara penanaman planlet, jumlah daun, panjang daun, lebar daun,
bibit yang dilakukan yaitu membungkus bagian dan persentase keberhasilan aklimatisasi.
akar tanaman dengan media tanam spaghnum Pengamatan dilakukan pada planlet usia 1 minggu
moss sebanyak segenggam kecil tangan kemudian setelah keluar dari botol dan pengamatan
memasukkan bagian akar tanaman yang sudah dilakukan selama tujuh minggu. Hasil
dibungkus ke dalam pot dan moss dipadatkan pengamatan dapat dilihat pada Tabel 3.
disekitar bibit agar bibit tertanam cukup kuat
Tabel 3. Hasil perbandingan daya tumbuh dan persentase keberhasilan aklimatisasi di dua green house
Pengamatan minggu ke-
Parameter ------------------cm------------------
1 MSA 2 MSA 3 MSA 4 MSA 5 MSA 6 MSA 7 MSA
Green House 1
Tinggi tanaman 1,4 ± 0,3 1,5 ± 0,4 1,5 ± 0,4 1,7 ± 0,4 2,0 ± 0,4 2,1 ± 0,4 2,1 ± 0,4
Jumlah daun 3,6 ± 1,0 3,6 ± 1,0 3,6 ± 1,0 3,6 ± 1,0 3,6 ± 1,3 3,6 ± 1,3 3,6 ± 0,9
Panjang daun 2,8 ± 0,7 2,9 ± 0,7 2,9 ± 0,7 2,9 ± 0,7 3,2 ± 0,6 3,3 ± 0,7 3,4 ± 0,7
Lebar daun 1,3 ± 0,4 1,3 ± 0,4 1,3 ± 0,4 3,2 ± 0,4 1,5 ± 0,3 1,5 ± 0,3 1,6 ± 0,4
Persentase
100
keberhasilan (%)
Green House 2
Tinggi tanaman 2,0 ± 0,6 2,0 ± 0,6 2,0 ± 0,6 2,0 ± 0,6 2,0 ± 0,6 2,0 ± 0,6 2,5 ± 0,6
Jumlah daun 3,9 ± 1,2 3,9 ± 1,2 3,9 ± 1,2 3,8 ± 1,2 3,8 ± 1,2 3,8 ± 1,1 3,8 ± 1,2
Panjang daun 3,5 ± 1,3 3,7 ± 1,3 3,8 ± 1,3 3,8 ± 1,2 4,0 ± 1,2 4,1 ± 1,2 4,2 ± 1,2
Lebar daun 1,4 ± 0,5 1,5 ± 0,5 1,6 ± 0,5 1,7 ± 0,6 1,8 ± 0,5 1,9 ± 0,6 2,0 ± 0,6
Persentase
100
keberhasilan (%)

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan menunjukkan bahwa planlet dapat berdaptasi


di dua GH dengan mengambil sampel 50 tanaman dengan lingkungan non aseptik dengan baik di
untuk satu GH, tingkat keberhasilan aklimatisasi dalam kompot.Secara visual bibit yang baik
adalah 100% pada setiap GH. Hal tersebut karena memperlihatkan pertumbuhan yang kuat dan
media moss memiliki kelembaban yang baik segar, tidak tercemar jamur atau bakteri. Metode
sehingga kesegaran planlet tetap terjaga. Hal ini aklimatisasi yang menentukan keberhasilan tahap

434 Zahra Fadhlia Yasmin, Syarifah Iis Aisyah dan Dewi Sukma
Bul. Agrohorti 6 (3) : 430 – 439 (2018)

aklimatisasi adalah media tanam, peralatan dan


cara pengeluaran serta penanaman bibit (Elmi Pindah Tanam (Repotting)
2001). Satsijati (1991) menyatakan bahwa media Pindah tanam (repotting) merupakan
merupakan salah satu faktor lingkungan yang kegiatan pemindahan tanaman ke dalam pot yang
berfungsi menyediakan unsur hara dan air bagi ukurannya lebih besar. Repotting tanaman
pertumbuhan tanaman. Campuran dua macam bertujuan untuk memperlancar pertumbuhan
media dapat memperbaiki kekurangan masing- anggrek Phalaenopsis. Tanaman yang akan
masing media tersebut, antara lain dalam dilakukan repotting telah memiliki rentang waktu
kemampuan mempertahankan kelembaban media. masing-masing ukuran sekitar empat bulan dari
Menurut Sutiyoso (1997), media yang dapat keluar botol. Tanaman yang akan dipindah tanam
digunakan untuk aklimatisasi jenis anggrek yaitu umumnya pertumbuhan akarnya terlihat banyak
pakis cacah, moss lumut, akar kadaka, sabut keluar dari kompot dan kelihatan terlalu sesak.
kelapa, arang, dan pecahan genting. Terdapat tiga kegiatan repotting tanaman di
Cara lain untuk meningkatkan Hasanudin Orchids, kegiatan tersebut meliputi
keberhasilan aklimatisasi adalah dengan proses repotting tanaman dari tray kompot – pot 1,5”,
penguatan (hardening off) planlet in vitro. repotting tanaman dari pot 1,5” - pot 2,5”, dan
Hardening dapat dilakukan dengan cara repotting tanaman dari pot 2,5” – pot 3,5”.
menempatkan bibit botolan di luar ruang kultur, Pengamatan khusus yang dilakukan
yaitu di tempat dengan suhu kamar dan cahaya penulis yaitu membandingkan kemampuan
matahari tidak langsung yang intensitasnya lebih tumbuh bibit di dua green house dengan 50
tinggi selama dua minggu sebelum bibit tanaman contoh pada setiap fasenya. Pengamatan
diaklimatisasi. Hal tersebut akan membuat bibit ini dilakukan pada fase bibit (pot 1,5”), tanaman
memiliki vigor lebih baik, daun lebih hijau, dan remaja (pot 2,5”), dan dewasa (pot 3,5”).
lebih kokoh (Yusnita 2010). Parameter yang diamati yaitu tinggi tanaman,
Menurut (Aditya, 2009), kriteria mutu jumlah daun, panjang daun, dan lebar daun yang
bibit aklimatisasi Phalaenopsis adalah untuk diamati selama tujuh minggu. Berdasarkan hasil
ukuran besar (daun ≥ 2, tinggi ≥ 5 cm, tumbuh pengamatan, didapatkan hasil rata-rata jumlah
normal), sedang (daun ≥ 2, tinggi ≥ 4 cm, tumbuh daun, panjang daun, dan lebar daun sebagai
normal), kecil (daun ≥ 2, tinggi ≥ 3 cm, tumbuh berikut.
normal), afkir (daun < 2, tinggi < 3 cm,
abnormal).
Tabel 4. Rata-rata tinggi tanaman bibit, tanaman remaja, dan tanaman dewasa
Pengamatan minggu ke-
Parameter ------------------cm------------------
1 MSP 2 MSP 3 MSP 4 MSP 5 MSP 6 MSP 7 MSP
Green House 1
Bibit (1,5”) 2,8 ± 0,7 2,8 ± 0,7 2,9 ± 0,7 3,0 ± 0,7 3,0 ± 0,7 3,0 ± 0,7 3,0 ± 0,7
Tanaman remaja
8,5 ± 1,7 8,8 ± 1,8 8,8 ± 1,8 9,3 ± 1,9 9,3 ± 1,9 9,4 ± 2,0 9,4 ± 2,0
(2,5”)
Tanaman dewasa
18 ± 3,7 18 ± 3,8 18 ± 3,8 18 ± 3,8 18 ± 3,8 18 ± 3,8 18 ± 3,8
(3,5”)
Green House 2
Bibit (1,5”) 2,7 ± 0,6 2,7 ± 0,6 3,0 ± 0,7 3,0 ± 0,7 3,0 ± 0,7 3,0 ± 0,7 3,6 ± 0,7
Tanaman remaja
8,8 ± 1,8 8,8 ± 1,8 9,1 ± 1,9 9,5 ± 2,1 9,5 ± 2,1 9,5 ± 2,1 9,6 ± 2,2
(2,5”)
Tanaman dewasa
21 ± 4,2 21 ± 4,2 21 ± 4,2 21 ± 4,2 21 ± 4,2 21 ± 4,2 21 ± 4,2
(3,5”)

Pengamatan tinggi tanaman dilakukan cukup sehingga pertumbuhan tinggi tanaman


dengan cara mengukur tinggi batang tanaman dari anggrek optimum.
permukaan media moss hingga ujung daun Penggunaan naungan dalam budidaya
terpanjang. Berdasarkan hasil pengamatan rata- anggrek sangat penting. Cahaya matahari sangat
rata tinggi tanaman, dapat dilihat bahwa tinggi penting untuk berlangsungnya proses fotosintesis
tanaman pada bibit, tanaman remaja, dan dewasa yang akan menghasilkan energi untuk tanaman
di GH 2 lebih tinggi dibandingkan pada GH 1. agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Hal ini dapat disebabkan oleh faktor cahaya, Sehingga, bila kekurangan cahaya maka
karena GH 2 mendapatkan cahaya matahari yang pertumbuhan akan terhambat, namun di sisi lain
jika kelebihan cahaya maka akan mengakibatkan

Pembibitan Kultur Jaringan … 435


Bul. Agrohorti 6 (3) : 430 – 439 (2018)

kerusakan pada tanaman, seperti klorosis dengan tingkat optimum sangat diperlukan untuk
gejala ujung tanaman mengering. Pemilihan menghasilkan anggrek yang berkualitas.
naungan yang tepat agar memberikan cahaya pada
Tabel 5. Rata-rata jumlah daun bibit, tanaman remaja, dan tanaman dewasa
Pengamatan minggu ke-
Parameter ------------------ helai ------------------
1 MSP 2 MSP 3 MSP 4 MSP 5 MSP 6 MSP 7 MSP
Green House 1
Bibit (1,5”) 3,9 ± 1,0 3,9 ± 0,9 4,2 ± 0,9 4,2 ± 1,0 4,4 ± 1,0 4,4 ± 1,0 4,4 ± 1,0
Tanaman remaja
4,2 ± 1,3 4,3 ± 1,5 4,4 ± 1,5 4,5 ± 1,4 4,6 ± 1,5 4,6 ± 1,5 4,6 ± 1,5
(2,5”)
Tanaman dewasa
3,4 ± 1,1 3,6 ± 1,2 3,6 ± 1,2 3,7 ± 1,3 3,8 ± 1,3 3,8 ± 1,2 3,8 ± 1,2
(3,5”)
Green House 2
Bibit (1,5”) 4,1 ± 1,5 4,3 ± 1,4 4,2 ± 1,4 4,2 ± 1,4 4,3 ± 1,4 4,3 ± 1,4 4,3 ± 1,2
Tanaman remaja
3,3 ± 1,0 3,3 ± 0,9 3,3 ± 0,9 3,3 ± 0,9 3,5 ± 1,0 3,6 ± 1,0 3,6 ± 1,0
(2,5”)
Tanaman dewasa
3,6 ± 1,0 3,6 ± 0,9 3,6 ± 0,9 3,7 ± 1,0 3,7 ± 0,3 3,8 ± 0,8 3,8 ± 0,5
(3,5”)

Perhitungan jumlah daun dihitung dari Berdasarkan pengamatan rata-rata jumlah


daun terbawah yang masih hijau dan sehat hingga daun (Tabel 7) dapat dilihat bahwa rata-rata
daun teratas tanaman. Kemunculan daun baru, jumlah daun pada bibit 1,5” di green house 1
dihitung sebagai satu daun jika telah tumbuh dan lebih banyak dibandingkan dengan green house 2.
berkembang menjadi daun muda. Menurut Namun jika dilihat dari rata-rata jumlah daun
Sitompul dan Guritno (1995), jumlah daun setiap minggunya, dari minggu pertama hingga
merupakan salah satu indikator pertumbuhan minggu keempat jumlah daun di green house 2
tanaman dan dapat digunakan sebagai data mengalami penurunan, sedangkan pada green
penunjang untuk menjelaskan proses house 1 terus meningkat. Pada tanaman remaja
pertumbuhan yang terjadi. Glover (2007), 2,5” jumlah daun di green house 2 lebih rendah
menyatakan bahwa peningkatan jumlah daun akan dibandingkan pada green house 1. Pada tanaman
membuat tanaman mampu melakukan fotosintesis dewasa 3,5” rata-rata jumlah daun di green house
secara maksimal untuk mendukung proses 2 lebih rendah dibandingkan pada green house 1.
transisinya menuju fase reproduktif. Menurut Berdasarkan analisa visual rata-rata jumlah daun
Dirjen P2HP (2005), kriteria jumlah daun pada green house 2 lebih rendah dibandingkan
tanaman anggrek Phalanenopsis dalam pot 1,5” dengan green house 1. Hal ini dikarenakan
adalah 3 daun, pot 2,5” 3,5 daun, dan pada pot banyaknya daun yang mati terkena hama dan
3,5” adalah 4 daun. penyakit tanaman pada green house 2 yang
menyebabkan rata-rata jumlah daun menurun.
Tabel 6. Rata-rata panjang daun bibit, tanaman remaja, dan tanaman dewasa
Pengamatan minggu ke-
Parameter ------------------cm------------------
1 MSP 2 MSP 3 MSP 4 MSP 5 MSP 6 MSP 7 MSP
Green House 1
Bibit (1,5”) 5,0 ± 1,4 5,3 ± 1,4 5,3 ± 1,5 5,3 ± 1,5 5,5 ± 1,6 5,6 ± 1,6 5,8 ± 1,6
Tanaman remaja
7,0 ± 1,6 8,1 ± 1,6 8,2 ± 1,6 8,3 ± 1,6 8,5 ± 1,6 8,7 ± 1,6 8,8 ± 1,6
(2,5”)
Tanaman dewasa
10 ± 2,3 10 ± 2,3 10 ± 2,3 10 ± 2,4 10 ± 2,4 10 ± 2,3 11 ± 2,3
(3,5”)
Green House 2
Bibit (1,5”) 6,1 ± 1,0 6,1 ±1,2 6,2 ± 1,2 6,3 ± 1,3 6,4 ±1,2 6,5 ± 1,2 6,6 ±1,1
Tanaman remaja
7,5 ± 1,5 7,7 ± 1,6 7,8 ± 1,6 7,8 ± 1,6 8,1 ± 1,6 8,3 ± 1,7 8,6 ± 1,8
(2,5”)
Tanaman dewasa
13 ± 2,6 13 ± 2,5 13 ± 2,5 13 ± 2,8 14 ± 2,7 14 ± 2,8 14 ± 2,8
(3,5”)

Berdasarkan pengamatan rata-rata dibandingkan dengan bibit yang berada di green


panjang daun (Tabel 6) dapat dilihat bahwa bibit, house 1. Pada green house 1 rata-rata panjang
tanaman remaja, dan tanaman dewasa di green daun bibit pada 7 MSP 5,8 cm, sedangkan pada
house 2 memiliki daun yang lebih panjang green house 2 adalah 6,6 cm. Tanaman remaja di

436 Zahra Fadhlia Yasmin, Syarifah Iis Aisyah dan Dewi Sukma
Bul. Agrohorti 6 (3) : 430 – 439 (2018)

green house 1 memiliki nilai rata-rata panjang dikarenakan bahwa ketinggian tempat yang hanya
daun 8,8 cm namun, pada green house 2 adalah berbeda 90 meter diatas permukaan laut tidak
8,6 cm. Tanaman dewasa pada green house 1 menunjukkan perbedaan yang tinggi pada panjang
memiliki rata-rata panjang daun 11 cm dan pada daun.
green house 2 adalah 14 cm. Hal ini dapat
Tabel 7. Rata-rata lebar daun bibit, tanaman remaja, dan dewasa
Pengamatan minggu ke-
Parameter ------------------cm------------------
1 MSP 2 MSP 3 MSP 4 MSP 5 MSP 6 MSP 7 MSP
Green House 1
Bibit (1,5”) 2,0 ±0,4 2,1 ±0,5 2,1 ±0,5 2,1 ±0,5 2,3 ±0,5 2,5 ± 0,5 2,6 ±0,4
Tanaman remaja
2,4 ± 0,5 2,5 ± 0,5 2,5 ± 0,5 2,5 ± 0,5 2,7 ± 0,5 3,0 ± 0,6 3,1 ± 0,6
(2,5”)
Tanaman dewasa
3,8 ± 0,6 3,9 ± 0,6 3,9 ± 0,6 4,1 ± 0,6 0,6 ± 0,6 0,6 ± 0,6 4,3 ± 0,6
(3,5”)
Green House 2
Bibit (1,5”) 2,0 ± 0,4 2,1 ± 0,5 2,1 ± 0,5 2,2 ± 0,5 2,3 ± 0,6 2,4 ± 0,6 2,5 ± 0,5
Tanaman remaja
3,2 ± 0,5 3,3 ± 0,5 3,3 ± 0,5 3,4 ± 0,6 3,5 ± 0,7 3,6 ± 0,7 3,8 ± 0,7
(2,5”)
Tanaman dewasa
4,3 ± 0,6 4,3 ± 0,5 4,4 ± 0,6 4,4 ± 0,6 4,5 ± 0,6 4,7 ± 0,6 4,8 ± 0,7
(3,5”)

Berdasarkan hasil pengamatan (Tabel 7) sehingga pertumbuhannya pun ikut seimbang baik
dapat dilihat bahwa bibit, tanaman remaja, dan vegetatif dan generatifnya. Pupuk Mamigro yang
dewasa di green house 2 memiliki daun lebih digunakan perusahaan memiliki komposisi utama,
lebar dibandingkan dengan bibit di green house 1. yaitu unsur hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S)
Lebar daun rata-rata pada bibit di green house 2 dan unsur hara mikro (Cu, Co, B, Mo, Mn, Zn,
adalah 2,5 cm, tanaman remaja 3,8 cm, dan dan unsur lain yang diperlukan tanaman). Dosis
tanaman dewasa 4,8 cm. Berawal dari pemakaian pupuk tersebut 1g minggu.
pengamatan minggu pertama hingga minggu Dalam berusaha tani anggrek, serangan
terakhir lebar daun bibit, tanaman remaja dan OPT merupakan salah satu faktor pembatas untuk
dewasa terus mengalami peningkatan. Hal ini meningkatkan produksi. Jika tidak dilakukan
dikarenakan letak green house 2 mendapatkan pengendalian, dapat mengakibatkan menurunya
cahaya matahari optimum. Cahaya matahari dapat kualitas atau nilai estetika dari tanaman hias
mempengaruhi lebar daun. Cahaya matahari yang tersebut, sehingga harga jual tanaman juga dapat
cukup membuat lebar daun semakin luas, menurun. Akibat selanjutnya terhadap kehadiran
sebaliknya jika kekurangan cahaya matahari daun OPT yaitu dapat menyebabkan kematian pada
akan memanjang, kurus, lemas dan berwarna tanaman anggrek. Jenis-jenis OPT yang paling
hijau tua. dominan menyerang kebun anggrek, melalui
identifikasi berdasarkan morfologi, antara lain:
Pemeliharaan Tanaman tungau merah Tenuipalpus pacificus Baker
Pemeliharaan tanaman terutama pada (Zhang 2003), bekicot Achatina fulica
masa pembibitan. Hal ini untuk menjaga kualitas (Karyatiningsih et al. 2008), dan Pestalotia sp.,
tanaman yang dihasilkan agar mampu yang diidentifikasikan sebagai Pestalotia
meningkatkan produktivitas. Pemupukan palmarum Cke. (Semangun, 2007).
merupakan pemberian unsur hara yang Perusahaan menggunakan pestisida sintetis karena
dibutuhkan tanaman untuk tumbuh dan dianggap sebagai tindakan yang paling ampuh
berkembang dengan baik. Pupuk dibagi menjadi untuk mencegah serta mengatasi serangan OPT
dua, yaitu pupuk anorganik dan pupuk organik. tersebut. Namun, untuk jenis hama tertentu seperti
Penyiraman pemupukan rutin dilakukan dua kali bekicot, perusahaan biasanya melakukan
dalam seminggu. Pupuk utama yang digunakan pengendalian secara mekanis, yaitu dengan
yaitu pupuk anorganik dengan kandungan NPK mengambil dan mengumpulkan hama tersebut
20: 20: 20. Menurut Kencana (2007), masa secara langsung jika ditemukan, kemudian
pembibitan yang merupakan fase vegetatif mematikannya. Berdasarkan data dari hasil
tanaman membutuhkan pupuk dengan kandungan wawancara dan pengamatan di kebun, terdapat
N lebih tinggi, misalnya pupuk NPK 30: 10:10. beberapa hama dan penyakit pada tanaman
Pihak perusahaan memakai pupuk dengan anggrek Phalaenopsis. Masalah hama dan
kandungan NPK seimbang agar tanaman penyakit menjadi masalah utama karena
mendapatkan suplai hara yang seimbang,

Pembibitan Kultur Jaringan … 437


Bul. Agrohorti 6 (3) : 430 – 439 (2018)

serangannya dapatmenrunkan hasil yang tingi. dilihat pada tabel 8.


Hama dan penyakit tersebut antara lain dapat
Tabel 8. Hama dan penyakit pada anggrek Phalaenopsis
Persentase Tanaman yang
Hama dan Penyakit Jumlah Tanaman Jumlah Tanaman yang Terserang
Terserang (%)

GH 1 GH 2 GH 1 GH 2 GH 1 GH 2

Siput 3 7 1,50 3,50


Semut 60 50 30,00 25,00
200 200
Kutu putih 9 12 4,50 6,00
Busuk lunak 5 10 2,50 5,00

Berdasarkan hasil pengamatan (Tabel 8) Gejala penyakit busuk daun ini ditandai dengan
hama dan penyakit yang terdapat di green house 1 timbulnya bercak yang berwarna lebih gelap
dan 2 adalah hama siput, semut, kutu putih, dan dibandingkan dengan daun yang sehat.
penyakit busuk lunak. Tanaman pada green house Selanjutnya daun menjadi lunak dan berair,
2 lebih banyak terserang hama dan penyakit, turgornya hilang, dan mengeluarkan bau yang
hama siput 3,5%, semut 25%, kutu putih 6%, dan khas. Penyakit ini akan menjalar ke bagian pucuk
penyakit busuk lunak 5%. Indikasi penyebab tanaman (titik tumbuh) sehingga dalam waktu
tanaman terkena hama dan penyakit dapat singkat tanaman akan mati. Pemberantasan yang
disebabkan oleh perawatan dan pengendalian dari dilakukan pada umumnya adalah memotong daun
para petani, karena setiap green house dikelola yang terserang penyakit atau membuang tanaman
oleh petani yang berbeda. Hama dan penyakit tersebut.
tanaman jika dibiarkan terus menerus akan
menurunkan produksi dan kualitas yang KESIMPULAN
dihasilkan oleh perushaan. Pengendalian hama
dan penyakit dilakukan secara kimia Kegiatan penelitian yang dilakukan di
menggunakan fungisida dan bakterisida. Kegiatan Hasanudin Orchids, Batu, Jawa Timur
ini dilakukan sebanyak dua minggu sekali. Sama memberikan pengetahuan dan pengalaman dalam
halnya dengan pemupukan, aplikasi penggunaan melakukan kegiatan teknis budidaya anggrek
bahan-bahan pestisida telah disesuaikan oleh Phalaenopsis. Pembuatan media kultur di
perusahaan. Hasanudin Orchids ada dua, yaitu media PDA dan
Siput merupakan hama yang paling sering media VW. Kontaminasi pada pembesaran planlet
merusak tanaman anggrek. Kerusakan yang banyak terjadi pada sub kultur 1 dan 2 yaitu
ditimbulkan akibat serangan siput cukup besar. sebesar 28 dan 20%. Tingkat keberhasilan pada
Akar-akar muda, tunas baru, dan kuncup bunga aklimatisasi adalah 100%. Perbandingan daya
adalah makanan bagi siput. Anggrek tumbuh bibit, tanaman remaja, dan dewasa pada
Phalaenopsis merupakan tanaman anggrek yang dua green house tidak menunjukkan perbedaan
paling sering diserang oleh siput. yang tinggi, namun sedikit lebih baik
Pengendaliannya dapat dilakukan secara mekanis pertumbuhannya pada green house 2.
dengan mengambil dan mengumpulkannya. Pemeliharaan tanaman, terutama pada
Serangan hama semut dapat menyebabkan pengendalian hama dan penyakit tanaman masih
tanaman rusak pada bagian akar dan tunas rendah. Pemeliharaan dan perawatan dilakukan
mudanya. Hal ini disebabkan oleh jamur yang oleh petani yang berbeda.
dibawa oleh semut tersebut. Cara
pengendaliannya adalah dengan merendam pot DAFTAR PUSTAKA
dalam air. Cara ini baik untuk mencegah hama
semut datang krmbali. Selain merendam Aditya, E.N.R. 2009. Budidaya Tanaman
kebersihan pot harus diperhatikan dengan baik. Anggrek : Pengelolaan Pembibitan
Kutu putih berukuran kecil dan berwarna Anggrek Phalaenopsisdi PT. Ekakarya
kelabu kemerahan. Terdapat pada titik tumbuh, Graha Flora, Cikampek, Jawa Barat.
diketiak daun dan pada akar gantung. Kutu ini [Skripsi]. Fakultas Pertanian. Bogor (ID):
melindungi dirinya dengan bahan halus seperti Institut Pertanian Bogor.
kapas berwarna putih. Hidupnya bersimbiosis
dengan semut. Pengendaliannya dapat dilakukan Amilah, A. Yuni. 2006. Pengaruh Konsentrasi
penyemprotan dengan fungisida dan bakterisida. Ekstrak Taoge dan Kacang Hijau pada

438 Zahra Fadhlia Yasmin, Syarifah Iis Aisyah dan Dewi Sukma
Bul. Agrohorti 6 (3) : 430 – 439 (2018)

Media Vacin and Went (VW) terhadap VitroCultures of Scots Pine: Role of
Pertumbuhan Kecambah Anggrek Bulan Peroxidase and Polyphenol Oxidase.
(Phalaenopsis amabilis L.). Bulletin Physiol. Plant. 106(3):337-343.
Penelitian.No. 09.
Morel, G.M. 1974. Clonal Multiplication of
Badan Pusat Statistika. 2015. Data Produksi Orchid. The Orchid Scientific Studies.
Tanaman Hias Indonesia Tahun 2013-2015. Wiley-Interscience Publication. John
Badan Pusat Statistika. Jakarta Barat. Wileyand Sons, New York.

Bey, Y., W. Syafii, N. Ngatifah. 2005. Pengaruh Satsijati. 1991. Pengaruh media tumbuh terhadap
Pemberian Giberelin Pada Media Vacint pertumbuhan bibit anggrek Dendrobium. J.
dan Went terhadap Perkecambahan Biji Hort. 3:15-22.
Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis
B.L) Secara In Vitro. J. Biogenesis.Vol Semangun, H. 2007. Penyakit-Penyakit Tanaman
1(2):57-61. Hortikultura di Indonesia edisi ketiga.
Yogyakarta: UGM Press.
Corduk, O. Nursen, Cuneyt Aki. 2011. Inhibition
of Browning Problem During Sutiyoso, Y. 1997. Syarat dan jenis media tanam
Micropropagation of Sideritis trojana anggrek. Bul. PAI. 5(9):11-17.
bornm. An Endemic Medicinal Herb of
Turkey. Romanian Biotechnological Widiastoety, D., F.A. Bahar. 1995. Pengaruh
Letters. Vol. 16 No. 6. Intensitas Cahaya Terhadap Pertumbuhan
Anggrek Dendrobium. J. Hort. 4 (5) : 72-
[Dirjen P2HP] Direktorat Jenderal Pengolahan 75.
dan Pemasaran Hasil Pertanian. 2010. Pasca
Panen dan Pemasaran Anggrek, 2005-2010. Young, P.S., H.N. Murty, P.K. Yeuep. 2001.
Jakarta (ID): Dirjen P2HP. Mass multiplication of protocorm-like
bodies using bioreactor system and
Dutta, S., A. Chowdurry, B. Bhattacharjee, P. K. subsequent plant regeneration in
Nath, B. K. Dutta. 2011. In vitro Phalaenopsis. Plant Cell, Tissue and Organ
Multiplication and Protocorm Development Cult. 63:67-72.
of Dendrobium aphyllum (Roxb.) CEC
Fisher. Biological and Environmental Yusnida, B., W. Syafii, Sutrisna. 2006. Pengaruh
Science. 7 (1): 57-62. giberelin (GA3) dan air kelapa terhadap
perkecambahan biji anggrek bulan
Elmi, S. 2001. Masa Kritis dalam Penanaman (Phalaenopsis amabilis BL) secara in vitro.
Bibit Anggrek dalam Botol. Surabaya (ID): J. Biogenesis 2:41-26.
East Java Orchid.
Yusnita. 2010. Perbanyakan In Vitro Tanaman
Handini, A.S. 2012. Pengaruh Paclobutrazol Anggrek. Lampung (ID): Universitas
terhadap Pertumbuhan Anggrek Lampung.
Dendrobium lasianthera pada Tahap
Aklimatisasi [Skripsi]. Fakultas Pertanian. Yusnita. 2012. Pemuliaan Tanaman Untuk
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Menghasilkan Anggrek Hibrida Unggul.
Iswanto, H. 2001. Anggrek Phalaenopsis. Jakarta. Lembaga Penelitian Universitas Lampung.
Agromedia Pustaka. 48 hal. Lampung.

Kencana, I. P. 2007. Cara Cepat Membungakan Zhang, Z.Q. 2003. Mites of Greenhouse
Anggrek. Gramedia. Jakarta. 64 hal. Identification, Biology, and Control.
Aucland: CABI Publishing.
Laukkanen, H., H. Haggman, S.K. Soppela, and
A. Hohtola. 1999. Tissue Browning of In

Pembibitan Kultur Jaringan … 439

Anda mungkin juga menyukai