2 PB
2 PB
ABSTRACT
The research was conducted at the Hasanudin Orchids garden, Batu, East Java in the aspect of
Phalaenopsis orchid cultivation. The objective of this internship is to study the Phalaenopsis orchid breeding
process from tissue culture to enlargement to produce high-value crops at Hasanudin Orchid. The result of
observation showed that PDA culture media has 7% contamination while VW media has 22%. The process
of germination or subculture, especially on sub-culture 2 excessively found contamination. This happens
because of several factors, including planlet that has wound on the media replacement process. The
percentage of success of acclimatization is 100%. Prevention of loss due to contamination needs to be
considered seriously. Plants ranging from young seedlings, teen lants, and adult plants in two green houses
showed no significant difference. Some development needs to be done in order to produce crops with high
selling value.
ABSTRAK
430
Bul. Agrohorti 6 (3) : 430 – 439 (2018)
432 Zahra Fadhlia Yasmin, Syarifah Iis Aisyah dan Dewi Sukma
Bul. Agrohorti 6 (3) : 430 – 439 (2018)
seedling (biji). Menurut Bieniek et al. (2010), 1. Penyemaian, yaitu penanaman pertaman
jumlah biji yang dihasilkan dalam satu kapsul biji dari buah yang telah dibelah di media
anggrek sangat banyak namun hanya sedikit yang kultur PDA hingga tumbuh menjadi
dapat berkecambah dan tumbuh di alam. Hal ini protocorm dan berkembang menjadi
terjadi karena ukuran biji anggrek yang sangat planlet kecil yang telah terbentuk daun
kecil dan ringan dengan panjang 0,25-1,2 mm dan dan akarnya sekitar 1-2 mm. Planlet saat
berat 0,3-1,4 μg. Biji anggrek tidak mempunyai itu siap dipindahkan ke media baru atau
endosperm sebagai cadangan makanan yang media VW (modifikasi).
diperlukan pada awal perkecambahan (Yusnida et 2. Sub kultur 1, yaitu sub kultur planlet dari
al., 2006). Biji anggrek dikenal dengan sebutan fase sebelumnya yang telah terbentuk
“Dust Seed” (Amilah dan Yuni, 2006), karena daun dan akarnya walaupun belum
dalam tiap kapsul anggrek dapat menghasilkan sempurna. Tujuannya untuk memberikan
jutaan biji (Dutta et al., 2011). Bahan tanam ruang tumbuh yang lebih luas, sehingga
yang digunakan merupakan biji dari buah yang jumlah planletnya lebih sedikit
dihasilkan oleh perusahaan melalui penyilangan. dibandingkan pada penyemaian . Fase ini
Pertumbuhan planlet melalui beberapa fase yaitu berlangsung selama 3-4 bulan.
awal penyemaian, fase sub kultur 1, sub kultur 2, 3. Sub kultur 2, yaitu sub kultur planlet dari
dan sub kultur 3 (sub kultur terakhir). sub sebelumnya yang ditekankan pada
Penanaman dilakukan di dalam entkas, pengembangan daun dan akar tanaman.
dimana entkas harus disterilisasi terlebih dahulu Planlet dari botol lama di-sub kultur ke
minimal 8 jam sebelum pemakaian. Alat dan dalam botol berisi media baru sebanyak
bahan tanam disterilisasikan menggunakan 20 planlet per botolnya. Planlet dibiarkan
pemutih pakaian. Bagian dalam entkas disemprot tumbuh selama 3-4 bulan hingga
dan dibersihkan dengan alkohol 80%, kemudian berukuran 3-5 mm.
entkas ditutup selama 8 jam. Setelah 8 jam entkas 4. Sub kultur 3, yaitu sub kultur planlet dari
dapat digunakan. Sebelum digunakan, alat fase sebelumnya yang lebih ditekankan
disterilisasi lagi dengan membakarnya di atas pada pengembangan akar tanaman.
bunsen selama 25-30 detik. Planlet disimpan selama 3-4 bulan,
Buah disterilisasi terlebih dahulu dengan selanjutnya planlet siap di aklimatisasi.
mencelupkannya ke dalam alkohol 80%.
Pembelahan buah dilakukan menggunakan pisau Biji yang disemai selama kegiatan
yang steril. Buah dibelah dan ditabur ke dalam penelitian berlangsung berasal dari 2 buah
botol yang berisi larutan media cair khusus. Ujung anggrek Phalaenopsis. Kegiatan penyemaian dan
botol dibakar dengan pembakar dan ditutup rapat sub kultur harus memperhatikan kebersihan
menggunakan tutup karet dan plastik yang telah tempat, alat, bahan, dan pelaksana penanaman.
diberi kode buah, tanggal penanaman, dan inisial Hal ini bertujuan untuk meminimalisir
perusahaan kemudian disimpan di ruang tumbuh. kemungkinan terjadinya kontaminasi planlet yang
Proses pertumbuhan biji hingga menjadi ditanam. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan
planlet yang siap akan diaklimatisasi melalui penulis mengenai persentase penanaman planlet
beberapa fase, yaitu : dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Persentase kontaminasi pada planlet
Fase Jumlah total Jumlah kontaminasi Persentase (%)
(botol) (botol)
Penyemaian 2 0 0
Sub kultur 1 18 5 28
Sub kultur 2 10 2 20
Sub kultur 3 5 0 0
Menurut (Hendaryono dan Wijoyono, Menurut Laukkanen et al. (1999) dalam Hutami
1994) Sub kultur adalah pemindahan tanaman (2008), ketika sel rusak, isi dari sitoplasma dan
kultur in vitro ke dalam media baru, sehingga vakuola menjadi tercampur, kemudian senyawa
kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan kalus, fenol teroksidasi menghambat aktivitas enzim.
protocorm, dan organ dapat terpenuhi. Senyawa fenol yang berlebihan akan bersifat
Berdasarkan pengamatan (Tabel 2) persentase racun yang merusak jaringan planlet dan akhirnya
kontaminasi banyak terjadi pada sub kultur 1. Hal menyebabkan kematian planlet (Corduk and Aki,
ini dapat terjadi karena beberapa faktor, 2011). Tingginya tingkat kontaminasi pada sub
diantaranya planlet yang luka saat pindah media.
kultur harus diminimalisir dengan ketelitian para dengan menggunakan kedua ibu jari yang ditekan.
pekerja. Pada saat penanaman posisi bibit harus terletak di
tengah pot dengan kondisi batang tenggelam atau
Aklimatisasi Planlet (Outflask) tidak terlihat dan penekanan media tidak boleh
Aklimatisasi bibit (outflask) merupakan terlalu padat juga tidak boleh kempos atau
kegiatan memindahkan bibit dari botol dan renggang. Hal ini bertujuan agar pertumbuhan
ditanam di dalam pot dengan media moss. Bibit akar lebih luas merata dan memiliki tanaman yang
tanaman berupa bibit dalam botol yang berasal kokoh.
dari perbanyakan generatif dengan seedling yang Masa pembibitan merupakan masa yang
sebelumnya telah dikembangbiakan di memiliki peranan penting dalam membentuk
laboratorium. Bibit dalam botol yang dapat tanaman muda menjadi tanaman dewasa yang
ditanam dalam pot kompot adalah bibit yang telah tumbuh secara optimal. Pada tanaman anggrek
memiliki minimal dua akar dan dua daun. Phalaenopsis pembibitan awal dilakukan dengan
Kegiatan dalam aklimatisasi ini meliputi menanam bibit dari botol ke dalam kompot
persiapan bibit dan penanaman bibit dalam pot. (komunitas pot) yang disebut aklimatisasi
Pada persiapan bibit dilakukan beberapa kegiatan (Aditya, 2009). Bibit kompot adalah dalam satu
yaitu pencabutan atau pengeluaran bibit dari pot ditanam beberapa bibit secara bersama.
botol, pencucian bibit dan pengeringan bibit. Keuntungan menggunakan bibit kompot ini
Pencabutan atau pengeluaran bibit dari botol adalah mengurangi risiko kematian dan bibit
dilakukan dengan mengeluarkan satu persatu bibit mudah diamati perkembangannya semenjak awal
dari botol dengan menggunakan kawat dengan (Iswanto, 2001). Faktor-faktor yang berpengaruh
ujung huruf U. Tanaman yang telah dikeluarkan pada tahap aklimatisasi anggrek yaitu: keadaan
dari botol kultur kemudian dicuci sebanyak dua bibit dalam botol, metode aklimatisasi, dan
kali dengan air dan dikeringkan agar tanaman kondisi lingkungan saat aklimatisasi.
tidak busuk pada saat ditanam dalam kompot. Pengamatan khusus yang dilakukan penulis yaitu
Kegiatan penanaman bibit dilakukan persentase keberhasilan aklimatisasi di dua green
setelah bibit selesai dikeringkan. Penanaman bibit house. Parameter yang diamati, yaitu tinggi
muda menggunakan kompot. Cara penanaman planlet, jumlah daun, panjang daun, lebar daun,
bibit yang dilakukan yaitu membungkus bagian dan persentase keberhasilan aklimatisasi.
akar tanaman dengan media tanam spaghnum Pengamatan dilakukan pada planlet usia 1 minggu
moss sebanyak segenggam kecil tangan kemudian setelah keluar dari botol dan pengamatan
memasukkan bagian akar tanaman yang sudah dilakukan selama tujuh minggu. Hasil
dibungkus ke dalam pot dan moss dipadatkan pengamatan dapat dilihat pada Tabel 3.
disekitar bibit agar bibit tertanam cukup kuat
Tabel 3. Hasil perbandingan daya tumbuh dan persentase keberhasilan aklimatisasi di dua green house
Pengamatan minggu ke-
Parameter ------------------cm------------------
1 MSA 2 MSA 3 MSA 4 MSA 5 MSA 6 MSA 7 MSA
Green House 1
Tinggi tanaman 1,4 ± 0,3 1,5 ± 0,4 1,5 ± 0,4 1,7 ± 0,4 2,0 ± 0,4 2,1 ± 0,4 2,1 ± 0,4
Jumlah daun 3,6 ± 1,0 3,6 ± 1,0 3,6 ± 1,0 3,6 ± 1,0 3,6 ± 1,3 3,6 ± 1,3 3,6 ± 0,9
Panjang daun 2,8 ± 0,7 2,9 ± 0,7 2,9 ± 0,7 2,9 ± 0,7 3,2 ± 0,6 3,3 ± 0,7 3,4 ± 0,7
Lebar daun 1,3 ± 0,4 1,3 ± 0,4 1,3 ± 0,4 3,2 ± 0,4 1,5 ± 0,3 1,5 ± 0,3 1,6 ± 0,4
Persentase
100
keberhasilan (%)
Green House 2
Tinggi tanaman 2,0 ± 0,6 2,0 ± 0,6 2,0 ± 0,6 2,0 ± 0,6 2,0 ± 0,6 2,0 ± 0,6 2,5 ± 0,6
Jumlah daun 3,9 ± 1,2 3,9 ± 1,2 3,9 ± 1,2 3,8 ± 1,2 3,8 ± 1,2 3,8 ± 1,1 3,8 ± 1,2
Panjang daun 3,5 ± 1,3 3,7 ± 1,3 3,8 ± 1,3 3,8 ± 1,2 4,0 ± 1,2 4,1 ± 1,2 4,2 ± 1,2
Lebar daun 1,4 ± 0,5 1,5 ± 0,5 1,6 ± 0,5 1,7 ± 0,6 1,8 ± 0,5 1,9 ± 0,6 2,0 ± 0,6
Persentase
100
keberhasilan (%)
434 Zahra Fadhlia Yasmin, Syarifah Iis Aisyah dan Dewi Sukma
Bul. Agrohorti 6 (3) : 430 – 439 (2018)
kerusakan pada tanaman, seperti klorosis dengan tingkat optimum sangat diperlukan untuk
gejala ujung tanaman mengering. Pemilihan menghasilkan anggrek yang berkualitas.
naungan yang tepat agar memberikan cahaya pada
Tabel 5. Rata-rata jumlah daun bibit, tanaman remaja, dan tanaman dewasa
Pengamatan minggu ke-
Parameter ------------------ helai ------------------
1 MSP 2 MSP 3 MSP 4 MSP 5 MSP 6 MSP 7 MSP
Green House 1
Bibit (1,5”) 3,9 ± 1,0 3,9 ± 0,9 4,2 ± 0,9 4,2 ± 1,0 4,4 ± 1,0 4,4 ± 1,0 4,4 ± 1,0
Tanaman remaja
4,2 ± 1,3 4,3 ± 1,5 4,4 ± 1,5 4,5 ± 1,4 4,6 ± 1,5 4,6 ± 1,5 4,6 ± 1,5
(2,5”)
Tanaman dewasa
3,4 ± 1,1 3,6 ± 1,2 3,6 ± 1,2 3,7 ± 1,3 3,8 ± 1,3 3,8 ± 1,2 3,8 ± 1,2
(3,5”)
Green House 2
Bibit (1,5”) 4,1 ± 1,5 4,3 ± 1,4 4,2 ± 1,4 4,2 ± 1,4 4,3 ± 1,4 4,3 ± 1,4 4,3 ± 1,2
Tanaman remaja
3,3 ± 1,0 3,3 ± 0,9 3,3 ± 0,9 3,3 ± 0,9 3,5 ± 1,0 3,6 ± 1,0 3,6 ± 1,0
(2,5”)
Tanaman dewasa
3,6 ± 1,0 3,6 ± 0,9 3,6 ± 0,9 3,7 ± 1,0 3,7 ± 0,3 3,8 ± 0,8 3,8 ± 0,5
(3,5”)
436 Zahra Fadhlia Yasmin, Syarifah Iis Aisyah dan Dewi Sukma
Bul. Agrohorti 6 (3) : 430 – 439 (2018)
green house 1 memiliki nilai rata-rata panjang dikarenakan bahwa ketinggian tempat yang hanya
daun 8,8 cm namun, pada green house 2 adalah berbeda 90 meter diatas permukaan laut tidak
8,6 cm. Tanaman dewasa pada green house 1 menunjukkan perbedaan yang tinggi pada panjang
memiliki rata-rata panjang daun 11 cm dan pada daun.
green house 2 adalah 14 cm. Hal ini dapat
Tabel 7. Rata-rata lebar daun bibit, tanaman remaja, dan dewasa
Pengamatan minggu ke-
Parameter ------------------cm------------------
1 MSP 2 MSP 3 MSP 4 MSP 5 MSP 6 MSP 7 MSP
Green House 1
Bibit (1,5”) 2,0 ±0,4 2,1 ±0,5 2,1 ±0,5 2,1 ±0,5 2,3 ±0,5 2,5 ± 0,5 2,6 ±0,4
Tanaman remaja
2,4 ± 0,5 2,5 ± 0,5 2,5 ± 0,5 2,5 ± 0,5 2,7 ± 0,5 3,0 ± 0,6 3,1 ± 0,6
(2,5”)
Tanaman dewasa
3,8 ± 0,6 3,9 ± 0,6 3,9 ± 0,6 4,1 ± 0,6 0,6 ± 0,6 0,6 ± 0,6 4,3 ± 0,6
(3,5”)
Green House 2
Bibit (1,5”) 2,0 ± 0,4 2,1 ± 0,5 2,1 ± 0,5 2,2 ± 0,5 2,3 ± 0,6 2,4 ± 0,6 2,5 ± 0,5
Tanaman remaja
3,2 ± 0,5 3,3 ± 0,5 3,3 ± 0,5 3,4 ± 0,6 3,5 ± 0,7 3,6 ± 0,7 3,8 ± 0,7
(2,5”)
Tanaman dewasa
4,3 ± 0,6 4,3 ± 0,5 4,4 ± 0,6 4,4 ± 0,6 4,5 ± 0,6 4,7 ± 0,6 4,8 ± 0,7
(3,5”)
Berdasarkan hasil pengamatan (Tabel 7) sehingga pertumbuhannya pun ikut seimbang baik
dapat dilihat bahwa bibit, tanaman remaja, dan vegetatif dan generatifnya. Pupuk Mamigro yang
dewasa di green house 2 memiliki daun lebih digunakan perusahaan memiliki komposisi utama,
lebar dibandingkan dengan bibit di green house 1. yaitu unsur hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S)
Lebar daun rata-rata pada bibit di green house 2 dan unsur hara mikro (Cu, Co, B, Mo, Mn, Zn,
adalah 2,5 cm, tanaman remaja 3,8 cm, dan dan unsur lain yang diperlukan tanaman). Dosis
tanaman dewasa 4,8 cm. Berawal dari pemakaian pupuk tersebut 1g minggu.
pengamatan minggu pertama hingga minggu Dalam berusaha tani anggrek, serangan
terakhir lebar daun bibit, tanaman remaja dan OPT merupakan salah satu faktor pembatas untuk
dewasa terus mengalami peningkatan. Hal ini meningkatkan produksi. Jika tidak dilakukan
dikarenakan letak green house 2 mendapatkan pengendalian, dapat mengakibatkan menurunya
cahaya matahari optimum. Cahaya matahari dapat kualitas atau nilai estetika dari tanaman hias
mempengaruhi lebar daun. Cahaya matahari yang tersebut, sehingga harga jual tanaman juga dapat
cukup membuat lebar daun semakin luas, menurun. Akibat selanjutnya terhadap kehadiran
sebaliknya jika kekurangan cahaya matahari daun OPT yaitu dapat menyebabkan kematian pada
akan memanjang, kurus, lemas dan berwarna tanaman anggrek. Jenis-jenis OPT yang paling
hijau tua. dominan menyerang kebun anggrek, melalui
identifikasi berdasarkan morfologi, antara lain:
Pemeliharaan Tanaman tungau merah Tenuipalpus pacificus Baker
Pemeliharaan tanaman terutama pada (Zhang 2003), bekicot Achatina fulica
masa pembibitan. Hal ini untuk menjaga kualitas (Karyatiningsih et al. 2008), dan Pestalotia sp.,
tanaman yang dihasilkan agar mampu yang diidentifikasikan sebagai Pestalotia
meningkatkan produktivitas. Pemupukan palmarum Cke. (Semangun, 2007).
merupakan pemberian unsur hara yang Perusahaan menggunakan pestisida sintetis karena
dibutuhkan tanaman untuk tumbuh dan dianggap sebagai tindakan yang paling ampuh
berkembang dengan baik. Pupuk dibagi menjadi untuk mencegah serta mengatasi serangan OPT
dua, yaitu pupuk anorganik dan pupuk organik. tersebut. Namun, untuk jenis hama tertentu seperti
Penyiraman pemupukan rutin dilakukan dua kali bekicot, perusahaan biasanya melakukan
dalam seminggu. Pupuk utama yang digunakan pengendalian secara mekanis, yaitu dengan
yaitu pupuk anorganik dengan kandungan NPK mengambil dan mengumpulkan hama tersebut
20: 20: 20. Menurut Kencana (2007), masa secara langsung jika ditemukan, kemudian
pembibitan yang merupakan fase vegetatif mematikannya. Berdasarkan data dari hasil
tanaman membutuhkan pupuk dengan kandungan wawancara dan pengamatan di kebun, terdapat
N lebih tinggi, misalnya pupuk NPK 30: 10:10. beberapa hama dan penyakit pada tanaman
Pihak perusahaan memakai pupuk dengan anggrek Phalaenopsis. Masalah hama dan
kandungan NPK seimbang agar tanaman penyakit menjadi masalah utama karena
mendapatkan suplai hara yang seimbang,
GH 1 GH 2 GH 1 GH 2 GH 1 GH 2
Berdasarkan hasil pengamatan (Tabel 8) Gejala penyakit busuk daun ini ditandai dengan
hama dan penyakit yang terdapat di green house 1 timbulnya bercak yang berwarna lebih gelap
dan 2 adalah hama siput, semut, kutu putih, dan dibandingkan dengan daun yang sehat.
penyakit busuk lunak. Tanaman pada green house Selanjutnya daun menjadi lunak dan berair,
2 lebih banyak terserang hama dan penyakit, turgornya hilang, dan mengeluarkan bau yang
hama siput 3,5%, semut 25%, kutu putih 6%, dan khas. Penyakit ini akan menjalar ke bagian pucuk
penyakit busuk lunak 5%. Indikasi penyebab tanaman (titik tumbuh) sehingga dalam waktu
tanaman terkena hama dan penyakit dapat singkat tanaman akan mati. Pemberantasan yang
disebabkan oleh perawatan dan pengendalian dari dilakukan pada umumnya adalah memotong daun
para petani, karena setiap green house dikelola yang terserang penyakit atau membuang tanaman
oleh petani yang berbeda. Hama dan penyakit tersebut.
tanaman jika dibiarkan terus menerus akan
menurunkan produksi dan kualitas yang KESIMPULAN
dihasilkan oleh perushaan. Pengendalian hama
dan penyakit dilakukan secara kimia Kegiatan penelitian yang dilakukan di
menggunakan fungisida dan bakterisida. Kegiatan Hasanudin Orchids, Batu, Jawa Timur
ini dilakukan sebanyak dua minggu sekali. Sama memberikan pengetahuan dan pengalaman dalam
halnya dengan pemupukan, aplikasi penggunaan melakukan kegiatan teknis budidaya anggrek
bahan-bahan pestisida telah disesuaikan oleh Phalaenopsis. Pembuatan media kultur di
perusahaan. Hasanudin Orchids ada dua, yaitu media PDA dan
Siput merupakan hama yang paling sering media VW. Kontaminasi pada pembesaran planlet
merusak tanaman anggrek. Kerusakan yang banyak terjadi pada sub kultur 1 dan 2 yaitu
ditimbulkan akibat serangan siput cukup besar. sebesar 28 dan 20%. Tingkat keberhasilan pada
Akar-akar muda, tunas baru, dan kuncup bunga aklimatisasi adalah 100%. Perbandingan daya
adalah makanan bagi siput. Anggrek tumbuh bibit, tanaman remaja, dan dewasa pada
Phalaenopsis merupakan tanaman anggrek yang dua green house tidak menunjukkan perbedaan
paling sering diserang oleh siput. yang tinggi, namun sedikit lebih baik
Pengendaliannya dapat dilakukan secara mekanis pertumbuhannya pada green house 2.
dengan mengambil dan mengumpulkannya. Pemeliharaan tanaman, terutama pada
Serangan hama semut dapat menyebabkan pengendalian hama dan penyakit tanaman masih
tanaman rusak pada bagian akar dan tunas rendah. Pemeliharaan dan perawatan dilakukan
mudanya. Hal ini disebabkan oleh jamur yang oleh petani yang berbeda.
dibawa oleh semut tersebut. Cara
pengendaliannya adalah dengan merendam pot DAFTAR PUSTAKA
dalam air. Cara ini baik untuk mencegah hama
semut datang krmbali. Selain merendam Aditya, E.N.R. 2009. Budidaya Tanaman
kebersihan pot harus diperhatikan dengan baik. Anggrek : Pengelolaan Pembibitan
Kutu putih berukuran kecil dan berwarna Anggrek Phalaenopsisdi PT. Ekakarya
kelabu kemerahan. Terdapat pada titik tumbuh, Graha Flora, Cikampek, Jawa Barat.
diketiak daun dan pada akar gantung. Kutu ini [Skripsi]. Fakultas Pertanian. Bogor (ID):
melindungi dirinya dengan bahan halus seperti Institut Pertanian Bogor.
kapas berwarna putih. Hidupnya bersimbiosis
dengan semut. Pengendaliannya dapat dilakukan Amilah, A. Yuni. 2006. Pengaruh Konsentrasi
penyemprotan dengan fungisida dan bakterisida. Ekstrak Taoge dan Kacang Hijau pada
438 Zahra Fadhlia Yasmin, Syarifah Iis Aisyah dan Dewi Sukma
Bul. Agrohorti 6 (3) : 430 – 439 (2018)
Media Vacin and Went (VW) terhadap VitroCultures of Scots Pine: Role of
Pertumbuhan Kecambah Anggrek Bulan Peroxidase and Polyphenol Oxidase.
(Phalaenopsis amabilis L.). Bulletin Physiol. Plant. 106(3):337-343.
Penelitian.No. 09.
Morel, G.M. 1974. Clonal Multiplication of
Badan Pusat Statistika. 2015. Data Produksi Orchid. The Orchid Scientific Studies.
Tanaman Hias Indonesia Tahun 2013-2015. Wiley-Interscience Publication. John
Badan Pusat Statistika. Jakarta Barat. Wileyand Sons, New York.
Bey, Y., W. Syafii, N. Ngatifah. 2005. Pengaruh Satsijati. 1991. Pengaruh media tumbuh terhadap
Pemberian Giberelin Pada Media Vacint pertumbuhan bibit anggrek Dendrobium. J.
dan Went terhadap Perkecambahan Biji Hort. 3:15-22.
Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis
B.L) Secara In Vitro. J. Biogenesis.Vol Semangun, H. 2007. Penyakit-Penyakit Tanaman
1(2):57-61. Hortikultura di Indonesia edisi ketiga.
Yogyakarta: UGM Press.
Corduk, O. Nursen, Cuneyt Aki. 2011. Inhibition
of Browning Problem During Sutiyoso, Y. 1997. Syarat dan jenis media tanam
Micropropagation of Sideritis trojana anggrek. Bul. PAI. 5(9):11-17.
bornm. An Endemic Medicinal Herb of
Turkey. Romanian Biotechnological Widiastoety, D., F.A. Bahar. 1995. Pengaruh
Letters. Vol. 16 No. 6. Intensitas Cahaya Terhadap Pertumbuhan
Anggrek Dendrobium. J. Hort. 4 (5) : 72-
[Dirjen P2HP] Direktorat Jenderal Pengolahan 75.
dan Pemasaran Hasil Pertanian. 2010. Pasca
Panen dan Pemasaran Anggrek, 2005-2010. Young, P.S., H.N. Murty, P.K. Yeuep. 2001.
Jakarta (ID): Dirjen P2HP. Mass multiplication of protocorm-like
bodies using bioreactor system and
Dutta, S., A. Chowdurry, B. Bhattacharjee, P. K. subsequent plant regeneration in
Nath, B. K. Dutta. 2011. In vitro Phalaenopsis. Plant Cell, Tissue and Organ
Multiplication and Protocorm Development Cult. 63:67-72.
of Dendrobium aphyllum (Roxb.) CEC
Fisher. Biological and Environmental Yusnida, B., W. Syafii, Sutrisna. 2006. Pengaruh
Science. 7 (1): 57-62. giberelin (GA3) dan air kelapa terhadap
perkecambahan biji anggrek bulan
Elmi, S. 2001. Masa Kritis dalam Penanaman (Phalaenopsis amabilis BL) secara in vitro.
Bibit Anggrek dalam Botol. Surabaya (ID): J. Biogenesis 2:41-26.
East Java Orchid.
Yusnita. 2010. Perbanyakan In Vitro Tanaman
Handini, A.S. 2012. Pengaruh Paclobutrazol Anggrek. Lampung (ID): Universitas
terhadap Pertumbuhan Anggrek Lampung.
Dendrobium lasianthera pada Tahap
Aklimatisasi [Skripsi]. Fakultas Pertanian. Yusnita. 2012. Pemuliaan Tanaman Untuk
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Menghasilkan Anggrek Hibrida Unggul.
Iswanto, H. 2001. Anggrek Phalaenopsis. Jakarta. Lembaga Penelitian Universitas Lampung.
Agromedia Pustaka. 48 hal. Lampung.
Kencana, I. P. 2007. Cara Cepat Membungakan Zhang, Z.Q. 2003. Mites of Greenhouse
Anggrek. Gramedia. Jakarta. 64 hal. Identification, Biology, and Control.
Aucland: CABI Publishing.
Laukkanen, H., H. Haggman, S.K. Soppela, and
A. Hohtola. 1999. Tissue Browning of In