Anda di halaman 1dari 17

1.

Definisi
Presentasi bokong adalah janin letak memanjang dengan bagian terendahnya bokong,
kaki, atau kombinasi keduanya. Dengan insidensi 3-4% dari seluruh kehamilan tungal
pada umur kehamilan cukup bulan (≥ 37 minggu). Presentasi bokong merupakan
malpresentasi yang paling sering dijumpai. 1
Presentasi bokong dapat diklasifikasikan sebagai:2
 Letak bokong murni: tungkai terletak sepanjang badan, fleksi pada pinggul dan
ekstensi pada lutut : kejadian pada aterm sebesar 2,25%.
 Letak bokong kaki: kaki terletak dekat bokong, fleksi tungkai pada pinggul dan
pada kaki : kejadian pada aterm sebesar 0,75%.
 Letak kaki: satu atau kedua tungkai ekstensi pada pinggul atau lutut dan terletak
di bawah bokong
2. Penyebab
Penyebab presentasi bokong adalah: 2
 Persalinan preterm
 Pertumbuhan janin terhambat
 Kelainan kongenital (contoh. Anensefali, hidrosefal, gangguan neuromuscular)
 Kehamilan multifetus
 Masalah tali pusat (tali pusat pendek, entwinement)
 Oligo atau polihidramnion
 Plasenta previa
 Anomaly uterus kongenital
 Tumor pelvis
 Panggul sempit
Penyebab presentasi bokong tidak selalu ditemukan. Kelainan kongenital terjadi dua
sampai tiga kali lebih banyak pada anak yang dilahirkan sungsang dibandingkan dengan
yang dilahirkan letak kepala (LEB). Hiperekstensi dari leher janin dapat menjadi tanda
kelainan kongenital. 2
3. Diagnosis
Presentasi bokong dapat diketahui melalui pemeriksaan palpasi abdomen.
Manuver Leopold perlu dilakukan pada setiap kunjungan perawatan antenatal bila umur
kehamilan ≥ 34 minggu. 1 Pada leopold I akan membantu mengidentifikasi bagian janin
yang terletak pada fundus. Bila bagian di fundus uteri adalah bokong akan memberikan
gambaran besar, massa nodular dibandingkan kepala yang memberikan sensasi keras,
bulat. Selain itu juga bokong lebih mudah digerakkan dan terdapat balotement. 3 Sensasi
ini juga dapat digunakan untuk membedakan bagian terbawah janin pada Leopold III.

Gambar 1. Manuver Leopold untuk menentukan presentasi janin3

Untuk memastikan apabila masih terdapat keraguan pada pemeriksaan palpasi,


dapat dilakukan periksa dalam vagina dan/atau pemeriksaan ultrasonografi. Keberhasilan
untuk menemukan adanya presentasi bokong pada masa kehamilan sangat penting oleh
karena adanya prosedur versi luar yang direkomendasikan guna menurunkan insidensi
persalinan dengan presentasi selain kepala dan persalinan bedah sesar. 1
Peranan ultrasnonografi penting dalam diagnosis dan penilaian resiko pada
presentasi bokong. Taksiran berat janin, penilaian volume air ketuban, konfirmasi letak
plasenta, jenis presentasi bokong, keadaan hiperesktensi kepala, kelainan kongenital dan
kesejahteraan janin dapat diperiksa menggunakan ultrasonografi. Gambaran
ultrasonografi tentang ekstremitas bawah dapat memberikan informasi tentang jenis
presentasi bokong. 1
4. Komplikasi
Pada persalinan sungsang lebih banyak kemungkinan untuk mengalamai komplikasi
dibandingkan persalinan belakang kepala. Keadaan berikut ini merupakan komplikasi
yang dapat terjadi:2,5
 Prolaps tali pusat : pada presentasi bokong besar kemungkinan untuk terjadi
prolapse tali pusat : 5% pada letak bokong komplilit, 15% pada letak kaki dan 0,5%
pada letak bokong murni. Resiko terjadinya prolapse tali pusat adalah 1% pada
persalinan sungsang aterm dan 0,4% pada persalinan belakang kepala.
 Asfiksia dapat terjadi selama kala II perslainan pada saat tali pusat tertekan antara
kepala dan panggul. Tekanan pada tali pusta terjadi pada saat scapula depan
terlihat. Pada presentasi bokong- kebalikan dengan letak belakang kepala – tali
pusat selalu mengalami penekanan pada kala II oleh karena insersi tali pusat
berada lebih bawah dari kepala. Insidensi pH arteri umbilical <7,10 sekitar 4
sampai 10% pada persalinan sungsang dan 1% pada letak belakang kepala.
Sessudah resusitasi yang memadai, asfiksia yang singkat tidak memberikan
konsekuensi berarti.
 Lesi mekanik dapat terjadi pada persalinan sungsang yang kurang lancar yang
disertai dengan esktraksi (parsial). Pada persalinan sungsang aterm yang
terencana, kemungkinan untuk terjadinya trauma (otak, pleksus brakilais,
perdarahan atau rupture organ dalam) adalah sebesar 0,92% : 9 diantara 1000.
Trauma ini terjadi sa,a seringnya dengan persalinan buatan pervaginam pada letak
kepala dan jarang menjadi kelainan menetap.
 Kemtian perinatal: kematian perinatal pada presentasi bokong adalah 0,39% pada
persalinan pervaginam terencana dan 0,71% pada seksio sesarea terencana. Ada
perbedaan 0,22%: 2 dari 1000 bayi baru lahir. Dari penelitan prospektif terdahulu
di Perancis dan Belgia tidak ditemukan perbedaan antara mortalitas dan
morbiditas perinatal.
5. Pilihan persalinan pervaginam atau operasi sesar
Pilihan persalinan pervaginam atau operasi sesar terencana harus dibicarakan
dengan ibu hamil baik keuntungan maupun konsekuensi dari masing-masing cara
persalinan. Keputusan juga harus diambil dengan melihat keterampilan dokter penolong
maupun sarana dari klinik tersebut. Pertimbangan dalam mengambil keputusan tidak
hanya pertimbangan resiko perinatal dan maternal saat persalinan, tetapi harus
dipertimbangkan kemungkinan risiko pada persalinan berikutnya (meningkatnya peluang
untuk mengalami rupture uteri, plasenta previa, plasenta akreta).2

Skema pengolalaan presentasi bokong dalam persalinan awal1

Kepentingan individual merupkan hal yang penting: jumlah anak yang cukup,
kehamilan pertama pada usia lanjut dengan kehamilan berikut yang tak memungkinkan,
secara substantive akan berbeda bila terjadi pada primigravida yang masih muda, pada
mana mereka masih menginkan kehamilan berikutnya.
Cara persalinan presentasi bokong masih sering diperdebatkan. Ada beberapa hal
spesifik harus diperhatikan dalam mengelola persalinan sungsang. Kepala yang relative
besar sering terhenti pada serviks. Pada keaddn ini tentu tindakan forceps bukan menjadi
pilihan, melainkan tindakan sayatan Duhressens. Presentasi bokong anak kedua pada
kehamilan multifetus tidak menjadi masalah. Persalinan dapat berjalan dengan baik. 2,4

Kontraindikasi

Jenis presentasi bokong, perkiraan berat janin dan posisi kepala janin harus ditentukan
melalui pemeriksaan luar maupun pemeriksaan USG. Kontraindikasi persalinan sungsang
pervaginam adalah:2

 Kondisi janin yang tidak baik, kelainan kongenital yang menyebabkan tak
memungkinkan lahir pervaginam (hidrosefal), plasenta previa, tali pusat
terkemuka
 Letak kaki atau letak lutut, kecuali ketika bayi sudah siap mau lahir (LED). Catatan:
letak kaki jarang terjadi pada besar bayi aterm yang normal dengan serviks masih
tertutup dan ketuban utuh, tapi keadaan ini dapat terjadi selama persalinan
sesudah ketuban pecah.
 Dugaan panggul sempit, seperti riwayat persalinan sulit atau persalinan buatan,
ata sesudah pemeriksaan panggul (LED)
 Hiperekstensi kepala janin (maka, posisi selain posisi nertal dan fleksi dianggap
sebagai kontraindikasi) (LED)
 Bayi besar: perkiraan berat janin >4000 gram dan pertumbuhan janin terhambat:
perkiraan berat janin <2500 gram (LEA)
 Tidak ada dokter kandungan yang berpengalaman.
Terapi Bedah Sesar pada Presentasi Bokong
Pada beberapa negara dilaporkan bahwa tindakan section sesaria pada presentasi bokong
merupaka pilihan teraman untuk janin karena dapat menurunkan angka mortalitas dar
1.15 menjadi 0,6% pada bayi dengan presentasi bokong. Beberapa penelitian juga
menunjukkan bahwa tidak ada perbadaan pada anak dengan presentasi bokong yang lahir
dengan pervaginam dan dengan tindakan sesar. 4 Pertimbang section sesaria dapat
didasarkan pada diagram berikut

Gambar 2. Pemilihan persalinan pervaginam atau perabdominal pada presentasi


bokong
Berikut factor-faktor yang mempengaruhi pemiihan tindakan section pada presentasi
bokong:3-6
 Tidak ada operator yang berpengalaman
 Pasien meminta dilakukan tindakan sesar
 Berat fetus >3800 gr-4000 gr
 Pertumbuhan janin terhambat
 Adanya kelainan kongenital janin yang tidak memungkinkan dilakukan secara
pervaginam
 Adanya kemungkinan trauma janin selama persalinan
 Presentasi bokong inkomplit atau presentasi kaki
 Hiperekstensi kepala
 Kontraksi uterus yang kurang adekuat
 Disproporsi panggul

Pencegahan
Versi luar pada usia kehamilan 36 minggu memberikan penurunan yang bermakna sampai
50% dari persalinan sungsang dan selanjutnya penurunan tindakan oerasi sesar. 2

6. Cara Persalinan Pada Presentasi bokong


Perhatian umum untuk persalinan sungsang: 1,2
 Lingkaran (cimcumference) bokong adalah ireguler dan lebih kecil dari kepala.
Oleh karena itu, pada bayi premature atau dismatur ada kemungkinan kepala
terjepit dalam serviks. Oleh karena itu sayatn Duhrssense menjadi penting.
 Bokong kurang efektif mendekat menuju pintu panggul dibandingkan dengan
kepala. Hal ini meningkatkan kemungkinan terjadinya prolapse tali pusat.
 Rasio antara kepala dan panggu tidak dapat dipastikan sebelumya. Apabial
dispoporsi terjadi saat persalinan letak belakang kepala, upaya persalinan
pervaginam dapat dibatalkan : sementara pada presentasi bokong hal ini tidak
dapat dimungkinkan.
 Melalui pemeriksaan dalam pada ssat kehamilan, dapat diketahui factor panggul
pada kemungkinan terjadinya disproporsi kepala panggul.
 Penilaian panggul melalui magnetic resonance pelvimetry (MRP) tidak
memberikan nilai apa-apa pada presentasi bokong aterm.
 Sebagai perbandingan, pada letak bokong murni lebih sedikit terjadi rotasi
internal yang jelas (rotasi sekitar aksis longitudinal) dibandingkan dengan letak
bokong komplit. Untuk alasan ini, pada letak bokong kaki punggung akan berputar
ke belakang (sisi dorsal ibu) lebih sering dibandingkan letak bokong murni. Pada
keadaan ini, direkomendasikan ketika menggunakan persat Bracht- walaupun
sebelum pusat terlihat- punggung dikedepankan (sisi ventral dari ibu).
 Dengan melakukan episiotomy yang menandai (pada saat yang tepat), lebih
banyak ruang yang tersedia untuk melakukan berbagai prosedur yang diperlukan
pada saat ekstraksi (parsial). Selanjutnya kepala dapat dolahirkan lebih lancar dan
sedikit kemungkinan untuk terjadinya rupture perineum tingkat 3 atau 4 akibat
peregangan yang cepat.
 Pemantauan KTG direkomendasikan pada kasus ketuban utuh pada pasien
rujukan: pada keadaan pecah ketuban dengan menempelkan elektroda pada
bokong. Dibandingkan dengan persalinan letak kepala, dengyut jantung janin lebih
tinggi pada persalinan sungsang, lebih banyak deselerasi karena tekanan pada tali
pusat saat bokong mencpai dasar panggul, variabilitas menurun dan lebih dari
sedikit akselerasi.
 Tes darah mikro pada bokong dapat dilakukan untuk lakukan analisa darah.
Validitasnya terbatas, riabilitas pemeriksaan ini baik, tapi hal ini hanya untuk
sekolompok kecil pasien.
 Pada persalinan sungsang pervaginam, kemajuan persalinan harus dinilai dengan
hati-hati. Pada kemajuan yang lambat atau tidak ada engagement maupun
dilatasi, pertimbangan untuk dilakukan opersai sesar walaupun kontraksi baik.
 Sejak scapula terlihat, bayi dalam keadaan baik dan dalam letak bokong murni,
perlu waktu sekitar 4 menit lagi sebelum skor Apgar 5 menit <7. Ekstraksi yang
terburu-buru akan menyebabkan tangan terjulur disamping kepala.

Persiapan persalinan pervaginam

Apabila persalinan sungsang tidak mengalami kemajuan atau tidak lancar dengan
perasat Bracht, keputusan cepat harus dilakukan untuk menghindari asfiksia. Pada
persalinan sungsang segala sesuatu harus sudah siap untuk ekstraksi parsial, ekstraksi
forsep pada aftercoming head atau operasi sesar emergensi. Keadaan yang harus
dipersiapkan pada persalinan sungsang sebagai berikut:2

 Jelaskan keuntungan dan kerugian persalinan sungsang pervaginam dan


operasi sesar.
 Jelaskan prosedur persalinan dan instruksi-instruksi yang jelas pada pasien.
 Asisten yang terlatih
 Temoat tidur melahirkan yang memungkinkan diturunkan
 Kandung kemih dikosongkan
 Terpasang jalur infus
 Persiapan forceps
 Keadaan darurat: apabila perasat Bracht gagal, sudah tahu tindakan apa yang
akan dilakukan secara cepat
 Tersedia kamar operasi dengan timnya
 Dokter anak sudah siap dan kemungkinan tindakan resusitasi

Urutan tindakan pada persalinan sungsang sebagai berikut:

 Dengan perasat Bracht, lengan, bahu dan kepala lahir dalam satu gerakan
 Apabila lengan tidak lahir, prosedur beralih ke perasat Muller, perasat kalsik
atau perasat Lovset, kemudian melahirkan kapala seperti pada poin 2. Secara
prinsip, semua ketiga cara dapat digunakan untuk melahirkan lengan dengan
pilihan sebagian tergantung dari pengalaman penolong dan sebagian melihat
untung rugi dari setiap perasat
 Apabila kepala tidak lahir, prosedur beralih ke perasat Mauriceau, De Snoo
atau forsep.

Gambar 3. Proses persalinan pervaginam pada presentasi bokong

6.1 Persalinan Sungsang Bracht


Untuk memimpin suatu persalinan sungsang secara Bracht, tonisitas janin yang
baik merupakan hal yang penting: tonus otot yang baik adalah kondisi lordosis pada
punggung, memungkinkan rotasi janin melewati simfisis, seperti halnya untuk menjaga
kedudukan ekstremitas dan dagu pada dada. 1,2,4
Lahirnya bayi pada persalinan sungsang ada fase lambat dan fase cepat. Fase
cepat terjadi selama kontraksi sesudah bokong mengalami “crowned” dan episiotomy
dilakukan. Bayi akan lahir selama kontraksi ini.
Metode persalinan sungsang menurut Bracht:1-3
 Pasien diminta untuk tidak mengedan sampai pembukaan lengkap dan sampai
keinginan mengedan yang jelas
 Biarkan bokong turun sejauh mungkin sebelum dimulai mengedan
 Lakukan episiotomy pada akhir kontraksi sebelum kontraksi yang diperkirakan
bayi akan lahir. Hal ini adalah keadaan ketika bokong akan “crown”, contoh ketika
kedua trokanter terlihat. Mencegah bokong dari crowning pada akhir kontraksi
dengan meminta ibu tetap bernafas selama kontraksi
 Perintahkan pasien untuk mengedan dengan kuat selama kontraksi berikutnya
 Untuk membantu kontraksi yang ada, asisten menekan fundus dengan kedua
tangan selama kontraksi
 Pastikan bahwa saat tubuh lahir, punggng kembali ke depan (ventral), apabila hal
ini tidak terjadi secara spontan, kembalikan punggung ke ventral tanpa
melakukan tarikan
 Longgarkan tali pusat segara sesudah tali pusat lahir untuk mencegah penekanan
 Sesudah tali pusat lahir, lakukan perasat Bracht. Hal ini berarti bahwa jari dapat
menggenggam bokong dan kedua ibu jari berada diatas tungkai.
 Bantu arahkan tubuh bayi, tanpa tarikan, kearah perut ibu sampai kedua lengan
lahir dan batas rambut belakang terlihat. Dengan batas rambut belakang sebagai
titik tumpu rotasi, arahkan bayi di atas simfisis menuju perut ibu. Pasien diminta
mengedan terus dan asisten melanjutkan tekanan pada fundus, dengan kepalan
apabila dengan kedua tangan tekanan pada fundus tidak memungkinkan.
 Apabila perasat Bracht gagal, dilanjutkan dengan ekstraksi parsial.

Gambar 4. Manuver Bracht


6.2 Ekstraksi Parsial
Apabila janin hipotonik misalnya oleh karena ibu mendapatkan pengobatan atau asfiksia,
terjungkitnya lengan janin di belakang leher dapat terjadi. Keadaan ini dapat
mempengaruhi luasnya jalan lahir dan menghambat penurunan dari janin. Lengan dapat
dilahirkan dengan salah satu dari tiga perasat berikut:1-3
 Perasat klasik dengan melahirkan lengan belakang terkebih dahulu
 Perasat Muller dengan melahirkan lengan depan terlebih dahulu
 Perasat Lovset
6.2.1 Perasat Klasik
Perasat ini digunakan untuk melahirkan lengan belakang terlebih dahulu. Dengan
metodologi:
 Ambil tungkai bawah bayi dengan pegangan bercabang oleh tangan yang
sepihak dengan perut janin
 Tekuk tubuh bayi kea rah depan (ke arah perut ibu) dana rah lipat paha yang
sepihak dengan perut bayi
 Masukkan telunjuk dan jari tengah tangan yang lain menyusuri bagian
belakang bahu dan lengan atas bayi, di atas lipatan siku
 Dengan mengulurkan kedua jari seperti bidai, alihkan lengan atas bayi kea rah
perut bayi seperti mengusap wajah. Lanjutkan sampai lengan lahir
 Ambil tungkai bawah dengan pegangan bercabang oleh tangan yang sepihak
dengan punggung bayi
 Arahkan batang tubuh bayi kea rah dorsal sejauh dapat dilakukan (kea rah
dorsal ibu) dan secara diameter berlawanan dengan posisi sebelumnya (dari
posisi kiri depan ke arah kanan belakang atau dari kanan depan ke arah kiri
belakang), dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan oleh tangan yang
lain dengan cara yang sama seperti melahirkan lengan belakang. Langkah
terkahir ini merupakan varian French dari cara klasik yang sering disebut
dengan “combined arm delivery”.
Apabila tindakan ini tidak berhasil melahirkan lengan depan, cara orisinil
Jerman dapat diterapkan dengan mengubah lengan depan enjadi lengan
belakang, dan selanjutnya dilakukan seperti disebut di atas. Untuk itu, tubh
bayi digenggam dengan kedua tangan seperti bidai. Lengan yang sudah lahir
dilibatkan dalam proses ini dan ditekan kea rah tubuh bayi. Pemutaran
dilakukan sedemikian rupa sehingga bagian dorsal ada di sebelah lateral
sesudah lengan belakang melewati di bawah simfisis, sehingga sepanjang
bagian ventral, kemudian ubah ke sisi lain. Rotasi 180o dari tubuhdiikuti
dengan gerakan “step and go”: yaitu bayi tidak berubah dalam manuver
tunggal, tetapi dengan serangkaian perubahan gerakan-gerakan pendek,
dengan cara tubuh didorong setiap melewati sacrum dan kemudian ditarik ke
belakang lagi (stopfen= seperti menyumbat pipa)
6.2.2 Perasat Muller
Apabila lengan depan dilahirkan terlebih dahulu, pada keadaan ini lengan kanan
dilahirkan oleh tangan kanan penolong dan lengan kiri dilahirkan oleh tangan kiri
penolong. Pada keadaan ketika perasat Bracht mengalami stagnansi dan scapula
belum terlihat, tubuh harus terlebih dahulu di ekstraksi. Bokong digenggam dengan
kedua tangan sehingga kedua ibu jari berdampingan dan kedua telunjuk mencapai
krista iliaka. Kemudian bayi ditarik dengan kuat lurus ke bawah, yaitu ke arah kaki
penolong, sampai diikuti oleh salah satu bahu. Untuk maksud ini, pasien harus
berbaring pada pinggir tempat tidur. 1-3
Perasat Muller merupakan imitasi gambaran alamiah persalinan sungsang spontan,
pada mana bahyu depan dan lengan yang pertama muncul di bawah simfisis. Berikut
langkah-langkah dari perasat Muller:
 Genggam bokong dengan kuat dengan cara kedua ibu jari diletakkan di pantat
dan kedua telunjuk di atas krista iliaka, jari-jari lain terletak pada paha. Mula-
mula dilakukan tarikan yang terus menerus, lambat, konstan ke bawah sampai
bahu depan dan lengan keluar. Bila lebar bahu tidak pada diameter
anteroposterior, bahu harus diubah ke posisi tersebut selama proses
penarikan.
 Kemudian tarik lurus ke arah ventral. Tariklah bayi dengan kuat dan
berlawanan dengan badan ibu sampai lengan posteror dan bahu tampak.
Kadang-kadang salah satu lengan tidak muncul secara spontan dan terjebak
dalam vulva. Kemudian, usapkan lengan dengan kedua jari seperti membidai
humerus.
6.2.3 Perasat Lovset
Cara lovset ini didahului dengan perasat Muller. Perasat ini tidak memadai untuk
dilakukan bila bayi hipotoni, tonisitas otot diperlukan untuk keberhasilan cara ini.
Pada keadaan bayi hipotoni dan atau bayi dismatur, pemutaran tuuh akan kurang
diikuti pemutaran bahu. Cara yang sebaiknya dilakukan pada bayi hipotonik adalah
perasat klasik. Perasat Lovset akan lebih berhasil pada bayi yang besar disbanding bayi
dismatur. Cara ini juga dapat dilakukan apabila lengan terjungkit di leber, misal pada
nuchal arm. Perasat Lovset dilakukan dengan cara berikut:2,4
 Genggam bayi dengan kedua ibu jari pada sacrum, kedua telunjuk di atas krista
iliaka. Jari-jari lain disekeliling tungkai atas.
 Pada saat bersamaan, lakukan tarikan ringan dengan pemutaran 180o
 Ubah bahu belakang 180o ke depan, dengan menjaga supaya punggung
melalui simfisis ibu. Kadang-kadang dengan keadaan ini lengan akan keluar
sendirinya.
 Apabila lengan tidak keluar, letakkan jari telunjuk dan jari tengah yang sesuai
dengan sisi yang sama (tangan kiri untuk bahu kiri) di atas bahu sepanjang
lengan atas sampai di atas siku
 Lakukan tekanan pada siku dan usapkan lengan melalui muka dan tubuh ke
arah luar
 Genggam bayi kembali seperti poin 1 dan 2
 Ubah kembali bayi 180o, sampai punggung di bawah simfisis lagi
 Ulangi prosedur di poin 4 dan 5
Gambar 5. Manuver Lovset

6.2.4 Melahirkan “aftercoming head”


Aftercoming head akan dilahirkan seperti pada perasat Bracht atau apabila sesudah
lengan lahir pada esktraksi parsial kepala belum lahir. Melahirkan aftercoming head
dapat dilakukan dengan perasat Mauriceau, dengan langkah-langkah berikut:2,3
 Genggam kedua kaki dan angkat tubuh bayi
 Tempatkan jari tengah tangan yang lain (tangan kanan bila fontanel posterior
ada di kanan, tangan kiri bila ada di kiri) dalam mulut bayi, ibu jari pada rahang
bawah sedangkan jari manis pada maksila
 Tunggangkan bayi dengan pertu dan tungkai yang mengangkang pada lengan
penolong, yaitu kedua tungkai menggantung pada kedua sisi
 Putar kepala dengan jari penolong seperti tadi sampai fontanel posterior
terletak di bawah simfisis ibu dan dengan waktu bersamaan dilakukan fleksi
 Tempatkan dua jari tangan yang lain dari arah punggung bayi di sekitar leher
dan lakukan tarikan pada bahu bayi. Hindarkan mengkait bahu karena resiko
terjadinya cedera pada pleksus
 Perhatian: jangan lakukan tarikan oleh jari yang ada dalam mulut!
 Tangan yang ada di luar menarik bayi kea rah bawah (dorsal) yaitu ke arah kaki
penolong, sampai batas rambut bayi tampak
 Asisten secara hati-hati melakukan penekanan fundus pada kepala di atas
simfisis, sehingga regangan pada leher akibat tarikan tidak terlalu besar
 Pada saat batas rambut bawah tampak, pindahkan tubuh bayi kea rah ventral
dan kranial, dan simfisis menjadi titik putar dan memungkinkan kepala lahir.

Gambar 6. Manuver Mauriceau


Daftar Pustaka
1. Prawirhardjo Sarwono. 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
2. Dorr PJ, Khouw VM, Chervenak FA, Jacquemyn Y, dkk. 2015. Obstetri Intervensi.
Jakarta: Sagung Seto.
3. Cunningham F.G, Leveno K., Bloom S., dkk. 2014. William Obstetric. New York: Mc
Graw Hill.
4. Llewellyn-Jones. 2010. Fundamentals of Obstetrics and Gynaecology. Londong:
Elsevier
5. Creasy R., Resnik R., lams J., dkk. 2014. Maternal- Fetal Medicine Principles and
Practice. London: Elsevier
6. Affandi B. 2017. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai