Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga peralatan sudah menjadi
kebutuhan pokok pada berbagai lapangan pekerjaan. Artinya peralatan dan teknologi
merupakan penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai
jenis pekerjaan. Disamping itu disisi lain akan terjadi dampak negatifnya, bila kita kurang
waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkin timbul. Hal ini tidak akan terjadi jika
dapat diantisipasi berbagai resiko yang mempengaruhi kehidupan para pekerja. Berbagai
resiko tersebut adalah kemungkinan terjadinya Penyakit Akibat Kerja, Penyakit yang
berhubungan dengan pekerjaan dan Kecelakaan Akibat Kerja yang dapat menyebabkan
kecacatan atau kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara
penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal
sebagai pendekatan ergonomik. Kemajuan ilmu dan teknologi mampu meningkatkan
kesejahteraan hidup manusia dan disisi lain dapat menyesatkan hasil peradaban dan
kebudayaan yang tercipta. Dengan demikian menguasai teknologi. yang disinergikan dengan
internet menjadikan manusia dapat menguasai dunia. Namun sebagai perangkat teknologi,
komputer juga dapat menimbulkan masalah kesehatan bagi penggunanya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari ergonomi di tempat kerja ?


2. Apakah tujuan, manfaat, dan ruang lingkup ergonomi?
3. Apa saja metode-metode ergonomi?
4. Apa saja penyakit di tempat kerja yang berkaitan dengan ergonomi dan bagaimana cara
mengatasinya?
5. Apa contoh kasus ergonomi?
6. Bagaimana cara penanggulangannya?
7. Apa definisi dari K3 bila bekerja dengan komputer ?
8. Apa masalah yang ditimbulkan karena penggunaan komputer secara terus-menerus?
9. Bagaimana cara menangani masalah penggunaan komputer secara terus-menerus?
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi dari ergonomi di tempat kerja


2. Untuk mengetahui tujuan, manfaat, dan ruang lingkup ergonomi
3. Untuk mengetahui metode-metode ergonomi
4. Untuk mengetahui beberapa penyakit di tempat kerja yang berkaitan dengan ergonomi
serta cara mengatasinya
5. Untuk mengetahui kasus-kasus ergonomi
6. Untuk mengetahui cara penaggulangannya
7. Untuk mengetahui definisi dari K3 bila bekerja dengan komputer
8. Untuk mengetahui masalah yang ditimbulkan karena penggunaan komputer secara terus-
menerus
9. Untuk mengetahui cara menangani masalah penggunaan komputer secara terus-menerus

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Ergonomi

Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan
pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam
lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas
pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi.
Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar
tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban bertujuan agar sesuai dengan
kebutuhan tubuh manusia.

B. Tujuan, Manfaat, dan Ruang Lingkup Ergonomi

Pelaksanaan dan penerapan ergonomi di tempat kerja dimulai dari yang sederhana dan
pada tingkat individual terlebih dahulu. Rancangan yang ergonomis akan dapat meningkatkan
efisiensi, efektifitas dan produktivitas kerja, serta dapat menciptakan sistem serta lingkungan
kerja yang cocok, aman, nyaman dan sehat.

Adapun tujuan penerapan ergonomi adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental, dengan meniadakan beban kerja


tambahan (fisik dan mental), mencegah penyakit akibat kerja, dan meningkatkan
kepuasan kerja.
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial dengan jalan meningkatkan kualitas kontak
sesama pekerja, pengorganisasian yang lebih baik dan menghidupkan sistem
kebersamaan dalam tempat kerja.
3. Berkontribusi di dalam keseimbangan rasional antara aspek-aspek teknik, ekonomi,
antropologi dan budaya dari sistem manusia-mesin untuk tujuan meningkatkan
efisiensi sistem manusia-mesin.

Manfaat pelaksanaan ergonomi adalah sebagai berikut:

1. Menurunnya angka kesakitan akibat kerja.


2. Menurunnya kecelakaan kerja.
3. Biaya pengobatan dan kompensasi berkurang.
4. Stress akibat kerja berkurang.
5. Produktivitas membaik.
6. Alur kerja bertambah baik.
7. Rasa aman karena bebas dari gangguan cedera.
8. Kepuasan kerja meningkat.

Ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain meliputi :

1. Teknik
2. Fisik
3. Pengalaman psikis
4. Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan
persendian
5. Anthropometri
6. Sosiologi
7. Fisiologi, terutama berhubungan dengan temperatur tubuh, Oxygen up take, pols, dan
aktivitas otot.
8. Desain, dll.

C. Metode-metode Ergonomi

1. Diagnosis
Dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja penilaian fisik
pekerja, uji pencahayaan, ergonomik checklist dan pengukuran lingkungan kerja lainnya.
Variasinya akan sangat luas mulai dari yang sederhana sampai kompleks.
2. Treatment
Pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada saat diagnosis. Kadang sangat
sederhana seperti merubah posisi meubel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai.
Membeli furniture sesuai dengan demensi fisik pekerja.
3. Follow-up
Dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya dengan menanyakan
kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan siku, keletihan, sakit kepala dan lain-
lain. Secara obyektif misalnya dengan parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka
kecelakaan dan lain-lain.

Aplikasi/penerapan Ergonomik:

1. Posisi Kerja
Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak terbebani dengan
berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang
belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki.
2. Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai
dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.
3. Tata Letak Tempat Kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang
berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata.
4. Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu, tangan,
punggung, dll. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung,
jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.
1. Menjinjing beban
Beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan ILO sbb:
-Laki-laki dewasa 40 kg
-Wanita dewasa 15-20 kg
-Laki-laki (16-18 th) 15-20 kg
-Wanita (16-18 th) 12-15 kg

2. Organisasi kerja
Pekerjaan harus di atur dengan berbagai cara :
-Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun
-Frekuensi pergerakan diminimalisasi
-Jarak mengangkat beban dikurangi
-Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin dan mengangkat tidak
terlalu tinggi.
-Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan.

3. Metode mengangkat beban


Semua pekerja harus diajarkan mengangkat beban. Metode kinetik dari pedoman
penanganan harus dipakai yang didasarkan pada dua prinsip :
-Otot lengan lebih banyak digunakan dari pada otot punggung
-Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum berat badan.
Metoda ini termasuk 5 faktor dasar :
1. Posisi kaki yang benar
2. Punggung kuat dan kekar
3. Posisi lengan dekat dengan tubuh
4. Mengangkat dengan benar
5. Menggunakan berat badan
D. Penyakit-penyakit di Tempat Kerja yang Berkaitan dengan Ergonomi

Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis teratur. Supervisi
medis yang biasanya dilakukan terhadap pekerja antara lain :

1. Pemeriksaan sebelum bekerja


Bertujuan untuk menyesuaikan dengan beban kerjanya.
2. Pemeriksaan berkala
Bertujuan untuk memastikan pekerja sesuai dengan pekerjaannya dan mendeteksi bila
ada kelainan.
3. Nasehat
Harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya pada wanita muda dan
yang sudah berumur.

Setelah pekerja melakukan pekerjaannya maka umumnya terjadi kelelahan, dalam hal
ini kita harus waspada dan harus kita bedakan jenis kelelahannya, beberapa ahli membedakan
/ membaginya sebagai berikut :

1. Kelelahan fisik
Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat dikompensasi dan
diperbaiki performansnya seperti semula. Kalau tidak terlalu berat kelelahan ini bisa
hilang setelah istirahat dan tidur yang cukup.
2. Kelelahan yang patologis
Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya muncul tiba-tiba dan
berat gejalanya.
3. Psikologis dan emotional fatique
Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan sejenis
“mekanisme melarikan diri dari kenyataan” pada penderita psikosomatik. Semangat
yang baik dan motivasi kerja akan mengurangi angka kejadiannya di tempat kerja.

Upaya kesehatan kerja dalam mengatasi kelelahan, meskipun seseorang mempunyai


batas ketahanan, akan tetapi beberapa hal di bawah ini akan mengurangi kelelahan yang tidak
seharusnya terjadi :
1. Lingkungan harus bersih dari zat-zat kimia. Pencahayaan dan ventilasi harus memadai
dan tidak ada gangguan bising.
2. Jam kerja sehari diberikan waktu istirahat sejenak dan istirahat yang cukup saat
makan siang.
3. Kesehatan pekerja harus tetap dimonitor.
4. Tempo kegiatan tidak harus terus menerus.
5. Waktu perjalanan dari dan ke tempat kerja harus sesingkat mungkin, kalau
memungkinkan.
6. Secara aktif mengidentifikasi sejumlah pekerja dalam peningkatan semangat kerja.
7. Fasilitas rekreasi dan istirahat harus disediakan di tempat kerja.
8. Waktu untuk liburan harus diberikan pada semua pekerja.
9. Para pekerja yang mempunyai kebiasaan pada alkohol dan zat stimulan atau zat
addiktif lainnya perlu diawasi.

E. Contoh Kasus Permasalahan Ergonomi

Penanggulangan permasalahan ergonomi di setiap jenis pekerjaan dapat dilakukan


setelah mengetahui terlebih dahulu bagaimana proses kerja dan posisi kerjanya. Di bawah ini
akan diuraikan contoh masalah ergonomi yang dapat timbul akibat ketidaksesuaian antara
pekerja dan pekerjaannya :

Perajin Kerupuk
Pekerjaan membuat kerupuk menggunakan bahan baku: tepung tapioka, kanji, bahan
tambahan pewarna dan penyedap. Hasil produksinya berupa kerupuk yang siap dimakan.

Proses dan Posisi Kerja:

1. Pembuatan adonan kerupuk


Tepung tapioka dalam karung seberat 50 kg diangkat berdua dari tempat
penampungan ke tempat pembuatan adonan yang berjarak 2-8 meter. Bahan baku
tersebut diaduk rata secara mekanis selama 3-5 menit atau secara manual selama 7-10
menit. Selanjutnya adonan tersebut diuleni kembali secara manual selama 2 menit
untuk mendapatkan adonan homogen.
Posisi kerja :
Proses menguleni adonan dilakukan sambil berdiri dengan meja kerja permanen
setinggi 70 cm yang terbuat dari ubin/kayu dan berat adonan 6-8 kg.
2. Pencetakan
Selanjutnya adoanan yang sudah homogen tersebut dimasukkan ke dalam pencetak
dan dimampatkan secara mekanis atau manual dan didapat keluaran berupa benang-
benang adonan setebal 1 mm dari lobang pencetak, benang-benang adonan ditampung
pada pencetak kerupuk sambil diputar-putar sehingga didapat bentuk yang bulat.
Posisi kerja :
Pekerjaan pencetakan dilakukan sambil duduk di lantai.
3. Pengkukusan
Kerupuk mentah tersebut segera dimatangkan dengan cara pengkukusan selama 5 –
10 menit dan setelah matang dipindah satu persatu dengan cara menjepit dengan jari-
jari tangan ke tempat yang lebih besar untuk dijemur di luar ruangan. Pemindahan ke
luar ruangan dilakukan dengan mengangkat tampah tersebut tinggi-tinggi dengan
kedua tangan.
Posisi kerja :
Pekerjaan memindahkan kerupuk setelah selesai dikukus dilakukan pada posisi duduk
di lantai / jongkok.
4. Penjemuran
Kerupuk dijemur. Setelah kering ditampung dalam keranjang plastik dengan berat per
keranjang 17-20 kg untuk disimpan sementara menunggu untuk digoreng.
Posisi kerja : berdiri dengan tempat jemuran (para-para) yang terlalu rendah.
5. Penggorengan
Kerupuk kering dalam keranjang dipindah ke tempat penggorengan yang berjarak 10
– 12 meter. Proses penggorengan kerupuk dilakukan dalam 2 tahap, dengan minyak
dingin dilanjutkan dengan minyak panas.
Posisi kerja :
Proses penggorengan dilakukan dengan posisi berdiri dengan 2 penggorengan dan
tinggi wajan 70 cm; selesai digoreng kerupuk dikemas dalam kaleng besar. Aliran
udara di bagian ini kurang baik.
6. Pengemasan
Posisi kerja : proses pengemasan dalam posisi berdiri membungkuk.
F. Penanggulangan Permasalahan Ergonomi

Aplikasi ergonomi dapat dilaksanakan dengan prinsip pemecahan masalah; tahap


awal adalah identifikasi masalah yang sedang dihadapi. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengumpulkan sebanyak mungkin informasi. Langkah selanjutnya adalah menentukan
prioritas masalah, masalah yang paling mencolok harus ditangani lebih dahulu. Setelah
analisis dikerjakan, maka satu atau dua alternatif intervensi harus diusulkan. Pada
pengenalan/rekognisi ada 3 hal yang harus diperhatikan, ketiganya berinteraksi dalam
penerapan ergonomi dengan fokus utama pada sumber daya manusia

1. Kesehatan mental dan fisik harus diperhatikan untuk diperbaiki sehinggga didapatkan
tenaga kerja yang sehat fisik, rohani dan sosial yang memungkinkan mereka hidup
produktif baik secara sosial maupun ekonomi.
2. Kemampuan jasmani dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan antropometri,
lingkup gerak sendi dan kekuatan otot.
3. Lingkungan tempat kerja
– Harus memberikan ruang gerak secukupnya bagi tubuh dan anggota badan sehingga
dapat bergerak secara leluasa dan efisien.
– Dapat menimbulkan rasa aman dan tidak menimbulkan stres lingkungan.
4. Pembebanan kerja fisik
Selama bekerja, kebutuhan peredaran darah dapat meningkat sepuluh sampai dua
puluh kali. Meningkatnya peredaran darah pada otot-otot yang bekerja, memaksa
jantung untuk memompa darah lebih banyak.
Kerja otot dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu:
– Kerja otot dinamik, ditandai dengan kontraksi bergantian yang berirama dan
ekstensi, ketegangan dan istirahat.
– Kerja otot statik, ditandai oleh kontraksi otot yang lama yang biasanya sesuai
dengan sikap tubuh. Tidak dianjurkan untuk meneruskan kerja otot statik dalam
jangka lama karena akan timbul rasa nyeri dan memaksa tenaga kerja untuk berhenti.
5. Sikap tubuh dalam bekerja
Sikap tubuh dalam bekerja berhubungan dengan tempat duduk, meja kerja dan luas
pandangan. Untuk merencanakan tempat kerja dan perlengkapannya diperlukan
ukuran-ukuran tubuh yang menjamin sikap tubuh paling alamiah dan me-mungkinkan
dilakukannya gerakan-gerakan yang dibutuhkan.
G. Definisi K3 Bila Bekerja Dengan Komputer

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), adalah suatu aspek yang harus pertama kali
menjadi perhatian setiap melakukan kegiatan apapun, termasuk ketika berkerja dengan
komputer. Penelitian telah mengungkapkan bahwa bekerja dengan komputer dapat
mnyebabkan gangguan kesehatan bahkan keselamatan. Oleh karena itu, K3 merupakan aspek
yang harus menjadi perhatian apabila bekerja dengan komputer.Penggunaan komputer saat
ini semakin luas, tidak hanya digunakan dikantor-kantor, lembaga penelitian, perguruan
tinggi, dan sekolah-sekolah, tetapi juga telah digunakan dirumah-rumah tangga untuk
membantu aktivitas sehari-hari. Meskipun demikian, aspek K3 belum menjadi perhatian dari
para pengguna komputer.

H. Masalah yang Ditimbulkan Dari Penggunaan Komputer Secara Terus-Menerus

Walaupun banyak manfaat yang diperoleh dari pengunaan komputer, namun belum
banyak yang menyadari dampak atau masalah yang ditimbulkan dari penggunaan komputer.
Masalah yang dimaksud disini adalah penyakit-penyakit yang lama secara terus menerus.

 Pengguna komputer dapat menderita nyeri kepala, nyeri otot, dan tulang terutama
bahu, pergelangan tangan, leher, punggung, dan pinggang bagian bawah.
 Selain itu, penggunaan komputer juga masih dapat terserang penyakit lain seperti
kesemutan, badan bengkak, anggota badan kaku, sakit ginjal, mata merah, berair,
nyeri, dan bahkan ganguan penglihatan.

I. Penanganan Masalah Dari Penggunaan Komputer Secara Terus-Menerus

Dari sisi keselamatan kerja, harus menyadari bahwa komputer yang digunakan
dihubungkan dengan listrik yang mempunyai tegangan tinggi. Maka dengan itu harus
berusaha mencegah terjadinya resiko tersengat listrik. Untuk itu harus mengatur kabel-kabel
listrik sedemikian rupa sehingga terhindar dari sengatan listrik, juga harus memperhatiakn
kabel-kabel dari kemungkinan terjadinya arus pendek yang dapat menyebabkan kebakaran
dan rusaknya peralatan komputer.
Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk terhindar resiko bekerja dengan komputer adalah
sebagai berikut:

1. Aturlah posisi tubuh saat berkerja dengan komputer sehingga merasa aman.
2. Aturlah posisi perangkat komputer dan ruangan sehingga memberi rasa nyaman.
3. Makan, minum dan istirahatlah yang cukup. Jangan menahan-nahan buang air kecil
karena terlalu asyik berkerja dengan komputer.
4. Sesekali gerakkanlah badan untuk megurangi ketegangan otot dan pikiran. Olah ragalah
secara teratur.
5. Sesekali alihkan pandangan ke luar ruangan untuk relaksasi mata.

Mengatur Posisi Tubuh

Bahwa posisi tubuh saat berkerja denagn komputer sangat berpengaruh pada
kesehatan. Dengan mengetahui posisi tubuh yang memenuhi syarat K3, maka dapat
mengatur posisi komputer dan penunjang agar dapat memberikan rasa nyaman.

1. Posisi Kepala dan leher


Pada saat berkeraja dengan komputer, posisi kepala dan leher harus tegak dengan
wajah menghadap langsung kelayar monitor. Leher tidak boleh membungkuk atau
mengadah karena hal ini dapat menyebabkan sakit pada leher.
2. Posisi Punggung
Posisi punggung yang baik saat menggunakan komputer adalah posisi punggung
yang tegak, tidak miring ke kiri atau ke kanan, tidak membungkuk dan tidak
bersandar terlalu miring ke belakang. Untuk mendapatkan posisi punggung yang
baik, seharusnya ditunjang dengan tempat duduk yang baik dan nyaman.
3. Posisi Pundak
Posisi pundak yang baik adalah posisi pundak yang tidak terlalu terangkat dan
tidak terlalu ke bawah. Bila otot-otot di bahu masih tegang, ini berarti posisi
pundak belum benar.
4. Posisi Lengan dan siku
Posisi lengan yang baik adalah apabial dapat mengetik dan menggunakan mouse
yang nyaman. Masing-masing orang mempunyai posisi nyaman tersendiri. Posisi
lengan yang baik adalah bila tangan berada disamping badan dan siku membentuk
sudut yang lebih besar dari 90 derajat.
5. Posisi Kaki
Pada saat berkerja dengan komputer, kaki harus dapat diletakan di lantai atau
sandaran kaki dengan seluruh tapak kaki menyentuh lantai dan siku yang
membentuk sudut tidak kurang dari 90 derajat.
Bagian-bagian dari teknologi informasi yang berbahaya bagi kesehatan dan
keselamatan kerja

1. Monitor

Monitor komputer pada umumnya menggunakan tabung gambar (CRT) yang


dapat menyebabkan intensitas cahaya yang dipancarkan oleh monitor cukup
tinggi untuk diterima oleh retina mata manusia. Oleh karena itu, bagian dari
perangkat ini harus memiliki layar anti radiasi, agar mata terhindar dari
kerusakan karena radiasi sinar cahaya dari komputer.

Untuk mengurangi keluhan pada mata, ada beberapa layar monitor yang perlu
diperhatikan.

a. Harus meletakan monitor sedemikian rupa diruangan sehingga layar


monitor tidak memantulkan cahaya dari sumber cahaya lain.
b. Letakanlah monitor lebiih rendah dari garis hoizontal mata, agar tidak
mengadah atau menunduk.
c. Aturlah cahaya monitor agar tidak terlalu terang dan gelap.
d. Sering-seringlah mengedipkan mata untuk menjaga agar mata tidak kering.
Sesekali memandang jauh ke luar ruangan.

2. CPU ( Central Processing Unit )

Bagian dari perangkat komputer ini tidak boleh langsung bersentuhan dengan
tangan (basah) karena aliran listrik yang ada pada CPU dapat menyetrum
manusia.
a. Tangan yang basah baik oleh air atau keringat tidak boleh langsung
bersentuhan dengan CPU.
b. Aliran listrik yang ada pada CPU dapat menimbulkan setrum.
3. Kabel Komputer

Bagian dari perangkat komputer ini harus dihindari dari air, karena dapat
menyebabkan korsleting. Korsleting ini dapat mengakibatkan hubungan arus
listrik yang dapat menyebabkan kebakaran.

4. Keyboard

Penelitian menunjukan bahwa posisi keyboard merupakan salah satu faktor


penyebab nyeri otot dan persendian. Penyebab nyeri otot dan tulang yang
disebabkan oleh keyboard adalah penggunaan jari-jari tertentu saja dalam
waktu yang lama. Hal ini terutama apabila sedang bermain game.

Hindarkan tertumpahnya air pada keyboard yang dapat mengakibatkan :


a. Keyboard hange / rusak
b. Keyboard berlumut kekuning-kuningn dan tidak indah
c. Korsleting
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Penerapan Ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat bekerja selalu dalam
keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan
tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak. Pihak
pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang bertanggungjawab
terhadap kesehatan masyarakat, membuat berbagai peraturan, petunjuk teknis dan pedoman
K3 di Tempat Kerja serta menjalin kerjasama lintas program maupun lintas sektor terkait
dalam pembinaannya
DAFTAR PUSTAKA

Cermin Dunia Kedokteran No. 154, 2007

http://www.ergoweb.com/news/SubscribeNewsletter.cfm

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/02/tugas-ergonomi-3/

Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI

Adiputra, N.2008. Upaya Kesehatan Kerja Tenaga Kesehatan Kabupaten/ Kota dan
Puskesmas

Propinsi Bali. [cited 2010 November 14] Available from: http://www.balihesg.org –


balihesg

Admin. 2009. Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sain dan Matematika [cited 2010
Januari

Available from: http://lpmpjogja.diknas.go.id/index2.php? option=


com_content&do_pdf=1&id=328

Adri, M. 2008. Implementasi Power Point Dalam Pembelajaran. [cited 2010 Februari 10]
Available

from: http://openpdf.com/ebook/model-pengajaran-berbasis-ergonomi-pdf.html

Arends, R.I. 2007. Belajar untuk Mengajar. Edisi Ketujuh. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Direktorat Pembinaan TK&SD. 2009. Mengenal Metode Pembelajaran Pakem. [cited 2010
Februari 10]

Available from:http://sekolahku.info/artikel/mengenal-metode-pembelajaran-pakem/

Dul, J., Weerdmeester, B. 1993. Ergonomic for Beginners A Quick Reference Guide.
London: Taylor & Francis.

Anda mungkin juga menyukai