Status Epileptikus
Oleh:
Vicky Berlian Ocktaveantari 1840312671
Preseptor:
Dr. Rahmi Lestari, Sp.A (K)
1
1.2. Batasan Penulisan
Penulisan case report ini membahas mengenai laporan kasus mengenai status
epileptikus di RSUP DR.M.Djamil Padang.
2
BAB 2
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama : GES
No.MR : 01.03.85.65
Umur : 2 tahun 9 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku bangsa : Indonesia
Nama Ibu :P
Alamat : Labuah Gajah Sungai Tunu Ranah Pesisir Selatan
3
Pasien merupakan rujukan dari RSUD M. Zein Painan dengan keterangan
status epileptikus dan telah mendapat terapi anti kejang
4
Telur 3x seminggu
Sayur 7x seminggu
Buah 3x seminggu
Kesan: kualitas dan kuantitas makanan cukup
G. Riwayat Imunisasi
Imunisasi Dasar (Umur) Booster (Umur)
BCG 1 bulan -
DPT 1 - -
2 - -
3 - -
Polio 1 - -
2 - -
3 - -
Hepatitis B 1 - -
2 - -
3 - -
Haemofilus influenza B 1 - -
2 - -
3 - -
Campak - -
Kesan: Imunisasi dasar tidak lengkap
5
Mengompol -
Aktif sekali -
Apatik -
Membangkang -
Ketakutan -
Pergaulan jelek -
Kesukaran belajar -
Kesan : Riwayat pertumbuahan dan tidak normal
Riwayat Keluarga
Ayah Ibu
Nama Tn. N Ny. P
Umur 49 tahun 38 tahun
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan Petani IRT
Penghasilan Rp500.000,- -
Perkawinan 1 1
Penyakit yang pernah diderita Tidak ada Tidak ada
6
Frekuensi nadi : 115x/menit
Frekuensi napas : 28x/menit
Suhu : 35,8ºC
BB : 11 kg
PB : 75 cm
BB/U : -2 SD s/d +2 SD (normal)
TB/U : -2 SD s/d +2 SD (normal)
BB/TB : -2 SD s/d +2 SD
Status gizi : gizi baik
Ikterus : tidak ada
Anemia : tidak ada
Sianosis : tidak ada
Kulit : teraba hangat, turgor baik
Kelenjar getah bening : tidak teraba pembesaran KGB
Kepala : bulat, simetris
Rambut : hitam, tidak mudah rontok
Mata : konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, mata tidak
cekung
Telinga : tidak ada keluar cairan dari telinga
Hidung : napas cuping hidung tidak ada, tidak nampak sekret.
Tenggorok : tonsil T2-T1 hiperemis, detritus tidak ada, kripti tidak
melebar, faring hiperemis
Gigi dan mulut : mukosa mulut dan bibir basah
Leher : tortikalis tidak ada
Toraks : normochest, retraksi tidak ada
Paru :
Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris kiri = kanan
Palpasi : sulit dinilai
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara napas vesikuler, ronkhi-/-, wheezing -/-
7
Jantung :
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba di LMCS RIC V
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : irama reguler, bising jantung tidak ada
Abdomen :
Inspeksi : distensi tidak ada
Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus positif normal
Punggung : tidak ada kelainan
Genitalia : A1G1P1
Anggota gerak : akral hangat, perfusi baik, CRT < 2 detik
Reflek Fisiologis : +/+ normal
Reflek Patologis : babinsky +/+
Chadock +/+
Scafer +/+
Openheim +/+
Gordon +/+
Tanda rangsangan meningeal :
Brudzinski I : -
Brudzinski II : -
Kernig sign : -
PEMERIKSAAN LABORATORIUM (14-10-2019)
Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan
Hb 11,1 gram/dl
Leukosit 10.570/mm3
Hematokrit 33%
Trombosit 293.000/mm3
Hitung jenis 0/0/4/80/8/8
8
Kalsium 8,6 mg/dl
Natrium 135 Mmol/L
Kalium 3,3 Mmol/L
Klorida 104 Mmol/L
Kesan : pemeriksaan laboratorium dalam batas normal
Urin Lengkap
Makroskopis
Warna : Kuning muda
Kekeruhan : Negatif
BJ : <= 1,005
pH :7
Mikroskopis
Leukosit : 0-1
Eritrosit : 0-1
Silinder : Negatif
Kristal : Negatif
Epitel : Positif
Leptospira : Negatif
Yeast : Negatif
Bakteri : Negatif
Kimia
Protein : Negatif
Glukosa : Negatif
Bilirubin : Negatif
Urobilinogen : Positif
DIAGNOSIS
Epilepsi umum simptomatik + riwayat status epileptikus + cerebral palsy + global
development delay
TATALAKSANA
O2 1 liter via nasal kanul
IVFD kaen 1B 1075 cc/24jam = 45 cc/jam= 15 tpm makro
Injeksi luminal 2x30 mg iv
9
Injeksi Fenitoin 2x30 mg iv
As. Valporoat syrup 2x3,5 cc
RENCANA
EEG
FOLLOW UP PASIEN
4/02/20 S/ Kejang ada
Demam tidak ada
Batuk tidak ada
Sesak tidak ada
O/ Ku Kes TD HR RR T
sedang CM 100/60 mmHg 125 x/i 34 x/i 36,6 C
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Thoraks : Retraksi epigastrium (-), Rhonki -/- Wheezing
-/-
Abdomen : distensi tidak ada, hepar dan lien tidak
teraba, bising usus positif normal
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
10
O/ Ku Kes TD HR RR T
sedang CM 90/60 mmHg 132 x/i 30 x/i 36,5 C
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Thoraks : Retraksi epigastrium (-), Rhonki -/- Wheezing
-/-
Abdomen : distensi tidak ada, hepar dan lien tidak
teraba, bising usus positif normal
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
Ku Kes TD HR RR T
O/ sedang CM 100/60 mmHg 128 x/i 28 x/i 36,7 C
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Thoraks : Retraksi epigastrium (-), Rhonki -/- Wheezing
-/-
Abdomen : distensi tidak ada, hepar dan lien tidak
teraba, bising usus positif normal
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
11
BAB 3
DISKUSI
Seorang anak laki-laki berusia 2 tahun 9 bulan dirawat di bangsal akut anak
RSUP DR. M. Djamil Padang dengan diagnosis epilepsi umum simptomatik, riwayat
status epileptikus, cerebral palsy, global development delay. Diagnosis ditegakkan
dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Berdasarkan
anamnesis kejang sejak 4 hari yang lalu, kejang seluruh tubuh, frekuensi 20-25 kali
perhari lama kejang 30 detik sampai 1 menit, pada saat setelah kejang pasien sadar
dan saat kejang tidak disertai demam.
Kejang adalah peristiwa mendadak, yang terdiri dari patologis pola aktivitas
kortikal yang mengakibatkan pergerakan tak sadar yang abnormal atau perubahan
kesadaran. Kejang pada anak dapat terjadi sekunder dari proses penyakit yang
mendasarinya, kejang simtomatik akut atau kejang demam.7
Kejang yang terjadi pada kejang demam terjadi karena kenaikan suhu tubuh,
yang disebabkan oleh suatu proses di ekstrakranium. Infeksi merupakan hal yang
paling sering menyebabkan kenaikan suhu tubuh.7 Namun, dari anamnesis didapatkan
bahwa pasien tidak memiliki riwayat demam pada saat kejang dan sebelum kejang.
Maka dapat disingkirkan kejang demam pada pasien. .
Epilepsi merupakan serangan kejang paroksismal berulang dua kali atau lebih
tanpa penyebab yang jelas dengan interval lebih dari 24 jam, akibat lepas muatan
listrik berlebihan di neuron otak. Sedangkan status epileptikus, merupakan kejang
yang berlangsung terus menerus selama periode tertentu atau berulang tanpa disertai
pulihnya kesadaran diantara kejang, selama 30 menit atau lebih. Penyebab status
epileptikus secara umum dibagi menjadi simptomatis dan idiopatik atau kriptogenik.
Penyabab simptomatik meliputi akut seperti infeksi, hipoksia gangguan glukosa dan
elektrolit, trauma kepala, perdarahan atau stroke, remote seperti ensefalopati
hipoksik- iskemik, trauma kepala, infeksi, kelianan otak kongenital, kelaina neurologi
progresif dan epilepsi.8
12
Pada pasien kejang yang terjadi merupakan kejang epilepsy dan riwayat
pasien saat berusia 3 bulan adalah status epileptikus. Status epileptikus terjadi akibat
kegagalan mekanisme untuk membatasi penyebaran kejang baik karena aktivitas
neurotransmiter eksitasi yang berlebihan dan atau aktivitas neurotransmiter inhibisi
yang tidak efektif. Neurotransmiter eksitasi utama adalah neurotran dan asetilkolin,
sedangkan neurotransmitter inhibisi adalah gamma-aminobutyric acid (GABA).9
Pada pasien batuk tidak ada, pilek tidak ada, demam tidak ada, mual tidak ada,
muntah tidak ada, sesak napas tidak ada, buang air besar warna dan konsistensi biasa,
frekuensi 1-2 kali perhari, buang air kecil warna biasa, frekuensi 5-6 kali perhari,
riwayat jatuh atau cedera kepala sebelum kejang tidak ada, riwayat keluar cairan dari
telinga sebelum kejang tidak ada.
Saat ini anak berusia 2 tahun 9 bulan, hanya bisa tidur terlentang, tidak bisa
miring kanan dan kiri, dan berbicara hanya bubling. Pasien didiagnosis dengan
cerebral palsy dan Global development delay. Serebral Palsy adalah gangguan
gerakan dan postur karena suatu kerusakan atau gangguan pada sel-sel motorik dan
pada susunan saraf pusat yang sedang tumbuh atau belum selesai pertumbuhannya.
Penyebab serebral palsy dapat disebabkan karena adanya gangguan genetik ataupun
faktor lannya. Penyebabnya meliputi kelainan prenatal, perinatal, post natal. Kelainan
prenatal meliputi infeksi intrauterin seperti TORCH dan sifilis, radiasi, asfiksia
intrauterin, toksemia gravidarum, penyebab perinatal meliputi anoksia/hipoksia,
perdarahan otak, prematuritas, postmaturitas, hiperbilirubinemia. Kalainan post natal
trauma kepala, riwayat kejang, meningitis atau ensefalitis pada 6 bulan pertama
kehidupan, keracunan logam berat, dan CO. Pasien dicurigai megalami serebral
palsy, yang dapat dikaitkan karena kelainan post natal pasien yaitu adanya kejang
yang yang berulang. Hal ini dapat menyebabkan adanya kelainan pada sistem motoric
pasien.10
Selain itu, pasein juga dicurigai mengalami Global Development Delay.
Diagnosis Development Delay terbatas pada anak di bawah 5 tahun. Kriteria
diagnostik keterlambatan perkembangan global yaitu keterlambatan yang signifikan
13
di setidaknya dua domain perkembangan dari yang berikut: Motor kasar atau halus,
bicara / bahasa, pengartian, sosial / pribadi, aktivitas hidup sehari-hari.11
Hasil pemeriksaan fisik, pasien sadar, keadaan umum sakit sedang, dengan
tidak ada kelainan pada kelenjar getah bening, kepala, thorak, abdomen, dan
ekstremitas. Hasil pemeriksaaan reflek fisiologis normal, rangsangan meningeal
negatif, dan didapatkan hasil positif pada pemeriksaan patologis. Mekanisme reflek
patologis masih belum jelas, namun menurut penelitian refelks tersebut dapat terjadi
akibat adanya lesi yang merusak area 4 Broadmann dan lintasan desendennya,
gerakan reflektorik yang dapat ditimbulkan dengan metode chaddock akan
didapatkan dorsoflexi kaki. Tetapi, apabila lesi di daerah premotorik, yaitu area 6
Broadmann atau di lintasan desendensnya, gerakan reflektorik dan ekstensi jari-jari
kaki. Pada lesi yang merusak ke dua daerah area 4 dan 6 Broadmann, respon
patologis pada kaki terdiri dari : elevasi ibu jari kaki, dorsofleksi kai, pengembangan
dan ekstensi jari-jari kaki lainnya. Pada pasien dicurigai telah terjadi kerusakan di
otak sehingga pada saat pemeriksaan patologis didaptkan hasil positif.6
Pada pasien ini diberikan tatalaksana cairan kaen 1B 15 tpm makro, injeksi luminal
2x30 mg iv, injeksi Fenitoin 2x30 mg iv, As. Valporoat syrup 2x3,5 cc. Pasien diberikan
kaen 1B untuk rawatan cairan dan nutrisi pengganti, pemberian luminal, fenitoin, dan asam
valporoat sebagai sebagai antikonvulsan untuk mengatasi kejang pada pasien. Saat ini pasien
diberikan obat tambahan kejang berupa kepra dan topiramate.
Kejang terus menerus yang dialami pasien mempengaruhi morbiditas
neurologis jangka pendek dan jangka panjang, hal ini meliputi defisit kognitif, dan
keterlambatan perkembangan saraf. Kejang yang berkepanjangan membawa risiko
kematian yang signifikan, diperkirakan menjadi 3% di antara pasien anak-anak.5
14
DAFTAR PUSTAKA
15