Translate Jurnal Farkin 7-8-9
Translate Jurnal Farkin 7-8-9
Hepatitis akut adalah kondisi peradangan pada hati yang disebabkan oleh
virus atau hepatotoksin. Pada hepatitis viral akut, perubahan peradangan dalam
hepatosit biasanya ringan dan sementara, meskipun dapat menjadi kronis dan parah
yang berujung pada cirrhosis atau kematian. Blaschke dan Williams dan rekan-
rekannya melakukan studi mengenai efek dari hepatitis viral akut pada disposisi obat.
Para peneliti ini menggunakan desain studi longitudinal yang mempelajari beberapa
pasien yang pada saat itu mengalami hepatitis viral akut dan setelah penyembuhan
(tabel 1).
Obat-obat yang digunakan diantaranya phenytoin (10), tolbutamide (11),
warfarin (12) dan lidocaine (13). Penemuan yang paling signifikan adalah bahwa
ikatan plasma protein pada phenytoin dan tolbutamide tereduksi pada hepatitis akut.
Hal ini disebabkan oleh perpindahan obat dari situs ikatan protein oleh peningkatan
kadar bilirubin. Sebagai hasil dari perubahan ini, penyebaran volume phenytoin
meningkat pada saat hepatitis (lihat bagian 3). Meskipun tidak ada perubahan yang
signifikan yang tercatat dalam nilai rata-rata pada phenytoin CLh atau Clint, Clint
tereduksi sekitar 50% pada dua pasien dengan kerusakan hepatoselular yang paling
signifikan. Di sisi lain, reduksi pada ikatan tolbutamide pada plasma protein tidak
memiliki efek yang tampak pada distribusi volume maupun Clint, melainkan adanya
peningkatan ada CLh. Tidak ada perubahan konsisten yang teramati pada kinetika
warfarin pada hepatitis virus akut. Bagaimanapun, waktu prothrombin diperpanjang
hingga melebihi waktu yang direncanakan pada 2 dari 5 pasien yang menunjukkan
kerusakan sintesis pada Factor VII. Kinetika lidocaine pun tidak berubah secara
konsisten pada saat hepatitis virus akut, meskipun klirens menurun pada 4 dari 6
pasien.
Pada umumnya, eliminasi obat pada hepatitis virus akut bisa normal maupun
dengan mengalami kerusakan menengah. Perbedaan ini bervariasi dan terkait pada
kerusakan hepatoselular yang terjadi. Jika hepatitis akut terselesaikan, disposisi
kembali normal. Eliminasi obat biasanya mengalami kerusakan pada pasien yang
mengidap hepatitis B kronis yang terkait dengan virus pada hati.
Pernyataan yang dicetak merah ini kontras dengan keparahan hepatitis akut
yang diakibatkan oleh hepatotoksin. Sebagai contoh, Prescott dan Wright (15)
menemukan bahwa kerusakan hati dapat terjadi sekitar 2 hingga 3 jam setelah
pencernaan asetaminofen berlebih. Fase eliminasi waktu paruh asetaminofen berkisar
sekitar 2.7 jam pada pasien tanpa kerusakan hati, dan antara 4.3 hingga 7.7 jam
(mean=5.8 jam) pada 4 pasien dengan gangguan hati dan sekitar 4.3 hingga 13.9 jam
(mean = 7.7 jam) pada 3 asien dengan kerusakan hati dan ginjal yang berujung pada
keracunan asetaminofen. Peneliti ini mengamati bahwa kerusakan paling fatal
kemungkinan terjadi pada pasien dengan eliminasi waktu paruh asetaminofen
melebihi 10 hingga 12 jam.