Anda di halaman 1dari 15

IMPLANTASI DAN PLASENTASI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Struktur Perkembangan Hewan 2 yang dibina oleh

Dra. Nursasi Handayani, M.Si dan Ajeng Dhaniarsih, S.Si., M.Si.

Disusun Oleh :

1. Aghits Laily Rizqiyah (180342618021)


2. Alyana Mahdavikia R.Y (180342618062)
3. Fatih Al Haq A N M (180342618081)
4. Qathrin Nada Assalimi (180342618085)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PRODI BIOLOGI
November 2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan yang terjadi pada vertebrata diawali dengan proses fertilisasi
yaitu pertemuan antara gamet jantan dan gamet betina yang disertai dengan
peleburan inti menjadi satu yang dinamakan zigot. Fertilisasi terjadi di tuba falopi
pada bagian ampula. Zigot akan bergerak menuju uterus dengan mengalami
serangkaian pembelahan. Zigot yang sampai diuterus berupa blastosista. Zigot
kemudian akan menempel di pada dinding endometrium uterus. Selama menempel
pada uterus, zigot mengalami perkembangan mulai dengan proses blastulasi yang
akan menghasilkan blastula, dan selanjutnya mengalami gastrulasi yang akan
membentuk tiga lapisan yang disebut dengan lapisan germinal embrio. Selanjutnya
lapisan germinal embrio tersebut akan berkembang. Untuk berkembang embrio
tersebut membutuhkan nutrisi. Nutrisi yang dibutuhkan oleh embrio didapatkan
dari nutrisi ibunya / induknya melalui suatu saluran yang disebut dengan plasenta.
Dalam makalah ini, akan dibahas tentang proses penempelan zigot pada dinding
endometrium uterus dan terbentuknya plasenta.

1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai
berikut.
1. Bagaimana proses terjadinya implantasi?
2. Apa saja tipe-tipe implantasi?
3. Bagaimana sistem plasenta terbentuk?
4. Apa saja tipe-tipe plasenta?
1.3 Tujuan Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui proses implantasi terjadi
2. Untuk mengetahui tipe-tipe implantasi
3. Untuk mengatahui sistem plasenta terbentuk
4. Untuk mengetahui tipe-tipe plasenta
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Proses terjadinya implantasi


Beberapa jam pasca fertilisasi, penyatuan nuklei akan membentuk zigot
dan selanjutnya dalam waktu 3 – 4 hari sudah terbentuk sebuah masa solid
berbentuk seperti bola yang disebut morula. Morula dengan cepat berjalan
didalam Tuba Falopii menuju rongga uterus. Selama perjalanannya, melalui
kanalikuli zona pellucida masuk sejumlah cairan membentuk rongga cairan
dalam morula sehinga terbentuk blastosis. Setelah mencapai rongga rahim,
zona pellucida mengembang dan menipis. Blastosis akan menempel dan segera
masuk kedalam stroma endometrium. Sekitar 50% bagian blastosis berada
dalam endometrium. Peristiwa terpautnya blastosis pada stroma endometrium
uterus induk disebut implantasi (nidasi). Penempelan blastosis pada dinding
endometrium yang terjadi pada hari ke 6-7 (akhir minggu pertama ).
Bagian yang pertama kali menyentuh endometrium uterus adalah kutub
animal (kutub embrionik), yaitu kutub tempat terdapatnya inner cell mass.
Pada waktu itu sel-sel trofoblas mensekresikan enzim-enzim proteolitik yang
akan menghancurkan epitelium uterus sebagai jalan untuk penetrasinya zigot
ke dalam endometrium. Setelah terbentuk “jalan masuk”, Sel trofoblas
superfisial mengalami diferensiasi menjadi sitotrofoblas (lapisan dalam) dan
sinsitiotrofoblas ( lapisan luar ).
Gambar 3. Proses Implantai. Sumber: Gilbert (2018)

Perkembangan embrio manusia pada hari ke-8, blastosis tertanam di


dalam stroma endometrium. Trofoblas berdiferensiasi menjadi dua lapisan
yaitu sitrotrofoblas dan sinsitrofoblas. Embrioblas juga berdiferensiasi menjadi
sel kecil kuboid berdampingan dengan rongga blastosis(hipoblas) dan satu
lapisan sel silinder tinggi bersebelahan dengan ruang amnion (epiblas).
Pembentukan cakram datar (cakram mudigah bilaminer). Rongga kecil muncul
di dalam epiblas menjadi rongga amnion. Sroma endometrium tempat
implantasi dan sekitarnya tampak edema dan hipervaskuler. Kelenjarnya
berkelok-kelok dan mengeluarkan banyak glikogen dan mucus.
Perkembangan embrio manusia pada hari ke-9, blastosis semakin
dalam terbenam didalam endometrium. Trofoblas mengalami perkembangan
pada kutub embrionalnya dimana vakuola-vakuola pada sinsitrofoblas dan
membentuk lacunalakuna (tahap lakunasi). Pada kutub abembrional terbentuk
selaput tipis (selaput eksoselom) yang melapisi sitotrofoblas. Selaput ini
bersama hipoblas membentuk rongga ekoselom (yolk sac/kantung kuning
telur).
Blastosis telah terbenam seluruhnya pada hari ke-10-12. Pada saat yang
sama, sel-sel sinsitiotrofoblas menembus lebih dalam ke stroma dan merusak
lapisan endotel kapiler ibu. Pembuluh darah ini tersumbat dan kemudian
melebar (sinusoid). Karena trofoblas terus merusak sinusoid, darah ibu mulai
mengalir melalui sistem trofoblas sehingga terjadi sirkulasi uteroplasma.
Sekelompok sel baru muncul di antara permukaan dalam trofoblas dan
permukaan luar rongga eksoselom yang berasal dari yolk sac membentuk
jaringan penyambung halus dan longgar = mesoderm ekstraembrional = selom
ekstraembrional = rongga korion.

a. Pembentukan Membran Ekstra Embrionik

Membran ekstra embrionik merupakan perluasan–perluasan berlapis


membran dari jaringan-jaringan embrio. Pada dasarnya membran–membran
tersebut adalah lipatan-lipatan yang pada akhirnya tumbuh mengelilingi
embrio dan menghasilkan empat kantung pada embrio yang sedang tumbuh.
Selaput ekstra embrionik berasal dari embrio yang terletak di luar tubuh
embrio dan tidak menjadi bagian dari embrio. Fungsi selaput ekstra embrionik
sebagai media perantara pertukaran zat dan pelindung embrio.
Pada saat blastokista itu terimpantasi di uterus, massa sel bagian dalam
membentuk cakram pipih dengan lapisan sel bagian atas (epiblas), dan lapisan
sel bagian bawah (hipoblas). Embrio berkembang secara keseluruhan dari sel-
sel epiblas, sementara sel-sel hipoblas membentuk kantung kuning telur.
Korion berkembang dari trofoblas, secara sempurna mengelilingi embrio dan
membran ekstra embrionik lainnya. Amnion mulai terbentuk sebagai sebuah
kubah diatas epiblas yang memperbanyak diri dan akhirnya meneyelimuti
embrio dengan rongga amnion yang penuh dengan cairan (cairan ini berupa air
yang keluar dari vagina induk ketika amnion pecah persis sebelum kelahiran).
Membran kantung kuning telur pada mamalia merupakan tempat pembentukan
awal sel-sel darah merah, yang kemudian bermigrasi kedalam proper embrio.
Alantois, berkembang sebagai kantung dari luar perut rudimenter
embrio. Alantois digabungkan ke dalam tali pusar, dimana alantois membentuk
pembuluh darah yang mengangkut oksigen dan nutrient dari plasenta ke
embrio dan mengeluarkan karbon dioksida serta limbah bernitrogen dari
embrio.

Gambar 4. Perkembangan blastokista di dalam dinding endometrium saat terjadi


implantasi Sumber: Carlson (1988)

b. Tempat Implantasi

Implantasi blastosit biasanya terjadi di uterus. Jika implantasi terjadi di


tempat lain, biasanya perkembangannya mengalami komplikasi serius dalam
beberapa minggu. Implantasi intrauterine, blastosit biasanya lebih banyak
menempel pada badan endometrium, sedikit lebih sering pada posterior dari
pada anterior.
Tempat terjadinya implantasi pada manusia pada bagian posterior
uterus (2/3 bagian kasus) dan pada bagian anterior uterus (1/3 bagian kasus).
Daerah tempat tertanamnya embrio ke dalam endometrium induk disebut
tangkai tubuh (body stalk). Daerah ini semula berada di atas amnion. Ketika
amnion membesar, embrio bergeser dari tangkai tubuh, sehingga berada di
posterior (kauda). Tangkai tubuh akan mengalami pemanjangan dan
perampingan menjadi tali pusat. Tempat imlantasi blastosit dapat terjadi di
ekstrauterin yang akan menyebabkan terjadinya kehamilan luar rongga rahim,
yang disebut dengan kehamilan ectopic.

2.2 Tipe-Tipe Implantasi


Tipe-tipe implantasi pada berbagai jenis hewan cukup bervariasi,
namun secara umum dikenal tiga macam tipe implantasi, yaitu implantasi
superfacial, implantasi eksentrik, dan implantasi entersitisial.
1. Implantasi superfacial
Implantasi atau blastokista hanya menempel pada dinding uterus,
namun demikian tetap berlangsung adhesi epitel chorion pada epitel uterus.
Pada tipe implantasi ini, embrio tetap berada di dalam lumen uterus, jadi
kurang kuat. Biasanya dijumpai pada hewan non desidua.

Gambar 5 . Implantasi superfacial Sumber: Carlson (1988)

2. Implantasi eksentrik

Implantasi ini, implant tertanam pada salah satu sisi uterus, namun
sebagian permukaan implant tetap menonjol ke dalam lumen uterus.
Gambar 6 . Implantasi eksentrik Sumber: Carlson (1988)

3. Implantasi intersitial

Pada tipe implantasi ini, embrio tertanam dengan sangat kokoh, lumen
uterus semakin lama akan mengecil, epitel uterus dan tropoblas berikatan
dengan sangat erat dan embrio terbungkus oleh desidua.

Gambar 7 . Implantasi intersitial Sumber: Carlson (1988)


Dari gambaran diatas menunjukkan bahwa implantasi yang berlangsung pada
berbagai jenis hewan ada yang invasive dan non-invasive.

2.3 Plasenta

Embrio pada manusia setelah mengalami proses implantasi ke dalam


endometrium uterus akan berasosiasi dengan selaput ekstraembrio untuk
membentuk bagian organ plasenta. Plasenta terbentuk dari bagian janin yaitu
vilikoriales dan juga berasal dari induk yaitu bagian desidua basalis. Plasenta
memiliki bentuk bundar dengan diameter 15-20cm, tebal ± 2,5cm, dan berat
rata-rata 500 gram. Plasenta akan terbentuk lengkap saat kehamilan kurang
dari 16 minggu ditandai dengan seluruh kavum uteri terisi oleh ruang amnion.

Gambar 8. Letak Plasenta. Sumber: (Lusa, 2011)

Letak plasenta yaitu pada bagian depan atau belakang dinding uterus
mendekati bagian fundus uteri (Lusa, 2011). Pada plasenta memiliki 2
permukaan, yaitu:

Gambar 9. Permukaan fetal dan maternal Sumber: (Hill,M.A, 2015)


1. Permukaan fetal

Permukaan yang menghadap ke janin, memiliki warna putih dan licin


(Hill, 2015). Hal ini disebabkan karena permukaan fetal tertutup oleh amnion,
di bawah Nampak pembuluh-pembuluh darah (Lusa, 2011). Selain itu tersusun
oleh selaput ekstraembrio.

2. Permukaan maternal

Permukaan maternal tersusun oleh bagian endometrium uterus (Hill,


2015). Permukaan ini menghadap bagian dinding rahim, warna merah dan
terbagi oleh celah-celah yang berasal dari jaringan ibu dengan jumlah celah
pada plasenta yaitu 16-20 kotiledon (Lusa, 2011).

2.4 Pembentukan Plasenta

Perkembangan trofoblas berlangsung cepat,dari selapis sel tumbuh


menjadi berlapis-lapis. Terbentuk rongga-rongga vakuola yang banyak pada
lapisan sinsitiotrofoblas (selanjutnya disebut sinsitium) yang akhirnya saling
berhubungan. Stadium ini disebut stadium berongga (lacunar stage).

Pertumbuhan sinsitium ke dalam stroma endometrium makin dalam


kemudian terjadi perusakan endotel kapiler disekitarnya, sehingga rongga-
rongga sinsitium (sistem lakuna) tersebut dialiri masuk oleh darah ibu,
membentuk sinusoid-sinusoid. Peristiwa ini menjadi awal terbentuknya sistem
sirkulasi uteroplasenta/system sirkulasi feto-maternal.

Antara lapisan dalam sitotrofoblas dengan selapis sel selaput Heuser,


terbentuk sekelompok sel baru yang berasal dari trofoblas dan membentuk
jaringan penyambung yang lembut, yang disebut mesoderm ekstraembrional.
Bagian yang berbatasan dengan sitotrofoblas disebut mesoderm
ekstraembrional somatopleural, kemudian akan menjadi selaput korion
(chorionic plate).

Bagian yang berbatasan dengan selaput Heuser dan menutupi bakal


yolk sac disebut mesoderm ekstraembrional splanknopleural. Menjelang akhir
minggu kedua (hari 13-14), seluruh lingkaran blastokista telah terbenam dalam
uterus dan diliputi pertumbuhan trofoblas yang telah dialiri darah ibu. Meski
demikian, hanya system trofoblas di daerah dekat embrioblas saja yang
berkembang lebih aktif dibandingkan daerah lainnya. (Lisa, 2011). Di dalam
lapisan mesoderm ekstraembrional juga terbentuk celah-celah yang makin
lama makin besar dan bersatu, sehingga terjadilah rongga yang memisahkan
kantung kuning telur makin jauh dari sitotrofoblas. Rongga ini disebut rongga
selom ekstraembrional (extraembryonal coelomic space) atau rongga korion
(chorionic space).

Disisi embrioblas (kutub embrional), tampak sel-sel kuboid lapisan


sitotrofoblas mengadakan invasi ke arah lapisan sinsitium, membentuk
sekelompok sel yang dikelilingi sinsitium disebut jonjot-jonjot primer
(primarystem villi). Jonjot ini memanjang sampai bertemu dengan aliran darah
ibu. Pada awal minggu ketiga, mesoderm ekstraembrional somatopleural yang
terdapat dibawah jonjot-jonjot primer (bagian dari selaput korion di daerah
kutub embrional), ikut menginvasi ke dalam jonjot sehingga membentuk jonjot
sekunder (secondarystem villi) yang terdiri dari inti mesoderm dilapisi selapis
sel sitotrofoblas dan sinsitiotrofoblas.

Menjelang akhir minggu ketiga, dengan karakteristik angiogenik yang


dimilikinya, mesoderm dalam jonjot tersebut berdiferensiasi menjadi sel darah
dan pembuluh kapiler, sehingga jonjot yang tadinya hanya selular kemudian
menjadi suatu jaringan vascular (disebut jonjot tersier/tertiarystem villi).

Selom ekstraembrional/rongga korion makin lama makin luas, sehingga


jaringan embrional makin terpisah dari sitotrofoblas/selaput korion, hanya
dihubungkan oleh sedikit jaringan mesoderm yang kemudian menjadi tangkai
penghubung (connecting stalk). Mesoderm connecting stalk yang juga
memiliki kemampuan angiogenik, kemudian akan berkembang menjadi
pembuluh darah dan connecting stalk tersebut akan menjadi tali pusat. Setelah
infiltrasi pembuluh darah trofoblas ke dalam sirkulasi uterus, seiring dengan
perkembangan trofoblas menjadi plasenta dewasa, terbentuklah komponen
sirkulasi utero-plasenta. Melalui pembuluh darah tali pusat, sirkulasi utero-
plasenta dihubungkan dengan sirkulasi janin. Meskipun demikian, darah ibu
dan darah janin tetap tidak bercampur menjadi satu (disebut system
hemochorial), tetap terpisah oleh dinding pembuluh darah janin dan lapisan
korion.
2.5 Macam-macam Plasenta
1. Berdasarkan macam selaput ekstraembrio
• Plasenta korio-vitelin
• Plasenta korio-allantois
2. Berdasarkan penyebaran vilichorio allantois

Gambar 9. Tipe plasenta berdasarkan vili chorio allantois Sumber: (Hill,M.A,


2015)

• Discoid pada manusia, tikus, insektivora, kelinci, tikus.


• Zonari pada anjing, kucing, beruang, dan anjing laut.
• Cotyledenary pada sapi, rusa, kambing, dan jerapah.
• Difuse di kuda, babi, unta, lemur, opossum, kanguru, dan paus
3. Berdasarkan tebal/tipisnya barrier plasenta
• Epitel iokorialis: 6 lapis, contoh kuda, babi
• Epitel induk ↔ epitel fetus (tidak erat/non desidua)
• Sindesmokorialis: 5 lapis, contoh ternak jaringan ikat induk ↔
epitelfetus (semi desidua) pertautan sedikit lebih erat
• Endoteliokorialis: 4 lapis, contoh anjing laut, karnivora. Endothelium
induk ↔ epitel fetus pertautan (cukup) erat (desidua)
• Hemokorialis:3 lapis, contoh manusia, kera, kelinci, tikus, mencit

2.6 Fungsi Plasenta


1. Nutrisi: tempat pertukaran zat dan pengambilan bahan nutrisi untuk
tumbuh kembang janin.
2. Respirasi: memberikan O2 dan mengeluarkan CO2 janin.
3. Ekskresi: mengeluarkan sisa metabolisme janin.
4. Endokrin: sebagai penghasil hormon-hormon kehamilan seperti HCG,
HPL, esterogen, progesterone
5. Imunologi: menyalurkan berbagai komponen antibodi ke janin
6. Farmakologi: menyalurkan obat-obatan yang diperlukan janin, di
berikan melalui ibu
7. Proteksi: barier terhadap infeksi bakteri dan virus, zat toksik

2.7 Sirkulasi Plasenta

Pada sirkulasi plasenta terdapat hubungan antara induk dan fetus, darah
fetus mencapai plasenta melalui dua arteri umbilikalis yang bercabang
diseluruh pelat korion. Cabang-cabang yang lebih kecil dari arteri umbikalis
memasuki vili korionik dan terbagi menjadi jaringan kapiler dicabang terminal
vili korionik. Pada bagian tersebut terjadi pertukaran bahan dengan darah ibu.
Dari dasar kapiler vili, pembuluh darah bergabung menjadicabang vena yang
lebih besar. Selanjutnya zat-zat nutrisi dan oksigen akan diteruskan ke jantung
dan diedarkan keseluruh tubuh. Darah yang miskin oksigen dan zat- zat
ekskresi pada fetus akan diserap arteri umbiklas dan dilepaskan ke pembuluh
vena yang terletak di lempeng desidua (maternal) plasenta. Pada bagian vili,
kapiler janin yang terletak disebelah permukaan trofoblas berfungsi untuk
memudahkan pertukaran antara darah janin dan darah maternal (Carlson,B.M.,
2014).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Implantasi merupakan peristiwa masukknya atau tertanamnya hasil
konsepsi ke dalam endometrium. Implantasi dimulai ketika blastokista
dating dan melakukan kontak dengan dinding. Rahim dengan cara
melakukan penyingkiran zona pellusida “menetas” agar embrio dapat
keluar. Lamanya embrio berada di dalam tuba dan tahapan embrio pada
saat memasuki uterus berbeda-beda tergantung jenis hewan. Berdasarkan
perlekatannya implantasi dibagi menjadi dua bagian yaitu impalntasi
invasive dan non-invasive. Keberhasilan implantasi dipengaruhi oleh
sinkronisasi antara kesiapan endometrium induk dengan tahapan embrio
yang sedang berkembang.
Masa plasentasi merupakan masa yang penting dari proses kehamilan.
Pembentukan plasenta diawali dengan implantasi oleh konseptus. Jaringan
endometrium yang tertanami embrio akan berkembang dalam pembentukan
plasenta. Plasenta sebagai jalan dari pertukaran nutrien dan zat
metabolisme antara fetus dan ibu. Peran plasenta sangat diperlukan untuk
penyokong kehidupan fetus.
Pada manusia plasenta chorioallantoic terbentuk pada 3-4 minggu
kehamilan. Sampai saat ini, diyakini bahwa sirkulasi darah ibu dalam
plasenta dibentuk pada waktu yang sama dan aliran darah tidak
berkembang sampai 10-12 minggu.
3.2 Saran
Pada penulisan makalah ini masih belum sempurna, penulis masih
kekurangan sumber untuk menyajikan materi. Jadi diharapkan pembaca
dapat mencari sumber referensi lain untuk lebih memahami materi yang
telah dibaca. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini. 2014. “Perkembangan embrio”.


(http://blog.uinmalang.ac.id/bettie/2011/03/10/perkembangan-embrio/).
Diakses tanggal 28 September 2014.

Campbell, Neil A. 2004. Biology edisi ke-5 jilid 3 Alih Bahasa Prof.Dr.Ir.
Wasmen Manalu. Jakarta: Erlangga.

Gilbert, S.F. 2018. Developmental Biology. Ed. 10, Sunderland: Sinauer.

Majumdar, N.N. 1985. Textbook of Vertebrates Embryology. Ed. 5. New Delhi:


Tata McGraw Hill Moore, Keith L. 1988. The Developing Human.
Philadelpia : W.B Saunders Company.

Ramadhy, Asep S. 2011. Biologi Reproduksi. Bandung: PT. Refika Aditama


Setyawan, Kharis. 2012. “Implantasi / Nidasi dan Plasentasi”.
(http://gothid.blogspot.com/2012/04/implantasi-nidasi-dan-plasentasi.html).
Diakses tanggal 28 September 2014.

Carlson, M., B. 1988. Patten’ds Foundation of Embriology Ed. 5. New York:


McGraw Hill

Anda mungkin juga menyukai