Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN.

1.1 Latar Belakang


Pada suatu pesawat terbang, keamanan dan keselamatan,
merupakan faktor utama dalam pengoperasian pesawat terbang, pesawat
terbang didesain secara cermat dan dengan mempertimbangkan faktor
keamanan dan keselamatan tanpa mengesampingkan segi efisiensi dan
kenyamanan dari penumpang. CASR (Civil Aviation Safety Regulation)
merupakan peraturan-peraturan keselamatan penerbangan sipil di
Indonesia yang mengatur regulasi tentang pekerjaan perancangan,
pembuatan, pengoperasian dari pesawat terbang dan perlengkapan-
perlengkapan pendukungnya, perawatan, serta batasan-batasan
operasional lainnya sehingga suatu pesawat terbang harus diperhatikan
dengan tingkat keamanan, keselamatan, dan kenyamanan yang sangat
tinggi dan juga ketat. Jauh lebih ketat dari pada sarana umum lainnya.
Semua pesawat yang masih beroperasi pasti memiliki preventive
meskipun sudah mempunyai dan menjalalani jadwal untuk perawatan.
Pencegahan yang terjadi dipesawat biasanya bermacam-macam
contohnya seperti pencegahan microbial pada fuel tank pesawat terbang.
Biasanya microbial ini terjadi karena jarangnya membersihkan fuel tank
untuk memilihkannya supaya dapat memiliki kondisi seperti semula maka
diperlukan perawatan dan pembersihan fuel tank sesuai prosedur yang
berlaku.
Dalam perawatan pesawat terbang terbagi menjadi 4 bagian yaitu, A
check, B check, C check dan D check. A check yaitu pemeriksaan yang
dilakukan setiap 400-600 jam terbang atau 200-300 pergerakan lepas
landas dan juga mendarat dari pesawat terbang (satu kali pergerakan lepas
dan mendarat dianggap satu pergerakan pesawat terbang) yang tergantung
dari jenis pesawatnya. Pemeriksaan A check ini di waktukan sekitar 150-
180 jam kerja, umumnya pemeriksaan ini dilakukan dihangar membutuhkan
waktu sekitar 10 jam. Dalam pelaksanaan sebenarnya perawatan ini

1
bergantung pada jenis pesawat, jumlah pergerakkan, dan jumlah jam
terbang dari pesawat setelah pemeriksaan terakhir. Pemeriksaan pesawat
terbang dapat ditunda oleh pihak maskapai apabila dari beberapa kondisi-
kondisi yang telah dicek dan ditentukan sebelumnya dapat terpenuhi. B
check yaitu pemeriksaan yang dilakukan dalam waktu 6-8 bulan sekali.
Pemeriksaan ini membutuhkan 160-180 jam kerja. Tergantung pada jenis
pesawat terbang itu sendiri, dan umumnya dapat selesai dalam waktu 1-3
hari di hanggar. Pemberlakukan jadwal yang sama bisa dilakukan terhadap
A check dan B check. C check yaitu pemeriksaan yang dilakukan dalam
waktu 20-24 bulan sekali atau terkait pada jumlah jam terbang tertentu
seperti yang telah ditetapkan oleh perusahaan pembuat pesawat.
Pemeriksaan perawatan C check ini jauh lebih luas cangkupannya
dibandingkan B check, sehingga mengharuskan sebagian besar dari
komponen pesawat terbang tersebut untuk diperiksa. Pemeriksaan C check
ini membuat pesawat tidak diperbolehkan terbang sampai perawatan
selesai. D check yaitu pemeriksaan yang paling luas dan paling berat bagi
sebuah pesawat. Pemeriksaan D check ini dilakukan setiap enam tahun
sekali. Pemeriksaan ini membutuhkan hampir semua bagian dari pesawat
dibongkar untuk diinspeksi dan diteliti.

1.2 Perumusan Masalah


Permasalahan yang diangkat dalam studi literatur Tugas Akhir ini
sebagai berikut :
1. Penyebab terjadinya mikroba pada fuel tank ?
2. Akibat terjadinya mikroba pada fuel tank ?
3. Bagaimana cara inspeksi/ membersihkannya ?

1.3 Batasan Masalah


Pada penyusunan tugas akhir ini hanya membatasi studi literatur fuel
tank microbial growth removal/cleaning pada Boeing 737-300.
Pembahasan tentang bagaimana cara untuk membersihkan mikroba yang
ada didalam fuel tank.

2
1.4 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan batasan masalah yang ada di atas, maka penulisan ini
bertujuan untuk :
1. Mengetahui penyebab terjadinya mikroba pada fuel tank ?
2. Mengetahui akibat terjadinya mikroba pada fuel tank ?
3. Mengetahui cara membersihkan mikroba ?

1.5 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan dari tugas akhir ini disusun dalam beberapa
bab dengan urutan adalah sebagai berikut :.

BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai latar belakang penulisan,
perumusan dari masalah, batasan masalah, tujuan dari penulisan, dan
sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI


Bab ini berisikan tentang teori-teori tentang perawatan pesawat terbang,
fuel tank , corrosion, microbial growth

BAB III RENCANA KERJA


Bab ini berisi sekumpulan kegiatan dan prosedur yang digunakan oleh
pelaku disiplin ilmu.

BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini membahas penyebab terjadinya microbial growth pada fuel tank,
dampak yang ditimbulkan akibat terjadinya microbial growth dan cara
pembersihan fuel tank microbial growth.

BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dan saran
yang nantinya dapat diambil sebagai bahan perbaikan untuk kedepannya.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Perawatan Pesawat Terbang


Suatu pesawat terbang selama beroperasi memiliki jadwal untuk
melakukan perawatan. Perawatan tersebut harus dilakukan karena pada
setiap komponen tersebut mempunyai batas waktu usia yang tertentu
sehingga komponen harus diganti apabila waktu usianya sudah maksimum.
Dan komponen tersebut juga harus diperbaiki apabila telah ditemukan
kerusakan. Secara umum, program perawatan di bagi dua, yaitu perawatan
preventive dan korektif. Perawatan preventive yaitu perawatan yang
sifatnya mencegah terjadinya kerusakan atau kegagalan dari komponen
tersebut sebelum komponen tersebut gagal atau rusak. Dan perawatan
korektif, yaitu perawatan yang sifatnya memperbaiki komponen tersebut
yang telah mengalami kerusakan agar tidak rusak atau kembali ke dalam
kondisi awal.
Perawatan preventive terdapat 2 jenis yaitu :
 Perawatan periodik (hard time), adalah perawatan yang dilakukan karena
batas waktu umur maksimum dari suatu komponen pesawat. Atau
perawatan ini juga bisa merupakan perawatan pencegahan terhadap
komponen tersebut dengan cara mengganti komponen-komponen pesawat
tersebut meskipun belum mengalami kerusakan.
 Perawatan on-condition, adalah perawatan yang dilakukan saat setelah
melakukan inspeksi untuk dapat menentukan kondisi dari suatu komponen
pesawat tersebut. Setelah itu, dapat menentukan hal-hal apa saja yang
harus dilaksanakan berdasarkan atas hasil inspeksi tersebut. Jika terdapat
mengalami gejala-gejala kerusakan, komponen tersebut yang mengalami
gejala kerusakan dapat diganti apabila ada alasan teknik dan ekonomisnya
dapat memenuhi.
Perawatan korektif (condition monitoring) adalah perawatan yang dilakukan
apabila setelah ditemukannya kerusakan pada komponen-komponen
tersebut, dengan cara memperbaiki pada komponen tersebut yang

4
mengalami kerusakan. Dan jika cara perbaikan ini tidak dapat dilakukan
atau dilaksanakan dengan alasan secara teknik maupun alasan secara
ekonomis, maka harus dilakukannya penggantian pada komponen
tersebut.

2.1.1 Interval Perawatan Pesawat.


Perawatan pesawat terbang dikelompokkan berdasarkan oleh
interval yang sesuai dengan prosedur kerja (clustering). Pengelompokkan
ini dilakukan bertujuan agar tugas dari perawatan pesawat terbang ini lebih
mudah, lebih efektif dan juga lebih efisien. Interval yang dijadikan sebagai
pedoman atau petunjuk untuk melaksanakan beberapa perawatan tersebut,
yaitu:
 Flight hours
Yaitu interval inspeksi yang berdasarkan dari jumlah jam selama pesawat
terbang beroperasi.
 Flight Cylce
Yaitu interval inspeksi yang berdasarkan pada jumlah takeoff dan landing
suatu pesawat terbang. Perhitungan satu kali takeoff dan landing suatu
pesawat terbang dihitung dengan satu cycle.
 Calendar time
Yaitu inteval inspeksi yang dapat dilakukan sesuai pada jadwal tertentu
pada perawatan pesawat terbang.
Dari jumlah perawatan ataupun inspeksi yang dilaksanakan, perawatan
dapat dibagi 2, yaitu : Minor maintenance, seperti transit check, daily check,
dan weekly check, serta before departure check. sedangkan heavy
maintenance melaksanakan seperti A check dan C check.

2.1.2 Dokumen Perawatan Pesawat


Dalam perawatan pesawat terbang. Seorang aircraft maintenance
engineer harus menggunakan dokumen perawatan yang sesuai dengan
perawatan tersebut. Ada beberapa dokumen yang digunakan dalam proses

5
proses perawatan pesawat terbang. Dokumen perawatan dari manufacture
terdapat 2 macam :
1. Customized dokumen, yaitu dokumen yang memiliki sifat efektivitas tertentu
berdasarkan register pesawat. Dokumen ini dapat disesuaikan dengan
konfigurasi dari pesawat terbang yang dimaksud. Sehingga masing-masing
pesawat terbang akan mempunyai dokumen berbeda-beda. Yang termasuk
dokumen customized : AMM, IPC, WDM.
2. Non customized dokumen, yaitu dokumen yang mempunyai efektivitas
yang bersifat umum. Untuk pesawat dengan satu tipe biasanya akan
memiliki dokumen yang sama. Contoh dari dokumen ini adalah Structural
Repair Manual (SRM) dan Standart Wiring Practise Manual (SWPM).

2.2 Fuel Tank


Berfungsi sebagai penyimpanan fuel yang digunakan untuk
beroperasinya engine dari pesawat terbang, kontruksi fuel tank dari
pesawat terbang terbuat dari bahan campuran aluminium (alloy), karet
sintetis yang tahan bakar, dan dari bahan-bahan komposit serta dari bahan
baja yang tahan karat atau stainless stell.

2.3 Jenis Fuel Tank

Gambar 2.3 Jenis fuel tank [5]

6
 Integral Tank : tank yang merupakan bagian yang integral atau
menjadi satu bagian dengan struktur dasar dari pesawat terbang.
Bagian-bagian struktur meliputi wing skin, ribs, stingers sehingga
membentuk tank. Guna mencegah kebocoran di gunakan bahan
sealing, yang terbuat dari karet sintetis. Dalam integral tank terdiri
dari :
a. Tank no 1 (kiri) yang berkapasitas 1499 U.S Gallons/5674
Liters. Suatu wadah tempat bahan bakar yang memisahkan
dengan tank yang no 2 (kanan)
b. Tank no 2 (kanan) yang berkapasitas 1499 U.S Gallons/5674
Liters. Suatu wadah tempat bahan bakar yang memisahkan
dengan tank yang no 1 (kiri)
c. Center tank yang berkapasitas 2313 U.S Gallons/8756 Liters.
Suatu wadah untuk menyimpan fuel atau juga di sebut tempat
transfer fuel dari kiri ke kanan.
 Surge Tank : tank yang biasanya terdapat pada pesawat terbang
dengan kontruksi yang mirip seperti tank dengan jenis integral.
Surge tank sebenarnya tidak diisi fuel secara lansgung, tetapi hanya
digunakan untuk tempat menampung kelebihan maupun tumpahan
dari fuel saat pengisian fuel.

2.4 Preventive pada fuel tank


Pencegahan merupakan salah satu darti faktor terpenting dalam
mendukung suatu keselamatan penerbangan yang harus didukung oleh
peralatan-peralatan yang dapat bekerja setiap waktu dan juga handal.
Untuk mencapai dalam hal tersebut maka peralatan penunjang
keselamatan tersebut harus selalu dilakukannya perawatan yang sangat
teratur dan terencana secara skematik sesuai program didalam suatu
perusahaan. Perawatan adalah suatu kegiatan kombinasi dari berbagai
tindakan-tindakan yang dilakukannya untuk menjaga suatu komponen, dan
memperbaiki komponen tersebut sampai pada kondisi yang diizinkan.

7
2.5 Corrosion
Corrosion adalah perusakan suatu bahan logam yang disebabkan
adanya interaksi (reaksi kimia) antara logam dengan macam-macam zat
lingkungan sekitarnya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak
diinginkan. corrosion disebut juga sebagai perkaratan, sebagai contoh
corrosion yang sering terjadi adalah korosi pada besi.
corrosion timbul akibat struktur yang terkontaminasi oleh tumpahan
bahan kimia/cairan yang tidak diduga. Mengenai bagian dari besi yang
mana yang bertindak sebagai anode dan bagian dari besi yang mana yang
bertindak yang sebagai katode tergantung daripada berbagai faktor, misal
zat-zat pengotor.
Proses terjadinya dari korosi itu sendiri dapat diperlambat atau
dicegah dengan cara memperhatikan dari hal-hal yang menyebabkan
terjadinya korosi itu sendiri, terutama dari pabrik pembuat pesawat itu
sendiri mulai dari desain awal pesawat terbang tersebut dan juga dari
proses perakitan pesawat terbang tersebut.
Kecepatan dari korosi sangat tergantung pada banyaknya faktor-
faktor. Faktor-faktor yang sangat berpengaruh, yaitu: kelembaban udara,
elektrolit, zat terlarut yang membentuk asam ,adanya oksigen (O2), lapisan
pada permukaan, dan letak logam pada deret potensial yang reduksi.
Pencegahan korosi/penghambatan terhadap serangan korosi dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Pengecatan
2. Dilapisi logam yang lebih mulia.
3. Melapisi logam yang mudah teroksidasi.
4. Dicampur dengan logam lain.

8
2.5.1 Type Of Corrosion
Type corrosion diklasifikasikan secara umum ada 2, yaitu:

1. Direct Chemical Attack


Direct chemical attack atau pure corrosion adalah corrosion yang
diakibatkan dari berbagai zat bisa dari faktor lingkungan zat yang
bersentuhan atau bersinggungan langsung dengan permukaan logam dan
dapat bereaksi secara kimia. Untuk dipesawat terbang yang sering terjadi
yaitu proses corrosion secara Direct Chemical Attack, yaitu : tumpahan
jamur-jamur dari battery yang terpapar terhadap logam disekitarnya, sisa
atau endapan dari kotoran yang berupa cairan yang tidak langsung segera
dibersihkan, lingkungan atau daerah saat pengelasan atau pensolderan
yang tidak dibersihkan secara teliliti terhadap fluks-nya. Solusi untuk
pemilihan battery itu sendiri yaitu dengan cara memilih battery yang
memiliki seal baik, pole battery yang mengandung nickel-cadmium.
2. Electrochemical Attack
Electrochemical attack yaitu corrosion yang bereaksi karena adanya
media atau permukaan (Corrosive Agent) yang dapat menghantarkan
proses terjadinya suatu elektrokimia. Yaitu : cairan atau gas yang dapat
menghantarkan elektron dari proses oksidasi terhadap suatu logam dan
perbedaan dari potensial antara dua logam yang dapat mengakibatkan
terjadi proses elektrokimia. (Contoh : besi disimpan dengan logam lain).

2.5.2 Bentuk/jenis Corrosion


A. Integranullar Corrosion
Integranullar corrosion terjadi pada sepanjangan batas dari grain
perpaduan logam dikarenakan terdapatnya lack (ketidak homogen-an yang
terjadi pada proses produksi). Bahan yang terkena integranullar corrosion
yaitu Alluminium dan dari beberapa tipe stainless. Tipe corrosion ini terjadi
didalam logam dan tidak akan terdeteksi hanya permukaan logam.

9
B. Stress Corrosion
Stress corrosion merupakan bentuk corrosion interganular yang
berasal dari suatu tegangan yang bekerja secara terus-menerus pada suatu
struktur di lingkungan yang bersifat korosif. Proses terjadinya stress
corrosion dapat terjadi dalam waktu beberapa menit apabila berada pada
lingkungan yang dapat bersifat korosif dan dapat terjadi dalam waktu
beberapa tahun setelah penggunaan.

Gambar 2.5.2 Cracking (Type pada Stress Corrosion)[10]

C. Fretting Corrosion
Fretting corrosion merupakan korosi yang di akibatkan oleh dua
permukaan yang bergerak dan terjadi gesekan antar permukaan suatu
bahan yang mengakibatkan gugusan. Gugusan–gugusan ini jika didalam
lingkungan yang bersifat korosif, maka akan terjadi corrosion yang biasanya
membentuk lobang-lobang kecil atau bisa disebut pitting. Corrosion ini
umumnya terjadi dengan cara menyerang secara terpusat pada permukaan
logam dengan merusak perlindungan permukaan, sehingga permukaan
dari logam tersebut menjadi tidak simetris atau tidak beraturan.

10
Gambar 2.5.2 Fretting Corrosion[10]

D. Biological corrosion
Biological corrosion merupakan jenis korosi yang disebabkan oleh
kumpulan mikrooganisme seperti bakteri, jamur yang terdapat pada cairan
yang terkontaminasi. Korosi ini terjadi pada cuaca yang lembab dan panas.
Mikroorganisme atau jamur itu sendiri menghasilkan interaksi elektrokimia
yang berhubungan langsung dengan kelembaban.

Gambar 2.5.2 Biological Corrosion[10]

11
E. Filiform Corrosion
Proses Filiform Corrosion merupakan korosi yang terjadi di bawah lapisan
cat. Korosi ini di awali dengan adanya pemanasan osmotis (Osmotic
Blistering) yang berakibat pada terjadinya kontaminan di bawah pelindung
cat yang rusak oleh air yang meresap melalui cat. Akibat adanya tekanan
osmosis yang besar menyebabkan air di tarik melewati pelindung cat dan
terbentuklah blister (cat yang melepuh). Blister biasanya terjadii pada tepi
goresan, dan retak pada pelindung cat. Kemudian jumlah air bertambah dan
terjadi korosi akibat kurangnya kebutuhan oksigen pada cat. Daerah
dimana terjadi kekurangan oksigen menjadi anode dan menjadi awal
pertumbuhan filiform corrosion.

Gambar 2.5.2 Filiform Corrosion[10]

F. Crevice corrosion
Crevice corrosion adalah bentuk korosi yang terjadi apabila larutan
elektrolit masuk ke dalam celah atau ruang logam yang sempit dan
terbatas.

12
Gambar 2.5.2 Crevice corrosion[10]

2.6 Microbial growth


Microbial growth adalah Pertumbuhan mikrobiologis dalam fuel tank
yang dapat menyebabkan kerusakan korosi yang signifikan pada struktur
pesawat. fuel menjadi sasaran serangan bakteri dan jamur ini tidak hanya
tumbuh dalam jumlah kecil air yang ada di sistem bahan bakar itu sendiri
mikroba dapat hidup selama berbulan-bulan. dan pada dasarnya dan
adanya air yang dibuat untuk populasi yang meningkat pesat
mikroorganisme ini akan memakan lapisan batas yang ada di antara air
dalam bahan bakar karena air lebih berat daripada bahan bakar itu akhirnya
akan bermigrasi ke bagian bawah tangki bahan bakar , mikroba akan mulai
menggerogoti lapisan tank. pertumbuhan yang terjadi karena ada
pergabungan 2 unsur mikroba yang menyebabkan tumbuhnya
jamur/bakteri timbul. Pertumbuhan mikroba terjadi ketika air berada di tank
penyimpanan dan suhu bahan bakar adalah antara 10 0C sampai dengan
400C, karena kontaminasi air dalam bahan bakar pesawat terbang di
ketinggian yang sangat tinggi, di mana suhu, sekitar bisa mencapai -6 ° C,
air dapat membeku yang menyebabkan penyumbatan di saluran bahan
bakar, filter, pompa pendorong, dll., Dan mengarah ke pengurangan dorong
engine dan atau engine mati. Kontaminasi mikrobiologis bahan bakar,
karena pertumbuhan mikroba dalam bahan bakar, dapat menyebabkan
korosi struktur fuel tank, dan pada gilirannya, menyebabkan kebocoran
bahan bakar. Selain itu, mikroorganisme biologis dalam bahan bakar, dapat

13
menyebabkan masalah teknis lainnya seperti menyebabkan kerusakan
kuantitas bahan bakar, dan penyumbatan filter bahan bakar. Karena itu,
penting untuk menghilangkan atau mengurangi keberadaan air dan
pertumbuhan mikroba di dalam bahan bakar.

Gambar 2.6 microbial growth

14
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Prosedur penelitian


Dalam penelitian ini, dilakukan metodelogi seperti pada diagram alir
yang tersaji sebagai berikut:

Start

Penentuan Topik Penelitian

Membaca Literatur Diskusi dengan


Terkait
pembimbing

Membuat Rencana
Kerja

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

Re-Check Data

Apakah Data Studi


yang dihasilkan Sesuai
Dengan Data Real ? Tidak

Membuat Laporan Kerja

Selesai

Gambar 3.1 Blog Diagram Metodelogi Kerja

15
3.2 Penentuan Topik Tugas Akhir
Setelah dilakukan studi pustaka, membaca beberapa referensi
literature, dan diskusi yang di lakukan dengan dosen pembimbing maka
penulis mengambil topik penelitian berkaitan dengan studi literatur Fuel
Tank Microbial Growth Removal/Cleaning pada Boeing 737-300.

3.3 Membaca Literatur Terkait


Adapun untuk menunjang penulisan dari tugas akhir ini sebelum
melakukan penulisan tugas akhir dilakukan proses membaca literature
terkait. Pada tahap ini literature yang di baca sebagai berikut:
1. Aircraft Maintenance Manual Boeing 737-300 Chapter 28
2. Training Manual Boeing 737-300 ATA Chapter 28

3.4 Diskusi Dengan Pembimbing


Bersama dengan membaca literature terkait, dilakukan diskusi
dengan dosen pembimbing untuk membuat proposal tugas akhir yang akan
di ajukan ke jurusan Teknik Aeronautika Fakultas Teknologi Kedirgantaraan
Universitas Marsekal Suryadarma. Setelah proposal tersebut di setujui
maka dimulai membuat rencana kerja yang mana di cantumkan kegiatan
diskusi dengan pembimbing.

3.5 Membuat Rencana Kerja


Jadwal penelitian untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini, telah disiapkan
rencana kerja. Diharapkan agar kerja penelitian dalam menyelesaikan
Tugas Akhir dapat selesai dengan tepat waktu.

3.6 Pengumpulan Data Penunjang


Pada penelitian ini penulis akan melakukan pengumpulan data
penunjang terkait dengan Studi literatur fuel tank microbial growth
removal/cleaning pada boeing 737-300.

16
3.7 Pengolahan Data
Setelah dilakukan pengumpulan data-data terkait Studi literatur fuel
tank microbial growth removal/cleaning pada boeing 737-300, penulis
melakukan pengolahan data untuk membuat studi literature.

3.8 Membuat Laporan Kerja


Setelah dilakukan pengolahan data serta analisis terkait Studi literatur
fuel tank microbial growth removal/cleaning pada Boeing 737-300, penulis
merangkum hasil penelitian dengan membuat studi literature berupa
pembahasan secara rinci terhadap hasil analisis yang telah penulis
lakukan.

17
BAB IV
PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Penyebab terjadinya Microbial growth


Kandungan uap air di dalam fuel tank dapat menyebabkan adanya
pertumbuhan bakteri dan jamur. Microbial growth terjadi ketika air berada
di fuel tank dan suhu antara fuel 100c sampai dengan 400c. air yang berada
di dalam fuel tank terbentuk karena adanya udara yang masuk ke dalam
fuel tank melalui vent ketika quantity fuel berkurang karena proses
pembakaran, Kondensasi uap air di dalam fuel tank mengakibatkan kondisi
pertumbuhan mikroba di antarmuka fuel dan air di dekat bagian bawah tank.
Karena pesawat terbang diketinggian diatas 15.000ft , Terdapat sebuah alat
yang bernama heated filter yang dipasang pada fuel tank berfungsi untuk
mencegah uap air membeku ketika udara diluar pesawat berada di suhu -
15 derajat celcius(20.000ft) dan kembali ke suhu normal ketika pesawat
mengudara di ketinggian rendah.jika tidak ada alat ini,dikhawatirkan uap air
yang membeku akan menghambat aliran fuel menuju engine.

.
Gambar 4.1 vent surge tank[6]

18
Pertumbuhan mikroba menghasilkan apa yang tampak sebagai
bakteri, bahkan menyamakannya dengan chocolate mousse. Spora bakteri
dan jamur yang biasa ditemukan di tanah dapat memasuki tangki bahan
bakar melalui ventilasi di tangki penyimpanan atau melalui kontaminasi
selama pengisian. Dalam kondisi yang parah, lumpur menumpuk di bagian
bawah storage tank. Fungus dan microba akan menempel di dalam fuel
tank structure pada area dimana water tertampung di dalam fuel tank,
normalnya terjadi pada bagian bawah permukaan dari tank, di dalam fuel
tank yang basah fungus berwarna hitam, halus bercampur dengan material
apabila di dalam tank yang kering maka fungus akan berubah menjadi
warna coklat muda.

Gambar 4.1 microbial growth pada storage tank

4.2 Akibat terjadinya Microbial Growth


Microbial growth adalah salah satu penyebab kontaminasi pada fuel
yang terjadi di fuel tank pesawat. Yang salah satunya mempunyai dampak
besar terhadap performa pesawat tersebut. Microbial dapat menyebabkan
corrosion pada fuel tank yang dapat mengakibatkan tersumbatnya filter fuel
pada fuel tank, dan dapat menyebabkan terkikisnya lapisan fuel tank karena
corrosion tersebut. Pertumbuhan mikroba juga dapat mengarah pada
penurunan kualitas bahan bakar,dan konsumsi dari bahan bakar yang lebih

19
tinggi. Sehingga mempunyai dampak yang besar pada kinerja engine
apabila terjadi corrosion pada fuel tank. Corrosion tersebut termasuk dalam
jenis biological corrosion.

Gambar 4.2 Corrosion fuel tank

4.3 Cara Pembersihan mikroba


Kegiatan rutin kerja yang dilakukan adalah pengerjaan perawatan
pesawat. Pekerjaan tersebut tidak dilaksanakan secara bersama akan
tetapi mengikuti jadwal yang sudah direncanakan. Kegiatan-kegiatan
seperti penggantian komponen, perbaikan komponen, pemeriksaan
komponen, refueling, cleaning pesawat, hingga pemasangan komponen
kembali secara terorganisir/bertahap. Proses cleaning mikroba pada fuel
tank berawal dari inspeksi keseluruhan kandungan fuel pada pesawat
Boeing 737-300. Setelah ditemukan nya fuel sudah tercampur dengan air
dan memeriksa bagian fuel yang terindikasi ada nya kandungan air pada
fuel tank kemudian melihat referensi dari maintenance manual pesawat
yang membahas fuel tank growth removal/cleaning.

20
4.4 Pelaksanaan
Pada pelaksanaan ini akan menjelaskan mengenai point utama
yang dilakukan dalam cleaning fuel tank dan juga perawatannya

4.4.1 Pembersihan manual pertumbuhan mikroba


- Pembersihan manual pertumbuhan mikroba tersebut dilakukan
apabila fuel yang terkontaminasi sedikit/kecil. Dan pembersihan nya
tidak terlalu memerlukan banyak komponen. Dan masih bisa
dibersihkan dengan wire dan cotton wiper. Dan tidak perlu banyak
memerlukan banyak mekanik.
 Prosedur fuel tank microbial growth removal/cleaning Boeing 737-
300 secara manual
Penjabaran mengenai microbial growth removal/clening Boeing
737-300 secara manual akan di uraikan sebagai berikut :
1. Ada dua metode untuk menghilangkan pertumbuhan mikroba. Jika
pemeriksaan tanki bahan bakar menunjukkan bahwa daerah yang
terkontaminasi itu kecil, bisa dilakukan secara manual.
2. Persiapan untuk membersihkan mikroba dalam skala kecil.
(a) Harus melaksanakan deteksi test mikroba
 Gunakan kit pendeteksi mikroba atau uji standar laboratorium
untuk memeriksa sampel bahan bakar yang diambil dari
masing-masing fuel tank. Hasil positif untuk kontaminasi
mikroba memerlukan tindakan yang mungkin dilakukan
termasuk, perawatan biocide.
 Semua instruksi yang disertakan dengan kit deteksi harus
diikuti dengan seksama, alat ini penting untuk menunjukkan
adanya kontaminasi mikroba terhadap fuel tank.
(b) Persiapan masuk ke dalam tank.
 Pastikan ada udara mengalir di dalam fuel tank, di tempat
yang akan dibersihkan
(c) Pastikan ada aliran udara di tank agar mencegah berkembang
nya isopropyl alkohol karena alcohol tersebut mudah terbakar
dan hancur.

21
4. Gunakan baju protective untuk mencegah kontak dengan mikroba
a. Tidak boleh ada kantong, karena apabila ada kantong
mikroba tersebut bisa masuk ke dalam kantong baju
protective tersebut
b. Mask
c. gloves
d. gogles
e. boots
5. Membersihkan timbul nya mikroba secara manual
a. Masuk ke dalam tank
b. Laksanakan step-step berikut
 Gunakan sikat fiber untuk membersihkan yang sudah
terkontaminasi
 Membersihkan dengan alcohol,dengan memakai cotton
wiper
 Gunakan seminimal mungkin alcohol tersebut, tidak boleh
berlebihan karena kandungan alcohol itu sangat tidak baik
untuk pernapasan manusia.
 Setelah diberi alcohol, lalu dibersihkan dengan cotton wiper
untuk membersihkan kontaminasi mikroba.
 letakkan cotton wiper yang sudah digunakan ke dalam
plastic bag untuk mengurangi campuran udara didalam
tank.
 Gunakan air hose atau wire untuk memastikan bahwa
lubang-lubang tersebut tidak tersumbat.
 Gunakan tekanan udara maksimal 90 psi untuk
membersihkan bahan apapun yang mengandung kadar air
dan fuel scavange pumps.
6. Melaksanakan pengecekan secara visual pada struktur tank untuk
mengetahui terjadinya korosi

22
7. Kembalikan kondisi pesawat seperti semula
(a) Pasang semua panel struktur yang telah di lepas
(b) Keluar dari tank dan tutup tank
(c) Dan laksanakan treatment fuel tank kontaminasi.

Gambar 4.4.1 Prosedur Cleaning Mikroba secara manual [9]

23
4.4.2 Pembersihan menggunakan Pressure Washer
- Pembersihan dengan menggunakan pressure washer tersebut apabila
fuel warna nya sudah agak sedikit hitam. Jika terlalu lama dibiarkan
akan terjadi banyak fungus di dalam tank tersebut. Dan pembersihan
nya pun harus memakai tekanan air panas. Dan tidak bisa memakai
wire lagi untuk membersihkan. Selanjutnya harus memakai alat dan
bahan lebih untuk melakukan preventive tersebut. Setelah
pembersihan harus di beri tekanan nitrogen agar cepat kering di
dalam fuel tank tersebut

 Prosedur fuel tank microbial growth removal/cleaning Boeing 737-


300 dengan memakai pressure washer/skala besar
Penjabaran mengenai microbial growth removal/cleaning Boeing
737-300 secara manual akan diuraikan sebagai berikut :
1. Orang yang ingin masuk ke dalam fuel tank harus memiliki barang-
barang tersebut.
 Heat protective gloves
 Water-proof outer gloves
 Water-proof coat and pants
 Water-proof and heat protective hood
 A full face mask
 Protective gear to protect against breathing or touching
microbial growth
 Air panas yang sudah diatur max 140 F dan tekanan max
100 psi
2. Orang yang ingin masuk ke dalam tank harus mengetahui tanda-
tanda apabila suhu di dalam tank sudah terlampau panas.
3. Pastikan ada udara mengalir di dalam fuel tank, ditempat yang
akan dibersihkan
4. Lakukan teknik pressure washer dengan baik.
 Gunakan semprotan max 100 psi di permukaan tank
 Menjaga waktu penyemprotan seminimal mungkin

24
 Pindahkan semprotan anda pada area sekitar 6 inch per
detik
 Lebih baik membersihkan disela-sela tempat dari pada
membersihkan hanya satu arah
 Jangan semprot pada lokasi ujung seal compound
 Jika memberi tekanan panas untuk waktu yang lama bisa
merusak seal
5. Persiapkan air panas untuk mencuci tank
 Persiapan untuk masuk ke tank
 Lepaskan pintu akses yang berada di area fuel tank
 Lepaskan fuel tank yang diperlukan dengan tujuan
mendapatkan akses ke daerah itu.
 Pasang perlengkapan pelindung untuk mencegah kontak
dengan pertumbuhan mikroba. Diantara lain :
- Respirator
- Fuel resistant gloves
- Saranex coveralls
- Neoprene boots
 Lepaskan komponen tank yang harus dibersihkan
- Sump drain valve
- FQIS tank units and compensators
- Fuel scavenge jet pump
- Water scavenge ejector pump
 Meletakkan penutup, pelindung fuel system, dan ambil lagi
penutup pelindung nya sebelum penerbangan.
 Bersihkan unit-unit tank

25
 Persiapan mencuci tank dengan pressure washer
- Respirator
- Heat protective gloves
- Water-proof outer gloves
- Water-proof and heat protective hood
- A full face mask
6. Langkah-langkah pembersihan fuel tank menggunakan pressure
washer
- Pertama mulai dari luar tank
- Tahan nozzle dijarak 6-10 (150-250mm) inch dari
permukaan tank
- Posisi nozzle 45% dari permukaan tank
- Arahkan nozzle ke arah akses drain valve
- Selanjutnya membersihkan drain valve yang setelah dibuka
tadi
- Hanya dengan memakai metode semprot bisa
membersihkan pertumbuhan mikroba
- Gunakan semprotan pendek, tidak boleh sembarangan
semprot
- Apabila ada peringatan bau yang aneh dari dalam tank,
harus segera keluar
- Dan lengkap cara membersihkan dengan menggunakan
pressure washer
7. Sesudah membersihkan fuel tank, ikuti langkah-langkah ini
- Gunakan air hose dengan nozzle maximal 90 psi untuk
membersihkan air yang berada di dalam
- Jangan sampai tersisa air didalam fuel tank, apabila masih
ada air di dalam, fuel tersebut langsung terkontaminasi
langsung.

26
Gambar 4.4.2 Prosedur fuel tank microbial growth removal/cleaning
dengan memakai pressure washer/skala besar [10]

27
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari studi literatur fuel tank microbial
growth removal/cleaning pada Boeing 737-300 adalah sebagai berikut :
1. Penyebab terjadinya fuel tank microbial growth karena disebabkan
oleh proses kondesasi uap air ketika pesawat berada diketinggian.
Dan air yang berada di fuel tank terbentuk karena adanya udara yang
masuk melalui vent ketika quantity fuel berkurang.
2. Dampak/akibat terjadinya fuel tank microbial growth, yaitu dapat
mengakibatkan tersumbatnya filter fuel pada fuel tank, dan dapat
menyebabkan terkikisnya lapisan fuel tank karena corrosion
tersebut. Dan dapat mengarah pada penurunan kualitas bahan
bakar.
3. Cara pembersihan/pencegahan terhadap fuel tank microbial growth,
yaitu pada saat kembali ke base maintenance dilakukan drain fuel
untuk mencegah adanya kadar air pada fuel.

5.2. Saran
Berdasarkan proses pengkajian tugas akhir ini, bagi peneliti
selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan sumber penelitian
sebelumnya, dengan menganalisa microbial growth.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. 2011, “Microbiological Contamination Presented by Deustsche Luthfansa


AG”. IATA.
2. 2008, “Boeing Aeromagazine“ . Michael Jones
3. 2017, “Fuel contamination on the large transport airplanes“.Behbahani-
pour MJ and Radice G,UK
4. Aircraft maintenance manual for Boeing 737-300 (Chapter 28 – Fuel)
5. Training Maintenance manual Boeing 737-300 (Chapter 28 – Fuel)
6. Aircraft Maintenance manual 28-10-00 P / B 201 Fuel tank – Praktek
pemeliharaan
7. Aircraft maintenance manual 28-11-00 P / B 601 Fuel tank integral –
Inspeksi
8. Aircraft Maintenance manual 28-11-00 P / B 221 Microbial growth removal
– manual removal method
9. Aircraft maintenance manual 28-11-00 P / B 223 Microbial growth removal
– pressure washer method
10. AC 120-CPCP Amdt. 0_Development and Implementation of corrosion
preventive and control program

29

Anda mungkin juga menyukai