Oleh:
( )
( )
A. Konsep Medis
1. Definisi
Terdapat beberapa pencetus sectio caesarea, antara lain :
a. Sectio caesarea merupakan prosedur bedah untuk pelahiran janin dengan
insisi melalui abdomen dan uterus.
b. Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan sayatan
rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram.
c. Sectio caesarea atau bedah sesar adalah sebuah bentuk melahirkan anak
dengan melakukan sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen
seorang ibu (laparotomi) dan uterus (hiskotomi) untuk mengeluarkan satu
bayi atau lebih. Sehingga penulis dapat menyimpulkan bahwa sectio
caesarea adalah suatu tindakan operasi yang bertujuan untuk melahirkan
bayi dengan jalan pembukaan dinding perut.
RISIKO Perdarahan
Impuls nyeri ke otak
INFEKSI
RISIKO KETIDAKSEIMBANGAN
VOLUME CAIRAN NYERI
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama/ awal dari proses keperawatan.
Tujuan pengkajian adalah untuk memberikan suatu gambaran yang terus
menerus mengenai kesehatan klien/pasien, yang memungkinkan tim perawatan
merencanakan asuhan keperawatan kepada klien. Manfaat pengkajian adalah
membantu mengidentifikasikan status kesehatan, pola pertahanan klien,
kekuatan dan kebutuhan klien serta merumuskan diagnosa keperawatan.
Proses pengkajian terbagi dua :
a. Pengkajian primer (primary survey)
Pengkajian cepat untuk mengidentifikasi dengan segera masalah
aktual/potensial dari kondisi life threatning (berdampak terhadap
kemampuan pasien untuk mempertahankan hidup). Pengkajian tetap
berpedoman pada inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi jika hal
tersebut memungkinkan.
Prioritas penilaian dilakukan berdasarkan :
A = Airway dengan kontrol servikal
Kaji :
1) Bersihan jalan napas
2) Adanya/tidaknya sumbatan jalan napas
3) Distress pernapasan
4) Tanda-tanda perdarahan di jalan napas, muntahan, edema laring
B = Breathing
Kaji :
1) Frekuensi napas, usaha dan pergerakan dinding dada
2) Suara pernapasan melalui hidung atau mulut
3) Udara yang dikeluarkan dari jalan napas
C = Circulation
Kaji :
1) Denyut nadi karotis
2) Tekanan darah
3) Warna kulit, kelembaban kulit
4) Tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal
D = Disability
Kaji :
1) Tingkat kesadaran
2) Gerakan ekstremitas
3) GCS atau pada anak tentukan respon A = alert, V = verbal, P =
pain/respon nyeri, U = unresponsive.
4) Ukuran pupil dan respon pupil terhadap cahaya.
E = Eksposure
Kaji :
1) Tanda-tanda trauma yang ada.
b. Pengkajian sekunder (secondary survey)
Pengkajian sekunder dilakukan setelah masalah ABC yang ditemukan
pada pengkajian primer diatasi. Pengkajian sekunder meliputi pengkajian
obyektif dan subyektif dari riwayat keperawatan (riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit terdahulu, riwayat pengobatan, riwayat
keluarga) dan pengkajian dari kepala sampai kaki.
1) Pengkajian riwayat penyakit :
Komponen yang perlu dikaji :
a) Keluhan utama dan alasan pasien datang ke rumah sakit
b) Lamanya waktu kejadian samapai dengan dibawa ke rumah sakit
c) Tipe cedera, posisi saat cedera dan lokasi cedera
d) Gambaran mekanisme cedera dan penyakit yang ada (nyeri)
e) Waktu makan terakhir
f) Riwayat pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi sakit
sekarang, imunisasi tetanus yang dilakukan dan riwayat alergi
klien.
Metode pengkajian :
a) Metode yang sering dipakai untuk mengkaji riwayat klien :
S (Signs and symptoms) : Tanda dan gejala yang
diobservasi dan dirasakan klien
A (Allergis) : Alergi yang dipunyai klien
M (Medications) : Tanyakan obat yang telah
diminum klien untuk mengatasi
nyeri riwayat penyakit yang
diderita klien
P (Pertinent past medical : Makan/minum terakhir; jenis
hystori) makanan,
L (Last oral intake solid or : Ada penurunan atau
liquid) peningkatan kualitas makan
E (Event leading to injury or : Pencetus/ kejadian penyebab
illnes) keluhan
b) Metode yang sering dipakai untuk mengkaji nyeri :
P (Provoked) : Pencetus nyeri, tanyakan hal yang menimbulkan
dan mengurangi nyeri
Q (Quality) : Kualitas nyeri
R (Radian) : Arah penjalaran nyeri
S (Severity) : Skala nyeri ( 1 – 10 )
T (Time) : Lamanya nyeri sudah dialami klien
2) Tanda-tanda vital dengan mengukur :
a) Tekanan darah
b) Irama dan kekuatan nadi
c) Irama, kedalaman dan penggunaan otot bantu pernapasan
d) Suhu tubuh
3) Pengkajian head to toe yang terfokus, meliputi :
a) Pengkajian kepala, leher dan wajah
- Periksa rambut, kulit kepala dan wajah
Adakah luka, perubahan tulang kepala, wajah dan jaringan
lunak, adakah perdarahan serta benda asing.
- Periksa mata, telinga, hidung, mulut dan bibir
Adakah perdarahan, benda asing, kelainan bentuk, perlukaan
atau keluaran lain seperti cairan otak.
- Periksa leher
Nyeri tulang servikal dan tulang belakang, trakhea miring atau
tidak, distensi vena leher, perdarahan, edema dan kesulitan
menelan.
b) Pengkajian dada
Hal-hal yang perlu dikaji dari rongga thoraks :
- Kelainan bentuk dada
- Pergerakan dinding dada
- Amati penggunaan otot bantu napas
- Perhatikan tanda-tanda injuri atau cedera, petekiae,
perdarahan, sianosis, abrasi dan laserasi
c) Pengkajian abdomen dan pelvis
Hal-hal yang perlu dikaji :
- Struktur tulang dan keadaan dinding abdomen
- Tanda-tanda cedera eksternal, adanya luka tusuk, alserasi,
abrasi, distensi abdomen dan jejas
- Masa : besarnya, lokasi dan mobilitas
- Nadi femoralis
- Nyeri abdomen, tipe dan lokasi nyeri (gunakan PQRST)
- Distensi abdomen
d) Pengkajian ekstremitas
Hal-hal yang perlu dikaji :
- Tanda-tanda injuri eksternal
- Nyeri
- Pergerakan
- Sensasi keempat anggota gerak
- Warna kulit
- Denyut nadi perifer
e) Pengkajian tulang belakang
Bila tidak terdapat fraktur, klien dapat dimiringkan untuk
mengkaji :
- Deformitas
- Tanda-tanda jejas perdarahan
- Jejas
- Laserasi
- Luka
f) Pengkajian Psikososial
Meliputi :
- Kaji reaksi emosional : cemas, kehilangan
- Kaji riwayat serangan panik akibat adanya faktor pencetus
seperti sakit tiba-tiba, kecelakaan, kehilangan anggota tubuh
ataupun anggota keluarga
- Kaji adanya tanda-tanda gangguan psikososial yang
dimanifestasikan dengan takikardi, tekanan darah meningkat
dan hiperventilasi.
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan meliputi :
1) Radiologi dan Scanning
2) Pemeriksaan laboratorium
3) USG dan EKG
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan langkah kedua dari proses keperawatan
setelah pengkajian data. Diagnosa keperawatan merupakan formulasi kunci
dari proses keperawatan karena merupakan “client responses by health
problem” atau respon klien terhadap adanya masalah kesehatan. Oleh karena
itu diagnosa keperawatan berorientasi pada kebutuhan dasar manusia
berdasarkan teori kebutuhan dasar Abraham Maslow, memperlihatkan respon
individu/klien terhadap penyakit atau kondisi yang dialaminya.
Manfaat diagnosa keperawatan adalah sebagai pedoman dalam pemberian
asuhan keperawatan karena menggambarkan status masalah kesehatan serta
penyebab adanya masalah tersebut, membedakan diagnosa keperawatan dan
diagnosa medis serta menyamakan kesatuan bahasa antara perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif.
Adapun diagnosa atau masalah keperawatan klien dengan G2P1A0
Inpartu post SC anak 1, yaitu :
a. Nyeri akut berhubungan dengan perubahan fisiologis.
b. Risiko infeksi, faktor infeksi prosedur invasif.
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (luka insisi operasi)
3. Intervensi
Rencana asuhan keperawatan merupakan langkah ketiga dalam proses
keperawatan. Setelah merumuskan diagnosa keperawatan maka perlu dibuat
perencanaan intervensi keperawatan dan aktivitas keperawatan.
Rencana pelayanan keperawatan dipandang sebagai inti atau pokok proses
keperawatan yang memberikan arah pada kegiatan keperawatan. Tujuan
perencanaan adalah untuk mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah
keperawatan klien. Tahapan perencanaan keperawatan adalah prioritas
diagnosa keperawatan, penetapan sasaran (goal) dan tujuan (objective),
penetapan kriteria evaluasi dan merumuskan intervensi keperawatan.
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1 Nyeri akut berhubungan Tujuan : Intervensi :
dengan perubahan Nyeri berkurang setelah 1. Observasi karakteristik,
fisiologis. dilakukan tindakan perawatan lokasi, waktu, dan
selama di RS perjalanan rasa nyeri
dada.
Kriteria Hasil: 2. Anjurkan pada klien
Nyeri berkurang menghentikan aktifitas
misalnya dari skala 3 ke selama ada serangan dan
2, atau dari 2 ke 1 istirahat.
Ekpresi wajah rileks/ 3. Bantu klien melakukan
tenang, tak tegang tidak tehnik relaksasi, misalnya
gelisah nafas dalam, perilaku
TTV dalam rentang distraksi, visualisasi, atau
normal bimbingan imajinasi.
4. Monitor tanda-tanda vital
tiap jam.
5. Kolaborasi dengan tim
kesehatan dalam
pemberian analgetik.
4. Implementasi
Tindakan keperawatan merupakan pelaksanaan perencanaan oleh perawat
dan klien. Hal-hal yang harus diperhatikan ketika implementasi adalah
intervensi dilakukan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi,
penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dan teknikal. Intervensi
harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat,
kemampuan fisik, psikologis dilindungi dan didokumentasi keperawatan
berupa pencatatan dan pelaporan. Hal yang perlu diperhatikan ketika
implementasi adalah harus disesuaikan dengan rencana, harus cermat dan
efesien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis dilindungi.
Ada tiga fase implementasi keperawatan yaitu fase persiapan meliputi
pengetahuan tentang rencana, validasi rencana, pengetahuan dan keterampilan
mengimplementasikan rencana, persiapan klien dan lingkungan. Kedua fase
operasional merupakan puncak implementasi dengan berorientasi pada tujuan
implementasi dapat dilakukan dengan intervensi independen atau mandiri,
serta interdependen atau sering disebut intervensi kolaborasi. Bersamaan
dengan ini, perawat tetap melakukan on going assesment yang berupa
pengumpulan data yang berhubungan dengan reaksi klien termasuk reaksi
fisik, psikologis, sosial dan spiritual. Ketiga fase interminasi, merupakan
terminasi perawat dengan klien setelah implementasi dilakukan.
5. Evaluasi
Fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan. Hal-hal yang dievaluasi adalah keakuratan,
kelengkapan, kualitas data dan teratasi atau tidaknya masalah klien serta
pencapaian tujuan dan ketetapan intervensi keperawatan.
Tujuan evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik rencana
keperawatan, menilai dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan melalui
perbandingan pelayanan keperawatan yang diberikan serta hasilnya sesuai
dengan standar yang telah ditentukan terlebih dahulu. Kemudahan atau
kesulitan evaluasi di pengaruhi oleh kejelasan tujuan dan bisa tidaknya tujuan
tersebut diukur. Disamping evaluasi yang dilakukan oleh perawat yang
bertanggung jawab pada pasien, pelayanan keperawatan yang diberikan pada
klien dapat dinilai juga oleh klien sendiri, teman kerja perawat dan pimpinan
administrasi. Evaluasi tanggung gugat pelayanan keperawatan serta
menentukan tindakan yang efektif dan inefektif. Evaluasi akan
mengungkapkan kemungkinan yang menentukan perawatan selanjutnya, yaitu:
a. Masalah teratasi.
b. Masalah sebagian dapat diatasi.
c. Masalah belum teratasi.
d. Timbul masalah baru.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M.E., et.all. (2002). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC.
Hudak & Gallo. (1997). Keperawatan Kritis. Pendekatan Holistik. Edisi VI. Jakarta :
EGC.
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC.
Soeparman. Et al. (1990). Buku Ajar Penyakit Dalam, Edisi Ketiga. Jakarta. Balai
Penerbit FKUI.
Wilkinson, Judith M. & Nancy R Ahern. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan :
Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Ed. 9. Jakarta: EGC