Laporan Magang Cintya Edlinovputri-Dikonversi
Laporan Magang Cintya Edlinovputri-Dikonversi
OLEH
NIM : 10011381621179
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
i
LAPORAN
PRAKTIKUM KESEHATAN MASYARAKAT
GAMBARAN CAPAIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP
DI SEKSI SURVEILANS DAN IMUNISASI
DINAS KESEHATAN KOTA PALEMBANG
Peminatan Epidemiologi
OLEH
NIM 10011381621179
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktikum Kesehatan Masyarakat Mahasiswa
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya
Di Dinas Kesehatan Kota Palembang
Dari tanggal 01 Juli 2019 sampai tanggal 31 Juli 2019
Telah disahkan pada tanggal Oktober 2019
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
dr. Hj. Fauzia, M.Kes Dr. Rico Januar Sitorus, S.KM M.Kes (EPID)
NIP. 197401302002122001 NIP. 198101212003121002
Mengetahui,
Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sriwijaya
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur senantiasa penulis khaturkan kepada Allah SWT,
atas berkat dan anugerah serta kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kegiatan
Praktikum Kesehatan Masyarakat (PKM) di Dinas Kesehatan Kota Palembang.
Laporan ini berjudul “Laporan Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap di Seksi Surveilans
dan Imunisasi Dinas Kesehatan Kota Palembang” Sholawat serta salam senantiasa
tercurah kepada junjungan, baginda Nabi Besar Muhammad SAW beserta para
keluarga, sahabat, serta pecintanya hingga akhir kiamat kelak.
Laporan ini dibuat sebagai bukti bahwa penulis telah menyelesaikan PKM di
instansi terkait serta sebagai syarat kelulusan mata kuliah wajib peminatan
Epidemiologi dengan beban 4 (empat) SKS. Kegiatan PKM ini dilakukan penulis
dimulai tanggal 01 Juli 2019 sampai 31 Juli 2019 dengan tujuan untuk mengaplikasikan
pengetahuan yang diperoleh selama mengikuti kuliah di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sriwijaya dengan fenomena yang terjadi di tempat pelaksanaan
kegiatan PKM.
Dalam penulisan laporan ini terdapat banyak pihak yang terlibat sehingga
laporan ini dapat terselesaikan. Oleh karenanya, penulis ingin mengucapkan banyak
terimakasih kepada:
1. Bapak Iwan Stia Budi, S.KM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sriwijaya.
2. Bapak Dr. Rico Januar Sitorus, S.KM., M.Kes(EPID), selaku dosen
pembimbing materi yang telah bersedia memberikan ilmu, saran, dan bimbingan.
3. Ibu dr. Hj. Letizia, M.Kes, selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota Palembang
yang telah memfasilitasi dan mendukung semua kegiatan PKM.
4. Ibu dr. Hj. Fauzia, M.Kes, selaku Kepala Bidang Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit, sekaligus pembimbing lapangan kami yang bersedia
memberikan ilmu, saran dan bimbingan, selama kegiatan Praktikum Kesehatan
Masyarakat dengan tulus, sabar dan bijaksana.
v
5. Bapak Yudhi Setiawan, S.KM., M.Epid, selaku Kepala Seksi Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit Menular, Ibu Sri Darlina, S.KM., M.Kes, selaku Kepala
Seksi Surveilans dan Imunisasi yang telahmemberikan motivasi dan membimbing
selama magang, dan Bapak Dedy Sandra, S.KM., M.Kes, selaku Kepala Seksi
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM), Kesehatan Jiwa Serta
Napza
6. Ayuk Uli, ayuk Mimin, ayuk Ika serta seluruh Staf dan Karyawan Surveilans
dan Imunisasi Dinas Kesehatan Kota Palembang , atas keramah tamahannya, serta
segala bentuk bantuannya.
7. Ayah, Ibu, abang dan adek yang selalu memberikan dukungan dan motivasi
disaat tya magang.
8. Sahabat seperjuanganku (Mona, Inda, Glory, Silvi, Winda, kak Mariati,
Rince) yang selalu menjadi tempat berbagi dan memberi semangat satu sama lain.
10. Teman seperjuangan di tempat magang (Mona, Inda, kak Mariati) yang
menjadi tempat berbagi ilmu dan saling menyemangati.
11. Teman satu peminatan Epidemiologi yang menjadi tempat berbagi ceria,
ilmu, dan saling memotivasi.
13. Serta semua pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu-persatu disini.
Semoga laporan ini menjadi sumber inspirasi dan dapat diimplementasikan oleh
semua pihak. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih terdapat banyak kekurangan,
oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk
perbaikan di masa yang akan datang. Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat
bagi pembaca.
Cintya Edlinovputri
10011381621179
vi
DAFTAR ISI
DAFTAR GRAFIK......................................................................................................................... ix
BAB I ........................................................................................................................................ 10
PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 10
1.1 Latar Belakang......................................................................................................... 10
1.2 Tujuan 12
1.2.1 Tujuan Umum ................................................................................................. 12
1.2.1 Tujuan Khusus ..................................................................................................... 12
1.3 Manfaat12
1.3.1 Bagi Mahasiswa............................................................................................... 12
1.3.2 Bagi Tempat PKM ............................................................................................ 13
1.3.3 Bagi Fakultas ................................................................................................... 13
1.4 Waktu dan Lokasi PKM ........................................................................................... 13
1.4.1 Waktu PKM ..................................................................................................... 13
1.4.2 Lokasi PKM ...................................................................................................... 13
BAB II ....................................................................................................................................... 14
PEMBAHASAN ......................................................................................................................... 14
2.1 Imunisasi ................................................................................................................. 14
2.1.1 Definisi Imunisasi ............................................................................................ 14
2.1.2 Defenisi Vaksin ................................................................................................ 14
2.1.3 Tujuan Imunisasi ............................................................................................. 14
2.1.4 Manfaat Imunisasi .......................................................................................... 15
2.1.5 Penyelenggaraan Imunisasi ............................................................................ 15
2.1.6 Strategi Imunisasi ............................................................................................ 15
2.2 Jenis Imunisasi .................................................................................................... 15
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GRAFIK
`
Grafik 4.1 Gambaran Capaian Imunisasi Dasar Lengkap Tahun 2017 dan 2018 .................... 42
xi
BAB I
PENDAHULUAN
10
Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam
menurunkan angka kematian bayi dan balita. Dengan imunisasi, berbagai penyakit
seperti TBC, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B dan lainnya dapat dicegah.
Pentingnya imunisasi dapat dilihat dari banyaknya balita yang meninggal akibat
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD31). Hal itu sebenarnya tidak perlu
terjadi karena penyakit-penyakit tersebut bisa dicegah dengan imunisasi (Nany, 2010)
Kegiatan imunisasi diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Mulai tahun
1977 kegiatan imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi (PPI)
dalam rangka pencegahan penularan terhadap beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah
Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Campak, Polio, Tetanus
serta Hepatitis B. (Profil SI Tahun 2018 Dinas Kesehatan Kota Palembang)
Imunisasi merupakan salah satu tindakan pencegahan penyebaran penyakit ke
wilayah lain yang terbukti sangat cost effective. Menurut Undang-Undang Nomor
Tahun 2009 tentang Kesehatan, imunisasi merupakan salah satu upaya untuk mencegah
terjadinya penyakit menular yang merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementrian
Kesehatan sebagai salah satu bentuk nyata komitmen pemerintah untuk mencapai
Millennium Development Goals (MDGs) khususnya untuk menurunkan angka
kematian pada anak.
Dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat, program imunisasi masih
merupakan salah satu program prioritas dari sebelas program yang ditetapkan dalam
kebijakan Pemberantasan Penyakit Menular. Beberapa tujuan utama dalam program
imunisasi yang ditetapkan adalah tercapainya Universal Child Immunization (UCI) di
Desa/Kelurahan minimal 80% secara merata pada bayi, tervalidasinya eliminasi
tetanus maternal dan neonatal (insiden dibawah 1 per 1000 kelahiran hidup dalam satu
tahun) pada tahun 2013, global eradikasi polio pada tahun 2018, tercapainya eliminasi
campak pada tahun 2015, pengendalian rubella 2020 dan terselenggaranya pemberian
imunisasi yang aman serta pengelolaan limbah medis (Profil SI, 2018).
Imunisasi dasar ialah imunisasi yang diberikan secara terus-menerus dan
berkesinambungan. Imunisasi dasar lengkap ialah apabila bayi diberikan imunisasi
11
dasar yang meliputi imunisasi Hepatitis B, imunisasi BCG, imunisasi DPT, Imunisasi
Polio dan imunisasi Campak sebelum anak berusia 1 tahun (Permenkes, 2017).
Imunisasi dasar lengkap pada bayi meliputi: 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis
polio, 4 dosis hepatitis B, 1 dosis campak. Pada ibu hamil dan WUS meliputi 2 dosis
TT. Untuk anak sekolah tingkat dasar meliputi 1 dosis DT, 1 dosis campak dan 2 dosis
TT.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari pembuatan laporan Praktek Kesehatan Masyarakat
(PKM) ini adalah untuk mengetahui capaian imunisasi di kota Palembang tahun 2016-
2018 dan mengeahui UCI desa/kelurahan yang ada di kota Palembang tahun 2016-
2018.
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa
Sebagai sarana untuk menambah pengalaman dan pembelajaran dalam
mengaplikasikan teori-teori yang diperoleh selama perkuliahan, meningkatkan
pengetahuan serta wawasan dalam bidang Epidemiologi sehingga dapat mendukung
terlaksananya penyelesaian penyusunan laporan.
12
1.3.2 Bagi Tempat PKM
Sebagai bahan masukan bagi bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Dinas Kesehatan Kota Palembang. Sebagai pertimbangan dalam pengambilan
kebijakan dan strategi penangan kasus penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi
(PD3I).
1.3.3 Bagi Fakultas
Sebagai wadah untuk membina dan meningkatkan kerja sama antara Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya dengan Dinas Kesehatan Kota
Palembang khususnya di Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Dapat
dijadikan sebagai bahan acuan untuk adik tingkat selanjutnya.
13
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Imunisasi
2.1.1 Definisi Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal, atau resisten. Anak diimunisasi berarti
diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten
terhadap suatu penyakit, tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain (Soekidjo
Notoatmodjo, 2007 : 43 dalam Istriyati, 2011).
Imunisasi merupakan reaksi antara antigen dan antibodi, yang dalam bidang
ilmu imunologi merupakan kuman atau racun (toxin disebut antigen). Secara khusus
antigen merupakan bagian dari protein kuman atau protein racunnya. Bila antigen
untuk pertama kalinya masuk ke dalam tubuh manusia, maka sebagai reaksinya tubuh
akan membentuk zat anti terhadap racun kuman yang disebut dengan antibodi (Riyadi,
2009 dalam Putri, 2016).
2.1.2 Defenisi Vaksin
Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme yang
sudah mati atau masih hidup yang dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, atau berupa
toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid atau protein rekombinan,
yang ditambahkan dengan zat lainnya, yang bila diberikan kepada seseorang akan
menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu.
2.1.3 Tujuan Imunisasi
Menurut Hidayat (2008), tujuan diberikan imunisasi adalah diharapkan anak
menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan
Yusrianto (2010), imunisasi bertujuan agar zat kekebalan tubuh balita terbentuk
sehingga resiko untuk mengalami penyakit yang bersangkutan lebih kecil.
14
2.1.4 Manfaat Imunisasi
Manfaat imunisasi yaitu dihasilkannya kekebalan terhadap suatu penyakit
berupa perlindungan dan penurunan resiko morbiditas dan mortalitas terhadap penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi (Mulyanti, 2014 dalam Sari, 2018).
15
2.2.1 Imunisasi Program
Imunisasi Program adalah imunisasi yang diwajibkan kepada seseorang sebagai
bagian dari masyarakat dalam rangka melindungi yang bersangkutan dan masyarakat
sekitarnya dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (Permenkes, 2017)
1. Imunisasi rutin
Imunisasi rutin dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan.
Imunisasi rutin terdiri atas Imunisasi dasar dan Imunisasi lanjutan.
a. Imunisasi Dasar
Tabel 2.1 Jadwal Pemberian Imunisasi
Umur Jenis Interval Minimal untuk
jenis Imunisasi yang
sama
0-24 jam Hepatitis 0
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT-HB-Hib, Polio 2
3 bulan DPT-HB-Hib, Polio 3 1 bulan
4 bulan DPT-HB-Hib, Polio 4,
IPV
9 bulan Campak
Sumber : Permrnkes, 2017
Catatan :
•Pemberian Hepatitis B paling optimal diberikan pada bayi<24 jam pasca
persalinan, dengan didahului suntikan vitamin K1 2-3 jam sebelumnya, khusus daerah
dengan akses sulit, pemberian Hepatitis B masih diperkenankan sampai <7 hari.
•Bayi lahir di Institusi Rumah Sakit, Klinik dan Bidan Praktik Swasta,
Imunisasi BCG dan Polio 1 diberikan sebelum dipulangkan.
•Pemberian BCG optimal diberikan sampai usia 2 bulan, dapat diberikan
sampai usia <1 tahun tanpa perlu melakukan tes mantoux.
16
•Bayi yang telah mendapatkan Imunisasi dasar DPT-HB-Hib 1, DPT-HB-Hib
2, dan DPT-HB-Hib 3 dengan jadwal dan interval sebagaimana Tabel 2.1, maka
dinyatakan mempunyai status Imunisasi T2.
•IPV mulai diberikan secara nasional pada tahun 2016.
•Pada kondisi tertentu, semua jenis vaksin kecuali HB 0 dapat diberikan
sebelum bayi berusia 1 tahun.
17
c. Efek Samping Imunisasi
BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum. Reaksi yang
tampakseperti demam 1-2 minggu kemudian akan timbul indurasi dan kemerahan
di tempat suntikan yang berubah menjadi pustula, kemudian pecah menjadi luka.
Luka tidak perlu pengobatan, akan sembuh secara spontan dan meninggalkan tanda
parut. Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di ketiak dan atau leher,
terasa padat, tidak sakit, dan tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal, tidak
memerlukan pengobatan, dan akan menghilang dengan sendirinya (Ditjen PP & PL
Depkes RI, 2005 dalam Sari, 2018).
2. Imunisasi DPT (Dipteri, Pertusis, Tetanus)
Imunisasi DPT mencegah anak terhadap penyakit dipteri, pertusis (batuk rejan),
dan tetanus. Dipteri adalah penyakit radang tenggorokan berat yang disebabkan oleh
Corynebacterium diphteriaedapat menyebar ke sistem saraf dan jantung sehingga
berakibat kematian(Peteret.al.,2017 dalam Sari, 2018). Pertusis (batuk rejan atau batuk
100 hari) yang disebabkan oleh Bordetella pertussisdengan gejala berupa batuk, mata
merah, demam, dan semakin lama menimbulkan keparahan sedangkan tetanus adalah
penyakit yang disebabkan oleh Clostridium tetani yang disebarkan melalui luka yang
dalam. Gejala tetanus berupa kejang, mulut mencucu, kaku otot perut, kaku rahang,
disertai keringat dan demam. Pada bayi terdapat gejala berhenti menetek (sucking)
pada 3 sampai 28 hari setelah lahir (Pratiwi, 2012 dalam Sari, 2018).
a. Cara Pemberian dan Dosis
Pemberian secara intramuskuler dengan dosis pemberian 0,5 ml sebanyak 3
dosis. Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi
menjadi homogen. Imunisasi rutin pada anak dianjurkan pemberian 5 dosis pada
usia 2, 4, 6, 15-18 bulan, dan saat masuk sekolah. Ketentuan peenggunan vaksin
DPT yaitu suhu penyimpanan berkisar 2-80C, vaksin belum kadaluarsa, tidak
pernah terendam air, dan sterilitasnya terjaga (Depkes RI, 2009 dalam Sari, 2018).
b. Kontraindikasi
Gejala abnormal otak atau saraf padabayi baru lahir merupakan kontraindikasi
pertusis. Gejala tersebut seperti penyakit-penyakit yang mengenai sistem saraf
18
pusat berupa infeksi atau kongenital. Anak-anak yang mengalami gejala
berattersebutpada pemberian dosis pertama komponen vaksin pertusis perlu
dihilangkan pada pemberian kedua, lanjutan imunisasi dapat diberikan vaksin DT.
c. Efek Samping
Efek samping yang mungkin muncul adalah demam, rasa sakit ditempat
penyuntikan, peradangan, dan kejang. Anak mungkin akan demam pada sore hari
setelahmendapat vaksin dan akan membaik dalam 1-2 hari, jika anak mengalami
demam lebih dari satu hari perlu dicurigai ada infeksi lain (Margareta, 2009 dalam
Sari , 2018). Efek samping lain seperti rasa sakit ditempat suntikan dan peradangan
akan sembuh dengan sendirinya. Kejang merupakan efek samping yang jarang
ditemui. Jika terdapat kejang pada anak maka vaksin pertusis harus dihilangkan
pada imunisasi selanjutnya (Dewi, 2012 dalam Sari, 2018).
3. Imunisasi Hepatitis-B
Imunisasi hepatitis B berfungsi untuk pemberian kekebalan aktif terhadap
infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Gejala biasanya bersifat asimptomatik
dan kronis serta dapat menimbulkan sirosis hati. Vaksin hepatitis B mengandung
HBsAg (antigen permukaan) dari virus hepatitis B (Febriana, 2009 dalam Sari, 2018).
a. Cara Pemberian dan Dosis
Imunisasi ini diberikan tiga kali pada usia 0-11 bulan melalui injeksi
intramuskulerdengan dosis 0,5 ml. Pemberian suntikan secara intramuskuler
sebaiknya pada anterolateral paha. Pemberian suntikan dasar sebanyak 3 kali
dengan jarak suntikan satu bulan untuk suntikan 1 dan 2, dan lima bulan untuk jarak
suntikan 2 dan 3. Imunisasi ulang diberikan 5 tahun setelah imunisasi dasar
(Novitasari, 2015 dalam Sari, 2018).
b. Kontraindikasi
Riwayat alergi merupakan kontraindikasi utama imunisasi Hepatitis B. Riwayat
alergi atau hipersensitifitas yang dimaksud yaitu terhadap ragi serta riwayat efek
samping yang berat pada penyuntikan dosis pertama (Depkes RI, 2009 dalam Sari,
2018).
19
c. Efek Samping
Efek samping yang terjadi pasca imunisasi hepatitis B umumnya ringan. Efek
samping yang munculhanya berupa nyeri, bengkak, panas, mual, dan nyeri sendi
maupun otot dengan reaksi ringan dan sembuh dalam 1-2 hari (Dewi, 2012 dalam
Sari, 2018).
4. Imunisasi Polio
Vaksin polio diberikan untuk mencegah penyakit polimielitis. Penyakit ini
disebabkan olehvirus polio pada medulla spinalis yang menyebabkan kelumpuhan.
Virus vaksin ini akan menempatkan diri di usus dan akan memacu pembentukan
antibodi dalam darah maupun epitelium usus sehingga akan memberikan perlindungan
terhadap virus yang masuk kemudian (Dewi, 2012 dalam Sari,2018).
a. Cara Pemberian dan Dosis
Vaksin polio diberikan sebanyak 4 kali yaitu polio I, II, II, dan IVyangdiberikan
secara oral (melalui mulut) setiap kali pemberian sebanyak dua tetes (0,1 ml).
Pemberian selanjutnya dengan jarak interval 4 minggu. Penetes (dropper) harus
diganti dengan yang baru setiap kali membuka vial yang baru (Istriyati, 2011 dalam
Sari, 2018).
b. Kontraindikasi
Anak yang sedang menderita penyakit di saluran cerna tidak boleh menerima
vaksin polio. Kontraindikasi pemberian vaksin polio antara lain anak
dalamkeadaan penyakit akut, demam >380C, muntah atau diare berat, anak dengan
imunosupresi atau sedang dalam pengobatan imunosupresif serta memiliki
keganasan yang berhubungan dengan retikuloendotelial.
c. Efek Samping
Pada umumnya tidak terdapat efek samping pada pemberian imunisasi polio
(Margareta, 2009 dalam Sari, 2018). Efek samping yang serius seperti lumpuh layu
(paralisis) jarang terjadi (Istriyati, 2011 dalam Sari, 2018).
5. Imunisasi Campak
Vaksin campak merupakan virus campak yang dilemahkan dengan fungsi
memberikan kekebalan aktif terhadapcampak. Imunisasi campak bertujuan untuk
20
mencegah penyakit campak karena penyakit ini sangat menulardan sering
menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB)(Novitasari, 2015 dalam Sari, 2018).
a. Cara Pemberian dan Dosis
Pemberian vaksin campak sebanyak satu kali pada usia anak 9-11 bulan
dengan dosis 0,5 cc. Sebelum disuntikkan vaksin campak dilarutkan dalam cairan
pelarut steril sebanyak 5 ml kemudian disuntikkan di lengan kiri atas secara
subkutan (Novitasari, 2015).
b. Kontraindikasi
Gangguan imun pada anak perlu diperhatikan. Anak-anak dengan
imunodefisiensi (Imun lemah) atau individu dengan gangguan imun akibat
leukimia dan lymphomamerupakan kontraindikasi pemberian vaksin
campak(Depkes RI, 2017 dalam Sari, 2018).
c. Efek Samping
Hingga 15 % pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3
hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah divaksinasi. Walaupun dilaporkan ada
beberapa variasi temuan, efek samping vaksin campak hidup (tunggal 18 atau
gabungan) umumnya adalah ringan dan terbatas untuk anak-anak yang rentan
(Pratiwi, 2011 dalam Sari, 2018)
b. Imunisasi Lanjutan
Imunisasi lanjutan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menjamin
terjaganya tingkat imunitas pada anak baduta, anak usia sekolah, dan wanita usia subur
(WUS) termasuk ibu hamil. Vaksin DPT-HB-Hib terbukti aman dan memiliki efikasi
yang tinggi, tingkat kekebalan yang protektif akan terbentuk pada bayi yang sudah
mendapatkan tiga dosis Imunisasi DPT-HB-Hib.Walau Vaksin sangat efektif
melindungi kematian dari penyakit difteri, secara keseluruhan efektivitas melindungi
gejala penyakit hanya berkisar 70-90 % (Permenkes, 2017).
21
Tabel 2.2 Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Anak Bawah Dua Tahun
Catatan:
• Pemberian Imunisasi lanjutan pada baduta DPT-HB-Hib dan Campak dapat
diberikan dalam rentang usia 18-24 bulan
• Baduta yang telah lengkap Imunisasi dasar dan mendapatkan Imunisasi
lanjutan DPT-HB-Hib dinyatakan mempunyai status Imunisasi T3.
Catatan :
•Anak usia sekolah dasar yang telah lengkap Imunisasi dasar dan Imunisasi
lanjutan DPT-HB-Hib serta mendapatkan Imunisasi DT dan Td dinyatakan mempunyai
status Imunisasi T5.
22
Tabel 2.4 Imunisasi Lanjutan pada Wanita Usia Subur (WUS)
Catatan :
•Sebelum Imunisasi, dilakukan penentuan status ImunisasiT (screening)
terlebih dahulu, terutama pada saat pelayanan antenatal.
•Pemberian Imunisasi Td tidak perlu diberikan, apabila status T sudah
mencapai T5, yang harus dibuktikan dengan buku Kesehatan Ibu dan Anak, kohort
dan/atau rekam medis.
1. Vaksin DT
Suspensi kolodial homogen berwarna putih susu mengandung toksoid tetanus
dan toksoid difteri murni yang terabsorpsi ke dalam alumunium fosfat. Pemberian
kekebalan simultan terhadap difteri dan tetanus pada anak-anak.
a. Cara Pemberian dan Dosis
Secara intra muskular atau subkutan dalam, dengan dosis 0,5 ml. Dianjurkan
untuk anak usia di bawah 8 tahun.
b. Kontra Indikasi
Hipersensitif terhadap komponen dari vaksin.
c. Efek Samping
Gejala-gejala seperti lemas dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat
sementara, dan kadang-kadang gejala demam.
23
2. Vaksin Td
Suspensi kolodial homogen berwarna putih susu mengandung toksoid tetanus
dan toksoid difteri murni yang terabsorpsi ke dalam alumunium fosfat. munisasi
ulangan terhadap tetanus dan difteri pada individu mulai usia 7 tahun.
a. Cara Pemakaian dan Dosis
Disuntikkan secara intra muskular atau subkutan dalam, dengan dosis
pemberian 0,5 ml.
b. Kontra Indikasi
Individu yang menderita reaksi berat terhadap dosis sebelumnya.
c. Efek Samping
Pada uji klinis dilaporkan terdapat kasus nyeri pada lokasi penyuntikan (20–
30%) serta demam (4,7%).
3. Vaksin TT
Suspensi kolodial homogen berwarna putih susu dalam vial gelas, mengandung
toksoid tetanus murni, terabsorpsi ke dalam aluminium fosfat. Perlindungan terhadap
tetanus neonatorum pada wanita usia subur.
a. Cara Pemakaian dan Dosis
Secara intra muskular atau subkutan dalam, dengan dosis 0,5 ml.
b. Kontra Indikasi
• Gejala-gejala berat karena dosis TT sebelumnya.
• Hipersensitif terhadap komponen vaksin.
• Demam atau infeksi akut.
2. Imunisasi Tambahan
Imunisasi tambahan diberikan kepada kelompok umur tertentu yang paling
berisiko terkena penyakit sesuai kajian epidemiologis pada periode waktu tertentu.
Yang termasuk dalam kegiatan imunisasi tambahan adalah Backlog fighting, Crash
program, PIN (Pekan Imunisasi Nasional), Sub-PIN, Catch up Campaign campak dan
Imunisasi dalam Penanganan KLB (Outbreak Response Immunization/ORI)
(Kemenkes RI, 2015).
24
3. Imunisasi Khusus
Imunisasi khusus merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan untuk
melindungi masyarakat terhadap penyakit tertentu pada situasi tertentu. Situasi tertentu
antara lain persiapan keberangkatan calon jemaah haji/umrah, persiapan perjalanan
menuju negara endemis penyakit tertentu dan kondisi kejadian luar biasa. Jenis
imunisasi khusus, antara lain terdiri atas Imunisasi Meningitis Meningokokus,
Imunisasi Demam Kuning, dan Imunisasi Anti-Rabies (Kemenkes RI, 2015.
2.2.2 Imunisasi Pilihan
Imunisasi Pilihan adalah imunisasi yang dapat diberikan kepada seseorang
sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang bersangkutan dari
penyakit tertentu (Permenkes, 2017). Imunisasi pilihan merupakan imunisasi yang
dapat diberikan kepada seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka
melindungi yang bersangkutan dari penyakit menular tertentu, yaitu vaksin MMR, Hib,
Tifoid, Varisela, Hepatitis A, Influenza, Pneumokokus, Rotavirus, Japanese
Ensephalitis, dan HPV (Kemenkes, 2015).
25
2.3.2 Ruang Lingkup GAIN-UCI 2010-2014
Kegiatan pelayanan imunisasi rutin pada bayi dan berbagai kegiatan lainnya
sebagai pendukung dalam rangka pencapaian kenaikan cakupan UCI desa/kelurahan
meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi disemua jenjang administrasi
(Kepmenkes No 482, 2010).
2.3.3 Tujuan GAIN UCI
Tercapainya UCI diseluruh desa/kelurahan secara bertahap mulai dari tahun
2010-2014 sehingga penyakit yang dapat dicegat dengan imunisasi dapat dicegah atau
dieliminasi.(Kepmenkes No 482, 2010).
26
(untuk petugas di lapangan) dan klasifikasi kausalitas (untuk telaah Komnas KIPI).
(Kemenkes RI, 2013).
2.4.3 Kelompok Tinggi Risiko KIPI
Hal yang harus diperhatikan untuk mengurangi risiko timbulnya KIPI yaitu
apakah resipien termasuk dalam kelompok risiko. Kelompok risiko adalah anak yang
mendapat reaksi simpang pada imunisasi terdahulu dan bayi berat lahir rendah.
2.4.4 Pemantauan Kasus KIPI
Penemuan kasus KIPI merupakan kegiatan penemuan kasus KIPI atau diduga
kasus baik yang dilaporkan orangtua/pasien, masyarakat ataupun petugas kesehatan.
Tujuan utama pemantauan KIPI adalah untuk mendeteksi dini, merespons KIPI
dengan cepat dan tepat, mengurangi dampak negatif imunisasi terhadap kesehatan
individu dan terhadap imunisasi. Bagian terpenting dalam pemantauan KIPI adalah
menyediakan informasi KIPI secara lengkap agar dapat cepat dinilai dan dianalisis
untuk mengidentifikasi dan merespons suatu masalah. Respons merupakan tindak
lanjut yang penting dalam pemantauan KIPI. (Kemenkes RI, 2013).
1. Kasus KIPI yang Harus Dilaporkan
Risiko KIPI selalu ada pada setiap tindakan imunisasi. Komda KIPI dibentuk
di provinsi guna menjalin kerja sama antara pakar terkait, instansi kesehatan, dan
pemerintah daerah setempat, sesuai dengan otonomi daerah. Apabila tidak
ditemukan kasus KIPI, maka setiap 6 bulan (Juli dan Desember) Dinas kesehatan
kabupaten/kota harus melapor nihil (zero report). (Menkes, 2005). Kejadian reaksi
lokal yang mengalami peningkatan frekuensi, walaupun tidak berat, juga sebaiknya
dilaporkan. Kasus ini bisa menjadi pertanda kesalahan program atau menjadi
masalah untuk batch vaksin tertentu. (Kemenkes, 2005)
27
2. Kurun Waktu Pelaporan
Tabel 2.5 Kurun waktu pelaporan
Jenjang Administrasi Kurun Waktu Diterimanya Laporan
28
BAB III
29
Kabupaten Banyuasin
d. Sebelah Barat berbatasan dengan desa Sukajadi Kecamatan Talang
Kelapa Kabupaten Banyuasin.
Kota Palembang merupakan ibu kota Propinsi Sumatera Selatan, yang terdiri
dari delapanbelas kecamatan, yaitu Ilir Timur II, Gandus, Seberang Ulu I, Kertapati,
Seberang Ulu II, Palju, Ilir Barat I, Bukit Kecil, Ilir Timur I, Kemuning, Ilir Timur
II, Kalidoni, Sako, Sematang Borang, Sukarame, Alang-alang Lebar, Ilir Timur III,
dan Jakabaring.
3.1.2 Kependudukan
Tingkat pertumbuhan penduduk di suatu daerah dapat dilihat dari angka
pertumbuhan penduduk. Bila angka tersebut semakin tinggi berarti tingkat
pertumbuhan penduduk semakin cepat. Gambaran kependudukan di Kota Palembang
selama adalah sebagai berikut :
Tabel. 3.1 Jumlah Penduduk Kota Palembang Tahun 2013–2017
30
adalah Kecamatan Sukaramedengan jumlah penduduk 44.408jiwa, sedangkan yang
terendah adalah Kecamatan Bukit Kecildengan jumlah penduduk 44.567jiwa.
3.1.4 Kepadatan Penduduk
Kota Palembang mempunyai luas wilayah 998,26 km2dengan jumlah
penduduk 1.602.071 jiwa yang berarti tiap km2dihuni oleh 1605jiwa penduduk, bila
dibandingkan dengan tahun lalu dimana angka kepadatan penduduk adalah 3.999jiwa
tiap km², maka telah terjadi penyebarankepadatan penduduk.
Tabel dibawah ini menunjukkan luas wilayah kecamatan, jumlah penduduk,
dan kepadatan pendudukpe kecamatan di wilayah Kota Palembang tahun 2017.
Tabel 3.2 Distribusi luas wilayah, jumlah penduduk, kepadatan
pendudukdi Kota PalembangTahun 2017
No Kecamatan Luas Wilayah Jumlah Kepadatan
(Ha) Penduduk Penduduk/Ha
1. ILIR BARAT II 662 66.891 101,04
2. GANDUS 49 62.994 1.285,59
3. SEBERANG ULU II 2.940 89.988 30,61
4. KERTAPATI 5.797 85.853 14,81
5. SEBERANG ULU II 576 100.575 174,61
6. PLAJU 253 83.008 328,09
7. ILIR BARAT I 766 137.191 179,10
8. BUKIT KECIL 6.167 44.567 7,23
9. ILIR TIMUR I 654 72.391 110,69
10. KEMUNING 56.075 86.161 1,54
11. ILIR TIMUR II 1.325 87.873 66,32
12. KALIDONI 9.9933 112.495 11,26
13. SAKO 1.804 92.329 51,18
14. SEMATANG 2.585 37.945 14,68
BORANG
15. SUKARAME 5.366 166.378 31,01
31
16. ALANG ALANG 2.606 106.572 40,89
LEBAR
17. ILIR TIMUR III 330 79.688 241,48
18. JAKABARING 1.878 89.172 47,48
JUMLAH KOTA 99.826 1.602.071 16.049
PALEMBANG
Sumber : Profil Dinkes Kota Palembang, 2017
3.1.5 Sumber Daya Kesehatan
Sarana kesehatan yang diuraikan dalam bab ini, diantaranya adalah puskesmas,
rumah sakit, sarana Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM).
1. kmPuskesmas
Puskesmas adalah sarana kesehatan yang sudah lama berdiri di Kota
Palembang, Puskesmas Dempo didirikan tahun 1950 sedangkan tahun 1954 didirikan
Puskesmas Boom Baru dan diikuti pembangunan Puskesmas lainnya. Puskesmas Tegal
Binangunadalah Puskesmas yang dibangun paling akhir yaitu tahun 2017. Selama
waktu itu Puskesmas mengalami banyak perbaikan (rehab) untuk terus menjaga
kualitas gedung yang prima.
Kota Palembang memiliki 41Puskesmas, dengan rasio 2,68 puskesmas per
100.000 penduduk yang tersebar di 18 Kecamatan di Kota Palembang. Kecamatan Ilir
Timur II, gandus dan sematang borang memiliki 1 puskesmas, Kecamatan Jakabaring,
Seberang Ulu II, Plaju, Bukit Kecil, Kemuning, Ilir Timur III, Sako dan Alang-Alang
Lebar memiliki 2 Puskesmas, Kecamatan Seberang Ulu I, Kertapati, Ilir Timur I, Ilir
Timur II, Kalidoni dan sukarami memiliki masing-masing 3 puskesmas. Kecamatan
Ilir Barat Imemiliki 4 Puskesmas.
Kota Palembang memiliki 70 Puskesmas Pembantu (Pustu) yang tersebar
di 107 kelurahan. Puskesmas Pembantu bertanggung jawab kepada Puskesmas induk
masing-masing termasuk tentang masalah program, keuangan dan sebagainya.
Puskesmas Pembantu yang ada pada umumnya dipimpin oleh seorang bidan, berada di
wilayah yangrelatif jauh dari puskesmas induk dan bertujuan menjangkau penduduk
yang berdomisili cukup jauh dari puskesmas induk.
32
2. Rumah Sakit
Indikator yang digunakan untuk melihat perkembangan sarana rumah sakit
antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang biasanya diukur
dengan jumlah rumah sakit dan tempat tidurnya serta rasionya terhadap jumlah
penduduk. Kategori rumah sakit yang dimaksud adalah 1)rumah sakit pemerintah yang
terdiri dari rumah sakit vertikal (milik Kementerian Kesehatan RI), RSUD milik
pemerintah kabupaten/kota, dan rumah sakit milik TNI/Polri. 2) rumah sakit swasta
dan 3) rumah sakit khusus seperti rumah sakit ibu dan anak serta rumah bersalin.
Kota Palembang memiliki 34buah rumah sakit yang terdiri dari 10 buah RS
milik pemerintah (29,42%) dan24 buah RS milik swasta (70,58%). Dari 10 RS milik
pemerintah tersebut, hanya 1 yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Palembang yaitu
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang Bari (RSUD Bari). RS milik Pemerintah
provinsiseperti RS Moh. Husin, RS Mata, dan lainnya. RS milik swasta seperti RSI Siti
Khadijah, RS Muhammadiyah, RS RK Charitas, dan lainnya.(Data Dasar, Dinkes
Palembang 2017)
Rumah Bersalin (RB) di Kota Palembang yang memperoleh izin berjumlah
32 buah. Balai Pengobatan/Balai Kesehatan di Kota Palembang yang mempunyai izin
berjumlah 148 buah.(Data Dasar, Dinkes Palembang 2017)
3. Balai Pengobatan dan Praktek Dokter
Kota Palembang memiliki 148 Balai Pengobatan/Klinik yang mempunyai
izin dan merupakan milik swasta, 32 Rumah Bersalin yang memiliki izin, dan 1.446
praktek dokter umum. Sarana Kesehatan ini tersebar di 18kecamatan dalam Kota
Palembang.
Tabel 3.3
Jumlah Praktek Dokter Perorangan
di Kota Palembang Tahun 2014-2017
33
Dokter 1.237 1.188 981 981
Spesialis
Sumber : Profil Dinkes Kota Palembang, 2017
34
dari SDM yang bekerja di Dinas Kesehatan dan SDM yang bekerja di Puskesmas dan
Jaringannya.Indikator ketersediaan tenaga kesehatan dapat dilihat dari rasio setiap jenis
tenaga kesehatan per 100.000 penduduk. Berdasarkan jumlah penduduk Kota
Palembang tahun 2017sebanyak 1.602.071jiwa, maka didapatkan rasio masing masing
jenis tenaga kesehatan dan kebutuhan masing masing jenis tenaga kesehatan.
Tabel 3.4 Rasio Tenaga Kesehatan
Menurut Jenis Per 100.000 Pendudukdi Kota PalembangTahun 2017
No Jenis Tenaga Jumlah Rasio
1. Dokter Spesialis 815 51,57
2. Dokter Umum 498 31,51
3. Dokter Spesialis Gigi 11 0,70
4. Dokter Gigi 120 7,59
5. Perawat 3.823 241,88
6. Perawat Gigi 181 11,45
7. Bidan 909 57,51
Sumber : Profil Dinkes Kota Palembang, 2017
Pada tabel di atas terlihat bahwa rasio dokter umum pada tahun 2017baru
mencapai 31,51per 100.000 penduduk, belum memenuhi target Indonesia Sehat yaitu
40 per 100.000 penduduk atau 1 dokter melayani 2.500 penduduk.
Demikian juga dengan tenaga Bidan baru mencapai 57,51 per 100.000
penduduk, masih di bawah target Indonesia Sehat yaitu 100 per 100.000 penduduk atau
1 bidan melayani 1000 penduduk.Rasio Perawat sudah tinggi yaitu 241,88 per 100.000
penduduk, hal ini sudah diatas target Indonesia Sehat sebesar 117.5 per 100.000
penduduk.
35
Menurunkan risiko kesakitan dan kematian serta meningkatkan status
kesehatan masyarakat.
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan sesuai standar. (Profil Dinkes
Kota Palembang, 2017)
36
3. Kasi Pencegahan dan Pengendalian PTM, Kesehatan Jiwa serta NAPZA:
Dedy, SKM, M.Kes
3. Seksi Kesehatan Lingkungan, Kes.Kerja dan Olah Raga: Zulkifli, ST, M.Si
37
e. Memantau, evaluasi dan pelaporan di bidang surveilans, wabah, dan
bencana KLB, karantina serta imunisasi.
f. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh pimpinan.
1. Imunisasi
A. Sumber Daya Manusia Program Imunisasi
Sumber daya manusia yang bertugas di program imunisasi
Puskesmas terdiri dari 1 orang dokter penanggung jawab imunisasi, 1
orang koordinator imunisasi dan 1 orang pengelola logistik.
B. Pelaksanaan Program Imunisasi
Untuk mendukung pelaksanaan program imunisasi di Kota
Palembang Tahun 2018, berbagai penyelenggaraan kegiatan di danai
oleh APBD Kota Palembang dan DAK Non Fisik Tahun Anggaran
2018.
38
BAB IV
Didalam seksi surveilans dan imunisasi terdapat dua bagian yaitu bagian
surveilans dan imunisasi. Untuk bagian surveilans dibagi menjadi 2 program tersendiri,
yaitu bagian Surveilans PD3I dan Surveilans non - PD3I (MERS-CoV) Adapun dalam
bagian imunisasi dibagi lagi menjadi tiga wewenang yaitu bertanggung jawab terhadap
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), pemegang program imunisasi, yang mengurus
bagian logistic dari vaksin untuk imunisasi. Adapun program imunisasi ada 3 program,
salah satunya adalah program Imunisasi Dasar Lengkap (IDL). Imunisasi Dasar
Lengkap terdiri dari :
1. Hepatitis 0 (HB 0)
2. BCG
3. DPT-HB-HIB
4. Polio
5. Campak
39
4.2 Gambaran Capaian Imunisasi Dasar Lengkap Tahun 2017 dan 2018
Tabel 4.1 Capaian Imunisasi Dasar Lengkap Tahun 2017 dan 2018
40
BOOMBARU 92.6 103.1
TALANG BETUTU 92.6 95.7
4 ULU 92.4 97.5
SEMATANG
BORANG 92.4 102.7
5 ILIR 92.3 95.3
KARYAJAYA 92.2 99.5
ARIODILLAH 92.1 95.3
SOSIAL 92.1 92.6
ALBAR 92.1 90.6
11 ILIR 91.8 93.9
BUKIT SANGKAL 91.6 96.5
OPI 90.6 104.4
SEI SELINCAH 90.3 94.6
SABOKINGKING 89.9 100.0
KENTEN 87.1 97.1
TEGAL BINANGUN 0.0 97.7
41
Grafik 4.1 Gambaran Capaian Imunisasi Dasar Lengkap Tahun 2017 dan 2018
2016 2017
CAKUPAN TARGET
42
Dari data diatas cakupan Imunisasi Dasar Lengkap Palembang pada tahun 2017
mencapai 93.9% dan untuk tahun 2018 mencapai 97.9%. Pada tahun 2017 untuk
Puskesmas dengan cakupan Imunisasi Dasar Lengkap tertinggi adalah Puskesmas
Pembina (99.0%) dan untuk cakupan Imunisasi Dasar Lengkap terendah adalah
Puskesmas Kenten (87.1 %). Adapun pada tahun 2017 terdapat 37 Puskesmas yang
mencapai target (91.5%) dan 3 Puskesmas yang tidak mencapai target. Untuk tahun
2018 Puskesmas dengan cakupan Imunisasi Dasar Lengkap tertinggi adalah Puskesmas
Gandus (116.3% ) dan untuk cakupan Imunisasi Dasar Lengkap terendah adalah
Puskesmas 23 Ilir (89.8%). Pada tahun 2018 terdapat 37 Puskesmas yang mencapai
target (92.5%) dan 4 yang tidak mencapai target. Untuk cakupan Imunisasi Dasar
Lengkap sendiri mengalami peningkatan dari tahun 2017 ke 2018.
CAKUPAN TARGET
43
Untuk cakupan UCI desa/kelruhan seluruh Puskesmas di Kota Palembang
mencapai target yang ada, sedangkan untuk tahun 2018 cakupan UCI desa/kelurahan
mengalami penurunan dan tidak sesuai target yang ditetapkan oleh Kepmenkes Nomor
741 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) yaitu 100%, pada tahun
ini terdapat 2 desa yang non – UCI.
44
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulannya ialah untuk cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) dari
tahun 2017 sampai tahun 2018 mengalami peningkatan baik dari cakupan maupun
target yang ada. Pada tahun 2017 dan 2018 terdapat 37 Puskesmas yang cakupan
Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) melebihi target yang ada. Namun pada tahun 2017
hanya terdapat 40 Puskesmas saja dan di tahun 2018 bertambah menjadi 41 Puskesmas.
Untuk UCI desa/kelurahan sendiri di kota Palembang pada tahun 2017 tidak ada
Puskesmas yang cakupan UCI nya dibawah target. Namun, di tahun 2018 masih ada
dua Puskesmas yang tidak mencapai target UCI yang sesuai dengan Kepmenkes
Nomor 741 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) yaitu 100%
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan sebagai berikut :
-. Diharapkan agar Puskesmas lebih tepat waktu dan lengkap dalam melaporkan
data capaian imunisasi dari masing-masing Puskesmas.
-. Para petugas imunisasi yang dimutasi agar diberikan pelatihan tentang juknis
imunisasi kembali.
-. Memberikan penyuluhan pentingnya imunisasi bagi anak-anak mereka, agar si
ibu lebih mengerti dan memahami pentingnya imunisasi dan risiko jika anak tidak
diberi imunisasi.
45
DAFTAR PUSTAKA
Akib P.A., Purwanti A. 2011. Kejadian Ikutan pasca Imunisasi (KIPI) Adverse Events
Following Imumunization (AEFI). Dalam Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi
keempat. Penyunting: Ranuh Gde, Suyitno H, Hadinegoro S.R.S, Kartasasmita C.B,
Ismoedijanto dkk. Jakarta: IDAI.
Ayubi, D., 2009. Kontribusi Pengetahuan Ibu terhadap Status Imunisasi Anak di Tujuh
Provinsi di Indonesia.Jurnal Pembangunan Manusia, vol.7 No.1.
Depkes RI. 2009. Pedoman pengelolaan vaksin. Jakarta : Dirjen Bina Farmasi dan Alat
Kesehatan.
Dinkes Kota Palembang. 2017. Profil Dinas Kesehatan Kota Palembang tahun 2017.
Palembang : Dinkes Kota Palembang.
Ditjen PP & PL Depkes RI. 2005. Model pelatihan tenaga pelaksana imunisasi
Puskesmas. jakarta : Ditjen PP & PL Depkes RI.
Hidayat, Aziz Alimul. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Aanlisa Data.
Jakarta: Salemba Medika.
Nany, D. (2010). Asuhan Bayi Baru Lahir Dan Kesehatan Balita. jakarta: Bina Pustaka.
46
Novitasari, Y.D. 2015. Tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar pada
bayi usia 0-12 bulan di Posyandu Kencana Sendangrejo Grobongan. [Karya
Tulis Ilmiah]. Surakarta : StiKes Kusuma Husada.
47
LAMPIRAN
48
49
50
51
52