Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, schizein yang berarti terpisah atau
pecah dan phren yang berarti jiwa. Terjadi pecahnya/ ketidakserasian antara afek,
kognitif, dan perilaku. Skizofrenia adalah suatu psikosa fungsional dengan
gangguan utama pada proses pikir serta disharmonisasi antara proses pikir, afek
atau emosi, kemauan dan psikomotor disertai distorsi kenyataan, terutama karena
waham dan halusinasi, assosiasi terbagi-bagi sehingga muncul inkoherensi, afek
dan emosi inadekuat, serta psikomotor yang menunjukkan penarikan diri,
ambivalensi dan perilaku bizar. Kesadaran dan kemampuan intelektual biasanya
tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif dapat berkembang dikemudian
hari. 1,2,3
Schizophrenia disebabkan oleh hal yang multikompleks, seperti
ketidakseimbangan neurotransmitter di otak, faktor edukasi dan perkembangan
mental sejak masa anak-anak, stressor psikososial berat yang menumpuk, dengan
sifat perjalanan penyakit yang progresif, cenderung menahun (kronik), eksaserbasi
(kumat-kumatan), sehingga terkesan penderita tidak bisa disembuhkan seumur
hidup. Tiga per empat dari jumlah pasien skizofrenia umumnya dimulai pada usia
16 sampai 25 tahun pada laki-laki. Pada kaum perempuan, skizofrenia biasanya
mulai diidap pada usia 25 hingga 30 tahun. Penyakit yang satu ini cenderung
menyebar di antara anggota keluarga sedarah. Dalam skizofrenia terdapat
beberapa tipe yaitu tipe tak terorganisasi, tipe katatonik dan tipe paranoid (DSM-
IV-TR; APA, 2000). Simptom utama dari skizofrenia paranoid adalah delusi
persecusion dan grandeur, di mana individu merasa dikejar-kejar. 4,5
Di Indonesia, sekitar 1%– 2% dari total jumlah penduduk mengalami
skizofrenia yaitu mencapai 3 per 1000 penduduk, prevalensi 1,44 per 1000
penduduk di perkotaan dan 4,6 per 1000 penduduk di pedesaan berarti jumlah
penyandang skizofrenia 600.000 orang produktif.

1
Pasien skizofrenia 80% menderita kekambuhan secara berulang. Prognsis
penyakit ini juga kurang menggembirakan, sekitar 25% pasien dapat pulih dari
episode awal dan fungsinya akan kembali ke tingkat premorbid. Sektar 25% tidak
akan pulih dan perjalanan penyakitnyaa cenderung memburuk, sekitar 50% pasien
berada diantaranya yang ditandai dengan kekambuhan periodik dan
ketikmampuan berfungsi efektif kecuali dalam waktu singkat.
Keluarga berperan penting dalam menentukan cata atau asuhan
keperawatan yang diperlukan pasien. Keluarga memiliki fungsi strategis dalam
meningkatkan kemandirian dan taraf hidup, serta kemampuan pasien kembali
bersosialisasi dengan masyarakat.

2
BAB II
STATUS PASIEN

I. IDENTIFIKASI PASIEN
Nama : Tn. SR
Umur : 22 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Lajang
Suku/Bangsa : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak bekerja
Agama : Islam
Alamat : Tanjung makmur, Blokm C Rusun I, Belitang
ke RS : 26 September 2018
Cara ke RS : Bersama ayah Os
Tempat Pemeriksaan : Poliklinik RS Ernaldi Bahar Palembang

II. ANAMNESIS
A. AUTOANAMNESIS
a. Keluhan utama
Os mengeluh bahwa dirinya sering mengamuk dan memukuli orang
sekitar
b. Riwayat perjalanan penyakit
Kurang lebih 1 tahun yang lalu Os berangkat mondok ke
Balikpapan, setelah di pondok Os dilaporkan sering mengamuk dan
ngoceh sendiri, Os mengamuk tanpa sebab dan sering memukuli orang
sekitarnya. Os sering berdiam diri dan jarang berkomunikasi dengan
anggota keluarga dan teman-temannya. Os mengaku sering marah-
marah dengan temannya karena dirasa temannya tidak sependapat
dengan Os bahwa Tuhan itu adalah monster. Menurut Os, banyak yang

3
membencinya. Os merasa orang-orang mengetahui isi pikirannya dan
tidak menyetujui apa yang Os pikirannya. Os juga mengatakan bahwa
ia mendengan suara-suara yang mengejeknya. Os merasa dirinya adalah
Nabi dan merupakan panutan. Os hanya diajak berobat ke orang pintar.
Kurang lebih 1 minggu yang lalu Os sering berbicara sendiri
didepan kaca, senyum-senyum sendiri. Os sering terlibat pertikaian
dengan ayah dan tetangganya karena merasa tersinggung disebut orang
gila. Os bahkan memukul ayahnya. Os mengaku susah tidur karena
sering mendengar suara yang mengejeknya. Os jarang melakukan
aktivitas mandi, makan dan minum sedikit.
Kurang lebih 2 hari yang lalu Os kembali terlibat pertikaian
dengan ayahnya, Os memukul ayahnya hingga luka dipelipis. Os
mengaku tidak bisa tidur Os lalu dibawa ke RS Ernaldi Bahar oleh
keluarganya.

c. Riwayat penyakit dahulu


- Riwayat kejang : tidak ada
- Riwayatt rauma : tidak ada
- Riwayat diabetes melitus: tidak ada
- Riwayat hipertensi : tidak ada
- Riwayat asma : tidak ada
- Riwayat alergi : tidak ada

d. Riwayat pengobatan
Tidak ada

e. Riwayat premorbid
- Lahir : lahir spontan, langsung menangis
- Bayi : tumbuh kembang baik
- Anak-anak : sosialisasi baik
- Remaja : sosialisasi baik

4
- Dewasa : sosialisasi kurang baik
- Riwayat minum alkohol (-)
- Riwayat NAPZA (-)
- Riwayat keluarga
- Os merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Os memiliki dua
orang adik permpuan dan satu orang adik laki-laki. Anggota
keluarga dengan gangguan jiwa disangkal.
- Riwayat pada keluarga dengan keluhan yang sama disangkal.
- Hubungan dengan anggota keluarga terjalin baik. Namun Os dari
kecil anak yang pendiam dan lebih suka menyendiri.
- Ayah kandung tidak memiliki riwayat penyakit apapun. Ayah
merupakan seorang buruh. Os mengaku ayah kandungnya tegas,
bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan keluarga, tidak
membeda-bedakan antar saudara, rajin sembayang.
- Ibu kandung tidak memiliki riwayat penyakit apapun. Ibu merupakan
seorang ibu rumah tangga. Os mengaku ibunya sosok yang penyabar,
penyayang, dan tidak pilih kasih.
- Adik kandung lelaki Os berhubungan baik dengan Os, namun Os dan
adik-adiknya jarang bertukar pikiran dan bercerita. Adik kandungnya
tidak memiliki riwayat penyakit yang sama dengan Os atau orang
tuanya.

5
Keterangan:
: Pasien

:Laki-laki
D
a
l : Perempuan
a
f. Riwayatmpendidikan
Tamat SMA
K
g. Riwayatepekerjaan
Tidak bekerja
d
o
h. Riwayatkgaya hidup
Pasien tidak
t merokok dan minum alkohol.
e
i. Riwayatr perkawinan
Os belum
a menikah
n
j. Keadaan, sosial ekonomi
Pasien tinggal
s bersama keluarganya di rumah milik pribadi. Rumahnya
sederhana.
e Terdapat 1 ruang tamu, 1 kamar mandi, 1 dapur, dan 3 kamar
tidur. Ukuran
b rumah sekitar 8x5 m2. Pendapatan yang didapatkan oleh
Os a250.000 sampai 300.000 dalam seminggu.
g
i
a
n
b
e
s
a
r 3
g
o
A. STATUS INTERNUS
1) Keadaan Umum
Sensorium : Compos Mentis
Frekuensi nadi : 86 x/menit
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Suhu : 36,50 C
Frekuensi napas : 18 x/menit

B. STATUS NEUROLOGIKUS
1) Urat syaraf kepala (panca indera) : tidak ada kelainan
2) Gejala rangsang meningeal : tidak ada kelainan
3) Mata:
Gerakan : baik kesegala arah
Persepsi mata : baik, diplopia tidak ada, visus normal
Pupil :bentuk bulat, sentral, isokor, Ø
3mm/3mm
Refleks cahaya : +/+
Refleks kornea : +/+
Pemeriksaan oftalmoskopi : tidak dilakukan

4) Motorik
Fungsi Motorik Lengan Tungkai

Kanan Kiri Kanan Kiri

Gerakan Normal

Kekuatan 5/5

Tonus Eutonik Eutonik Eutonik Eutonik

Klonus - - - -

Refleks fisiologis + + + +

4
Refleks patologis - - - -

5) Sensibilitas : normal
6) Susunan syaraf vegetatif ` : tidak ada kelainan
7) Fungsi luhur : tidak ada kelainan
8) Kelainan khusus : tidak ada

C. STATUS PSIKIATRIKUS
KEADAAN UMUM
a. Sensorium : Compos Mentis
b. Perhatian : Atensi adekuat
c. Sikap : Kooperatif
d. Inisiatif : Adekuat
e. Tingkah laku motorik : Normal
f. Ekspresi fasial : Wajar
g. Cara bicara : Lancar
h. Kontak psikis : adekuat
i. Kontak fisik : adekuat
j. Kontak mata : adekuat
k. Kontak verbal : adekuat

KEADAAN KHUSUS (SPESIFIK)


a. Keadaan afektif
Afek : Sesuai
Mood : Disforik

5
b. Hidup emosi
Stabilitas : labil
Dalam-dangkal : dangkal
Pengendalian : kurang terkendali
Adekuat-Inadekuat : adekuat
Echt-unecht : Echt
Skala diferensiasi : normal
Einfuhlung : tidak bisa dirabarasakan
Arus emosi : labil

c. Keadaan dan fungsi intelektual


Daya ingat : baik
Daya konsentrasi : baik
Orientasi orang/waktu/tempat : baik
Luas pengetahuan umum : cukup baik
Discriminative judgement : buruk
Discriminative insight : buruk
Dugaan taraf intelegensi : sulit dinilai
Depersonalisasi dan derealisasi : tidak ada

d. Kelainan sensasi dan persepsi


Ilusi : tidak ada
Halusinasi : Halusinasi auditorik

KEADAAN PROSES BERFIKIR


a. Arus pikiran
Flight of ideas : tidak ada
Inkoherensi : ada
Sirkumstansial : tidak ada
Tangensial : tidak ada
Terhalang (blocking) : tidak ada

6
Terhambat (inhibition) : tidak ada
Perseverasi : tidak ada
Verbigerasi : tidak ada

b. Isi Pikiran
Waham : Grandiosa
Pola Sentral : tidak ada
Fobia : tidak ada
Konfabulasi : tidak ada
Perasaan inferior : tidak ada
Kecurigaan : ada
Rasa permusuhan : ada
Perasaan berdosa : tidak ada
Hipokondria : tidak ada
Ide bunuh diri : tidak ada
Ide melukai diri : tidak ada
Lain-lain : tidak ada

Pemilikan pikiran
Obsesi : tidak ada
Aliensi : tidak ada

c. Keadaan dorongan instinktual dan perbuatan


Hipobulia : tidak ada
Vagabondage : tidak ada
Stupor : tidak ada
Pyromania : tidak ada
Raptus/Impulsivitas : tidak ada
Mannerisme : tidak ada
Kegaduhan umum : tidak ada
Autisme : tidak ada

7
Deviasi seksual : tidak ada
Logore : tidak ada
Ekopraksi : tidak ada
Mutisme : tidak ada
Ekolalia : tidak ada
Lain-lain : tidak ada

e. Kecemasan : tidak ada

f. Dekorum
Kebersihan : kurang
Cara berpakaian : cukup
Sopan santun : cukup

g. Reality testing ability : terganggu

D. PEMERIKSAAN LAIN
a. Pemeriksaan radiologi/foto thoraks : tidakdilakukan
b. Pemeriksaan radiologi/ CT scan : tidak dilakukan
c. Pemeriksaan darah rutin : tidak dilakukan
d. Pemeriksaan laboratorium : tidak dilakukan
e. Pemeriksaan urin : tidak dilakukan
f. Pemeriksaan LCS : tidak dilakukan
g. Pemeriksaan elektroensefalogram : tidak dilakukan

III. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL


Aksis I : Skizofrenia Paranoid
Aksis II : Belum ada diagnosis
Aksis III : Belum ada diagnosis
Aksis IV : Belum ada diagnosis
Aksis V : GAF scale saat ini 80-71

8
IV. DIAGNOSIS DIFFERENSIAL

V. TERAPI
a. Psikofarmaka
- Persidal 2x2 mg
- Stelosi 1x2,5 mg
- Triheksifenidil 2x2 mg
- Merlopam 1x2 mg

b. Psikoterapi
Suportif
- Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya.
- Memberi dukungan dan perhatian kepada pasien dalam menghadapi penyakit.
- Memotivasi pasien agar minum obat dan kontrol secara teratur.

Kognitif
- Menerangkan tentang gejala penyakit pasien yang timbul akibat cara berpikir
yang salah, mengatasi perasaan, dan sikapnya terhadap masalah yang dihadapi.

Keluarga
- Memberikan pengertian kepada keluarga tentang penyakit pasien sehingga
diharapkan keluarga dapat membantu dan mendukung kesembuhan pasien.

9
Religius
- Bimbingan keagamaan agar pasien selalu menjalankan ibadah sesuai ajaran
agama yang dianutnya, yaitu menjalankan solat lima waktu, menegakkan amalan
sunah seperti mengaji, berzikir, dan berdoa kepada Allah SWT.

VI. PROGNOSIS
1. Faktor Penghambat :

 Stressor psikososial yang kurang jelas

2. Faktor Pendukung :

 Gejala positif menonjol berupa waham dan halusinasi

 Tidak ada riwayat keluarga dengan keluhan yang sama

 Tidak adanya kelainan organobiologik.

Quo ad vitam : Bonam


Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad malam

10
BAB IV
ANALISIS KASUS

Tn. SR, 22 tahun, datang ke RS Ernaldi Bahar diantar oleh keluarganya karena sering
mengamuk dan memukuli orang sekitar. Wawancara dan observasi dilakukan pada 26 September
2018 pukul 10.00 WIB di Poliklinik RS Ernaldi Bahar Palembang. Wawancara yang dilakukan
berupa autoanamnesis dan alloanamnesis. Pemeriksa dan pasien berhadapan dengan posisi duduk
di kursi. Wawancara dilakukan dengan menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Palembang.
Berdasarkan alloanamnesis, kurang lebih 1 tahun yang lalu Os berangkat mondok ke
Balikpapan, setelah di pondok Os dilaporkan sering mengamuk dan ngoceh sendiri, Os
mengamuk tanpa sebab dan sering memukuli orang sekitarnya. Os sering berdiam diri dan jarang
berkomunikasi dengan anggota keluarga dan teman-temannya. Dari autoanamnesis Os mengaku
sering marah-marah dengan temannya karena dirasa temannya tidak sependapat dengan Os
bahwa Tuhan itu adalah monste. Menurut Os, banyak yang membencinya. Os merasa orang-
orang mengetahui isi pikirannya dan tidak menyetujui apa yang Os pikirkan. Os juga
mengatakan bahwa ia mendengar suara-suara yang mengejeknya. Os merasa dirinya Nabi dan
merupakan panutan. Os hanya diajak berobat ke orang pintar.
Kurang lebih 1 minggu yang lalu Os sering berbicara sendiri didepan kaca, senyum-
senyum sendiri. Os sering terlibat pertikaian dengan ayah dan tetangganya karena merasa
tersinggung disebut orang gila. Os bahkan memukul ayahnya. Os mengaku susah tidur karena
sering mendengar suara yang mengejeknya. Os jarang melakukan aktivitas mandi, makan dan
minum sedikit.

11
Kurang lebih 2 hari yang lalu Os kembali terlibat pertikaian dengan ayahnya, Os
memukul ayahnya hingga luka dipelipis. Os mengaku tidak bisa tidur Os lalu dibawa ke RS
Ernaldi Bahar oleh keluarganya.
Status internus dan neurologikus dalam batas normal. Pada status psikiatrikus, keadaan
umum dalam batas normal. Pada keadaan khusus, keadaan afektif, afek sesuai dan mood
disforik, emosi labil, enfuhlung tidak dapat dirabarasakan.
Pada keadaan dan fungsi intelektual, discriminative judgement dan discriminative
insight pasien ini buruk..
Kelainan sensasi dan persepsi terdapat halusinasi auditorik berisi ejekan. Pada keadaan
proses berpikir, ditemukan adanya arus pikiran ikoherensi, isi pikiran terdapat waham grandiosa,
rasa kecurigaan dan permusuhan. pPmilikan pikiran, keadaan dorongan instinktual dan perbuatan
dalam batas normal. Dekorum cukup dan RTA terganggu. Pemeriksaan lain tidak dilakukan pada
pasien.
Penilaian diagnosis dinilai secara multiaksial menurut DSM V, yaitu:
1) Aksis I
Dari autoanamnesis dan alloanamnesis, dapat disimpulkan bahwa pasien menderita
Skizafrenia Paranoid. Hal ini didasarkan pada:
1) Terdapat waham dan halusinasi
Pada pasien ini terdapat waham grandiosa yang menetap selama 1 tahun, dimana Os
menganggap dirinya nabi dan merupakan panutan. Selain itu terdapat juga halusinasi
auditorik yang berisi ejekan.
2) Disfungsi Sosial/Pekerjaan
Os sebelumnya tamatan SMA dengan nilai rata-rata, namun semenjak mengalami
gangguan, Os tidak melanjutkan lagi kegiatan dipondoknya. Os jugua sering marah-
marah serta curiga dengan orang disekitarnya. Os sekarang jarang mandi dan tidak dapat
mengurus diri seperti sebekumnya.
3) Durasi
Keluhan yang dialami sudah berlangsung >1bulan (1 tahun)
4) Eksklusi gangguan mood dan skizoafektif
Dari hasil anamnesis dan observasi tidak didapatkan gangguan mood dan skizoafektif,
sehingga dapat disingkirkan.

12
5) Eksklusi kondisi medis umum/zat
Dari hasil anamnesis dan observasi tidak didapatkan kondisi medis umum dan konsumsi
zat, sehingga dapat disingkirkan.
6) Hubungan dengan keterlambatan perkembangan global
Dari hasil anamnesis dan observasi tidak terdapat keterlambatan perkembangan global.
7) Tidak ada hal berikut ini yang prominen: bicara kacau, perilaku kacau atau katatonik,
atau afek datar atau tidak sesuai

Hal ini sesuai dengan kriteria diagnostik skizofrenia DSMV :


a) Karakteristik Gejala Terdapat 2 atau lebih dari kriteria dibawah ini, masing-masing
terjadi dalam kurun waktu yang signifikan selama 1 bulan (atau kurang bila telah
berhasil diobati). Paling tidak salah satu harus ada (delusi), (halusinasi), atau (bicara
kacau ):
(1) Delusi/Waham
(2) Halusinasi
(3) Bicara Kacau (sering melantur atau inkoherensi)
(4) Perilaku yang sangat kacau atau katatonik
(5) Gejala negatif (ekspresi emosi yang berkurang atau kehilangan minat)
b) Disfungsi Sosial/Pekerjaan
Selama kurun waktu yang signifikan sejak awitan gangguan, terdapat satu atau lebih
disfungsi pada area fungsi utama; seperti pekerjaan, hubungan interpersonal, atau
perawatan diri, yang berada jauh di bawah tingkat yang dicapai sebelum awitan (atau
jika awitan pada masa anak-anak atau remaja, ada kegagalan untuk mencapai beberapa
tingkat pencapaian hubungan interpersonal, akademik, atau pekerjaan yang diharapkan).
c) Durasi: Tanda kontinu gangguan berlangsung selama setidaknya 6 bulan. Periode 6
bulan ini harus mencakup setidaknya 1 bulan gejala (atau kurang bila telah berhasil
diobati) yang memenuhi kriteria A (yi. gejala fase aktif) dan dapat mencakup periode
gejala prodromal atau residual. Selama periode gejala prodromal atau residual ini, tanda

13
gangguan dapat bermanifestasi sebagai gejala negatif saja atau 2 atau lebih gejala yang
terdaftar dalam kriteria A yang muncul dalam bentuk yang lebih lemah (keyakinan aneh,
pengalaan perseptual yang tidak lazim).
d) Eksklusi gangguan mood dan skizoafektif: Gangguan skizoafektif dan gangguan depresif
atau bipolar dengan ciri psikotik telah disingkirkan baik karena:
(1) Tidak ada episode depresif manik, atau campuran mayor yang terjadi bersamaan
dengan gejala fase aktif.
(2) Jika episode mood terjadi selama gejala fase aktif durasi totalnya relatif singkat
dibandingkan durasi periode aktif dan residual.
e) Eksklusi kondisi medis umum/zat: Gangguan tersebut tidak disebabkan efek fisiologis
langsung suatu zat (obat yang disalahgunaan, obat medis) atau kondisi medis umum.
f) Hubungan dengan keterlambatan perkembangan global: Jika terdapat riwayat gangguan
autistik atau keterlambatan perkembangan global lainnya, diagnosis tambahan
skizofrenia hanya dibuat bila waham atau halusinasi yang prominen juga terdapat selama
setidaknya satu bulan (atau kurang bila telah berhasil diobati) (Kaplan & Sadock, 2015).

Tipe Paranoid:
A. Preokupasi terhadap satu atau lebih waham dan halusinasi auditorik yang sering
B. Tidak ada hal berikut ini yang prominen: bicara kacau, perilaku kacau atau katatonik,
atau afek datar atau tidak sesuai
2) Aksis II
Belum ada diagnosis
3) Aksis III
Tidak ditemukan diagnosis karena tidak ada gangguan medis lain pada pasien.
4) Aksis IV
Belum ada diagnosis
5) Aksis V
Pasien mengalami gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial,
pekerjaan, seolah, dll. GAF Scale 80-71.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku ajar psikiatri. Edisi ke-2. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2013.
2. Maramis WF. Catatan ilmu kedokteran jiwa. Surabaya: Airlangga University Press; 2009.
hlm. 356-60.
3. Maslim, R. Buku saku diagnosis gangguan jiwa PPDGJ-III. Jakarta : Ilmu Kedokteran
Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya; 2001. hlm. 53.
4. Kaplan HI, Saddock BC, Roan WM. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Widya Medika,
Jakarta. 1998: 407-412
5. Kaplan HI, Saddock BC, Grebb JA. Sipnosis Psikiatri. Jilid I.Edisi VII. Binarupa Aksara
Jakarta. 1997: 699-743

15

Anda mungkin juga menyukai