Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stroke adalah penyebab kematian tersering ketiga pada orang dewasa di
Amerika Serikat. Angka kematian setiap tahun akibat stroke baru atau rekuren adalah
lebih dari 200ribu. Di Amerika Serikat perempuan membentuk lebih dari separuh
kasus stroke yang meninggal, lebih dari dua kali dari jumlah perempuan yang
meninggal akibat kanker payudara. Empat juta orang Amerika mengalami deficit
neurologic akibat storke. Kemungkinan meninggal adalah 30-35%, dan kemungkinan
kecacatan mayor pada yang selamat adalah 35-40% (Price dan Wilson, 2006). Di
dunia, stroke menempati urutan kedua setelah penyakit jantung, baru kemudian
diikuti oleh kanker sebagai urutan ketiga.
Melihat fenomena di atas, storke merupakan penyakit yang menjadi momok
bagi manusia. Selain itu, stroke menyerang dengan tiba-tiba. Orang yang menderita
stroke sering tidak menyadari bahwa dia terkena stroke. Tiba-tiba saja, penderita
merasakan dan mengalami kelainan seperti lumpuh pada sebagian sisi tubuhnya
(hemiplegia), bicara pelo, pandangan kabur, dan lain sebagainya tergantung bagian
otak mana yang terkena.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Stroke adalah terjadinya kerusakan pada jaringan yang disebabkan
berkurangnya aliran darah ke otak/retaknya pembuluh darah yang menyuplai darah ke
otak dengan berbagai sebab yang ditandai dengan kelumpuhan sensorik atau motorik
tubuh sampai dengan terjadinya penurunan kesadaran.
Stroke Iskemik (penyumbatan pembuluh darah) adalah stroke yang terjadi
apabila salah satu cabang dari pembuluh darah otak mengalami penyumbatan,
sehingga bagian otak yang seharusnya mendapat suplai darah dari cabang pembuluh
darah tersebut, akan mati karena tidak mendapatkan suplai oksigen dan aliran darah
sebagaimana seharusnya.

B. Etiologi
Stroke biasanya diakibatkan oleh :
1. Trombosis (bekuan darah didalam pembuluh darah otak atau leher)
2. Embolisme Serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke
otak dari bagian tubuh yang lain)
3. Iskemia (penurunan aliran darah ke area otak)
4. Hemoragi Serebral (pecahnya pembuluh darah serebral dengan
pendarahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak)

C. Tanda dan Gejala


1. Gejala stroke sementara (sembuh dalam beberapa menit/jam)
a. Sakit kepala secara tiba-tiba, pusing, bingung
b. Penglihatan kabur atau kehilangnya ketajaman penglihatan pada satu atau kedua
mata
c. Kehilangan keseimbangan (limbung), lemah
d. Rasa kebal atau kesemutan pada sisi tubuh

2. Gejala stroke ringan


a. Mengalami beberapa atau semua gejala stroke sementara
b. Kelemahan/kelumpuhan tangan/kaki
c. Bicara tidak jelas

3. Gejala stroke berat (sembuh/mengalami perbaikan dalam beberapa bulan/tahun,


atau tidak bisa sembuh sama sekali)
 Mengalami beberapa atau semua gejala stroke sementara dan ringan
 Koma jangka pendek (kehilangan kesadaran)
 Kelemahan/kelumpuhan tangan/kaki
 Bicara tidak jelas/hilangnya kemampuan bicara
 Sukar menelan
 Kehilangan kontrol terhadap pengeluaran air seni dan fases
 Kahilangan daya ingat dan konsentrasi
 Terjadi perubahan perilaku misalnya : bicara tidak menentu, mudah marah, tingkah
laku seperti anak kecil, dan lain-lain.

D. Patofisologi

E. Manifestasi Klinik
1. Defisit motorik yang umum
a. Hemiparesis atau hemiplegia
b. Disartria
c. Disfagia
2. Defisit sensori yang umum
a. Defisit fisual
b. Hilang respon terhadap sensasi superfisial
c. Hilang respon terhadap propriresepsi
d. Defisit perseptual
3. Defisit bahasa
4. Defisit Intelektual
5. Defisit Emosional
6. Disfungsi kandung kemih
7. Disfungsi usus
F. Komplikasi
Ada 3 komplikasi utama:
1. Vasospasme
2. Hidrosefalus
3. Disritmia
G. Penatalaksanaan
Tindakan medis terhadap pasien stroke meliputi :
1. Diuretik untuk menurunkan edema serebral yang mencapai tingkat
maksimum 3-5 hari setelah infark serebral
2. Antikoagulan dapat diresepkan untuk mencegah
terjadinya/memberatnya trimbosis atau embolisasi dari tempat lain dalam
sistem kardiovaskuler
3. Medikasi anti trombosit dapat diresepkan karena trombosit
memainkan peran sangat penting dalam pembentukan trombus dan embolisasi
4. Memberikan obat tertentu yang berfungsi menghancurkan bekuan
darah (misal: striptokinase atau plasminogen jaringan) diberikan dalam waktu
3 jam setelah timbulnya stroke, hal ini dapat mencegah dan memulihkan
kelumpuhan dan gejala lainnya
5. Monitol atau kortikosteroid untuk mengurangi pembengkakan dan
tekanan didalam otak pada penderita stroke akut
6. Respirator diberikan pada penderita stroke yang sangat berat untuk
mempertahankan pernapasan yang adekuat
7. Terapi psikis atau obat-obatan diberikan setelah serangan stroke yang
biasanya terjadi perubahan suasana hati (terutama depresi)
H. Pencegahan
Pencegahan stroke iskemik adalah memungkinkan pendekatan yang paling
baik. Langkah-langkah yang dilakukan untuk mencegah stroke antara lain :
1. Pengendalian hipertensi
2. Mencegah kolesterol tinggi
3. Mengendalikan dan mengatur makan dan minum
4. Jangan mengkonsumsi alkohol
5. Hindari memakai obat-obatan terlarang (kokain)
6. Hidari merokok
7. Hindari kontrasepsi oral
8. Kurangi makan-makanan yang berlemak, kolentrol, dan terlalu manis
9. Hindari kontrasepsi oral (khususnya disertai hipertensi, merokok dan
kadar estrogen tinggi)
I. Pemeriksaan Penunjang
1. CT Scan merupakan pemeriksaan baku emas untuk membedakan
infark dengan pendarahan.
2. Sken resonasi magnetik (MRI) lebih sensitif dari CT Scan dalam
mendeteksi infark serebri dini dan infark batang otak
3. Ekokardiografi untuk mendeteksi adanya sumber emboli dari jantung.
Pada pasien, ekokardiografi transtorakal sudah memadai. Ekokardiografi
transesofageal memberikan hasil yang lebih mendetail, terutama kondisi
atrium kiri dan arkus aorta, serta lebih sensitif untuk mendeteksi trombus
mural atau vegetasi katup.
4. Ultrasonografi Doppler Karotis diperlukan untuk menyingkirkan
stenosis karotis yang simtomatis serta lebih dari 70% yang merupakan
indikasi untuk enarterektomi karotis.
5. Ultrasonografi Doppler Transkranial dapat dipakai untuk
mendiagnosis oklusi atau stenosis arteri intrakranial besar. Gelombang
intrakanial yang abnormal dan pola aliran kolateral dapat juga dipakai untuk
menentukan apakan suatu stenosis pada leher menimbulkan gangguan
hemodinamik yang bermakna.
6. Angiografi resonansi magnetik dapat dipakai untuk mendiagnosis
stenosis atau oklusi arteri ekstrakranial atau intrakranial.
7. Pemantauan Holter dapat dipakai untuk mendeteksi fibrilasi atrium
intermiten.
K. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Data dasar yang dikaji pada klien dengan gangguan system persy arafan Stroke
Haemorrhagic adalah :
 Aktivitas/ Istirahat
Gejala : Merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kelemahan, kehilangan
sensasi atau paralisis ( hemiplegia ).
Merasa mudah lelah, susah untuk beristirahat ( nyeri/kejang otot ).
Tanda : Gangguan tonus otot ( flaksid, spastis ), paralitik ( hemiplegia ) dan terjadi
kelemahan umum.
Gangguan penglihatan.
Gangguan tingkat kesadaran.
 Sirkulasi
Gejala : Adanya penyakit jantung, polisitemia, riwayat hipotensi posturnal.
Tanda : Hipertensi Arterial sehubungan dengan adanya embolisme/ malformasi
vaskular.
Nadi : frekuensi dapat bervariasi.
Disritmia, perubahan EKG
Desiran pada waktu karotis, femoralis dan arteri iliaka/aorta yang abnormal.
 Integritas ego
Gejala : Perasaan tidak berdaya, perasaan putus asa.
Tanda : Emosi yang labil dan ketidaksiapan untuk marah, sedih dan gembira.
Kesulitan untuk mengekspresikan diri.
 Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih, seperti : inkontinensia urine, anuria.
Distensi abdomen, bising usus negatif.
 Makanan/ Cairan
Gejala : Nafsu makan hilang.
Mual muntah selama fase akut ( peningkatan TIK ).
Kehilangan sensasi ( rasa kecap ) pada lidah, pipi dan tengkorak.
Disfagia.
Adanya riwayat diabetes, peningkatan lemak dalam darah.
Tanda : Kesulitan menelan.
 Neurosensori
Gejala : Sinkope/ pusing.
Sakit kepala
Kelemahan/kesemutan/kebas.
Penglihatan menurun.
Sentuhan : hilangnya rangsang sensorik kontralateral pada ekstremitas dan kadang-
kadang pada ipsilateral.
Gangguan rasa pengecapan dan penciuman.
Tanda : Status mental/tingkat kesadaran : koma ( haemorrhagic ), tetap sadar ( non
haemorrhagic ) gangguan tingkah laku, gangguan fungsi kognitif (penurunan memori,
pemecahan masalah).
Ekstremitas : kelemahan/ paralisis.
Pada wajah terjadi paralisis atau parese.
Afasia.
Kehilangan kemampuan untuk mengenali/menghayati masuknya rangsang
visual, pendengaran, taktil ( agnosia ), seperti gangguan kesadaran terhadap citra
tubuh, kewaspadaan, kelalaian terhadap bagian tubuh yang terkena, gangguan
persepsi.
Kehilangan kemampuan menggunakan motorik saat pasien ingin
menggerakkannya.
Ukuran/ reaksi pupil tidak sama, dilatasi atau miosis pupil ipsilateral.
Kekakuan nukal.
Kejang.
 Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Sakit kepala dengan intensitas yang berbeda-beda.
Tanda : Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan pada otot/fasia.
 Pernafasan
Gejala : Merokok ( faktor resiko ).
Tanda : ketidakmampuan menelan/ batuk/ hambatan jalan nafas. Timbulnya
pernafasan sulit dan tidak teratur.
Suara nafas terdengar/ ronki ( aspirasi sekresi ).
 Keamanan
Gejala : Motorik/ Sensorik : masalah dengan penglihatan
Perubahan persepsi terhadap orientasi tempat tubuh (stroke kanan),kesulitan untuk
melihat objek dari sisi kiri.
Tidak mampu mengenali objek, warna, kata dan wajah yang pernah dikenalnya
dengan baik.
Gangguan berespon terhadap panas dan dengan dingin/ gangguan regulasi suhu
tubuh.
Kesulitan dalam menelan, tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi sendiri.
Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan, tidak sabar/
kurang kesadaran diri ( stroke kanan ).
 Interaksi Sosial
Gejala : Masalah bicara, ketidakmampuan untuk berkomunikasi.
 Penyuluhan/ Pembelajaran
Gejala : Adanya riwayat hipertensi pada keluarga, stroke ( faktor risiko );
pemakaian kontrasepsi oral, kecanduan alkohol ( faktor risiko ).
 Pertimbangan Rencana Pemulangan
DRG menunjukkan rerata lama dirawat : 7,3 hari.
Mungkin memerlukan obat/ penanganan terapeutik. Bantuan dalam hal transportasi,
penyiapan makanan, perawatan diri dan tugas-tugas rumah, mempertahankan
kewajiban.
2. Diagnosa Keperawatan
Dx I : Perubahan perfusi jaringan serebral b/d gangguan oklusif, haemorrhagic,
vasospasme serebral, edema serebral, d/d perubahan tingkat kesadaran, kehilangan
memori, perubahan dalam respon motorik/ sensorik, gelisah defisit sensori, bahasa,
intelektual, dan emosi, perubahan tanda-tanda vital.
Tujuan : Perfusi jaringan serebral kembali normal
K. H. : - Dapat mempertahankan tingkat kesadaran, fungsi kognitif dan
motorik/sensorik membaik.
Menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
Tidak ada kekambuhan defisit ( sensori, bahasa, intelektual dan emosi ).
Intervensi Rasional
- Pantau/ catat status - Mengetahui kecenderungan tingkat
neurologist sesering mungkin kesadaran dan potensial peningkatan
dan bandingkan dengan TIK dan mengetahui lokasi, luas dan
keadaan normalnya kemajuan/ resolusi kerusakan SPP.
- Pantau tanda-tanda vital - Variasi mungkin terjadi oleh karena
tekanan/ trauma serebral pada daerah
vasomotor otak.
- Evaluasi pupil, catat ukuran, - Reaksi pupil diatur oleh saraf kranial
bentuk, kesamaan, dan okulomotor (III) dan berguna dalam
reaksinya terhadap cahaya. menentukan apakah batang otak
tersebut masih baik.
- Kaji fungsi-fungsi yang lebih - Perubahan dalam isi kognitif dan
tinggi, seperti fengsi bicara jika bicara merupakan indikator dari
pasien sadar. gangguan serebral.
- Letakkan kepala dengan - Menurunkan tekanan arteri dan
posisi agak ditinggikan dan peningkatan drainase dan perfusi
dalam posisi anatomis. serebral.
- Berikan oksigen sesuai - Menurunkan hipoksia yang dapat
indikasi. menyebabkan vasodilatasi serebral.

Dx II : Kerusakan mobilitas fisik b/d kelemahan, parestesia, kerusakan perceptual/


kognitif d/d ketidakmampuan bergerak, kerusakan kordinasi, keterbatasan rentang
gerak, penurunan kekuatan/ kontrol otot.
Tujuan : Mobilitas fisik kembali normal
K. H. : - Dapat meningkatkan kekuatan dan fungsi tubuh yang terkena.
Klien dapat menunjukkan teknik/ prilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas.
Dapat mempertahankan integritas kulit.

Intervensi Rasional
- Kaji kemampuan secara - Mengedentifikasi kekuatan/ kelemahan
fungsional melalui skala dan dapat memberikan informasi
aktivitas ( 0-4 ) mengenai pemulihan.
- Ubah posisi minimal setiap - Menurunkan resiko terjadinya trauma/
2 jam iskemia jaringan ( dekubitus ).
- Lakukan latihan gerak aktif - Meminimalkan atrofi otot,
dan pasif pada semua meningkatkan sirkulasi, membantu
ekstremitas mencegah kontraktur.
- Tinggikan tangan dan
kepala. - Perubahan dalam isi kognitif dan bicara
merupakan indikator dari gangguan
serebral.
- Alasi kursi duduk atau - Meningkatkan aliran balik vena dan
tempat tidur dengan busa atau membantu mencegah edema.
balon air.
- Berikan tempat tidur dengan - Mencegah/ menurunkan tekanan
matras bulat. koksigeal/ kerusakan kulit.

Dx III : Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan pengobatan b/d keterbatasan


kognitif, kesalahan interpretasi informasi, kurang mengingat, tidak mengenal sumber-
sumber informasi d/d meminta informasi, pernyataan kesalahan informasi.
Tujuan : Klien memiliki pengetahuan kondisi dan pengobatan.
K. H. : - Klien tidak tampak meminta informasi lagi mengenai kondisi penyakit
dan pengobatan.
Tampak dari pernyataan klien bahwa ia memiliki informasi yang benar.

Intervensi Rasional
- Diskusi keadaan patologis - Membantu dalam membangun
yang khusus dan kekuatan pad harapan yang realistis dan
individu. mengingatkan pemahaman terhadap
keadaan dan kebutuhan saat ini.
- Tinjau ulang keterbatasan saat - Meningkatkan pemahaman, meberikan
ini dan diskusikan rencana harapan pada masa datang dan
melakukan aktivitas kembali. menimbulkan harapan dari keterbatasan
hidup secara normal.
- Tinjau ulang pengobatan yang - Merupakan suatu hal yang penting
diberikan. pada kemajuan pemulihan komplikasi.
- Diskusikan rencana untuk - Berbagai tingkat bantuan mungkin
memenuhi kebutuhan diperlukan berdasarkan pada kebutuhan
perawatan diri. secara individual.
- Berikan instruksi dan jadwal - Memberikan pengetahuan visual dan
mengenai aktivitas, pengobatan sumber rujukan setelah sembuh.
dan faktor-faktor penting
lainnya.
BAB III
KASUS ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. R S Tanggal Masuk RS : 17 Juni 2014
Umur : 59 thn Tanggal pengkajian : 24 Juni 2014
Alamat : Caleu Sumber informasi : Ny. R
Keluarga terdekat yang dihubungi :
Istri klien
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam Pendidikan : SMP
Suku : Aceh Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA Alamat : Caleue
Pekerjaan : Wiraswasta
Lama bekerja : 30 tahun
2. Status kesehatan saat ini
a. Alasan kunjungan/keluhan utama : penurunan kesadaran, kelemahan
b. Faktor pencetus : adanya riwayat hipertensi.
c. Lamanya keluhan : 1 hari sebelum masuk RS
d. Timbulnya keluhan : [ ] Bertahap
[√ ] Mendadak
e. Faktor yang memperberat : jika klien mengalami peningkatan TD
f. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya : Oleh orang lain : di bawa
ke RS
g. Diagnosa Medik : Stroke iskemik : tanggal 17 Juni 2014
3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
a. Penyakit yang pernah dialami.
1) Kanak–kanak : batuk, demam.
2) Kecelakaan : Klien tidak pernah mengalami kecelakaan
3) Pernah dirawat penyakit : Sebelumnya klien pernah dirawat di RS Materna, dengan
keluhan hipertensi.
Waktu : 3 bulan sebelum keluhan muncul
b. Pola nutrisi :
Frekwensi makan : 3 x / hari
BB : 60 kg
Tinggi badan : 163 cm
Jenis makanan : Nasi putih, ikan, sayur.
Makanan yang disukai : Nasi goreng
Makanan pantangan : Tidak ada makanan pantangan
Nafsu makan : ( ) Baik
( ) Sedang – alasan :mual/muntah/sariawan
( √ ) Kurang – alasan : tidak nafsu makan
c. Pola Eliminasi :
1) Buang air besar
Frekwensi : 1x/hari penggunaan pencahar : -
Waktu : pagi hari
Warna : coklat
Konsistensi : Padat
2) Buang air kecil
Frekwensi : 3 – 4 x/hari
Warna : Kuning pekat
Bau : spesifik urine
d. Pola tidur dan istirahat :
Waktu tidur ( jam ) : klien tidur pada malam hari mulai jam 22.00 wib – 05.00 wib
Lama tidur/hari : 6 - 7 jam/hari
Kebiasaan pengantar tidur : -
Kesulitan dalam hal tidur : ( ) menjelang tidur
( ) Sering/mudah terbangun
( ) merasa tidak puas setelah bangun tidur
e. Pola aktivitas dan latihan :
1) Kegiatan dalam pekerjaan : memelihara bebek
2) Olahraga :
- Jenis :-
- Frekwensi :-
3) Kegiatan diwaktu luang : istirahat
4) Kesulitan/keluhan dalam hal :
( ) pergerakan tubuh
( ) mandi
( ) mengenakan pakaian
( ) bersolek
( ) berjabat
( √ ) sesak nafas setelah melakukan aktifitas
( √ ) Mudah merasa lelah
f. Pola bekerja :
1) Jenis pekerjaan : memelihara bebek Lamanya : 30 tahun
2) Jumlah jam kerja : tidak teratur Lamanya : 30 tahun
3) Jadwal kerja : pagi sampai sore hari
4) Lain – lain :-
4. Riwayat lingkungan :
Kebersihan : Lingkungan rumah selalu dibersihkan.
Bahaya : Tidak ada situasi yang dapat membayakan klien di Lingkungan rumah.
Polusi : Tidak ada polusi udara disekitar rumah klien
5. Aspek Psikososial : tak dikaji
6. Pengkajian Fisik : kesadaran koma GCS 3 TD : 148/ 84 mmhg, HR :
108 X/m, RR : 27X/m, Temp : 37,4 ° C, saturasi 02 ; 78 %
Kepala : Bentuk : lonjong
Keluhan yang berhubungan : t.a.k
Pusing/sakit kepala : t.a.k
Mata : Ukuran pupil :anisokhor
Reaksi terhadap cahaya : ada reaksi terhadap cahayaKonjungtiva : tidak ada anemis
Hidung : t.a.k
Mulut dan tenggorokan : t.a.k
Pernafasan : Suara paru : ronki pada kedua paru
Pola nafas : irreguler
Sirkulasi : Nadi perifer : cepat dan lemah
Capilary repling : normal
Suara Jantung : lup dup
Suara jantung tambahan : murmur
Perubahan warna ( Kulit, kuku, bibir dll ) : pucat
Keadaan ekstremitas : kelemahan, agak dingin
Nutrisi : Jenis diet : sonde 2000 kalori
Intake cairan : IVFD R SOL 20 tts/i, Nacl 0,9 % 10 tts/m
Eliminasi : Cateter : 50 cc/ jam
Reproduksi : Tak dikaji
Neurologi : Tingkat kesadaran : Coma
Pola latihan gerak : ROM pasif
Kulit: Warna : sawo matang Intregitas : kurang baik
Turgor : baik
Data laboratorium :
Darah lengkap
Pemeriksaan Hasil Normal

Hb 12,5 gr/dl 12-16 gr/dl


Elektrolit darah :
Natrium 127 135 - 155
Kalium 4,0 3,6 - 5,5
Chorida 92 96 - 106

Hasil Pemeriksaan Diagnostik :


- Head CT Scan : infark didaerah basal ganglia kanan dan perifentrikuler kiri, juga
tampak mild cerebral atrofi
- Pengobatan :
 Bedrest total
 Diet sonde 2000 kalori
 IVFD RL 20 tts/I, Nacl 0,9 % 10 tts/m
 Cateter terpasang urin 50 cc/ jam
 Inj. Cefotaxime 1 gr/8jam ( 16,00,06 )
 Inj. Ranitidine 1 amp/12jam (16, 04 )
 Inj. Citicolin 1 amp/12jam (16, 04 )
 Captopril 3x 25mg ( 05, 13, 21 )
 Asam asetil salicilat 1x80mg ( 16 )

B. Analisa Data

No. Data Etiologi Masalah


1. DS : - Gangguan Perubahan
DO : oklusi perfusi
· kesadaran koma, GCS 3 jaringan
· Vital sign : TD : 148/ 84 mmhg, HR : cerebral
108 x/m, RR : 27x/m, Temp : 37,4 ° C
· Saturasi 02 : 78 %
· Sungkup O2 terpasang 8 ltr/m
· Hasil Ct scan : infark didaerah basal
ganglia kanan dan perifentrikuler kiri,
juga tampak mild cerebral atrofi
2. Kelemahan, Resiko tinggi
DS : -
DO : penurunan terhadap
· tingkat kesadaran koma,GCS:3 kesadaran kerusakan
· bedrest total integritas kulit
3.
DS : -
Kurang Kurang
DO :
informasi pengetahuan
· keluarga sering bertanya tentang
penyakit dan prosedur pengobatan

C. Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan perfusi jaringan cerebral b/dermis gangguan oklusi d/d


kesadaran koma GCS 3, TD : 148/ 84 mmhg, HR : 108X/m,RR :27X/m, Temp
:37,4 ° C, saturasi 02 ; 78 %, sungkup o2 terpasang 8 ltr/m, hasil Ct scan :
infark didaerah basal gangli kanan dan perifentrikuler kiri, juga tampak mild
cerebral atrofi
2. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit b/d kelemahan d/d
tingkat kesadaran koma, bedrest total
3. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi d/d keluarga sering
bertanya tentang penyakit dan prosedur pengobatan
4. D. Rencana Keperawatan
5. Nama : Tn. R S
6. Umur : 59 thn
7. Diagnosa medis : Stroke iskemik
8. Ruangan : A4
hasil Intervensi
1. Perubahan perfusi jaringan cerebral Tujuan : Mandiri
b/dermis gangguan oklusi d/d Perfusi jaringan · Kaji/ pantau
kesadaran koma GCS 3, TD : 148/ cerebral kembali tingkat status
84 mmhg, HR : 108X/m,RR normal neurologi.
:27X/m, Temp :37,4 ° C, saturasi 02 KH : tanda-· Pantau tanda-
; 78 %, sungkup o2 terpasang 8 tamda vital tanda vital
ltr/m, hasil Ct scan : infark didaerah dalam batas
basal gangli kanan dan normal, GCS· Evaluasi pupil
perifentrikuler kiri, juga tampak normal dan catat ukuran,
mild cerebral atrofi bentuk dan reaksi
terhadap cahaya
· Letakkan kepala
pada posisi agak
ditinggikan dan
dalam posisi
anatomis

Kolaborasi
· Berikan 02 sesuai
indikasi

· Berikan obat
- anti hipertensi
(Captopril),
2. Resiko tinggi terhadap kerusakan Tujuan : - anti
integritas kulit b/d kelemahan Kerusakan trombosit.(asam
d/d tingkat kesadaran koma, bedrest integritas kulit acetil salicilat)
total tidak terjadi · Berikan infuse
KH : kulit tetap (RL dan Nacl 0,9
utuh, dekubitus %)
tidak terjadi

Mandiri
· Ubah posisi
setiap 2 jam
3. Keluarga
Kurang pengetahuan b/d kurang memiliki · Lakukan latihan
informasi d/d keluarga sering pengetahuan rentang gerak
bertanya tentang penyakit dan tentang penyakit pasif
prosedur pengobatan dan pengobatan · Tinggikan tangan
Kh : keluarga dan kepala
mengerti tentang· Bantu dalam
penyakit dan pemenuhan ADL
pengobatan (makan minum,
BAB/BAK,
mandi)

Mandiri
· Diskusikan
keadaan patologis
yang dialami klien
· Diskusikan
rencana untuk
memenuhi
kebutuhan klien9
· Berikan
penjalasan
mengenai
prosedur
perawatan dan
pengobatan

9. E. Catatan Perkembangan
10.
11. NAMA PASIEN : Tn.RS Dx. MEDIS : STROKE
ISKHEMIK
12. UMUR : 59 THN RUANGAN : A4
13.
NO.Dx TGL/ JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
KEP
24 Juni 2014

I 08.00 · Mengkaji / memantau tingkat S: -


status neurologi. O:kesadaran koma
08.15 · Memantau tanda- tanda vital ( GCS 3 ), vital
08.30 · Mengevaluasi pupil dan sign
mencatat ukuran, bentuk dan 90/ 60 mmhg,
reaksi terhadap cahaya HR:92X/m,
08.40 · Meletakkan kepala pada RR:21X/m,
posisi agak ditinggikan dan Temp:37,4°C,
dalam posisi anatomis Saturasi 02 ; 71
%
Kolaborasi A:masalah perfusi
08.50 · Memberikan 02 sesuai indikasi Jaringan belum
· Memberikan obat teratasi
09.00 - anti hipertensi (Captopril), P: intervensi
09.00 - anti trombosit.(asam acetil dilanjutkan
salicilat)
09.15 · Memberikan infuse (RL dan
Nacl 0,9 %)

II 09.30 · Mengubah posisi S:


09.40 · Melakukan latihan rentang O:tidak tampak
gerak pasif adanya kerusakan
10.00 · Meninggikan tangan dan integritas kulit
12.00 kepala A:masalah belum
· Membantu dalam pemenuhan terjadi
ADL (makan minum, P:intervensi
BAB/BAK, mandi) dilanjutkan

III 12.30 · Mendiskusikan keadaan S: keluarga


patologis yang dialami klien memiliki
12.50 · Mendiskusikan rencana pengetahuan yang
untuk memenuhi kebutuhan cukup mengenai
13.00 klien penyakit dan
· Memberikan penjelasan pengobatan
mengenai prosedur perawatan O:mau mengikuti
dan pengobatan instruksi
A:masalah teratasi
P:observasi
selanjutnya
25 Juni 2014
I 08.00 S: -
· Mengkaji / memantau tingkat O:kesadaran koma
08.15 status neurologi. ( GCS 3 ), vital
08.30 · Memantau tanda- tanda vital sign
· Mengevaluasi pupil dan 90/ 60 mmhg,
mencatat ukuran, bentuk dan HR:92X/m,
08.40 reaksi terhadap cahaya RR:21X/m,
· Meletakkan kepala pada Temp:37,4°C,
posisi agak ditinggikan dan Saturasi 02 ; 71 %
dalam posisi anatomis A:masalah perfusi
Jaringan belum
08.50 Kolaborasi teratasi
· Memberikan 02 sesuai indikasi P: intervensi
09.00 · Memberikan obat dilanjutkan
09.00 - anti hipertensi (Captopril),
- anti trombosit.(asam acetil
09.15 salicilat)
· Memberikan infuse (RL dan
Nacl 0,9 %)
II 09.30 S:
09.40 · Mengubah posisi O:tidak tampak
· Melakukan latihan rentang adanya kerusakan
10.00 gerak pasif integritas kulit
12.00 · Meninggikan tangan dan A:masalah belum
kepala terjadi
· Membantu dalam pemenuhan P:intervensi
ADL (makan minum, dilanjutkan
BAB/BAK, mandi)
26 Juni 2014
S: -
I 08.00 · Mengkaji / memantau tingkat O:kesadaran koma
status neurologi. ( GCS 3 ), vital
08.15 · Memantau tanda- tanda vital sign
08.30 · Mengevaluasi pupil dan 90/ 60 mmhg,
mencatat ukuran, bentuk dan HR:92X/m,
reaksi terhadap cahaya RR:21X/m,
08.40 · Meletakkan kepala pada Temp:37,4°C,
posisi agak ditinggikan dan Saturasi 02 ; 71
dalam posisi anatomis %
A:masalah perfusi
Kolaborasi Jaringan belum
08.50 · Memberikan 02 sesuai indikasi teratasi
· Memberikan obat P: intervensi
09.00 - anti hipertensi (Captopril), dilanjutkan
09.00 - anti trombosit.(asam acetil
salicilat)
09.15 · Memberikan infuse (RL dan
Nacl 0,9 %) S:
O:tidak tampak
II 09.30 · Mengubah posisi adanya kerusakan
09.40 · Melakukan latihan rentang integritas kulit
gerak pasif A:masalah belum
10.00 · Meninggikan tangan dan terjadi
12.00 kepala P:intervensi
· Membantu dalam pemenuhan dilanjutkan
ADL (makan minum,
BAB/BAK, mandi)
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Stroke adalah penyakit serebrovaskular mangacu pada setiap gangguan
neurologic mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran
darah melalui system suplai arteri otak.
2. Stroke iskemik bisa trombotik atau embolik. Pasien pada kasus di atas
menderita stroke iskemik dengan sebab utamanya adalah arteriosklerosis.
3. Factor risiko terjadinya stroke : hipertensi, makan makanan berlemak,
merokok, kurang olahraga, genetic, dan lain-lain.
4. Gejala stroke tergantung bagian otak mana yang terkena. Pada pasien
di atas, bagian otak yang terkena adalah area motorik kiri sehingga mengalami
kelumpuhan anggota gerak sebelah kiri. Kemungkinan sedikit area broca
sehingga pasien kesulitan berbicara.
B. Saran
Jika memiliki factor risiko terjadinya stroke, sebaiknya rajin memeriksakan
dan konsultasi dengan dokter agar dapat mencegah serangan stroke yang
membahayakan. Pencegahan yang terbaik ada pada pola hidup pasien sendiri, jika
berpola hidup sehat, maka risiko terkena stroke lebih kecil.

DAFTAR PUSTAKA

Budianto, Anang. 2005. Guidance to Anatomy III (revisi). Surakarta: Keluarga Besar Asisten
Anatomi FKUNS.
Mardjono dan Sidharta. 2008. Neurologi Klinis Dasar. Cetakan ke-12. Jakarta: Dian Rakyat.
Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Prose-Proses Penyakit. Ed: 6. Jakarta:
EGC.
Sidharta, Priguna. 2008. Neurologi Klinis dalam Praktik Umum. Cetakan ke-6. Jakarta: Dian
Rakyat.
Sidharta, Priguna. 2008. Tata Pemeriksaan Klinis dalam Neurologi. Cetakan ke-6. Jakarta:
Dian Rakyat.
Silbernagl dan Lang. 2007. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Snell, Richard S. 2007. Neuroanatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Ed : 5. Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai