Anda di halaman 1dari 33

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


Jln Prabu Rangkasari Dasan Cermen Telp./Fax (0370) 7502424/7502992 Mataram
Kode Post : 83232 Email:rsud@ntbprov.go.id. Website:rsud.ntbprov.go.id

PANDUAN/MANAJEMEN PELAYANAN
INSTALASI STERILISASI SENTRAL DAN BINATU (ISSB)
SEBAGAI PENGELOLAAN PELAYANAN STERILISASI SENTRAL
DI RSU DAERAH PROVINSI NTB
TAHUN 2018

Jln Prabu Rangkasari Dasan Cermen Mataram


Telepon /Fax : (0370) 7502424/ ( 0370 ) 7502992
Kode Pos : 83232 Email:rsud@ntbprov.go.id. Website:rsud.ntbprov.go.id
PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Jln Prabu Rangkasari Dasan Cermen Telp./Fax (0370) 7502424/7502992 Mataram
KodePost : 83232 Email:rsud@ntbprov.go.id. Website:rsud.ntbprov.go.id

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROVINSI NTB


NOMOR : 821.29/ /RSUDP/2019

TENTANG

PENETAPAN PANDUAN/MANAJEMEN PELAYANAN


INSTALASI STERILISASI SENTRAL DAN BINATU (ISSB)
SEBAGAI PENGELOLAAN PELAYANAN STERILISASI SENTRAL
DI RSU DAERAH PROVINSI NTB

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROVINSI NTB

MENIMBANG : a. Bahwa Rumah sakit sebagai institusi penyedia pelayanan


kesehatan yang mengutamakan keselamatan pasien dan
petugas selalu berupaya untuk mencegah terjadinya resiko
infeksi rumah sakit;
b. Bahwa salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan
rumah sakit adalah rendahnya angka infeksi nosokomial di
rumah sakit;
c. Bahwa pusat sterilisasi adalah tempat yang penting di dalam
rumah sakit untuk mengendalikan infeksi dan menekan
kejadian infeksi di rumah sakit;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam a,b, c dan d, perlu diterbitkan Surat Keputusan Direksi
tentang Panduan Instalasi Sterilisasi Pusat (ISS/CSSD) di
Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi NTB

MENIMBANG :a. Bahwa Rumah sakit sebagai institusi penyedia pelayanan


kesehatan yang mengutamakan keselamatan pasien dan
petugas selalu berupaya untuk mencegah terjadinya resiko
infeksi rumah sakit;
b. Bahwa salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan
rumah sakit adalah rendahnya angka infeksi nosokomial di
rumah sakit;
c. Bahwa pusat sterilisasi adalah tempat yang penting di dalam
rumah sakit untuk mengendalikan infeksi dan menekan
kejadian infeksi di rumah sakit;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam a,b, c dan d, perlu diterbitkan Surat Keputusan Direksi
tentang Panduan Instalasi Sterilisasi Pusat (ISS/CSSD) di
Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi NTB

MENGINGAT :1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009


tentang Rumah Sakit
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009
tentang Kesehatan
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah
Sakit
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Keselamatan
Pasien
Rumah Sakit
5. Permenkes Nomor 1204 Tahun 2004 Tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
6. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
MEMUTUSKAN:

MENETAPKAN :
KESATU : Panduan Sterilisasi Pusat (CSSD) Rumah Sakit
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.

KEDUA : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal diterbitkan dan akan
dilakukan evaluasi setiap tahunnya.

KETIGA : Apabila hasil evaluasi mensyaratkan adanya perbaikan maka akan


diadakan perbaikan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di : M a t a r a m
Pada Tanggal : 2 Januari 2018
DIREKTUR RSUD PROVINSI NTB

dr. H. L. Hamzi Fikri, MM


Pembina Tk. I/IVb
NIP. 19740621 200212 1 007

Tembusan disampaikan Kepada :


1. Gubernur Nusa Tenggara Barat Cq. Kepala Biro Kepegawaian Setda Prov. NTB
2. Kepala Bawasda Provinsi NTB
3. Wadir Umum dan Keuangan RSUD Prov. NTB
4. Wadir Pelayanan RSUD Prov. NTB
5. Ketua Komite Medik RSUD Prov. NTB
6. Para Kabag/Kabid lingkup RSUD Prov. NTB
7. Para Ka. SMF lingkup RSUD Prov. NTB
8. Para Kasubag/Kasubid dan Ka. Instalasi Lingkur RSUD Prov. NTB
9. Ketua Komite Keperawatan RSUD Prov. NTB
10. Masing-masing yang bersangkutan untuk maklum
LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT
NOMOR : 821.29/ /RSUP/I/2018
TANGGAL : 2 JANUARI 2018

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sterilisasi adalah suatu proses pengolahan alat atau bahan yang bertujuan untuk
menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora dan dapat dilakukan
dengan proses kimia atau fisika.
Rumah sakit sebagai institusi penyedia pelayanan kesehatan yang mengutamakan
keselamatan pasien dan petugas selalu berupaya untuk mencegah terjadinya resiko infeksi
rumah sakit. Untuk mencapai keberhasilan tersebut maka perlu dilakukan pengendalian
infeksi di Rumah Sakit dengan cara melakukan sterilisasi pada alat atau bahan tertentu yang
bertujuan untuk menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora dan
dapat dilakukan dengan proses kimia atau fisika.
Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya angka
infeksi nosokomial di rumah sakit. Untuk mencapai hal tersebut maka perlu dilakukan
pengendalian infeksi di rumah sakit.
Pusat sterilisasi merupakan salah satu pemutus mata rantai kehidupan mikroba termasuk
endospora. Pusat sterilisasi adalah tempat yang penting di dalam rumah sakit untuk
mengendalikan infeksi dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya menekan
kejadian infeksi di rumah sakit. Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya, pusat sterilisasi
sangat tergantung dengan berbagai unit lain yang terkait antara lain, unsur pelayanan medik,
penunjang medik, bagian lain seperti perlengkapan, logistik, perlengkapan, rumah tangga,
pemeliharaan sarana, sanitasi dan lain-lain. Apabila terjadi hambatan pada salah satu unit
maka pada akhirnya akan mengganggu proses dan hasil sterilisasi.
Alat dan bahan yang digunakan di rumah sakit sangat bervariasi dan dalam jumlah yang
banyak. Penggunaan alat dan bahan yang disterilkan juga demikian besar. Hal ini merupakan
dasar pemikiran Rumah Sakit untuk memiliki pusat sterilisasi tersendiri dan mandiri dengan
pengelolaan yang baik. Pusat sterilisasi/ Central Sterile Supply Department (CSSD) merupakan
salah satu instansi yang berada dibawah Kepala Instalasi Kamar Bedah dan bertanggung jawab
langsung kepada
Direktur Pelayanan Rumah Sakit. Pusat sterilisasi ini bertugas memberikan pelayanan
terhadap semua kebutuhan kondisi steril atau bebas dari mikroba (termasuk endospora)
secara cepat dan tepat. Untuk melaksanakan tugas sterilisasi alat atau bahan secara
professional, diperlukan pengetahuan dan ketrampilan tertentu yang baik oleh perawat,
apoteker, ataupun tenaga non medik yang berpengalaman dibidang sterilisasi.
Angka infeksi nosokomial sangat tinggi, dibuktikan dari hasil survey prevalensi di 11
rumah sakit di Jakarta dan RS. Prof. Dr. Sulianti Saroso pada tahun 2003, didapatkan angka
ILO (infeksi Luka Operasi) 18,9 %, ISK (infeksi Saluran Kemih) 15,1 %, Pneumonia 24,5 %
dan Infeksi saluran nafas lain 15,1 % serta infeksi lain sebesar 32,1 %. Maka peran pusat
sterilisasi (CSSD) untuk meminimalkan resiko terjadinya infeksi di rumah sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya adalah sangat perlu diterapkan. Hal ini juga terkait dengan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI), yaitu kegiatan yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, pendidikan, pembinaan dan pelatihan serta monitoring dan evaluasi terkait
infeksi.
B. Falsafah
Pusat sterilisasi/ CSSD Rumah Sakit memberikan pelayanan sterilisasi alat dan bahan
dengan sebaik-baiknya untuk melayani dan membantu kebutuhan alat dan bahan steril
seluruh unit di rumah sakit.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Sebagai pedoman dalam pelayanan sterilisasi alat dan bahan guna menekan kejadian
infeksi di Rumah Sakit.

2. Tujuan Khusus
a. Sebagai pedoman dalam pelayanan pusat sterilisasi Rumah Sakit (CSSD).
b. Sebagai kontrol mutu dan pengawasan terhadap hasil sterilisasi.
c. Dapat membantu menurunkan angka kejadian infeksi atau infeksi nosokomial di
Rumah Sakit.
d. Sebagai panduan kerja bagi tenaga pemberi pelayanan pusat sterilisasi dalam
memberikan pelayanan.
e. Mewujudkan patient safety sebagai wujud pengendalian infeksi nosokomial di
rumah sakit.

D. Istilah
1. Aerasi adalah pemaparan kemasan yang baru disterilkan gas etilen oksida pada sirkulasi
udara untuk menghilangkan sisa gas etilen oksida.
2. AAMI singkatan dari Associaton for the Advancement of Medical Instrumentation
3. AHA ingkatan dari American Hospital Association
4. Antiseptik adalah disinfektan yang digunakan pada permukaan kulit dan membran
mukosa untuk menurunkan jumlah mikroorganisme
5. Autoclaf adalah suatu alat/mesin yang digunakan untuk sterilisasi dengan menggunakan
uap bertekanan
6. Bacillus stearothermophylus adalah mikroorganisme yang dapat membentuk spora serta
resisten terhadap panas dan digunakan untuk uji efektifitas sterilisasi
7. Bacillus subtilis adalah mikroorgisme yang dapat membentuk spora dan digunakan
untuk uji efektifitas sterilisasi etilen oksida
8. Bioburden adalah jumlah mikroorganisme pada benda terkontaminasi
9. Bowie-Dick Test adalah uji efektifitas pompa vakum pada mesin sterilisasi uap
berpompa vakum, penemu metodenya adalah j.h Bowie dan J. Dick
10. Dekontaminasi adalah proses untuk mengurangi jumlah pencemar mikroorganisme atau
substansi lain yang berbahaya sehingga aman untuk penanganan lebih lanjut
11. Disinfeksi adalah proses inaktivasi mikroorganisme melalui sistem termal (panas) atau
kimia
12. Goggle adalah alat proteksi mata
13. Inkubator adalah alat yang digunakan untuk dapat menghasilkan suhu tertentu secara
kontinyu untuk menumbuhkan kultur bakteri
14. Inkubator biologi adalah sedian berisi sejumlah tertentu mikroorganisme spesifik dalam
bentuk spesifik dalam bentuk spora yang paling resisten terhadap suatu proses sterilisasi
tertentu dan digunakan untuk menunjukkan bahwa sterilisasi telah tercapai.
15. Indikator kimia adalah suatu alat berbentuk strip atau tape yang menandai terjadinya
pemaparan sterilan pada obyek yang disterilkan, ditandai dengan adanya perubahan
warna
16. Indikator mekanik adalah penunjuk suhu, tekanan, waktu dll pada mesin sterilisasi
yang menunjukkan mesin berjalan normal
17. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang diperoleh di Rumah Sakit dimana pada saat
masuk rumah sakit tidak ada tanda/gejala atau tidak dalam masa inkubasi.
18. Lumen adalah lubang kecil dan panjang seperti pada kateter, jarum suntik maupun
pembuluh darah
19. Point of use : menunjukkan tempat pemakaian alat
20. Steril adalah kondisi bebas dari semua mikroorganisme termasuk spora
21. Sterilisasi adalah proses penghancuran semua mikroorganisme termasuk spora melalui
cara fisika atau kimia
22. Sterilan adalah zat yang mempunyai karakteristik dapat mensterilkan.
23. Termokopel adalah sepasang kabel termo-elektrik untuk mengukur perbedaan suhu dan
digunakan untuk mengkalibrasi suhu pada mesin sterilisasi.

E. Manfaat
Sebagai pedoman penatalaksanaan pusat sterilisasi (CSSD) dalam meningkatkan mutu
pelayanan yang bertujuan untuk mencegah resiko terjadinya infeksi di Rumah Sakit.

F. Landasan Hukum
1. Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999
tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/2005 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Departemen Kesehatan
6. Permenkes Nomor 1204 Tahun 2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit
7. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Lainnya tahun 2008
8. Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di Pelayanan Kesehatan tahun 2010
BAB II
PERAN PUSAT STERILISASI (CSSD)
DI RUMAH SAKIT

Peralatan medis dan bahan penunjang yang digunakan dalam pelayanan kepada pasien
yang membutuhkan kondisi steril, biasanya dilakukan disetiap unit/ ruang yang membutuhkan.
Rumah sakit harus menyediakan alat sterilisasi di masing-masing unit/ ruang dan dengan
menggunakan prosedur yang belum dapat di standarkan. Sistem ini juga menyebabkan sulitnya
melakukan kontrol terhadap hasil/ mempertahankan kualitas hasil sterilitasi. Di masing-masing
unit/ ruang juga masih sulit dalam pengawasan proses dekontaminasi maupun proses sterilisasi.

Seiring dengan semakin berkembangnya ilmu, teknologi dan kebutuhan akan pelayanan
medis serta pelayanan yang mengutamakan safety patient, maka rumah sakit perlu
mengembangkan proses sterilisasi yang tersentral dan terkoordinir sehingga seluruh rangkaian
perlakuan terhadap alat dan bahan yang dibutuhkan dalam kondisi steril menjadi lebih efisien,
ekonomis, dan terkontrol dengan harapan safety patient semakin terjamin.

Pusat sterilisasi di rumah sakit mempunyai tugas dan fungsi utama yaitu menyiapkan alat
bersih dan steril untuk keperluan perawatan pasien di rumah sakit. Untuk lebih jelas dari fungsi
dan tugas CSSD adalah dimulai dari menerima, memproses, memproduksi, mensterilkan,
menyimpan dan mendistribusikan peralatan dan bahan medis steril ke seluruh unit/ ruang di
rumah sakit untuk kepentingan perawatan pasien.

A. Tujuan
1. Membantu unit/ ruang lain di rumah sakit yang membutuhkan alat dan bahan kondisi
steril untuk mencegah terjadinya infeksi.
2. Menurunkan angka kejadian infeksi yang timbul akibat perawatan di rumah sakit.
3. Membantu mencegah serta menanggulangi infeksi nosokomial.
4. Menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilitas terhadap produk yang dihasilkan.
5. Membantu effisiensi tenaga medis dan perawat dalam kegiatan pengelolaan alat.

B. Tugas Pusat sterilisasi


Tugas utama dari pusat sterilisasi adalah:
1. Menyiapkan peralatan medis untuk perawatan pasien.
2. Melakukan proses sterilisasi alat dan bahan
3. Mendistribusikan alat steril siap pakai yang dibutuhkan oleh unit/ ruang perawatan.
4. Mendistribusikan alat steril siap pakai yang dibutuhkan oleh ruang/ unit khusus.
5. Mendistribusikan bahan steril siap pakai untuk semua unit/ ruang sesuai kebutuhan.
6. Berpartisipasi dalam pemilihan peralatan, bahan yang aman digunakan untuk
pelayanan pasien dengan tetap memperhatikan mutu, keamanan dan efisiensi.
7. Mempertahankan hasil sterilitas yang memadai sesuai standar untuk keperluan
perawatan pasien.
8. Mempertahankan standar yang telah ditetapkan dan melakukan evaluasi hasil
sterilisasi.
9. Melakukan dokumentasi setiap aktivitas pembersihan, desinfeksi, sterilisasi dan
distribusi sebagai bagian dari program upaya pengendalian mutu dan pencegahan
pengendalian infeksi.
10. Melakukan pengawasan terhadap hasil sterilisasi dalam rangka pencegahan dan
pengendalian infeksi bersama dengan komite Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi
(PPI).
11. Memberikan penjelasan dan edukasi terkait masalah sterilisasi.
12. Menyelenggarakan pendidikan dan pengembangan staf CSSD.
13. Meningkatkan kemampuan staf CSSD.

Tanggung jawab pusat sterilisasi di rumah sakit tergantung dari besar kecilnya rumah sakit.
Hal ini juga terkait dengan struktur organisasi dan proses sterilisasi yang dilakukan.

C. Aktivitas Fungsional CSSD


Alur aktivitas CSSD adalah sebagai berikut :
1. Penerimaan; alat kotor dari berbagai unit perawatan dan unit khusus diterima oleh
petugas CSSD.
2. Pencatatan; alat yang masuk ke CSSD dicatat dalam buku ekspedisi alat masuk.
3. Perendaman; alat dimasukkan dalam bak dan direndam dalam cairan desinfeksi 10-
15 menit.
4. Pencucian; pencucian alat yang telah digunakan harus dibersihkan dengan baik
sebelum disterilkan.
5. Pembilasan; pembilasan dilakukan dengan air yang mengalir.
6. Pengeringan; dilakukan sampai kering betul.
7. Pengamatan dan pengesetan; alat dicek fungsi dan diperiksa kelengkapannya. Dilakukan
pengesetan sesuai kebutuhan dan jenis alat. Bahan linen hasil pencucian loundry,
diperiksa, dan dilakukan setting sesuai kebutuhan dan jenis linen.
8. Pengemasan; alat dikemas dengan bungkus plastik tahan panas (pouces).
9. Labelling; setiap kemasan diberi label yang menjelaskan isi set alat, tanggal
sterilisasi, tanggal kadaluarsa, kode petugas dan indikator sterilisasi.
10. Produksi; membuat dan mempersiapkan bahan habis pakai untuk pelayanan steril
(kassa balut, depper, hand scoon, lidi kapas, dll).
11. Proses sterilisasi; dikerjakan oleh staf terlatih.
12. Penyimpanan; penyimpanan alat dan bahan steril pada rak bersih, dengan
memperhatikan kondisi penyimpanan.
13. Distribusi; dilakukan sesuai kebutuhan ruang perawatan/ unit khusus dengan
memperhatikan stok/ kebutuhan.
14. Pembersihan dan kontrol alat sterilisasi; dilakukan pemeliharaan alat sterilisasi rutin
setiap bulan sekali.

Aktivitas sterilisasi dilakukan setiap hari dengan frekuensi yang cukup sering. Dan supaya
aktivitas tersebut berjalan lancer, baik dan tidak terkendala, diperlukan pemeliharaan,
pengaturan jadwal dan maintenance yang teratur terhadap mesin/ alat sterilisasi.

D. Prinsip Dasar Operasional CSSD


1. Setiap rumah sakit harus memiliki pusat sterilisasi alat dan bahan yang mandiri yang
mampu memberikan pelayanan sterilisasi di rumah sakit dengan baik.
2. Memberikan pelayanan sterilisasi alat dan bahan medik untuk pelayanan perawatan
terhadap pasien untuk kebutuhan seluruh unit rawat inap dan unit khusus di rumah
sakit.
BAB III
KETENAGAAN

A. Status Kesehatan
Seluruh tenaga yang bekerja di pusat sterilisasi Rumah Sakit (CSSD) diharapkan:
1. Sehat jasmani, rohani
2. Tidak pernah menderita/ sedang menjalani proses pengobatan TBC pada setahun
terakhir.
3. Mempunyai data kesehatan yang mencakup data fisik dan X-ray untuk penyakit paru.
4. Cek up kesehatan dan mempunyai laporan mengenai sakit yang pernah dialami selama
bekerja di CSSD seperti infeksi saluran nafas, infeksi kulit, infeksi gastrointestinal,
infeksi pada mata dan tertusuk jarum minimal setahun satu kali.

B. Uraian Tugas dan Kualifikasi Ketenagaan


Kualifikasi tenaga yang bekerja di CSSD dibedakan sesuai dengan kapasitas tugas dan
tanggung jawabnya. Pembagian tugasnya dibagi atas penanggungjawab dan teknis
pelayanan sterilisasi.

1. Kepala Instalasi Kamar Bedah


a. Uraian tugas:
1) Memberikan pengarahan terkait ketenagaan dan pekerjaan yang
berhubungan dengan pelayanan unit.
2) Mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi, ilmu pengetahuan,
ketrampilan dalam pengembangan diri/ personel CSSD.
3) Menyiapkan konsep dan rencana kerja serta melakukan evaluasi terhadap
kinerja petugas CSSD.
4) Membuat perencanaan program kerja.
5) Bertanggungjawab kepada direktur pelayanan.
6) Melakukan pengendalian infeksi, supervise langsung, mengganti/ revisi
prosedur, mengevaluasi staf dan melaporkannya.

b. Kualifikasi Tenaga:
1) Pada RS kelas A dan B, minimal pendidikan S1 dibidang kesehatan atau S1
umum dengan masa kerja minimal 5 tahun dibidang sterilisasi.
2) Pada RS kelas C, minimal pendidikan D3 kesehatan atau D3 umum dengan
masa kerja 5 tahun dibidang sterilisasi.
3) Mendapat kursus/ pelatihan tambahan tentang prosedur dan teknis
sterilisasi.
4) Mendapat kursus/ pelatihan tentang manajemen dan kepemimpinan.
5) Mengetahui tentang psikologi personel.
6) Berpengalaman kerja dikamar operasi/ unit sterilisasi.
7) Mempunyai kemampuan mengajar dan menulis terkait sterilisasi.
8) Mempunyai keinginan mengembangkan sterilisasi.
2. Penanggungjawab CSSD
a. Uraian tugas:
1) Mengarahkan semua aktivitas staf yang berkaitan dengan proses sterilisasi
di rumah sakit.
2) Mengarahkan semua aktivitas terkait supply alat medis steril bagi perawatan
pasien di rumah sakit.
3) Mengikuti ilmu pengetahuan terkini dalam pengembangan diri/ personel
lain demi kemajuan CSSD.
4) Menentukan metode yang tepat dan effektif bagi pelayanan sterilisasi
5) Bertanggungjawab terhadap penggunaan alat dan bahan sterilisasi secara
benar.
6) Memastikan bahwa proses yang diterapkan dalam pelayanan sterilisasi
diterapkan dengan baik.
7) Melakukan koordinasi dengan unit lain dan bekerjasama dalam
mewujudkan mutu pelayanan.
8) Memberikan masukan dan mengusulkan rencana program CSSD
9) Bertanggungjawab langsung kepada direktur pelayanan rumah sakit.
10) Membuat program orientasi tenaga baru.
11) Membuat rencana program terhadap kebutuhan alat dan bahan sesuai
kebutuhan.

b. Kualifikasi Tenaga:
1) Minimal pendidikan S1 kesehatan atau D3 kesehatan dengan pengalaman
kerja 3 tahun dibidang sterilisasi.
2) Mendapat kursus/ pelatihan tambahan tentang prosedur dan teknis
sterilisasi.
3) Mempunyai pengetahuan yang cukup tentang konsep aktivitas dari unit
yang dipimpinnya.
4) Mendapat kursus/ pelatihan tentang manajemen dan kepemimpinan.
5) Mengetahui tentang psikologi personel.
6) Dapat bekerja dengan baik dalam berbagai kondisi.
7) Mempunyai keinginan mengembangkan sterilisasi.
8) Kondisi kesehatan baik secara jasmani maupun rohani.

3. Staf CSSD
a. Uraian tugas:
1) Bertanggungjawab kepada penanggungjawab CSSD
2) Tahan terhadap bahan yang digunakan di CSSD
3) Menerapkan apa saja yang sudah diajarkan
4) Mengikuti prosedur kerja/ standar prosedur operasional yang ada
5) Dapat menjalankan perintah pekerjaan baik secara langsung maupun melalui
telp.
6) Dapat menjalankan pekerjaan rutin/ harian yang relative membosankan.
7) Dapat menerima tekanan kerja.
8) Memakai alat pelindung diri setiap melakukan aktifitas CSSD.
9) Ikut menjaga, memelihara dan rasa memiliki unit CSSD terhadap peralatan,
gedung/ bangunan dan aset yang ada.

b. Kualifikasi Tenaga:
a. Minimal lulusan SMA/ SMK atau sederajat dengan tambahan kursus/ pelatihan
sterilisasi.
b. Dapat belajar dengan cepat.
c. Mempunyai ketrampilan yang baik.
d. Personal hygiene baik.
e. Tahan terhadap bahan yang digunakan di CSSD.
f. Disiplin dalam mengerjakan tugas harian.

4. Administrator
a. Uraian tugas:
1) Bertanggungjawab kepada penanggungjawab CSSD
2) Bertanggungjawab terhadap bahan yang digunakan di CSSD
3) Menerapkan apa saja yang sudah diajarkan
4) Mengikuti prosedur kerja/ standar prosedur operasional yang ada
5) Dapat menjalankan perintah pekerjaan baik secara langsung maupun melalui telp.
6) Dapat menjalankan pekerjaan rutin/ harian terkait pelaporan.
7) Dapat menjalankan tugas administrasi dan stok CSSD dengan baik.
8) Dapat menerima tekanan kerja.
9) Memakai alat pelindung diri setiap melakukan aktifitas CSSD.
10) Ikut menjaga, memelihara dan rasa memiliki unit CSSD terhadap peralatan,
gedung/ bangunan dan aset yang ada.

b. Kualifikasi Tenaga:
1) Minimal lulusan SMA/ SMK atau sederajat.
2) Dapat belajar dengan cepat.
3) Mempunyai ketrampilan administrasi yang baik.
4) Personal hygiene baik.
5) Tahan terhadap bahan yang digunakan di CSSD.
6) Disiplin dalam mengerjakan tugas harian.
7) Disiplin dalam mengerjakan pelaporan bulanan, stok opname, anfrah BMHP, dll.
BAB IV
SARANA DAN PRASARANA
Sarana fisik dan peralatan di CSSD sangat mempengaruhi efisiensi kerja dan membantu
pelayanan di pusat sterilisasi rumah sakit. Dalam perencanaan sarana fisik dan bangunan
sebaiknya melibatkan staf CSSD. Mengingat pusat sterilisasi merupakan jantung rumah sakit
dimana CSSD mempunyai tugas pokok menerima bahan dan alat medik dan menjadikan seluruh
bahan dan alat medik dari semua unit di rumah sakit dalam kondisi rsirsirsirsisteril serta
mendistribusikannya sesuai kebutuhan kondisi steril. Hal ini tidak lepas dari menentukan lokasi/
tempat CSSD berada.

A. Bangunan CSSD
Yang perlu diperhatikan diantaranya adalah :
1. RS dengan 200 TT, luas bangunan minimal 130 m2.
2. RS dengan 400 TT, luas bangunan minimal 200 m2.
3. RS dengan 600 TT, luas bangunan minimal 350 m2.
4. RS dengan 800 TT, luas bangunan minimal 400 m2
5. RS dengan 1000 TT, luas bangunan minimal 450 m2 Denah ruang CSSD (Lampiran
1)

B. Lokasi CSSD
Lokasi CSSD sebaiknya berdekatan dengan ruang pemakai alat/ bahan steril terbesar di
rumah sakit seperti kamar bedah, ICU, unit perawatan, dll di rumah sakit. Penetapan/
pemilihan lokasi yang tepat akan memudahkan dan berdampak pada efisiensi kerja dan
meningkatkan pengendalian infeksi di rumah sakit. Lokasi ytang tepat akan meminimalkan
resiko kontaminasi silang karena pengaruh lalu lintas/ transportasi alat steril. Unit CSSD
diupayakan juga dekat dengan loundry atau pencucian linen karena set linen untuk
kebutuhan steril akan lebih mudah dalam penyiapannya.

C. Pembangunan dan Persyaratan Ruang Sterilisasi


Pada prinsipnya ruang CSSD terdiri dari ruang bersih dan ruang kotor yang didesain
sedemikian rupa untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang antara ruang kotor ke
ruang bersih. Selain itu pembagian ruang CSSD juga dibuat senyaman mungkin disesuaikan
dengan alur kerjanya. Ruang CSSD dibagi dalam 5 (lima) ruang yaitu :

1. Ruang dekontaminasi
Ruang ini didesain untuk penerimaan barang kotor. Unit yang mengirimkan alat kotor
setelah digunakan melalui ruang ini. Ruang dekontaminasi harus dapat menampung
semua barang kotor yang akan dibersihkan dan akan menjalani proses sterilisasi. Ruang
dekontaminasi direncanakan, dipelihara dan selalu dikontrol untuk mendukung efisiensi
proses dekontaminasi dan untuk melindungi petugas penerimaan CSSD dari benda-
benda tajam, yang dapat menyebabkan infeksi, racun dan hal-hal berbahaya lainnya.
a. Ventilasi
Udara dan partikel kecil pada debu dapat membawa mikroorganisme dari satu
termpat ke tempat lainsehingga dapat mengkontaminasi alat kesehatan yang sudah
melewati dekontaminasi, alat bersih siap disterilkan dan bahkan alat yang sudah
steril. Oleh sebab itu, ruang dekontaminasi harus mempunyai sistem ventilasi yang
baik, yaitu:
1) Udara dapat keluar/ dengan dihisap. Ruang dekontaminasi dengan
menggunakan system sirkulasi udara yang mempunyai filter.
2) Tekanan udara harus negatif supaya tidak mengkontaminasi udara ruang
lainnya.
3) Tidak dianjurkan penggunaan kipas angin.

b. Suhu dan kelembaban


Suhu dan kelembaban akan mempengaruhi lingkungan kerja dan juga kenyamanan
para petugas di ruang dekontaminasi. Suhu dan kelembaban yang direkomendasikan
adalah:
1) Suhu udara ruangan antara 18 C- 22 C
2) Kelembaban udara antara 35 %- 75 %

c. Kebersihan
Kebersihan ruang CSSD sangatlah penting. Pembersihan ruang, alat dan bahan
yang ada di CSSd harus menggunakan pembersih yang sesuai.Debu, serangga dan
vermin adalah pembawa mikroorganisme penyebab/ penyebar infeksi. Harus ada
peraturan tertulis mengenai prosedur pengumpulan sampah, pembuangan limbah
dan transportasinya. Hal ini diberlakukan pada sampah dan limbah baik yang
menyebabkan infeksi dan yang berbahaya atau tidak.

Praktek kebersihan yang dilakukan diantaranya adalah:


1) Setidaknya sekali sehari dipel
2) Setidaknya sekali sehari membersihkan meja kerja, tempat cuci dan peralatan.
3) Membuang sampah setiap hari, dan mengganti bahan-bahan yang kotor.
4) Langsung membersihkan setiap ada tumpahan cairan.
5) Teratur membersihkan rak penyimpanan, dinding, langit-langit, AC dan yang
lainnya.
6) Bekerjasama dengan sanitasi terhadap control binatang perusak.
7) Pemisahan sampah infeksius dan non infeksius.

d. Lokasi ruang dekontaminasi


1) Terletak dibelakang area rumah sakit.
2) Dirancang sebagai area terpisah dengan area disebelahnya.
3) Barang/ alat kotor langsug dating/ masuk ke ruang dekontaminasi.
4) Barang/ alat kotor dicuci/ dibersihkan dan/ atau didesinfeksi sebelum masuk
ke area bersih atau ruang setting sebelum masuk ke mesin sterilisasi.
5) Terdapat peralatan yang memadai untuk proses dekontaminasi, pembersihan
alat kesehatan.
2. Ruang Setting alat
Di ruang ini dilakukan proses pengemasan alat. Alat kesehatan sebelum masuk mesin
sterilisasi disetting sesuai dengan kebutuhan alat yang dibutuhkan oleh berbagai unit/
ruangan. Diruang ini juga menyimpan alat dan bahan bersih dan dianjurkan ada tempat
penyimpanan barang bersih.

3. Ruang Produksi dan Setting Linen


Ruang ini adalah ruang untuk mempersiapkan bahan penunjang seperti kassa, kapas,
cotton swabs, hand scoon, dan lain-lain. Diruang ini juga dilakukan pemeriksaan linen
dari loundry, dilipat dan dikemas berdasar setting linen kebutuhan kamar bedah, kamar
bersalin, poliklinik, IGD dan ruang lain yang membutuhkan. Pada daerah ini terdapat
rak penyimpanan barang dan linen untuk persiapan sterilisasi.

4. Ruang Sterilisasi
Dari ruang produksi dan setting linen, alat, bahan dan barang masuk ke mesin sterilisasi.
Proses sterilisasi ini dilakukan berdasar bahan dan jenisnya. Desain mesin sterilisasi pintu
masuk alat bersih berbeda dengan pintu keluar saat alat sudah steril. Hal ini untuk
mengurangi kemungkinan kontaminasi barang yang sudah steril terhadap kontaminan.
Untuk ruang sterilisasi dengan menggunakan Etilen Oksida, sebaiknya dibuatkan ruang
khusus yang terpisah tetapi masih dalam satu unit dan memungkinkan udara keluar atau
penggunaan exhouse.

5. Ruang Penyimpanan Barang Steril


Ruang ini berada dekat dengan ruang sterilisasi. Apabila menggunakan mesin sterilisasi
dua pintu, maka pintu belakang langsung berhubungan dengan ruang simpan barang
steril. Penerangan pada ruang ini harus memadai, suhu ruang antara 18- 22 Celcius dan
kelembaban 35-75 %, menggunakan tekanan positif dan mempunyai dinding lantai
keras tapi halus sehingga mudah dibersihkan. Alat steril yang disimpan ditata di atas rak
penyimpanan yang ada jarak dari lantai 19-24 cm dan minimum 43 cm dari langit-langit.
Rak mempunyai jarak 5 cm dari dinding untuk memudahkan pembersihan. Hindari
terjadinya penumpukan debu pada kemasan dan jangan letakkan rak dekat dengan kran
atau saluran air lainnya.

Petugas yang berdinas di ruang penyimpanan barang steril adal;ah petugas yang terlatih,
sehat, terbebas dari penyakit menular terutama yang ditularkan melalui droplet. Petugas
didalam ruang penyimpanan bahan steril menggunakan jas khusus yang sesuai dengan
persyaratan. Lokasi ruang penyimpanan barang steril tidak berada di lalu lintas utama
dengan pintu khusus dan jendela yang minim untuk mengurangi kemungkinan kuman
dari luar masuk.

D. Pemeliharaan Mesin Sterilisasi


Beberapa hal mengenai pembersihan dan pemeliharaan alat CSSD adalah
1. Mesin sterilisasi harus benar-benar disiapkan setiap hari sebelum digunakan.
Pembersihan dilakukan setiap hari. Pembersihan mingguan atau periodic dilakukan
sesuai dengan yang disarankan produsen mesin.
2. Perbaikan terhadap komponen umum dapat dilakukan oleh RS dengan petugas yang
telah mendapat pelatihan dari supplier alat.
3. Perbaikan komponen hanya dilakukan oleh pihak supplier dan petugas RS yang
berkompeten.
4. Staf teknisi yang terlibat dalam pemeliharaan peralatan CSSD harus terlatih oleh
lembaga berwenang atau pihak pembuat mesin sterilisasi tersebut.
5. Produsen mesin harus membuat instruksi tertilis untuk pemeliharaan mesin sterilisasi.

E. Kalibrasi alat
Kalibrasi alat secara periodik dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kalibrasi
alat harus dilakukan oleh orang terlatih terhadap jenis mesin sterilisasi. Secara periodic
minimal sekali dalam setahun dilakukan oleh BPFK atau Badan Pengamanan Fasilitas
Kesehatan Departemen Kesehatan atau agen tunggal pemegang merk alat.

F. Pendokumentasian
Setiap mesin yang ada mempunyai dokumentasi riwayat pemeliharaan/ perawatan mesin.
Dokumentasi ini tersimpan dan dilaporkan pada bagian pemelihgaraan sarana medis RS,
teknisi CSSD atau pihak yang membutuhkan perawatan mesin tersebut.
Informasi yang dimuat adalah:
1. Tanggal permohonan servis/ maintenance mesin.
2. Model dan jenis alat.
3. Nama teknisi servis.
4. Alasan/ hasil servis (deskripsi yang dilakukan).
5. Jenis dan kuantitas suku cadang jika ada yang diganti.
6. Keterangan/ lain-lain,
7. Alat Pelindung Diri

Pusat sterilisasi (CSSD) harus dilengkapi dengan alat pelindung diri sesuai kebutuhan
tenaga kerja yang ada didalamnya. Apron lengan panjang yang tahan terhadap cairan kimia,
penutup kepala, masker dan goggle yang dipakai oleh staf saat melakukan pekerjaan yang
memungkinkan adanya percikanatau kontaminasi cairan yang mengandung darah atau
cairan infeksius lainnya. Harus ada alas kaki khusus untuk memasuki ruang dekontaminasi
dan penutup kaki yang tahan air.
Penggunaan sarung tangan, gaun pelindung dan goggle harus dicuci setiap selesai dipakai.
BAB VI
PELAYANAN PUSAT STERILISASI (CSSD)
Pusat sterilisasi (CSSD) melayani semua unit dirumah sakit yang membutuhkan alat dan
bahan kondisi steril. Dalam melaksanakan tugasnya, CSSD selalu berhubungan dengan unit lain
diantaranya yaitu:
1. Bagian loundry/ pencucian.
2. Instalasi pemeliharaan sarana.
3. Instalasi farmasi.
4. Sanitasi.
5. PPI.
6. Gudang logistic/ perlengkapan.
7. Perawatan (rawat inap, unit khusus, dll).

A. Tatalaksana Pelayanan CSSD


1. Perencanaan dan penerimaan barang
a. Linen
b. Instrumen / alat
c. BHP (sarung tangan, kassa, jarum, dll)
2. Pencucian
a. Linen dilakukan dibagian loundry
b. Instrumen
3. Setting
a. Set Instrument
b. Set Linen
4. Pengemasan dan labeling
a. Linen
b. Instrumen
c. BHP
5. Proses sterilisasi
a. Linen
b. Instrumen
c. BHP
6. Penyimpanan dan distribusi
Disesuaikan dengan tanggal kadaluarsa, disesuaikan dan ditempatkan pada rak sesuai
ruang yang membutuhkan.
7. Pemantauan kualitas sterilisasi
a. Pemantauan proses sterilisasi dengan penggunaan indikator sterilitas: Indikator fisika,
kimia dan biologi.
b. Pemantauan hasil steril dengan test mikrobiologi.
8. Pencatatan dan pelaporan

B. Alur Kerja
Alur kerja yaitu urutan-urutan dalam melakukan proses terhadap alat/ bahan. Tujuan
dibuatnya alur sebagai berikut:
1. Pekerjaan dapat effektif dan efisien.
2. Menghindari terjadinya kontaminasi silang.
3. Jarak yang ditempuh pekerja lebih simple dan tidak bolak-balik.
4. Memudahkan dalam pemantauan.

Alur kerja yang dilakukan di CSSD adalah sebagai berikut :


1. Penerimaan alat dari pengguna (user).
2. Diserahkan CSSD melalui bagian penerimaan alat kotor.
3. Pengecekan/ seleksi dan dicatat.
4. Perendaman
5. Pencucian dan dekontaminasi
6. Pengeringan
7. Pengesetan
8. Pengemasan
9. Labeling
10. Proses sterilisasi
11. Gudang simpan steril
12. Distribusi
ALUR KERJA CSSD

Serah terima & Penyimpanan di ruang


Pencatatan dalam bon penitipan steril
Alat / BHP

Pelayanan amprahan dan paking Pendistribusian/serah


Paking alat instrumen terima alat & barang

Pemberian label indikator kimia Pencatatan dalam bon


dalam dan luar tromol pengambilan

Pengecekan indikator fisik mesin,


air dan sarana pendukung

Penyusunan pada rak mesin


Sterilisasi

Proses Sterilisasi

Kontrol / pemisahan alat


C. Tahap-tahap sterilisasi alat/ bahan medis
1. Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah proses fisik atau kimia untuk membersihkan benda-benda yang
mungkin terkontaminasi oleh mikroba berbahaya bagi kehidupan, sehingga menjadi
aman untuk proses-proses selanjutnya. Tujuan dari proses dekontaminasi ini adalah
untuk melindungi pekerja yang bersentuhan langsung dengan alat-alat kesehatan yang
sudah melalui proses dekontaminasi tersebut, dari penyakit yang mungkin timbul
akibat dari mikroorganisme pada alat kesehatan tersebut.

a. Menangani dan Transportasi Benda Kotor


Alat kesehatan pakai ulang yang sudah terkontaminasi harus ditangani dengan
serius, dikumpulkan dan dibawa ke CSSD sedemikian rupa sehingga dapat
terhindar dari kontaminasi terhadap pengunjung, pasien, pekerja dan fasilitas
lainnya. Proses penanganannya adalah:
1) Peralatan habis pakai dipisahkan dari limbahnya. Ditempatkan oleh pekerjanya
langsung yang mengetahui potensi terjadinya infeksi dari peralatan tersebut.
2) Pisahkan benda tajam dan masukkan kedalam container khusus benda tajam
3) Kain dan linen dipisahkan dan masukkan ke unit loundry untuk penanganan
lebih lanjut.
4) Peralatan yang terkontaminasi ditempatkan dalam wadah khusus dan masuk
keruang dekontaminasi melewati petugas pencatatan
b. Pembuangan limbah
Limbah atau pembuangan harus dipisahkan dari alat pakai ulang . Diidentifikasi
dan dibuang sesuai kebijakan RS mengacu peraturan pemerintah.

c. Mencuci/ Cleaning
Semua alat pakai ulang harus melalui pencucian hingga benar-benar bersih sebelum
dilakukan sterilisasi.

d. Perlakuan Alat terkontaminasi


Pembersihan alat pakai ulang yang terkontaminasi harus sesegera mungkin setelah
dipakai. Hal ini dumaksudkan untuk mencegah kotoran menjadi kering dan lebih
sulit dalam pembersihannya. Agar tujuan tersebut dapat tercapai, maka:
1) Langsung dikirim ke CSSD segera setelah digunakan.
2) Dibersihkan dari kotoran, dicuci dengan air mengalir di tempat pemakaian
sesuai prosedur yang berlaku dan langsung dibungkus untuk menghindari
cipratan, tumpahan atau penguapan dan dibawa keruang dekontaminasi CSSD.

e. Menangani alat terkontaminasi diruang Dekontaminasi CSSD


Mulai pembersihan :
1) Dibongkar dan periksa semua komponen dalam kondisi lengkap.
2) Disortir berdasar cara pembersihannya.
3) Dibersihkan sebelum proses sterilisasi.
4) Gunakan teknik pencucian sesuai yang disarankan pada alat.
f. Bahan-bahan Pencuci (Cleaning Agents)
Supaya efektif, baha pencuci harus membantu menghilangkan residu dan kotoran
organik tanpa merusak alat. Bahan pencuci harus:
1) Sesuai dengan bahan yang disarankan pada alat dan metode mencuci yang
dipilih.
2) Ikuti rekomendasi dari produsen alat mengenai tipe bahan pencuci yang dapat
dipakai.
3) Pemilihan bahan pencuci juga bergantung pada tipe kotoran yang ada. Protein
cukup bengan detergen yang bersifat basa. Garam mineral dengan
menggunakan detergen asam.
4) Pertimbangkan penggunaan enzyme pelarut protein untuk mencuci alat.

g. Metode Merendam dan Membilas


Mencuci bersih adalah proses menghilangkan semua partikel yang kelihatan dan
hamper semua partikel yang tidak tampak, dan menyiapkan alat-alat agar aman untuk
proses desinfeksi dan sterilisasi. Mencuci dapat dilakukan secara manual maupun
mekanikal atau kombinasi keduanya. Untuk memastikan kebersihan al;at dan supaya
tidak merusak alat, maka:
1) Dibongkar dan periksa semua komponen dalam kondisi lengkap.
2) Dimulai dengan merendam dalam air pada suhu 20 C-43 C selama 15-20 menit
dan atau dalam produk enzyme yang dapat melepaskan darah dan protein
lainnya untuk mencegah terjadinya koagulasi darah pada alat dan juga
membantu menghilangkan mikroorganisme.
3) Bilas dengan air keran yang mengalir untuk menghilangkan protein dan
partikel-partikel kotoran.

h. Mencuci Manual
1) Pencucian secara manual dilakukan pada intrumen atau alat yang lembut dan
rumit.
2) Gunakan sikat yang sesuai dengan kebutuhan alat atau yang disarankan oleh
produsen alat.
3) Bilas dengan air mengalir dengan suhu 40 C-50 C. Lebih baik lagi
menggunakan air deionisasi atau air sulingan.
4) Setelah dicuci, dibilas, keringkan terlebih dahulu sebelum melalui proses
berikutnya.

i. Mencuci Mekanik
1) Menggunakan mesin cuci akan dapat meningkatkan produktifitas, lebih bersih
dan lebih aman untuk petugas.
2) Pembersih ultrasonic melepas semua kotoran dari seluruh permukaan alat/
instrument.
3) Alat pembersih juga perlu dilakukan pembersihan secara rutin.
j. Desinfeksi Kimia
1) Pemilihan jenis desinfeksi berdasarkan pemakaian alat dan level desinfeksi yang
diperlukan untuk pemakaian tersebut.
2) Harus sesuai label instruksi dari produsen alat dan bahan tersebut.

2. Pengemasan
Pengemasan yang dimaksud adalah termasuk semua material yang tersedia untuk
membungkus, mengemas dan menampug alat-alat yang dipakai ulang sebelum proses
sterilisasi, penyimpanan dan pemakaian. Tujuan pengemasan adalah sebagai perlindungan
terhadap alat dan bahan terhadap segala penyebab yang merusak kondisi steril.
Syarat Bahan Kemasan:
a. Dapat menahan mikroorganisme dan bakteri
b. Kuat dan tahan lama
c. Mudah digunakan
d. Tidak mengandung racun
e. Segel yang baik
f. Dapat dibuka dengan mudah dan aman
g. Masa kadaluarsa

Tipe-tipe Bahan Kemasan :


a. Kertas
b. Film Plastik
c. Kain (linen)
d. Kain campuran

Prosedur dan Langkah-langkah Pengemasan


Prosedur pengemasan harus mencakup :
a. Nama alat yang akan dikemas
b. Langkah-langkah yang tepat untuk persiapan sesuai instruksi produk dan
spesifikasinya.
c. Sesuaikan dengan metode sterilisasi yang digunakan
d. Tipe dan ukuran alat yang akan dikemas
e. Penempatan alat-alat dalam kemasan
f. Tips dan penempatan yang tepat indicator kimia eksternal dan internal
g. Metode atau teknik pengemasan
h. Metode pemberian segel kemasan
i. Metode dan penempelan label identifikasi isi kemasan
j. Aplikasi informasi pengendalian mutu, seperti nomer lot, tanggal, kode petugas
k. Petunjuk penempatan kemasan di dalam mesin sterilisasi
l. Peringatan waktu pengeringan, pendinginan dan penanganan asetelah proses sterilisasi
m. Informasi aplikasi pelindung
n. Petunjuk penempatan pada penyimpanan dan atau distribusi ke tempat pemakaian
o. Informasi kepada pemakai untuk mencegah kemungkinan kontaminasi
3. Metode Sterilisasi
a. Sterilisasi Panas Kering
Terjadi melalui mekanisme konduksi panas, dimana panas akan diabsorbsi oleh
permukaan luar dari alat yang disterilkan lalu merambat ke bagian dalam
permukaan sampai akhirnya suhu sterilisasi tercapai. Biasanya digunakan pada
bahan yang terbuat dari kaca.

b. Sterilisasi Etilen Oksida (EtO)


Bahan kemasan harus memudahkan penyerapan gas dan uap sterilan yang baik,
dan juga siap melepaskan gas dan uap tersebut dari kemasan dan isinya selama
waktu aerasi
c. Sterilisasi uap
Uap dapat membunuh mikroorganisme melalui denaturasi dan koagulasi sel
protein secara irreversible.
d. Mesin sterilisasi uap
e. Sterilisasi dengan Plasma
Sterilisasi ini digunakan pada plasma yang terbentuk dari hidrogen piroksida
f. Sterilisasi suhu Rendah Uap Formaldehid
Telah lama digunakan untuk mendisinfeksi ruangan, lemari, maupun instrumen.
Sayangnya formaldehid (dalam keadaan tunggal) tidak dapat digunakan untuk
sterilisasi alat rentan panas, khususnya dengan lumen kecil, karena daya
penetrasinya lemah serta aktivitas sporisidalnya juga lemah.
4. Pengujian alat sterilisasi
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI

A. Monitoring
Yang dimaksud dengan monitoring adalah upaya untuk mengamati pelayanan proses
sterilisasi dan cakupan program pelayanan proses sterilisasi seawal mungkin, untuk dapat
menemukan dan selanjutnya memperbaiki masalah dalam pelaksanaan program.

1. Tujuan dilakukannya monitoring adalah:


a. Untuk mengadakan perbaikan, perubahan orientasi atau disain dari sistem
pelayanan sterilisasi (bila perlu).
b. Untuk menyesuaikan strategi atau pedoman pelayanan sterilisasi yang
dilaksanakan di lapangan, sesuai dengan temuan-temuan dilapangan.
c. Hasil analisis dari monitoring digunakan untuk perbaikan dalam pemberian
pelayanan sterilisasi di Rumah Sakit. Monitoring sebaiknya dilakukan sesuai
keperluan dan dipergunakan segera untuk perbaikan program.

2. Hal-hal yang harus diperhatikan untuk kontrol kualitas adalah :


a. Pemberian nomor lot pada setiap kemasan.
Setiap item/kemasan yang akan disterilkan harus mencantumkan identitas berupa
nomor lot yang mencakup nomor mesin sterilisasi, tanggal proses sterilisasi, dan
keterangan siklus keberapa dari mesin sterilisasi. Pengidentifikasian ini akan
memudahkan pada saat diperlukannya melakukan recall atau penarikan kembali
kemasan yang sudah terdistribusikan.

b. Data mesin sterilisasi.


Untuk setiap siklus sterilisasi yang dilakukan informasi berikut harus
didokumentasikan :
1) Nomor lot
2) Informasi umum kemasan (misal : kemasan linen, atau kemasan instrument)
3) Waktu pemaparan dan suhu (kalau belum tercatat oleh mesin sterilisasi)
4) Nama operator
5) Data hasil pengujian biologis
6) Data respons terhadap indikator kimia
7) Data hasil dari uji Bowie-Dick

Dokumentasi ini akan bermanfaat dalam monitoring proses dan memastikan bahwa
parameter pada setiap siklus proses sterilisasi telah tercapai sehingga akuntabilitas
proses terjamin. Dengan melakukan dokumentasi ini maka apabila ada barang yang
harus ditarik ulang akan menjadi lebih mudah.
c. Waktu Kadaluarsa.
Setiap kemasan steril yang akan digunakan harus diberi label yang
mengindikasikan waktu kadaluarsa untuk memudahkan melakukan rotasi stok,
walaupun kadaluarsa tidak tergantung pada waktu melainkan pada kejadian yang
dialami oleh kemasan tersebut.

B. Evaluasi
Setiap kegiatan harus selalu di evaluasi pada tahap proses akhir seperti pada tahap
pengemasan, sterilisasi dan sebagainya, juga evaluasi secara keseluruhan dalam rangka
kinerja dari pengelolaan sterilisasi di Rumah Sakit

Tujuan dari evaluasi tersebut antara lain :


1.
2. Meningkatkan kinerja pengelolaan sterilisasi Rumah Sakit
3. Sebagai acuan/masukan dalam perencanaan sterilisasi, bahwa barang-barang yang
disterilkan di jamin kesterilannya.
4. Sebagai acuan dalam perencanaan system pemeliharaan mesin-mesin sterilisasi
5. Sebagai acuan perencanaan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan sumber daya
manusia.
BAB VI
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

A. Pencegahan Kecelakaan Pada Petugas


Tanggung jawab untuk melaksanakan semua kegiatan secara aman di lingkungan CSSD
menjadi tanggung jawab petugas CSSD setelah dilakukan pembekalan terhadap petugas
tehadap bahaya-bahaya yang mungkin terjadi di lingkungan CSSD. Pada dasarnya
kecelakaan dapat dihindari dengan mengetahui potensi bahaya yang dapat di timbulkannya.
Dengan memperhatikan secara seksama dan melatih teknik-teknik bekerja secara aman maka
resiko terjadinya kecelakaan kerja dapat di turunkan secara signifikan.

B. Penerimaan Barang Kotor dan Daerah Dekontaminasi


Bahaya pemaparan terhadap darah dan cairan tubuh lainnya maupun zat-zat kimia di
lingkungan CSSD dapat menyebabkan luka, penyakit dan dalam kondisi yang ekstrim
menyebabkan kematian. Upaya pencegahan dapat di lakukan secara efektif dengan
menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan, penutup kepala, penutup kaki, gaun
anti cairan, masker maupun goggle mata. Penyedian alat pelindung diri menjadi tanggung
jawab institusi bersangkutan, tetapi adalah tanggung jawab petugas CSSD untuk melindungi
dirinya dengan menggunakan alat pelindung diri secara benar.

Penanganan yang salah terhadap alat-alat tajam terkontaminasi seperti pisau, jarum dll dapat
menyebabkan rusaknya permukaan kulit yang pada akhirnya dapat memungkinkan
masuknya mikroorganisme pathogen ke dalam tubuh sehingga menyebabkan terjadinya
penyakit.

Saran tindakan aman


1. Jangan sekali-kali memasukkan tangan ke dalam wadah berisi barang terkontaminasi
tanpa dapat melihat secara jelas isi dari wadah tadi
2. Tuangkan cairan yang dapat mengganggu pengenalan secara visual alat-alat, lalu pindahkan
alat/instrument satu persatu. Pastikan agar bagian yang runcing dari instrument mengarah
berlawanan terhadap tubuh kita pada saat transportasi.
3. Buang sampah benda tajam (jarum suntik, blades) ke dalam wadah yang tahan tusukan
dan tidak dibuang pada tempat sampah biasa.
4. Pada saat memproses ulang benda tajam pakai ulang, pisahkan dari instrument lain dan
posisikan sedemikian sehingga dapat mencegah kemungkinan terjadinya luka pada
petugas lain dengan penanganan normal
5. Ikuti petunjuk/rekomendasi pabrik untuk penanganan zat kimia secara aman, dan gunakan
alat pelindung diri untuk mencegah pemaparan zat kimia terhadap kulit dan membran
mukosa yang dapat menyebabkan luka bakar kimia
6. Berhati-hatilah apabila mendekati daerah dimana air biasa digunakan, periksa kondisi
lantai untuk mencegah terjatuh akibat licin lantai, sebaiknya ada rambu-rambu
peringatan
7. Pada saat mencuci instrument di dalam sink, perhatikan untuk selalu menggosok dibawah
permukaan air untuk mencegah terjadinya aerosol yang dapat terhirup.
C. Penyiapan Proses Sterilisasi dan Daerah Sterilisasi
Pengoperasian mesin sterilisasi hanya boleh dilakukan oleh petugas terlatih yang sudah
mendapatkan pelatihan tentang prinsip dasar sterilisasi dan cara menggunakan mesin
sterilisasi secara benar. Dengan demikian maka kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja
dapat diperkecil dan upaya untuk menghasilkan barang-barang steril menjadi lebih terjamin.

Jenis-jenis luka yang dapat terjadi di daerah ini meliputi luka bakar pada kulit maupun membran
mukosa, akibat kelalaian pada penggunaan zat kimia maupun akibat terlalu dekatnya posisi
terhadap sumber panas (sterilisasi uap atau kereta barang yang panas). Luka bakar elektris, akibat
penggunaan instrument/alat listrik. Luka pada mata akibat cipratan zat kimia sehingga pemakaian
alat pelindung mata diperlukan.

Saran tindakan aman


1. Gunakan sarung tangan tahan panas pada saat menangani kereta mesin sterilisasi atau
pada saat berhubungan dengan objek lain bersuhu tinggi
2. Letakkan kereta mesin sterilisasi diluar daerah lalu lalang petugas CSSD lain untuk
menghindari petugas lain menyentuh kereta yang panas ini.
3. Tindakan hati-hati harus diperhatikan pada saat menggunakan “sealer panas “ dan
pemotong kantung sterilisasi (pouches)
4. Pengoperasian mesin sterilisasi hanya boleh dilakukan oleh petugas terlatih
5. Pengoperasian dan instalasi mesin sterilisasi etilen oksida harus dilakukan dengan
memperhatikan sistem ventilasi dan sistem exhaust yang berhubungan langsung dengan
udara luar (ke luar gedung)
6. Pada saat memindahkan barang ke dalam cabinet aerasi, petugas harus menggunakan
sarung tangan dan tidak memegang barang dekat dengan tubuh atau menghisap udara di
atas barang yang di pindahkan tersebut
7. Pada saat memindahkan wadah dari mesin EO ke dalam aerator sebaiknya kereta ditarik
dan tidak di dorong
8. Setelah barang di masukkan ke dalam kabinet aerasi dan siklus aerasi sudah di jalankan,
maka fase siklus tersebut tidak boleh dihentikan sampai proses aerasi selesai
9. Apabila ada petugas yang terpapar dengan EO segera bawa ke ruang gawat darurat
untuk evaluasi lebih lanjut.

D. Pencegahan Kecelakaan Pada Pasien


Petugas CSSD mempunyai tanggung jawab dalam upaya mencegah terjadinya kecelakaan pada
pasien yang dirawat di Rumah Sakit sehubungan dengan alat-alat/instrument yang di gunakan.
Melakukan proses dekontaminasi, disinfeksi, pengemasan, sterilisasi, dan penanganan barang
steril secara aseptic dan benar sesuai dengan SOP yang ditetapkan merupakan cara terbaik bagi
petugas untuk mencegah terjadinya kecelakaan/luka pada pasien. Pasien penerima barang yang
belum di uji kelayakan fungsi dan cara pakainya dapat mengalami komplikasi maupun
penundaan tindakan. Alat-alat terkontaminasi atau on-steril (seperti instrument bedah) apabila di
gunakan pada pasien dapat menimbulkan infeksi nosokomial.
Saran tindakan aman
1. Lakukan pengujian terhadap instrument/alat sebelum di distribusikan dari CSSD sesuai
dengan petunjuk pabrik dan SOP di CSSD
2. Pastikan bahwa semua barang telah di dekontaminasi dan bebas dari pengotor, kerusakan
atau bahaya lain yang dapat mempengaruhi penggunaan barang /alat
3. Pastikan agar barang terkontaminasi selalu dalam keadaan tertutup pada saat
transportasi menuju daerah dekontaminasi
4. Pastikan semua peralatan yang digunakan untuk melakukan proses sterilisai mengalami
pengujian secara teratur dan dijamin bekerja secara baik
5. Pastikan bahwa semua komponen instrument berada dalam keadaan lengkap, dan
berfungsi secara normal
6. Pastikan bahwa semua mesin sterilisasi termonitor secara visual selama siklus
berlangsung melalui pengujian indikator kimia, biologis dan pengujian deteksi udara
dalam chamber (sistem mesin sterilisasi uap pre-vakum)

E. Penanganan zat-zat kimia di CSSD


Penanganan zat-zat kimia di CSSD sangat perlu di perhatikan mengingat banyak zat kimia
yang digunakan di CSSD bersifat toksik. Apabila penanganannya tidak dilakukan dengan
baik maka dapat membahayakan baik petugas CSSD itu sendiri maupun pasien.

1. Alkohol
Alkohol dalam bentuk Etil atau Isopropil alkohol (60-90 %) digunakan sebagai
desinfektan intermediat dengan kemampuan bakterisidal, tuberkulosidal, fungisidal,
dan virusidal.

Tindakan pertolongan
a. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
b. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan
oksigenasi, dan penatalaksanaan sirkulasi

Tindakan pertolongan pada pemaparan mata


a. Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena
b. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi dengan
sejumlah air bersih atau NaCL 0,9 % perlahan selama 15-20 menit
c. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit
d. Jangan biarkan korban menggosok mata
e. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata

Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit


a. Bawa pasien segera ke pancuran terdekat
b. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit
c. Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau kertas secara perlahan
2. Formaldehid
Formaldehid adalah gas tidak berwarna dengan bau menyengat. Umumnya digunakan
sebagai disinfektan. Formalin adalah larutan yang mengandung formaldehid dan
methanol dengan kadar bervariasi (biasanya antara 12-15 %).

Bahaya terhadap kesehatan


Dosis toksik : Dosis letal pada manusia secara oral 0,5 - 5 g/kg BB
Akut : 2-3 ppm, rasa gatal pada mata, 4-5 ppm lakrimasi, 10 ppm
lakrimasi berat,10-20 ppm susah bernafas, batuk, terasa panas
pada hidung dan tenggorokan, 50-100 ppm iritasi akut saluran
Pernafasan
Lambat : Sensitisasi dermatitis
Kronik : Karsinogenik, gangguan menstruasi dan kesuburan pada wanita,
percikan larutan pada mata dapat menyebabkan kerusakan berat
s/d menetap, kornea buram dan buta
Jika tertelan : Menyebabkan luka korosif mukosa gastrointestinal disertai mual,
muntah, perdarahan
Jika terhirup : Iritasi saluran nafas, nafas berbunyi, laringospasme
Kontak kulit : Iritasi pada kulit
Kontak mata : iritasi dan lakrimasi, pada konsentrasi pekat menyebabkan
kornea buram dan buta

Tindakan pertolongan
a. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
b. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan
oksigenasi, dan penatalaksanaan sirkulasi

Tindakan pertolongan pada pemaparan mata


a. Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena
b. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi dengan
sejumlah air bersih atau NaCL 0,9 % perlahan selama 15-20 menit
c. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit
d. Jangan biarkan korban menggosok mata
e. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata

Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit


a. Bawa pasien segera ke pancuran terdekat
b. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit
c. Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau kertas secara perlahan
d. Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahan dan
buanglah dalam wadah/plastik tertutup
e. Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti sarung
tangan, masker, apron
f. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut
Tindakan pertolongan pada pemaparan gastrointestinal
Pada keracunan formaldehid ringan, perlu dilakukan tindakan berikut:
a. Segera beri pasien air atau susu untuk diminum secepat mungkin untuk
pengenceran. Untuk orang dewasa maksimal 20 cc sekali minum, untuk anak-
anak maksimal 100 ml.
b. Kontra indikasi untuk induksi muntah dan pemberian karbon-aktif
c. Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut dan fleksibel dapat
dipertimbangkan setelah pengenceran dan pemeriksaan endoskopi

3. Etilen Oksida
Etilen oksida merupakan zat kimia yang banyak digunakan dalam proses sterilisasi kimia
alat-alat kesehatan, pereaksi dalam sintesa kimia organik terutama dalam pembuatan etilen
glikol, fungisida, dan fumigan bahan makanan dan tekstil.
Bahaya utama terhadap kesehatan
Inhalasi : Pemaparan jangka pendek: iritasi, daya cium menurun, dispnea,
nyeri kepala, mengantuk, gejala mabuk, gangguan keseimbangan
Tubuh
Kontak kulit : Pemaparan jangka pendek: reaksi alergi, kulit terasa panas,
melepuh, frostbite.
Kontak mata : Pemaparan jangka pendek: terasa panas, frostbite, mata berair,
pemaparan jangka panjang: dapat menimbulkan kontak
Tertelan : Pemaparan jangka pendek: terasa panas terbakar, sakit
tenggorokan, mual, muntah, frostbite, diare, nyeri perut, nyeri
dada, nyeri kepala, sianosis.
Pemaparan jangka panjang: Kerusakan hati, potensial karsinogen

Tindakan pertolongan
a. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
b. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan
oksigenasi, dan penatalaksanaan sirkulasi

Tindakan pertolongan pada pemaparan mata


a. Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena
b. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi dengan
sejumlah air bersih atau NaCL 0,9% perlahan selama 15-20 menit
c. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
d. Jangan biarkan korban menggosok mata
e. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata

Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit


a. Bawa pasien segera ke pancuran terdekat
b. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit
c. Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau kertas secara perlahan
d. Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahan dan
buanglah dalam wadah/plastik tertutup
e. Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti sarung
tangan, masker, apron
f. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut

Tindakan pertolongan pemaparan gastrointestinal


a. Induksi muntah tidak dilakukan (kontra indikasi)
b. Aspirasi dan kumbah lambung tidak dianjurkan
c. Berikan karbon aktif dosis tunggal 1 gr/kg atau dewasa 30-100 gr dan anak-anak
15-30 gr. Cara pemberian : dicampur rata dengan perbandingan 5-10 gr karbon
aktif dengan 100-200 ml air. Dewasa 10 gr tiap 20 menit, anak-anak 5 gr tiap 20
menit
4. Lisol
Lisol merupakan nama lain dari kelompok zat kimia fenol, asam karbolat, hidroksibenzena,
asam fenilat, resol, karbon kreolin, likresol. Lisol banyak digunakan sebagai desinfektan
rumah tangga untuk membersihkan lantai, kamar mandi/WC dan untuk menghilangkan bau
busuk. Dalam bidang kesehatan digunakan sebagai larutan antiseptic dengan konsentrasi
antara 1-2 %. LDL oral pada manusia adalah 140 mg/kg.

Bahaya utama pada kesehatan


Pada kulit dan mukosa : Gatal dan mati rasa dan pada keadaan
berulang atau berat: kemerahan, gatal dan luka
bakar.
Kronis pada kulit : Eritema, vesikel, dan akhirnya padat mengalami
dermatitis kontak.
Pemaparan mata : Iritasi konjungtiva, Kornea berwarna putih,
edema palpebra dan iritis, nyeri abdomen,
muntah dan rash. Jika konsentrasi fenol > 5 %
dapat menyebabkan luka bakar pada pada mulut
dan esophagus.
Efek pada sistem : Hipotensi dan syok
kardiovaskuler
Efek pada ginjal : Urin berwarna gelap karena hemoglobinuri
Efek pada pernafasan : Depresi pernafasan dan gagal nafas

Tindakan pertolongan
a. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
b. Berikan terapi suportif berup penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan oksigenasi
dengan oksigen lembab 100 %, dan penatalaksanaan sirkulasi

Tindakan pertolongan pada pemaparan mata


a. Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena
b. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi dengan sejumlah
air bersih atau NaCL 0,9 % perlahan selama 15-20 menit
c. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit
d. Jangan biarkan korban menggosok mata
e. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata
Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit
a. Bawa pasien segera ke pancuran terdekat
b. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit
c. Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau kertas secara perlahan
d. Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahan dan buanglah
dalam wadah/plastik tertutup
e. Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan,
masker, apron
f. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut

Tindakan pertolongan pemaparan gastrointestinal


a. Segera beri pasien atau susu untuk diminum secepat mungkin untuk pengenceran. Untuk
orang dewasa maksimal 250 cc sekali minum, untuk anak-anak maksimal 100 ml.
b. Kontra indikasi untuk induksi muntah dan pemberian karbon-aktif
c. Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut dan fleksibel dapat di
pertimbangkan setelah pengenceran dan pemeriksaan endoskopi
5. Natrium Hipoklorit
Larutan pemutih pakaian yang biasa digunakan biasanya mengandung bahan aktif
Natrium hipoklorit (Na OCL) 5-10 %. Selain digunakan sebagai pemutih juga digunakan
sebagai disinfektan. Pada konsentrasi > 20 % zat ini bersifat korosif dan bila tertelan akan
berbahaya karena jika kontak dengan asam lambung akan melepaskan asam klorat gas
klor bebas dalam lambung yang apabila terhirup dapat menyebabkan kerusakan paru-paru

Bahaya utama terhadap kesehatan


a. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
b. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan oksigenasi
dengan oksigen lembab 100 %, dan penatalaksanaan sirkulasi

Tindakan pertolongan pada pemaparan mata


a. Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yan terkena
b. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi dengan
sejumlah air bersih atau NaCL 0,9 % perlahan selama 15-20 menit
c. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit
d. Jangan biarkan korban menggosok mata
e. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata

Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit


a. Bawa pasien segera ke pancuran terdekat
b. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit
c. Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan air mengalir minimal 10 menit
d. Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahan dan
buanglah dalam wadah /plastik tertutup
e. Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan,
masker, apron
f. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut
Tindakan pertolongan pemaparan gastrointestinal
a. Segera beri pasien air atau susu untuk diminum secepat mungkin untuk pengenceran.
Untuk orang dewasa maksimal 250 cc sekali minum, untuk anak-anak maksimal 100
ml
b. Kontra indikasi untuk induksi muntah dan pemberian karbon-aktif
c. Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut dan fleksibel dapat
dipertimbangkan setelah pengenceran dan pemeriksaan endoskopi.
d. Pengenceran dengan demulsen seperti susu atau antacid
F. Alat pelindung diri
Instalasi pusat sterilisasi harus dilengkapi dengan alat pelindung diri seperti apron lengan
panjang yang tahan terhadap cairan atau karet yang tahan terhadap cairan kimia heavy-duty,
penutup kepala, masker “high-filtration”, dan “tight fitting”gogle, khususnya dipakai oleh
staf saat melakukan prosedur yang memungkinkan terjadinya cipratan atau kontaminasi
dari cairan yang mengandung darah atau cairan tubuh lainnya. Harus ada alas kaki khusus
untuk memasuki ruang dekontaminasi dan penutup sepatu tahan air yang diperlukan untuk
melindungi sepatu dan masker, dan gogle harus dilepaskan saat meninggalkan ruang
dekontaminasi. Sarung tangan, gaun pelindung, dan gogle harus dicuci setiap hari. Alat
pelindung yang dipakai ulang harus dilaundry setelah setiap pemakaian.
KESIMPULAN
• CSSD merupakan salah satu pelayanan penunjang medik di rumah sakit, yang bertugas
memberikan pelayanan terhadap semua kebutuhan dalam kondisi steril atau bebas dari
semua mikroorganisme termasuk endospora secara cepat , tepat aman dan terpadu.
• CSSD merupakan salah satu jantung pelayanan kesehatan rumah sakit, CSSD sangat
berperan dalam pengendalian infeksi rumah sakit melalui desinfeksi dan sterilisasi.
Sehingga apa yang akan terjadi apabila CSSD tidak melakukan kegiatan pelayanan dalam
satu hari saja.
• Tujuan pelayanan sterilisasi adalah untuk menyediakan produk / bahan alat medik steril,
namun bukan berarti sekedar menghasilkan barang-barang steril.
• Sterilan harus ada jaminan sterilitas alat/bahan diperlukan mekanisme ketat, kontrol
proses sterilisasi yang ketat akan memberikan jaminan bahwa peralatan medis yang kita
sediakan adalah benar-benar steril, yaitu melalui manajemen CSSD yang baik dan benar
atau yang sering kita sebut dengan pelayanan cepat, akurat, nyaman & aman, transparan
dan akuntabel, integritas tinggi, dan dengan kerjasama tim

Anda mungkin juga menyukai