Anda di halaman 1dari 70

Panduan Pemodelan Struktur Beton Bertulang

dengan ABAQUS
1. Membuka aplikasi Abaqus CAE.
Pastikan komputer sudah ter-install Abaqus CAE. Untuk membuka Abaqus
CAE bisa dicari lewat search, ketik Abaqus. Dapat dilihat di Gambar 1.

Gambar 1. Membuka aplikasi Abaqus CAE.

2. Membuat New Project.


a. Pilih Create New Project seperti pada Gambar 2.

Gambar 2. Tampilan awal Abaqus.

3. Contoh permasalahan yang dianalisis


Karena model elemen hingga zona pengangkuran tendon prategang memilki
geometrik yang cukup rumit, maka dalam panduan pemodelan struktur beton
bertulang dengan Abaqus ini disederhanakan dengan contoh balok kantilever
beton bertulang. Dimensi dari contoh model struktur disajikan pada Gambar 3.
Adapun material beton yang digunakan adalah f’c = 28 MPa dan baja fy = 420
MPa.

500 KPa

0,30 m

0,20 m

1,30 m 0,20 m

2D16

P10‐100

2D16
Gambar 3. Dimensi contoh model struktur beton bertulang.

4. Part
a. Menggunakan Solid Element untuk model beton
Pilih Create Part, dapat dilihat di Gambar 4. Beri nama Part, Modeling
Space = 3D, Type = Deformable, Base Future; Shape = Solid, Type =
Extrusion, klik Continue seperti pada Gambar 5. Gambarkan penampang
balok beton yang mau dibuat dengan membuat sembarang Rectangle
dengan klik pada kanvas dengan dua titik sebagai sudut yang berlawanan
seperti pada Gambar 6. Dan Gambar 7. Dimensi penampang dapat diatur
dengan melakukan klik Add Dimension seperti pada Gambar 8., atur
dimensinya sehingga penampang balok adalah b = 0,20 m dan h = 0,3 m.
Hasilnya seperti pada Gambar 9. Kemudian klik Done seperti pada Gambar
10., selanjutnya muncul tampilan seperti pada Gambar 11. isikan Length =
1,50 m, Klik OK hasilnya seperti pada Gambar 12. Untuk model zona
pengangkuran tendon prategang, struktur merupakan gabungan beberapa
Part seperti pada Gambar 13.
Gambar 4. Tampilan untuk memilih Create Part

Gambar 5. Input membuat Part dengan cara Solid Extrusion.

Gambar 6. Menggambar Rectangle untuk penampang balok beton.


Gambar 7. Sembarang Rectangle yang selesai digambar.

Gambar 8. Mengatur dimensi Rectangle.

Gambar 9. Rectangle Line yang dimensinya sudah disesuaikan.


Gambar 10. Proses mengakhiri penggambaran penampang balok beton.

Gambar 11. Proses membuat Extrusion dari penampang menjadi bentuk balok
Solid 3D.

Gambar 12. Geometrik Part balok beton Solid 3D yang selesai dibuat.
Gambar 13. Geometrik Part zona pengangkuran tendon prategang Solid 3D yang
selesai dibuat.

b. Membuat Datum Plane


Datum Plane merupakan fasilitas yang dapat digunakan
membagi/memotong Cell menjadi bagian-bagian yang terpisah. Prosedur
yang dilakukan adalah pilih Tools, Datum seperti pada Gambar 14., pilih
Type = Plane, Offset from plane, pilih Surface Cell sebagai referensi seperti
pada Gambar 15. Kemudian pilih arahnya sesuai dengan posisi datum
terhadap permukaan yang direferensi seperti pada Gambar 16., isikan
jaraknya adalah 0,20 m, klik OK. Hasilnya seperti pada Gambar 17.

Gambar 14. Perintah membuat Datum.


Gambar 15. Cara membuat Datum Plane.

Gambar 16. Cara mengisikan arah Datum Plane.

Gambar 17. Datum Plane yang sudah terbentuk.

c. Melakukan Partition Cell


Partition Cell berfungsi untuk memisahkan elemen, ataupun Surface dalam
1 Cell agar dapat diberikan ukuran Mesh ataupun beban di Surface yang
terpisah. Klik Partition Cell dengan ditahan, pilih tipe Partition Cell Use
Datum Plane seperti pada Gambar 18, piliih Cell yang akan di partisi dan
pilih Datum Plane sebagai pembagi dan klik Creat Partition seperti pada
Gambar 19. Hasilnya Cell yang sudah terpartisi seperti pada Gambar 20.
Gambar 18. Fasilitas Partition Cell.

Gambar 19. Cell yang dipartisi dan Datum Plane sebagai pembagi.

Gambar 20. Cell yang sudah terpartisi.

d. Menggunakan Truss Element untuk model tulangan


Dalam pemodelan beton bertulang ini interaksi tulangan dengan beton
sebagai Embeded Interaction yaitu pergerakan dari elemen tulangan
mengikuti pergerakan dari elemen beton. Sehingga diasumsikan lekatan
tulangan dengan beton diasumsikan bersifat Perfect Bond. Diasumsikan
tulangan bekerja di dalam beton hanya mengalami tarik den desak saja
sehingga elemen tulangan yang digunakan adalah tipe Truss Element.
Prosedurnya adalah klik Create Part. Isikan Base Future; Shape = Wire,
Type = Planar pada tampilan seperti Gambar 21., klik Continue.
Selanjutnya klik Create Line dan gambarkan garis sembarang pada arah
horisontal seperti pada Gambar 22. Sesuaikan panjang garis dengan
panjang tulangan lentur desain yaitu 1,47 m menggunakan fasilitas Add
Dimiension seperti pada Gambar 23., klik Done. Lakukan yang sama untuk
menggambar tulangan sengkang, masukkan dimensi lebar = 0,14 m dan
tinggi 0,24 m hasilnya dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 21. Membuat Part; Shape = Wire.

Gambar 22. Create Line untuk tulangan.

Gambar 23. Line yang sudah tergambar.

Gambar 24. Line yang dimensinya sudah disesuaikan.


5. Material.
a. Mendefinisikan Property material beton
Model material beton yang digunakan dalam contoh dan penelitian ini
adalah Concrete Damaged Plasticity. Masukan yang diperlukan meliputi
modulus elastis, konstitutif material beton pada kondisi desak dan tarik, dan
parameter Plasticity. Parameter yang dimasukkan dalam contoh model
beton bertulang ini adalah disajikan pada Tabel 1., Tabel 2., dan

Tabel 3. Bila digrafikkan masukan konstitutif material beton disajikan


seperti Gambar 25., Gambar 26., Gambar 27., dan Gambar 28.
Prosedur yang dilakukan dalam masukan data model material adalah pilih
Property seperti pada Gambar 29., pilih Create Material, beri nama
material, pilih Elasticity untuk input modulus elastis dan rasio poison dan
Plasticity pilih Concrete Damaged Plasticity seperti pada Gambar 30. Isikan
parameter Plasticity dari Tabel 1. seperti pada Gambar 31. Isikan konstitutif
beton desak dari data Tabel 2. seperti pada Gambar 32. Isikan

Tabel 3. seperti pada Gambar 33., klik OK.

Tabel 1. Parameter Plasticity beton.


Dilatation angle (ψ) Eccentricity Fb0/fc0 K Viscosity

30 0,1 1,16 0,67 0,005

Tabel 2. Input konstitutif desak beton.


εc σc (Kpa) dm

0,00000 11474,17 0,00


0,00039 17670,84 0,00
0,00061 21012,94 0,00
0,00109 26051,19 0,00
0,00159 28476,84 0,00
0,00179 28685,42 0,00
0,00209 28229,81 0,02
0,00259 25537,34 0,11
0,00354 14342,71 0,50
0,00459 6053,62 0,79
0,00559 3490,47 0,88
0,00959 938,15 0,97

Tabel 3. Input konstitutif tarik beton.


σct
εct (Kpa) dm

0,00000 1897,42 0,00


0,00008 2108,25 0,00
0,00013 1998,77 0,05
0,00015 1944,03 0,08
0,00020 1822,13 0,14
0,00039 1341,92 0,36
0,00052 1013,49 0,52
0,00061 794,54 0,62
0,00093 0,00 0,99

σc (MPa)
35.00
30.00
25.00
Linear
20.00
15.00
Non Linear
10.00
5.00
0.00 εtotal

Gambar 25. Grafik konstitutif desak beton.


dc
0.90
0.80
0.70
0.60
0.50 Compression
0.40 Damaged
0.30
0.20
0.10 εplastis
0.00

Gambar 26. Grafik hubungan regangan dengan Damaged Compression beton.

σc (MPa)
2.50

2.00

1.50 Linear
1.00 Non Linear

0.50

0.00 εtotal

Gambar 27. Grafik konstitutif tarik beton.

dt
1.20
1.00
0.80
0.60
Tension Damaged
0.40
0.20
0.00
εplastis

Gambar 28. Grafik hubungan regangan dengan Damaged Tension beton.


Gambar 29. Perintah masukan material.

Gambar 30. Tampilan form input model material Concrete Damaged Plasticity.
Gambar 31. Tampilan form input parameter Plasticity pada model material
Concrete Damaged Plasticity.

Gambar 32. Tampilan form input Compression Behavior model material Concrete
Damaged Plasticity.
Gambar 33. Tampilan form input Tension Behavior model material Concrete
Damaged Plasticity.

b. Mendefinisikan Property material baja


Model material baja yang digunakan dalam contoh dan penelitian ini adalah
Classic Plasticity. Masukan yang diperlukan meliputi modulus elastis,
konstitutif material baja seperti pada Gambar 34.
Prosedur yang dilakukan dalam masukan data model material adalah pilih
Property seperti pada Gambar 29., pilih Create Material, beri nama
material, pilih Elasticity untuk input modulus elastis dan rasio poison dan
Plasticity pilih Plasticity seperti pada Gambar 30. Isikan konstitutif material
seperti pada Gambar 35., klik OK.

σc (MPa)
600
500
400
300 Elastis
200
Plastis
100
0
εtotal

Gambar 34. Grafik konstitutif baja.


Gambar 35. Tampilan form input Plasticity material baja.

c. Create Section dan Assign Section untuk Solid Element


Klik Create Section dan isikan nama Section yang dibuat pilih Category =
Solid, dan Type = Homogeneous seperti pada Gambar 36., selanjutnya
akan muncul form Edit Section seperti pada Gambar 37., pilih nama
material, klik OK. Klik Assign Section seperti pada Gambar 38., pilih Cell
yang dipasangkan ke Section pada kanvas seperti pada Gambar 39., klik
Done.

d. Create Section dan Assign Section untuk Truss Element


Klik Create Section dan isikan nama Section yang dibuat pilih Category =
Beam, dan Type = Truss seperti pada Gambar 40., selanjutnya akan
muncul form Edit Section seperti pada Gambar 37., pilih nama material, klik
OK.
Klik Assign Section seperti pada Gambar 38., pilih Cell yang dipasangkan
ke Section pada kanvas seperti pada Gambar 39., klik Done.
Gambar 36. Perintah Create Section.

Gambar 37. Perintah Edit Section.

Gambar 38. Perintah Assign Section.

Gambar 39. Cell dari Part yang dipasangkan Section.


Gambar 40. Create Section Truss Element.

Gambar 41. Masukan material baja dan luas penampang tulangan dengan Truss
Element.

Gambar 42. Perintah Assign Section.

Gambar 43. Masukan material baja dan luas penampang tulangan dengan Truss
Element.
6. Mesh
Mesh merupakan fasilitas untuk melakukan pembagian dan penentuan tipe
dari Element dari Part ataupun Assembly. Konvergensi dari analisis
tergantung dari tingkat keteraturan dan kesesuaian elemen yang digunakan
dengan geometrik struktur. Dalam contoh ini meshing dilakukan pada Part
(Dependent). Untuk menampilkan fasilitas mesh pilih Mesh, Object = Part
seperti pada Gambar 44.

a. Assign Mesh Control


Klik Assign Mesh Control untuk menentukan metode mesh seperti pada
Gambar 45. Pilih Cell yang mau diberi Mesh Control klik Done. Pilih tipe
elemen Hex, Technique = Structured seperti pada Gambar 46., klik OK.
b. Assign Element Type
Klik Assign Element Type untuk menentukan tipe elemen yang digunakan
seperti pada Gambar 47. Pilih Cell yang mau ditentukan tipe elemennya.
Pilih Element Library = Explicit, Geometric Order = Linear, Family = 3D
Stress, Pilih Hex; Element Control = Reduced Integration seperti pada
Gambar 48., klik OK. Sedangkan pada Part baja tulangan prosedurnya
sama dengan Part beton namun isikan Family = Truss seperti pada
Gambar 49., klik OK.
c. Seed Part
Klik Seed Part untuk menentukan ukuran elemen yang akan di mesh
seperti pada Gambar 50. Selanjutnya pilih cell dari part, klik Done. Akan
muncul tampilan seperti pada Gambar 51., isikan ukuran mesh adalah 0,02
m, klik OK.
d. Mesh Part
Klik Mesh Part untuk melakukan mesh elemen seperti pada Gambar 52.
Selanjutnya pilih cell dari part, klik Done, dan klik OK hasilnya dapat dilihat
pada Gambar 53.
e. Verify
Klik Verify Mesh untuk melakukan pengecekan mesh elemen seperti pada
Gambar 54. Selanjutnya pilih cell dari part, klik Done, akan muncul
tampilan seperti pada Gambar 55., pilih Analysis Check , dan klik Highlight.
Gambar 44. Perintah Mesh.

Gambar 45. Perintah Mesh Control.

Gambar 46. Tahap Mesh Control yang dilakukan.


Gambar 47. Perintah menentukan Element Type.

Gambar 48. Prosedur masukan Element Type pada Part beton.


Gambar 49. Prosedur masukan Element Type pada Part baja tulangan.

Gambar 50. Perintah Seed Part.

Gambar 51. Prosedur melakukan Seed Part.

Gambar 52. Perintah Mesh Part.


Gambar 53. Hasil Mesh Part.

Gambar 54. Perintah Verify Mesh.

Gambar 55. Prosedur Verify Mesh


7. Assembly
Assembly merupakan fasilitas yang memberikan tempat model untuk bisa
dilakukan eksekusi analisis. Assembly terdiri dari gabungan berbagai Part
yang dapat dihubungkan melalui interaksi.
Pada Tree Menu, klik + pada Assembly, klik Instance dua kali akan muncul
tampilan seperti pada Gambar 56., pilih Part “Balok Beton” untuk dimasukkan
dalam Assembly. Selanjutnya klik Part komponen tulangan untuk dimasukkan
ke dalam Assembly, hasilnya dapat dilihat pada Gambar 57. Atur posisi
tulangan untuk menyesuaikan gambar desain menggunakan fasilitas Rotate
seperti pada Gambar 58., tentukan garis as rotasi dengan memasukkan dua
titik koordinat, masukkan sudut rotasinya, dan klik OK. Pindahkan posisi
tulangan untuk menyesuaikan gambar desain menggunakan fasilitas Move
seperti pada Gambar 59., tentukan vektor perpindahannya dengan
memasukkan koordinat awal dan koordinat akhir, dan klik OK. Hasilnya
terbentuk suatu struktur beton bertulang seperti pada Gambar 60.. dan
Gambar 61. Struktur beton bertulang pada modal elemen hingga zona
pengangkuran tendon prategang disajikan pada Gambar 62.

Gambar 56. Prosedur memasuakan Solid Part dalam Assembly.


Gambar 57. Prosedur memasuakan Truss Part dalam Assembly.

Gambar 58. Prosedur Rotation Part di dalam Assembly.


Gambar 59. Prosedur Moving Part di dalam Assembly.

Gambar 60. Posisi Truss Part (Tulangan) sudah sesuai dengan rencana.

Gambar 61. Solid Part (beton) dan Truss Part (tulangan) yang sudah diposisikan
sesuai dengan desain rencana.
Gambar 62. Solid Part (beton) dan Truss Part (tulangan) yang sudah diposisikan
sesuai dengan desain rencana pada model zona pengangkuran tendon
prategang.

8. Interaction
Interaction merupakan fasilitas yang memberikan hubungan antar Part dalam
suatu Assembly. Dalam contoh pemodelan struktur kantilever beton bertulang
ini hubungan beton dengan tulangan dihubungkan sebagai interaksi
Embedded Region. Dalam contoh pemodelan ini fasilitas Interaction dilakukan
dalam lingkup Assembly.
Tampilkan Part tulangan saja pada Assembly dengan klik View, Assembly
Display Options, pilih Instance, seperti pada Gambar 63. dan Gambar 64.
Selanjutnya pilih Interaction seperti pada Gambar 65., pilih Embeded Region
seperti pada Gambar 66., pilih Embedded Element dengan memilih elemen
tulangan seperti pada Gambar 67., klik Done, selanjutnya buka form
Assembly Display Option, pilih Part Intance, Tampilkan Part beton saja, pilih
elemen beton seperti pada Gambar 68., klik OK seperti pada Gambar 69.

Gambar 63. Perintah Assembly Display Option.


Gambar 64. Menyembunyikan Part beton dalam Assembly

Gambar 65. Perintah Interaction.

Gambar 66. Perintah Embedded Region.


Gambar 67. Truss Part yang dipilih sebagai Embedded Region.

Gambar 68. Solid Part yang dipilih sebagai Host Region.

Gambar 69. Tampilan input Embedded Region.

9. Step
Step merupakan fasilitas digunakan untuk menentukan algoritma iterasi
numerik. Untuk memulai maka pilih perintah Step seperti pada Gambar 70.,
klik Create, beri nama Step, pilih General, “Static, Riks” seperti pada Gambar
71. Selanjutnya isikan input seperti pada Gambar 72., Gambar 73., dan
Gambar 74., klik OK, hasil Step yang sudah jadi seperti pada Gambar 75.
Output analisis yang diinginkan dapat ditentukan dengan perintah Field Output
Request Manager, carasnya adalah dengan mengikuti isian seperti pada
Gambar 76.

Gambar 70. Perintah Step.

Gambar 71. Tampilan pilihan Step.


Gambar 72. Masukan Basic Step.

Gambar 73. Masukan Incrementation Step.


Gambar 74. Masukan Other Step.

Gambar 75. Tampilan input Step yang sudah jadi.

Gambar 76. Masukan Field Output Request Manager.


10. Load
Load merupakan fasilitas untuk memasukkan beban (Load) dan Boundary
Condition. Cara menampilkan perintah Load dapat dilihat pada Gambar 77.
Dalam contoh pemodelan ini fasilitas Load dilakukan dalam lingkup Assembly.
a. Create Load
Fasilitas ini digunakan untuk memberi beban pada model struktur. Dalam
pemodelan ini beban di ujung balok kantilever berupa beban merata pada
luasan (0,2x0,2 cm2) , sehingga bila direncanakan target beban yang
bekerja adalah 20 KN maka beban merata yang diperlukan adalah 500
KN/m2.
Cara memasukkan beban merata adalah dengan klik Cread Load seperti
pada Gambar 78., beri nama dan Step beban, pilih tipe beban Preasure,
klik Continue, pilih permukaan Part yang mau diberi beban, klik Done,
masukkan nilai Preasure yang diberikan seperti pada Gambar 78., klik OK.
Hasilnya dapat dilihat pada Gambar 79.
b. Create Boundary Condition
Dalam pemodelan mekanika Boundary Condition digunakan untuk
memberikan batasan displacement, dapat juga displacement ditentukan
sehingga menjadi suatu beban displacement.
Klik Create Boundary Condition, beri nama dan pilih nama Step, klik OK
seperti pada Gambar 80., pilih permukaan yang diberi Boundary, klik Done,
isikan seperti pada Gambar 81., klik OK. Hasilnya dapat dilihat pada
Gambar 82.

Gambar 77. Perintah Create Load.


Gambar 78. Cara memasukkan beban Preasure.

Gambar 79. Beban Preasure yang selesai dimasukkan.

Gambar 80. Perintah Create Boundary Condition.


Gambar 81. Masukan arah displacement yang pada permukaan yang diberi
Boundary.

Gambar 82. Tampilan Boundary Condition yang selesai dibuat.

11. Job
Job merupakan fasilitas untuk mengkonversi model menjadi file input yang
selanjutnya akan di eksekusi secara numerik oleh Abaqus. Prosedur yang
dilakukan adalah pilih perintah Job seperti pada Gambar 83., isikan nama
Job dan klik Continue seperti pada Gambar 84. Selanjutnya isikan masukan
Job pada bagian Submission, dan Memory seperti pada Gambar 85. dan
Gambar 86., klik OK, dan hasilnya Job sudah jadi seperti pada Gambar 87.
Untuk menjalankan analisis numerik klik Submit dari Job yang dipilih. Untuk
melakukan monitor progress analisis numerik klik Monitor seperti pada
Gambar 88.
Gambar 83. Perintah Job.

Gambar 84. Perintah Create Job.

Gambar 85. Tampilan Submission pada Edit Job.


Gambar 86. Tampilan pengaturan Memory pada Edit Job.

Gambar 87. Tampilan Job yang selesai dibuat.

Gambar 88. Tampilan Monitoring Job yang sedang Running.

12. Visualization
Visualization merupakan fasilitas untuk menampilkan keluaran analisis
numerik secara grafis meliputi kontur tegangan, regangan, displacement,
damage parameter, dan parameter output lainnya. Cara menampilkan
perintah ini adalah klik Result pada form Job Manager seperti pada Gambar
89. Selanjutnya tampilkan kontur parameter output dengan cara klik Result,
pilih Field Output seperti pada Gambar 90., pilih DAMAGET untuk
menampilkan kontur Damaged Tension seperti pada Gambar 91. Berikut
perintah; tambahan untuk menampilkan output agar lebih mudah dibaca
hasilnya
a. Agar kontur tegangan dan regangan Part beton dapat terlihat
perbedaanya, ataupun kontur Part tulangan dapat diamati, visualisasi Part
dalam output dapat dipisahkan melalui fasilitas Display Group Manager.
Untuk memisahkan Part dari beton dan tulangan klik Display Group
Manager seperti pada Gambar 92., Tampilkan Part beton saja caranya
seperti pada Gambar 93. Untuk memperbesar ukuran huruf pada Legend
gunakan perintah View Part Annotation Option seperti pada Gambar 94.,
dan atur ukuran huruf pada Legend seperti pada Gambar 95. Dan
hasilnya seperti Gambar 96.
b. Common Plot Option digunakan untuk mengatur visualisasi dan skala
deformasi model. Caranya dengan pilih Common, Common Plot Option
seperti pada Gambar 97., aturlah tampilan visualisasi output model
seperti pada Gambar 98.
c. Kontur parameter output yang lain dapat ditampilkan dengan cara klik
parameter yang tersedia pada form Field Output, misalnya kontur
regangan maksimum prinsipal. Untuk memperlihatkan perbedaan nilai
kontur yang lebih jelas dapat dilakukan dengan memilih Contour Option
seperti pada Gambar 99., dimana nilai batasan maksimum atau
minimumnya ditentukan.
d. Untuk menampilkan kontur tegangan tulangan lakukan prosedur Display
Group Manager dan buatkan group untuk Part tulangan, dan hasil
visualisasi kontur tegangan penampang seperti pada Gambar 100.

Gambar 89. Perintah Result untuk menampilkan kontur parameter output.


Gambar 90. Tampilan perintah Visualization.

Gambar 91. Cara menampilkan kontur parameter DAMAGET.

Gambar 92. Perintah Display Graoup Manager.


Gambar 93. Cara menampilkan Part Beton saja.

Gambar 94. Perintah ViewPart Annotation Option.


Gambar 95. Cara mengatur ukuran huruf dari Legend.

Gambar 96. Ukuran huruf dari Legend yang sudah diatur.

Gambar 97. Perintah Common Plot Option.


Gambar 98. Cara mengatur skala deformasi dan menyembunyikan garis-garis
Mesh..

Gambar 99. Kontur regangan principal maksimum .

Gambar 100. Cara menampilkan kontur tegangan Part tulangan.

13. Membuat grafik hubungan gaya dan displacement


Grafik kekuan struktur diperlukan untuk mengetahui indikasi terjadinya retak
dan terjadinya beban ultimit pada struktur.
Cara membuat grafik kekakuan struktur sepanjang tahap pembebanan
adalah dengan klik Tools pilih XY Data, klik Create seperti pada Gambar
101., kemudian muncul form seperti pada Gambar 102. klik Variables,
Position = Unique Nodal, pilih ”U Spatial Displacement” = U2. Klik
Elements/Nodals sehingga muncul tampilan seperti pada Gambar 103. pilih
Pick from viewport, klik Edit Selection, klik nodal pada model yang ingin
diamati displacement-nya, klik Plot. Klik kanan pada Sub dari Tree Menu XY
Data, pilih Edit, Copy data displacement seperti pada Gambar 104., Paste
pada Ms.Excel. Buka form Job Monitor untuk mendapatkan data rasio
beban, Copy data pada kolom tabel “Step time/LPF” seperti pada Gambar
105., Paste pada Ms. Excel. Nilai beban yang bekerja adalah perkalian rasio
beban dengan Preasure Load dikalikan dengan luas area Preasure Load.
Bila digrafikkan nilai kekakuan struktur sepanjang pembebanan adalah
seperti pada Gambar 106. Pengamatan retak beton diamati berdasarkan
kontur Damaged Tension sedangkan terjadinya yield baja tulangan diamati
berdasarkan tegangan yang terjadi seperti pada Gambar 107., Gambar 108.,
dan Gambar 109 .

Gambar 101. Perintah plot XY Data


Gambar 102. Memilih output displacement arah vertikal untuk data yang
diplotkan.

Gambar 103. Cara memilih titik nodal yang diplotkan displacement-nya.


Gambar 104. Cara mengambil data displacement dari kurva yang diplotkan.

Gambar 105. Cara mengambil data Load dari form Job Monitor.
P (KN)
30
Yield
25

20

15
1st full open 
10 Carck

1st Crack
5

0 δ (mm)
0 2 4 6 8 10

Gambar 106. Grafik hubungan gaya dengan displacement struktur.

Gambar 107. Kontur DAMAGET pada kondisi retak pertama kali.

Gambar 108. Kontur DAMAGET pada kondisi retak terbuka penuh pertama kali.
Gambar 109. Kontur DAMAGET pada kondisi baja mulai leleh.

14. Menambahkan Density pada material dan Step untuk mengetahui


frekwensi natural struktur saat retak
Abaqus memiliki fasilitas untuk mengetahui frekwensi natural struktur pada
kondisi struktur terbebani ataupun material struktur sudah mengalami plastis
yaitu melalui analisis pembebanan struktur secara statik (Static, General)
dan dilanjutkan dengan Frequency. Dalam contoh ini perbandingan
frekwensi natural struktur akibat pengaruh terjadi retak dibuat dalam tiga Job
masing-masing memiliki nilai beban yang berbeda seperti pada Tabel 4.

a. Masa struktur ditentukan dengan menambahkan Density sebesar 24


KN/m3 dan 78,5 KN/m3 untuk masing-masing material beton dan baja
dengan pilih General, Density seperti pada Error! Reference source not
found.., Gambar 111., dan Gambar 112.
b. Step dimodifikasi dan ditambahkan untuk unloading dan analisis modal
untuk menentukan frekwensi natural struktur yaitu dengan cara
memodifikasi Step-1 dari tipe (Static, Riks) menjadi tipe (Static, General)
seperti pada Gambar 113., Gambar 114., dan Gambar 115. dan
menambahkan Step-2 tipe (Static, General) seperti pada Gambar 116.,
Gambar 117., dan Gambar 118. serta Step-3 tipe (Frequency) seperti
pada Gambar 119 dan Gambar 120.
c. Beban yang sudah ada pada Step-1 dimodifikasi menjadi 100 KN/m2 (4
KN) dan pada Step-2 dimodifikasi 0 KN/m2 untuk Job1 seperti pada
Gambar 121., Gambar 122., dan Gambar 123. Untuk Job2 dan Job3
caranya sama dengan Job1 namun nilai beban Step-1 dimodifikasi
masing-masing menjadi 300KN/m2 (12 KN) dan 400 KN/m2 (16 KN)
seperti ditunjukkan pada Gambar 124. dan Gambar 125.
d. Membuat Job dilakukan dengan cara seperti pada Gambar 126. memory
yang disediakan adalah 1500 MB seperti pada Gambar 127.
e. Keluaran Increment analisis pada setiap Step dapat diamati dengan cara
pilih Result, Field Output, klik Step/Frame, apa bila dipilih setiap Step
akan muncul tampilan seperti pada Gambar 128., Gambar 129., dan
Gambar 130. Frekwensi natural struktur dapat diamati dengan klik Step-3
seperti pada Gambar 130. Dengan mengamati pergerakan mode shape
dan nilai frekwensi natural struktur pada “Step/Frame” maka dapat
disimpulkan nilai frekwensi natural struktur pada arah vertikal kantilever.
Hubungan grafik gaya dan lendutan terhadap frekwensi natural struktur
hasilnya dapat diamati seperti pada Gambar 131 dan Tabel 5. Visualisasi
kontur DAMAGET dan mode shape struktur disajikan seperti pada
Gambar 132., Gambar 133., dan Gambar 134.

Tabel 4. Pembebanan pada tiap step dari Job pembebanan model.


Pembebanan Job1 Job2 Job3
(KN)
Step-1 4 12 16
Step-2 0 0 0
Step-3 Built into base Built into base Built into base
state state state

Gambar 110. Cara memasukkan parameter berat jenis pada material.


Gambar 111. Cara memasukkan parameter berat jenis material beton.

Gambar 112. Cara memasukkan parameter berat jenis material baja.


Gambar 113. Cara melakukan modifikasi Step-1 dari (Static, Riks) menjadi
(Static, Riks General).

Gambar 114. Parameter masukan Basic pada Step-1 (Static, General)

Gambar 115. Parameter masukan Incrementation pada Step-1 (Static, General)


Gambar 116. Cara menambahkan Step-2 (Static, General)

Gambar 117. Parameter masukan Basic pada Step-2 (Static, General)

Gambar 118. Parameter masukan Incrementation pada Step-2 (Static, General).

Gambar 119. Cara menambahkan Step-3 (Frequency).


Gambar 120. Parameter masukan Basic pada Step-3 (Frequency).

Gambar 121. Melakukan modifikasi masukan pembebanan.


Gambar 122. Memasukkan beban 100 KN/m2 (4 KN) untuk pembebanan model
pertama pada Step-1.

Gambar 123. Memasukkan beban 0 KN/m2 untuk pembebanan model pertama


pada Step-2.

Gambar 124. Memasukkan beban 300 KN/m2 (12 KN) untuk pembebanan model
ke dua pada Step-1.
Gambar 125. Memasukkan beban 400 KN/m2 (16 KN) untuk pembebanan model
ke tiga pada Step-1.

Gambar 126. Cara membuat Job1 untuk pembebanan 100 KN/m2 (4 KN).

Gambar 127. Cara modifikasi memory komputer yang disediakan untuk analisis.
Gambar 128. Keluaran increment Step-1

Gambar 129. Keluaran increment Step-2

Gambar 130. Keluaran increment Step-3


Tabel 5. Pembebanan pada Step-1 dan frekwensi natural struktur.
Parameter Job1 Job2 Job3
Beban Step-1 4 12 16
f (Hz) 23,125 19,120 15,200

Gambar 131. Grafik hubungan gaya, displacement, dan frekwensi natural


struktur.

Gambar 132. Parameter DAMAGET dan Mode Shape dari struktur pada saat
beban 4 KN.
Gambar 133. Parameter DAMAGET dan Mode Shape dari struktur pada saat
beban 12 KN.

Gambar 134. Parameter DAMAGET dan Mode Shape dari struktur pada saat
beban 16 KN.
15. Menambahkan tulangan prategang (pretension)
Abaqus memiliki fasilitas untuk memodelkan beban prategang pada baja
tulangan. Dalam bahasan ini adalah contoh kasus pemodelan balok
prategang pretension. Model struktur balok kantilever beton bertulang yang
dicontohkan sebelumnya dimodifkasi dengan menambahkan tulangan
prategang seperti yang diilustrasikan pada Gambar 135. Rencana skema
pemodelan yang dilakukan mengikuti Error! Reference source not found..
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Part tendon prategang dibuat dengan cara melakukan perintah Copy Part
tulangan longitudinal seperti pada Gambar 136. dan Gambar 137.
b. Material baja prategang dibuat dengan cara melakukan perintah Copy
Material dan modeifikasi modulus elastis beserta parameter plastisitas
baja tulangan seperti pada Gambar 138., Gambar 139., Gambar 140.
c. Penampang tulangan baja prategang dibuat dengan membuat
penampang struktur 3D, kategori Beam dan tipe Truss dan luas
penampang diisikan seperti pada Gambar 141. dan Gambar 142.
d. Penampang baja tulangan yang terpasang pada elemen dimodifikasi
menjadi penampang baja prategang seperti pada Gambar 143. dan
Gambar 144 .
e. Part baja prategang dimasukkan dan diatur posisinya menggunakan
perintah Move dan Rotate ke dalam Assembly sedemikian hingga sesuai
dengan model rencana, seperti yang disajikan pada Gambar 145. dan
Gambar 146.
f. Constraint tipe Embeded Region dibuat untuk menentukan interaksi baja
prategang dengan beton seperti pada Gambar 147. dan Gambar 148.
g. Job dibuat dengan cara melakukan perintah Copy Job seperti pada
Gambar 149.
h. Step-0 disisipkan sebelum Step-1 untuk memberi fasilitas beban
prategang seperti pada Gambar 150.
i. Load Manager dibuka untuk melihat urutan pembebanan seperti pada
Gambar 151.
j. Job di print dalam bentuk notepad melalui perintah Write Input seperti
pada Gambar 152. Selanjutnya input file dalam format notepad dibuka di
dalam folder Abaqus tempat program di-install seperti pada Gambar 153.
Notepad dibuka dan dibaca pada bagian tulangan prategang yang
sebagai Embeded Region seperti pada Gambar 154. Membuat source
code beban prategang dengan cara seperti pada Gambar 155.
Selanjutnya dilakukan perintah Seve-as pada notepad yang telah
dimodifikasi.
k. Job dibuat dengan menggunakan perintah Create Job menggunakan
notepad seperti pada Gambar 157. Selanjutnya memori Job ditentukan
seperti pada Gambar 158.
l. Melakukan Submit Job seperti pada Gambar 159.
m. Keluaran analisis dapat diamati pada Gambar 160., Gambar 161.,
Gambar 162., Gambar 163., Gambar 164., dan Tabel 8.

500 KPa

0,30 m

0,20 m

1,30 m 0,20 m

2D16

5 cm
PS‐A=100 mm2
P10‐100

2D16

Gambar 135. Dimensi rencana model kantilever prategang.

Tabel 6. Rencana skema pembebanan pada tiap step dari Job pembebanan
model.

Pembebanan Job1 Job2 Job3 Job4


(KN)
Step-0 (PS) 1000 MPa 1600 MPa 1000 MPa 1600 MPa
Step-1 4 KN 4 KN 16 KN 16 KN
Step-2 0 0 0 0
Step-3 Built into base Built into base Built into base Built into base
state state state state
Gambar 136. Melakukan copy geometri tulangan longitudinal.

Gambar 137. Memberikan nama tulangan prestress “Tul-PS”.

Gambar 138. Melakukan copy material tulangan baja.

Gambar 139. Melakukan modifikasi modulus elastis tulangan prategang.


Gambar 140. Melakukan modifikasi plastisitas tulangan prategang.

Gambar 141. Membuat penampang tulangan prategang.

Gambar 142. Memberi masukan dimensi penampang tulangan prategang.


Gambar 143. Melakukan modifikasi penampang prategang yang terpasang pada
elemen.

Gambar 144. Penampang tulangan prategang yang sudah terpasang pada


elemen.

Gambar 145. Memasukkan Part pada Assembly.

Tabel 7. Skema pembebanan pada tiap step dari Job pembebanan model.
Gambar 146. Memposisikan tulangan prategang sesuai posisi rencana.

Gambar 147. Membuat Constraint tipe Embeded

Gambar 148. Constraint tulangan prategang.


Gambar 149. Melakukan copy Job.

Gambar 150. Menambahkan Step-0.

Gambar 151. Tampilan urutan analisis pada Load Manager.

Gambar 152. Melakukan perintah Write Input dari Job.


Gambar 153. Membuka Input File yang telah ditulis dalam format notepad.

Gambar 154. Membuka notepad Input File dan membaca Part tendon prategang
sebagai Embeded Element.
Gambar 155. Memberikan beban prategang dengan masukan berupa source
code .

Gambar 156. Melakukan Create Job menggunakan Input File yang telah
dimodifikasi.

Gambar 157. Membuka Input File yang telah dimodifikasi beban prategang.
Gambar 158. Menentukan memori dalam analisis.

Gambar 159. Melakukan Submit Job.

Gambar 160. Tampilan Step/Frame, setelah analisis selesai.


Gambar 161. Kontur displacement pada Step-1 (akibat beban prategang).

Gambar 162. Kontur displacement pada Step-2 (akibat beban prategang dan
beban luar).

Gambar 163. Kontur DAMAGET (rusak tarik) setelah beban luar dihilangkan.
Gambar 164. Frekwensi natural struktur pada mode shape vertikal setelah beban
luar dilepaskan.

Tabel 8. Pembebanan dan frekwensi natural pada tiap step dari Job
pembebanan model.
Pembebanan Job1 Job2 Job3 Job4
(KN)
Step-0 (PS) 1000 MPa 1600 MPa 1000 MPa 1600 MPa
Step-1 (KN) 4 4 16 16
Step-2 (KN) 0 0 0 0
Step-3 Built into Built into Built into Built into
base state base state base state base state
Frekwensi (Hz) 23,221 23,218 15,340 15,340
∆maks (mm) 0,5339 1,6600 -0,4003 0,7036

Anda mungkin juga menyukai