Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan Pengukuran Kerangka Kontrol Horizontal


4.1.1 Pengukuran Poligon
Pengukuran Poligon dilakukan dengan menggunakan alat Total Station ES
65 di Kabupaten Kupang Lelogama. Banyak kekurangan dalam pengukuran
dimana pengukuran dilakukan tanpa survey awal terlebih dahulu untuk
pemasangan titik Banch Mark maupun patok polygon, sehingga pada saat
pengukuran tempat berdiri alat mengikuti arahan dari salah satu surveyor
yang bertugas sebagai penentu titik polygon. Pengukuran polygon dilakukan
selama 10 hari dengan 3 surveyor dan 6 asisten surveyor. Dalam waktu satu
hari pengukuran mencapai 1 Km.
Metode yang digunakan tidak tepat karena menggunakan titik referensi
GPS Navigasi. Titik referensi hanya di dua titik awal yaitu P0 dan P1.
Pengukuran titik kontrol/polygon tidak terikat sempurna sehingga tidak bisa
dilakukan kontrol kualitas hasil pengukuran. pengukuran menggunakan
metode koordinat dengan bidikan F3 sehingga data yang terekam adalah data
koordinat XYZ tanpa data sudut horizontal, jarak maupun zenith. Sehingga
data polygon ini tidak dapat diolah sama sekali.
Dari uraian kekurangan pengukuran kerangka kontrol horizontal diatas,
maka saran terbaik yang diberikan menurut kaidah geodesi sebagai berikut:
1. Dilakukan survey awal terlebih dahulu untuk pemasangan titik Banch
Mark maupun patok poligon.
2. Pengukuran kerangka kontrol horizontal dilakukan dengan metode
poligon terikat sempurna. Titik-titik ikat poligon pada awal dan akhir
setiap seksi adalah titik-titik BM hasil pengukuran GPS(global
positioning system).
3. Pengukuran kerangka kontrol horizontal harus melewati semua BM
dan CP yang terpasang dilapangan.
4. Panjang setiap seksi poligon terbuka terikat sempurna menyesuaikan
dengan jarak antara 2 BM GPS yang berurutan, biasanya setiap 5km

48
dan dikontrol dengan pengamatan matahari.Bila dilapangan hanya ada
satu titik referensi dan tidak memungkinkan dilakukan pengukuran
GPS, maka pengukuran poligon dilakukan secara kring (tertutup),
yaitu pengukuran yang dimulai dan diakhiri pada titik yang sama.
5. Tiap sudut poligon diukur dengan satu seri rangkap dengan hasil 4
(empat) kali sudut, dari bacaan biasa(B) dan Luar Biasa (LB). Alat
ukur yang digunakan untuk pengukuran kerangka kontrol horizontal
adalah Total Station yang mempunyai bacaan terkecil 1.
6. Semua titik poligon harus dibuat sketsa pengukurannya.
7. Kesalahan penutup sudut poligon tidak boleh lebih dari 10”n, dimana
n adalah jumlah titik poligon, ketelitian linier yang harus dicapai untuk
kerangka kontrol horizontal adalah harus lebih kecil atau sama dengan
1 : 7.500.

4.2 Hasil dan pembahasan Pengukuran Kerangka Kontrol Vertikal (KKV)


Pada saat pengkuran dilapangan tidak dilakukan pengukuran kerangka
kontrol vertikal dengan alasan bahwa pengukuran KKV menggunakan waterpass
dengan jarak 10 Km membutuhkan waktu yang lama dan tanpa pengukuran
menggunakan waterpass bisa didapatkan elevasi dari pengukuran Total Station
tanpa memperhatikan toleransi pengukuran.
Saran yang dapat diberikan menurut kaidah geodesi sebagai berikut:
1. Pengukuran kerangka kontrol vertikal dilakukan dengan metode sipat
datar disepanjang trase jalan melewati BM, CP dan semua patok kayu.
2. Pengukuran sipat datar dilakukan pergi-pulang secara kring pada setiap
seksi. Panjang seksi 1-2 km dengan toleransi ketelitian
pengukuransebesar 10 mm D. Dimana D = jumlah jarak dalam Km.
3. Pengukuran sipat datar harus menggunakan alat sipat datar otomatis
atau yang sederajat. Alat ukur sipat datar sebelum digunakan harus
dikalibrasi dan hasilnya dicatat dalam formulir kalibrasi, yang telah
diperiksa oleh petugas yang berwenang.

49
4. Pembacaan rambu harus dilakukan pada 3 benang silang yaitu benang
atas (ba), benang tengah (bt) dan benang bawah (bb) sebagai kontrol
bacaan.
5. Rambu ukur harus dilengkapi nivo kotak untuk pengecekan
vertikalnya rambu, serta di pasang bergantian muka dan belakang dan
dengan slag genap, hal ini untuk mengurangi kesalahan akibat titik nol
rambu yang tidak sama.
6. Alat sipat datar diupayakan terletak ditengah-tengah antara dua rambu
yang diukur, hal ini dilakukan untuk mengurangi kesalahan akibat
garis bidik tidak sejajar garis arah nivo.
7. Pengukuran harus dihentikan bila terjadi undulasi udara (biasanya
pada tengah hari) yang disebabkan oleh pemuaian udara oleh panasnya
matahari, ataupun bila turun hujan.

4.3 Hasil Pengukuran Detail/Situasi


Pengukuran detail dilakukan bersamaan dengan pengukuran long section
menggunakan alat total station, data yang dihasilkan adalah data koordinat xyz.
Data hasil pengukuran kemudian diolah di Microsoft excel dibuat sesuai format
Autocad yaitu PENZD ( Point, Easting, Northting, Zenith, Deskripsi) untuk
selanjutnya dilakukan penggambaran di Autocad Civil 3D.
Tabel 4.1 hasil pengukuran detail

50
4.4 Hasil Pembuatan Peta
4.4.1 Peta Topografi
Dari pengolahan data koordinat selanjutnya dilakukan penggambaran peta
topografi menggunakan Autocad Civil 3D 2020. Hasil dari penggambaran
topografi kemudian dibuatkan desain jalan untuk menggambar long section dan
cross section. Gambar dibawah ini merupakan Layout Peta Topografi yang dibuat
dengan skala 1:1000. Dicetak dikertas A3.

Gambar 4.1 Peta Topografi

51
4.4.2 Gambar long Section
Gambar potongan memanjang STA 23+330 – STA 24-300. Penggambaran
long section dibuat berdasarkan hasil pengukuran topografi yang belum diuji
kualitas pengukurannya. Gambar long section dibuat dari desain topografi jalan,
mulai dari membuat aligment dengan jarak per STA 25 Meter. Berikut merupakan
gambar long section dengan skala 1:7500.

Gambar 4.2 Long Section

52
4.4.3 Gambar Potongan Melintang
Gambar potongan melintang dibuat dengan skala Vertikal 1: 300 dan
Horisontal 1:300 dengan jarak per STA 50 m. Penggambaran cross section dibuat
dari gambar long section yang belum diuji kualitas pengukurannya. Proses
penggambaran cross section dimulai dari membuat desain rencana elevasi jalan,
assembly/tipikal jalan, corridor jalan sampai sample line.

Gambar 4.3 Hasil Cross Section

53

Anda mungkin juga menyukai