Anda di halaman 1dari 11

Rangkuman

Infeksi Saluran Kemih (ISK) & Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Kasus ISK

Kelompok 1 :

Glenda Makalew – 18011104001 Vika Tjomo – 18011104027

Masita Ludong – 18011104004 Nadia Malingkas – 18011104032

Tiara Rotinsulu – 18011104006 Viola Sumilat – 18011104038

Janette Maneseh – 18011104010 Glory Mewo – 18011104041

Veronica Mandias – 18011104012 Fira Saroinsong – 18011104045

Evita Tumoka – 18011104015 Divitro Moroki – 18011104049

Fabio Winokan – 18011104016 Putrindah Bujung – 1801110405

Natalia Harahap – 18011104019

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

2020
A. Definisi

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi akibat berkembang biaknya mikroorganisme di
dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih tidak menandung bakteri, virus
atau mikroorganisme lain. Infeksi saluran kemih dapat terjadi baik di pria maupun wanita dari
semua umur, dan dari kedua jenis kelamin ternyata wanita lebih sering menderita infeksi
daripada pria. (Sudoyo, 2009)

Jenis Infeksi Saluran Kemih, antara lain:


- Kandung Kemih (Sistitis)
- Uretra (Uretritis)
- Prostat (Prostatitis)
- Ginjal (Pielonefritis)
Klasfikasi menurut letaknya:
- ISK bawah
Perempuan (sistitis: presentasi klinis infeksi kandung kemih disertai bakteriuria
bermakna).
Sindrom uretra akut (SUA): persentasi klinissistitis tanpa ditemukan mikroorganisme
(steril), sering dinamakan sistitis bakterialis.
- ISK atas
Pielonefritis Akut (PNA): proses infeksi parenkim ginjal yang disebabkan infeksi
bakteri.
Pielonefritis Kronik (PNK): kemungkinan akibat lanjut dari infeksi bakteri
berkepanjaangan atau infeksi sejak masa kecil.

B. Etiologi

ISK terjadi tergantung banyak faktor seperti: usia, gender, prevalensi bakteriuria, dan faktor
predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur saluran kemih termasuk ginjal. Berikut
menurut jenis mikroorganisme dan usia. (Basuki, 2000).

1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:


- Escherichia Coli: 90% penyebab ISK uncomplicated (simple)
- Pseudomonas, Proteus, Klebsiella: penyebab ISK complicated
- Enterobacter, Staphylococcus epidemidis, enterococci, dan lain-lain
2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
- Sisa urine dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongankandung kemih
yang kurang efektif.
- Mobilitas menurun
- Nutrisi yang sering kurang baik
- Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
- Adanya hambatan pada aliran urine
- Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
C. Manifestasi Klinis
1. Gejala – gejala dari infeksi saluran kemih secara umum sering meliputi:
a) Gejala yang terlihat, sering timbulnya dorongan untuk berkemih
b) Rasa terbakar dan perih pada saat berkemih
c) Seringnya berkemih, namun urinnya dalam jumlah sedikit (oliguria)
d) Adanya sel darah merah pada urin (hematuria)
e) Urin berwarna gelap dan keruh, serta adanya bau yang menyengat dari urin
f) Ketidaknyamanan pada daerah pelvis renalis
g) Rasa sakit pada daerah di atas pubis
h) Perasaan tertekan pada perut bagian bawah
i) Demam
j) Pada wanita yang lebih tua juga menunjukkan gejala yang serupa, yaiu kelelahan,
hilangnya kekuatan, demam
k) Sering berkemih pada malam hari

2. Gejala – gejala dari infeksi saluran kemih secara spesifik sering meliputi :
a. Pyelonephritis akut.
Pada tipe ini, infeksi pada ginjal mungkin terjadi setelah meluasnya infeksi yang terjadi
pada kandung kemih. Infeksi pada ginjal dapat menyebabkan rasa sakit pada punggung
atas dan panggul, demam tinggi, gemetar akibat kedinginan, serta mual atau muntah.
b. Cystitis.
Inflamasi atau infeksi pada kandung kemih dapat dapat menyebabkan rasa tertekan
pada pelvis, ketidaknyamanan pada perut bagian bawah, rasa sakit pada saat urinasi, dan
bau yang mnyengat dari urin.
c. Uretritis.
Inflamasi atau infeksi pada uretra menimbulkan rasa terbakar pada saat urinasi. Pada
pria, uretritis dapat menyebabkan gangguan pada penis.

D. Pemeriksaan Penunjang
1. Analisa urine rutin, mikroskop urine segar tanpa putar, kultur urine, serta jumlah
kuman/ml urine.
2. Infestigasi lanjutan harus berdasarkan indikasi klinis:
a) Ultrasonogram (USG)
b) Radiografi: foto polos perut, pielografi IV, Micturating cystogram
c) Isotop scanning

E. Penatalaksanaan
1. Non farmakologi
a) Istirahat
b) Diet: perbanyak vitamin A dan C untuk mempertahankan epitel saluran kemih
2. Farmakologi
a) Antibiotic sesuai kultur, bila hasil kultur belum ada dapat diberikan antibiotic antara
lain cefotaxime, ceftriaxon, kotrimoxsazol, trimetroprim, fluoroquinolon,
amoksisiklin, doksisiklin, aminoglikosid.
b) Bila ada tanda-tanda urosepsis dapat diberikan impinemen atau kombinasipenisilin
dengan aminoglikosida.
c) Untuk ibu hamil dapat diberikan amoksisilin, nitrofurantoin atausefalosporin.
F. Patofisiologi

Akumulasi etiologi dan faktor Makanan terkontaminasi Jaringan - total


resiko (infeksi mikroorganisme, mikroorganisme masuk tersumbat
penggunaan steroid dalam jangka lewat mulut
panjang, usia lanjut, anomaly
saluran kemih, cidera uretra, Obstruksi saluran
riwayat isk) HCL (Lambung) kemih yang bermuara
ke vesika urinarius
Hidup Tidak hidup

Usus terutama pleg prayer Resiko infeksi Peningkatan tekanan VU

Penebalan dinding VU
Kuman mengeluarkan endotoksin Mati

Kontraksi otot VU menurun


Bakteremia primer Difagosit

Tidak difagosit Procesia pada kulit dan tidak hipertermi Kesulitan berkemih

Bakteremia sekunder Pembuluh darah kapiler Retensi urine

Hipotalamus Ureter Reinteraksi abdominal

Menekan termoreguler Iritasi ureteral Obstruksi

Hipertermi Oliguria Mual muntah

Peradangan Gangguan eliminasi urine Kekurangan volume cairan

Nyeri
Peningkatan frekuensi/dorongan kontraksi uretra Depresi saraf Perifer
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Data demografi
2. Pemerikasaan fisik: dilakukan secara head to toe dan system tubuh
3. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko:
a) Adakah riwayat infeksi sebelumnya?
b) Adakah obstruksi pada saluran kemih?
4. Adanya factor yang menjadi predisposisi pasien terhadap infeksi nosokomial.
a) Bagaimana dengan pemasangan kateter foley?
b) Imobilisasi dalam waktu yang lama.
c) Apakah terjadi inkontinensia urine?
5. Pengkajian dari manifestasi klinik infeksi saluran kemih
a) Bagaimana pola berkemih pasien? untuk mendeteksi factor predisposisi
terjadinya ISK pasien (dorongan, frekuensi, dan jumlah)
b) Adakah disuria?
c) Adakah urgensi?
d) Adakah hesitancy?
e) Adakah bau urine yang menyengat?
f) Bagaimana haluaran volume orine, warna (keabu-abuan) dan konsentrasi
urine?
g) Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih bagian
bawah?
h) Adakah nyesi pangggul atau pinggang-biasanya pada infeksi saluran kemih
bagian atas?
i) Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas.
6. Pengkajian psikologi pasien:
a) Bagaimana perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan yang
telah dilakukan?
b) Adakakan perasaan malu atau takut kekambuhan terhadap penyakitnya.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai
dengan mual muntah.
2. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme dan proses penyakit.
3. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan
struktur traktus urinarius lain.
4. Retensi urine berhubungan dengan peningkatan tekanan ureter, sumbatan pada kandung
kemih.
5. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih
ataupun struktur traktus urinarius lain.
6. Resiko infeksi berhubungan dengan masuknya bakteri pada saluran kemih
7. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi tentang kondisi,
prognosis dan kebutuhan pengobatan.

C. Intervensi Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif ditandai dengan mual, muntah
a) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama diharapkan keseimbangan
volume cairan sesuai dengan kebutuhan tubuh.
b) kriteria hasil:
 Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT
normal
 Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
 Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
c) Intervensi dan Rasional
Intervensi Rasional

1. Pertahankan catatan intake dan 1. Penurunan sirkulasi darah dapat


output yang akurat terjadi dari peningkatan
2. Monitor vital sign kehilangan cairan
3. Kolaborasi pemberian cairan mengakibatkan hipotensi dan
IV takikardia
2. Mengetahui keadaan umum
klien
3. Untuk menggantikan cairan
tubuh yang hilang akibat dari
evaporasi tubuh

2. Hipertermia b.d peningkatan laju metabolism dan proses penyakit


a) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama diharapkan pasien
mengalami keseimbangan termoregulasi
b) Kriteria hasil:
 Suhu tubuh dalam rentang normal
 Nadi dan RR dalam rentang normal
 Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
c) Intervensi dan Rasional

Intervensi Rasional

1. Monitor vital sign 1. Suhu 38,9˚-41,1˚C


2. Berikan antipiretik menunjukkan proses penyakit
3. Ajarkan pada pasien cara infeksius akut. Pola demam
mencegah keletihan akibat panas dapat membantu dalam
4. Kompres pasien pada lipat paha diagnosis.
dan aksila
2. Menurunkan demam dengan
aksi sentralnya di hipotalamus
3. Menambah pengetahuan
pasien untuk mencegah
keletihan
4. Dapat membantu mengurangi
demam

3. Nyeri akut b.d inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan struktur traktus
urinarius lain
a) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri dapat berkurang
atau bahkan hilang
b) Kriteria hasil:
 Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan Teknik
nonfarmakologi, mencari bantuan)
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan melakukan manajemen nyeri
 Mampu mengenali nyeri(skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
c) Intervensi dan Rasional
Intervensi Rasional

1. Lakukan pengkajian nyeri secara 1. Nyeri berat dapat


komprehensif mengakibatkan syok dengan
2. Observasi reaksi nonverbal dari merangsang sistem saraf
ketidaknyamanan simpatis, mengakibatkan
3. Ajarkan Teknik nonfarmakologi kerusakan lanjutan
4. Kolaborasi pemberian analgetik 2. Kebutuhan rasa nyaman dapat
untuk mengurangi nyeri terpenuhi
3. Menurunkan terjadinya
keracunan obat yang
mengandung bahan kimia
4. Mengurangi nyeri yang
dirasakan klien sebelum
terjadi nyeri kronis

4. Retensi urin b.d peningkatan tekanan ureter, sumbatan pada kandung kemih
a) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak ada retensi urin
b) Kriteria hasil:
 Kandung kemih kosong secara penuh
 Tidak ada residu urin >100-200 cc
 Tidak ada spasme bladder
 Balance cairan seimbang
c) Intervensi dan Rasional
Intervensi Rasional

1. Monitor intake dan output 1. Melihat keseimbangan antara


2. Monitor derajat distensi bladder pemasukan dan pengeluaran
3. Stimulasi reflex bladder dengan 2. Untuk mengurangi distensi
kompres dingin pada abdomen 3. Untuk menghangatkan atau
4. Kateterisasi jika perlu memberikan rasa nyaman
pada klien
4. Jika klien sangat sulit
berkemih.

5. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih
ataupun struktur traktus urinarius lain.
a) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat
mengurangi gangguan dalam eliminasi urine.
b) Kriteria Hasil
 Kandung kemih kosong secara penuh
 Tidak ada residu urine >100-200 cc
 Intake cairan dalam rentang normal
 Bebas dari ISK
 Tidak ada spasme bladder
 Balance cairan seimbang
c) Intervensi dan Rasional

Intervensi Rasional

1. Lakukan penilaian kemih yang 1. Untuk mengetahui apakah ada


komprehensif (misalnya, output urin, perubahan urine secara komprehensif
pola berkemih dan masalah kencing 2. Agar klien menyempatkan diri pada
praeksisten) waktu-waktu tertentu untuk buang air
2. Edukasi kepada klien untuk kecil.
menyediakan waktu yang cukup 3. Mengatasi retensi atau tertahannya
untuk pengosongan kandung kemih urine
3. Melakukan kateterisasi 4. Untuk mengetahui apakah asupan
4. Memantau asupan dan keluaran dan keluaran seimbang atau tidak

6. Resiko Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih
a) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan resiko infeksi dapat
terkontrol.
b) Kriteria Hasil :
 Tanda-tanda vital dalam batas normal
 Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
 Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
 Jumlah leukosit dalam batas normal
 Menunjukan perilaku hidup sehat
c) Intervensi dan Rasional

Intervensi Rasional

1. Observasi tanda-tanda vital 1. Untuk mengetahui apakah ada


2. Berikan terapi antiobiotik perubahan yang terjadi didalam
3. Memberikan perawatan perineal tubuh.
2. Antiobiotik untuk mengatasi bakteri
yang ada didalam tubuh khususnya
dalam saluran kemih.
3. Untuk menjaga kebersihan dan
menghindari bakteri yang membuat
infeksi uretra

7. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi tentang kondisi,


prognosis dan kebutuhan pengobatan.
a) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan ini klien diharapkan paham tentang
penyakit klien.
b) Kriteria Hasil
 Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis
dan program pengobatan
 Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
 Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya.
c) Intervensi dan Rasional

Intervensi Rasional

1. Berikan penilaian tentang tingkat 1. Untuk mengetahui tingkat


pengetahuan pasien tentang proses pengetahuan pasien.
penyakit yang spesifik. 2. Patofisiologi, proses dan tanda
2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit serta gejala dari suatu penyakit
dan bagaimana hal ini berhubungan sangat penting untuk diketahui
dengan anatomi dan fisiologi dengan pasien agar pasien mengetahui
cara yang tepat. Serta gambarkan penyebab dan bagaimana
proses penyakit dan tanda gejalanya, penyakitnya muncul serta apa
dengan cara yang tepat. tanda dan gejala dari penyakit
3. Diskusikan pilihan terapi atau tersebut.
penanganan.
3. Pemilihan terapi atau penanganan
yang berdasarkan kemauan
pasien dapat membantu
mempercepat dan memperlancar
proses penyembuhan.

D. Implementasi / Pelaksanaan

Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat
dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi / pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat
waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat
respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan
pelaksanaan perawatan ( Doenges E Marilyn, dkk. 2000 ).Tahap ini untuk melaksanakan
intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar
implementasi/ pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu
mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap
intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan (Doenges E
Marilyn, dkk, 2000)
E. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap dimana kita menentukan hasil dari implementasi, apakah ada
perubahan yang membaik atau memburuk pada klien setelah dilakukan tindakan keperawatan
yang berdasarkan intervensi atas diagnosa-diagnosa yang dibuat. Menentukan apakah masalah
teratasi atau tidak serta menetukan intervensi akan tetap dilanjutkan, diganti atau dihentikan.

Anda mungkin juga menyukai