Rangkuman
Rangkuman
Infeksi Saluran Kemih (ISK) & Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Kasus ISK
Kelompok 1 :
FAKULTAS KEDOKTERAN
2020
A. Definisi
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi akibat berkembang biaknya mikroorganisme di
dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih tidak menandung bakteri, virus
atau mikroorganisme lain. Infeksi saluran kemih dapat terjadi baik di pria maupun wanita dari
semua umur, dan dari kedua jenis kelamin ternyata wanita lebih sering menderita infeksi
daripada pria. (Sudoyo, 2009)
B. Etiologi
ISK terjadi tergantung banyak faktor seperti: usia, gender, prevalensi bakteriuria, dan faktor
predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur saluran kemih termasuk ginjal. Berikut
menurut jenis mikroorganisme dan usia. (Basuki, 2000).
2. Gejala – gejala dari infeksi saluran kemih secara spesifik sering meliputi :
a. Pyelonephritis akut.
Pada tipe ini, infeksi pada ginjal mungkin terjadi setelah meluasnya infeksi yang terjadi
pada kandung kemih. Infeksi pada ginjal dapat menyebabkan rasa sakit pada punggung
atas dan panggul, demam tinggi, gemetar akibat kedinginan, serta mual atau muntah.
b. Cystitis.
Inflamasi atau infeksi pada kandung kemih dapat dapat menyebabkan rasa tertekan
pada pelvis, ketidaknyamanan pada perut bagian bawah, rasa sakit pada saat urinasi, dan
bau yang mnyengat dari urin.
c. Uretritis.
Inflamasi atau infeksi pada uretra menimbulkan rasa terbakar pada saat urinasi. Pada
pria, uretritis dapat menyebabkan gangguan pada penis.
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Analisa urine rutin, mikroskop urine segar tanpa putar, kultur urine, serta jumlah
kuman/ml urine.
2. Infestigasi lanjutan harus berdasarkan indikasi klinis:
a) Ultrasonogram (USG)
b) Radiografi: foto polos perut, pielografi IV, Micturating cystogram
c) Isotop scanning
E. Penatalaksanaan
1. Non farmakologi
a) Istirahat
b) Diet: perbanyak vitamin A dan C untuk mempertahankan epitel saluran kemih
2. Farmakologi
a) Antibiotic sesuai kultur, bila hasil kultur belum ada dapat diberikan antibiotic antara
lain cefotaxime, ceftriaxon, kotrimoxsazol, trimetroprim, fluoroquinolon,
amoksisiklin, doksisiklin, aminoglikosid.
b) Bila ada tanda-tanda urosepsis dapat diberikan impinemen atau kombinasipenisilin
dengan aminoglikosida.
c) Untuk ibu hamil dapat diberikan amoksisilin, nitrofurantoin atausefalosporin.
F. Patofisiologi
Penebalan dinding VU
Kuman mengeluarkan endotoksin Mati
Tidak difagosit Procesia pada kulit dan tidak hipertermi Kesulitan berkemih
Nyeri
Peningkatan frekuensi/dorongan kontraksi uretra Depresi saraf Perifer
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Data demografi
2. Pemerikasaan fisik: dilakukan secara head to toe dan system tubuh
3. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko:
a) Adakah riwayat infeksi sebelumnya?
b) Adakah obstruksi pada saluran kemih?
4. Adanya factor yang menjadi predisposisi pasien terhadap infeksi nosokomial.
a) Bagaimana dengan pemasangan kateter foley?
b) Imobilisasi dalam waktu yang lama.
c) Apakah terjadi inkontinensia urine?
5. Pengkajian dari manifestasi klinik infeksi saluran kemih
a) Bagaimana pola berkemih pasien? untuk mendeteksi factor predisposisi
terjadinya ISK pasien (dorongan, frekuensi, dan jumlah)
b) Adakah disuria?
c) Adakah urgensi?
d) Adakah hesitancy?
e) Adakah bau urine yang menyengat?
f) Bagaimana haluaran volume orine, warna (keabu-abuan) dan konsentrasi
urine?
g) Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih bagian
bawah?
h) Adakah nyesi pangggul atau pinggang-biasanya pada infeksi saluran kemih
bagian atas?
i) Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas.
6. Pengkajian psikologi pasien:
a) Bagaimana perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan yang
telah dilakukan?
b) Adakakan perasaan malu atau takut kekambuhan terhadap penyakitnya.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai
dengan mual muntah.
2. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme dan proses penyakit.
3. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan
struktur traktus urinarius lain.
4. Retensi urine berhubungan dengan peningkatan tekanan ureter, sumbatan pada kandung
kemih.
5. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih
ataupun struktur traktus urinarius lain.
6. Resiko infeksi berhubungan dengan masuknya bakteri pada saluran kemih
7. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi tentang kondisi,
prognosis dan kebutuhan pengobatan.
C. Intervensi Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif ditandai dengan mual, muntah
a) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama diharapkan keseimbangan
volume cairan sesuai dengan kebutuhan tubuh.
b) kriteria hasil:
Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT
normal
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
c) Intervensi dan Rasional
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
3. Nyeri akut b.d inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan struktur traktus
urinarius lain
a) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri dapat berkurang
atau bahkan hilang
b) Kriteria hasil:
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan Teknik
nonfarmakologi, mencari bantuan)
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan melakukan manajemen nyeri
Mampu mengenali nyeri(skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
c) Intervensi dan Rasional
Intervensi Rasional
4. Retensi urin b.d peningkatan tekanan ureter, sumbatan pada kandung kemih
a) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak ada retensi urin
b) Kriteria hasil:
Kandung kemih kosong secara penuh
Tidak ada residu urin >100-200 cc
Tidak ada spasme bladder
Balance cairan seimbang
c) Intervensi dan Rasional
Intervensi Rasional
5. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih
ataupun struktur traktus urinarius lain.
a) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat
mengurangi gangguan dalam eliminasi urine.
b) Kriteria Hasil
Kandung kemih kosong secara penuh
Tidak ada residu urine >100-200 cc
Intake cairan dalam rentang normal
Bebas dari ISK
Tidak ada spasme bladder
Balance cairan seimbang
c) Intervensi dan Rasional
Intervensi Rasional
6. Resiko Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih
a) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan resiko infeksi dapat
terkontrol.
b) Kriteria Hasil :
Tanda-tanda vital dalam batas normal
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
Jumlah leukosit dalam batas normal
Menunjukan perilaku hidup sehat
c) Intervensi dan Rasional
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
D. Implementasi / Pelaksanaan
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat
dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi / pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat
waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat
respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan
pelaksanaan perawatan ( Doenges E Marilyn, dkk. 2000 ).Tahap ini untuk melaksanakan
intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar
implementasi/ pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu
mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap
intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan (Doenges E
Marilyn, dkk, 2000)
E. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap dimana kita menentukan hasil dari implementasi, apakah ada
perubahan yang membaik atau memburuk pada klien setelah dilakukan tindakan keperawatan
yang berdasarkan intervensi atas diagnosa-diagnosa yang dibuat. Menentukan apakah masalah
teratasi atau tidak serta menetukan intervensi akan tetap dilanjutkan, diganti atau dihentikan.