SB/P/BF/06
1)
Balai Riset Budidaya Ikan Hias Depok
2)
Universitas Padjajaran Bandung
ABSTRAK
Ikan hias pelangi asal Danau Kurumoi Papua merupakan ikan hias endemic yang belum
banyak diketahui informasi data biologinya terkait dengan budidaya terutama
pembenihannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan dan sintasan
larva ikan pelangi umur 7 hari yang dipelihara dengan pemberian pakan alami berupa naupli
artemia dengan frekuensi pemberian pakan yang berbeda, yaitu 3, 5, 7, dan 9 kali setiap hari.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pakan awal berupa naupli artemia dengan frekuensi
pemberian sebanyak 7 kali menghasilkan pertumbuhan bobot mutlak terbesar yaitu 0.1203 g,
laju pertumbuhan spesifik sebesar 9.81% dan sintasan tertinggi 91.67%.
Kata kunci : larva, pakan alami, ikan pelangi, sintasan, pertumbuhan
Pakan awal larva pada umumnya makan yang berbeda-beda tergantung pada
adalah naupli artemia. Ketergantungan kapasitas dan laju pengosongan lambungnya
terhadap artemia menjadi faktor pembatas (Gwiter & Grove, 1981). Tujuan penelitian
dalam pemberian pakan awal larva, sehingga ini adalah untuk pertumbuhan dan sintasan
manajemen pemberian pakan khususnya ikan rainbow asal Danau Kurumoi, Papua.
frekuensi pemberian pakan menjadi sangat
BAHAN DAN METODE
penting. Frekuensi pemberian pakan ini akan
Hewan uji yang digunakan adalah
mempengaruhi jumlah pakan yang
larva ikan Rainbow asal Danau Kurumoi
dikonsumsi oleh larva serta terhadap
yang berumur 7 hari dengan bobot awal
efisiensi pakan. Menurut NRC (1977) dan
individu rata-rata 0.0009 gr dan panjang
Hickling (1971), frekuensi pemberian pakan
rata-rata 4 mm. Ikan uji merupakan hasil
perlu diperhatikan agar penggunaan pakan
pemijahan alami di Laboratorium Basah
menjadi lebih efisien. Frekuensi pemberian
Balai Riset Budidaya Ikan Hias Depok.
pakan antara lain ditentukan oleh spesies,
Adaptasi dilakukan selama 2 hari dalam
ukuran ikan (Kono & Nose, 1971), serta
wadah baskom plastik yang dilengkapi
faktor-faktor yang mempengaruhi nafsu
aerasi. Pakan yang diberikan selama
makan ikan (Gwitter & Grove, 1981). Pada
adaptasi adalah naupli artemia.
dasarnya, ketiga faktor tersebut sangat
Wadah pemeliharaan yang di-
berkaitan satu dengan yang lainnya.
gunakan adalah 16 buah baskom plastik
Semakin kecil ukuran ikan, semakin
bervolume 1.5 liter, dengan padat penebaran
sering frekuensi pemberian pakannya (Kono
15 ekor larva/wadah. Selama pemeliharaan,
& Nose, 1971). Hal ini berhubungan dengan
wadah pemeliharaan setiap hari disipon
kapasitas dan laju pengosongan lambung
untuk menjaga kualitas air. Penambahan air
sehingga frekuensi pemberian pakan yang
dilakukan sesuai dengan jumlah air yang
dibutuhkan tinggi (Gwitter & Grove). Pada
terbuang saat proses penyiponan. Pakan uji
beberapa jenis ikan, setelah terjadi
yang digunakan adalah naupli artemia.
pengurangan isi lambung, nafsu makan akan
Perlakuan yang diberikan dalam penelitian
meningkat kembali jika segera tersedia
ini adalah frekuensi pemberian pakan, yang
makanan. Dengan demikian, frekuensi
terdiri atas 4 perlakuan, yaitu: 3, 5, 7 dan 9
pemberian pakan benih akan berbeda
kali sehari masing-masing perlakuan diulang
dengan ikan yang sudah dewasa. Pengaturan
sebanyak 3x. Pakan diberikan setiap hari
frekuensi pemberian pakan dilakukan
sebanyak 7% dari bobot total per hari
berdasarkan pertimbangan bahwa tiap jenis
dengan penyesuaian jumlah pakan dilakukan
dan ukuran ikan mempunyai interval waktu
setiap sampling (setiap 10 hari) selama 50 analisis data menggunakan uji ANOVA dan
hari. Parameter yang diamati adalah uji Tukey.
pertambahan bobot rata-rata, laju
pertumbuhan harian, sintasan, Pengukuran HASIL DAN PEMBAHASAN
kualitas air dilakukan sebagai parameter Parameter pertumbuhan dan kelangsungan
penunjang, meliputi suhu, pH, O2, hidup
alkalinitas, kesadahan, nitrit, ammonia. Hasil penelitian yang telah dilakukan
Rancangan percobaan yang digunakan diperoleh data pertumbuhan bobot mutlak,
adalah Rancangan Acak Lengkap dan seperti disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Pertumbuhan bobot mutlak (g) larva ikan pelangi selama penelitian
Pada Tabel 1 dan Gambar 1 terlihat bahwa bobot mutlak larva ikan paling tinggi, yaitu
pada frekuensi pemberian pakan sebanyak 0,1203 gram. Pertumbuhan yang paling
tujuh kali sehari menghasilkan pertumbuhan rendah diperoleh pada perlakuan dengan
frekuensi pemberian pakan sebanyak 5 kali perlakuan C (pemberian pakan 7 kali per
sehari (B) yaitu 0.0403 gram. Penurunan hari) yaitu 0.0468 gram diikuti perlakuan B,
kecepatan pertumbuhan bobot mutlak terjadi C, D berturut-turut 0.155 gram, 0.015 gram
setelah hari ke 30 paling bagus pada dan 0.0137 gram.
Laju pertumbuhan harian ikan pelangi karena jumlah pakan yang diberikan
selama 50 hari pemeliharaantertinggi dicapai mendekati kapasitas tampung lambung
pada perlakuan C (Pemberian pakan tujuh sehingga pakan yang diberikan dapat
kali per hari) yaitu sebesar 7.96%, 7.74% dikonsumsi dan dicerna dengan baik
dan 7.65%. Pemberian pakan dengan (sempurna) oleh ikan.
frekuensi 7 kali per hari. Hal ini diduga
Tabel 3. Pertumbuhan bobot mutlak (g), laju pertumbuhan harian (%) dan sintasan (%).
Sintasan larva ikan pelangi dari auratus) dicapai pada pemberian pakan
danau Kurumoi semua perlakuan A-D sebanyak empat kali sehari (Paiestly et.al.,
berkisar antara 83.33% sampai 91.67% 2006). Pada ikan hybrid sunfish,
(Gambar 3). Pengaruh frekuensi pemberian pertumbuhan terbaik dicapai pada
pakan terhadap sintasan ikan bervariasi pemberian pakan pellet sebanyak tiga kali
masing-masing spesies, ukuran ikan, kadar per hari (Wang et. al., 1998). Hal ini diduga
protein, tingkat energi, dan waktu pemberian juga terjadi pada ikan European
pakan. Hasil penelitian sebelumnya seabass.(Dicutranchus labian) (Guroy et.al
menunjukkan bahwa pertumbuhan 2005), benih ikan tambakan (Colossoma
tertinggipada ikan mas koki (Carassius macrostomum) (Silva et.al., 2006) , dan
benih ikan kimeri barbell (Barbus luteus) (Betta spledens) (James & Sampath, 2004).
(Gokcek et.al. 2008). Pemberian pakan Sedangkan waktu pemberian pakan pada
sebanyak dua kali per hari menghasilkan ikan pikeperch (Sander lucioperca), waktu
pertumbuhan tertinggi pada benih ikan pemberian pakan tidak memberikan
yellowtail flounder (Limanda ferruginea) pengaruh terhadap pertumbuhan (Zakes
(Dwyer et.al., 2002) dan benih ikan cupang et.al., 2006).
Hickling, C. F. 1971. Fish Culture. Faber and Priestly, S. M., A.E. Stevenson, and L.G.
Faber. London. 317 pp. Alexander. 2006. The influence of
Kono, H. and Y. Nose. 1971. Relationship feeding frequency on growth and
between the amount of food taken and body condition of the common
growth in fishes: 1. Frequency of goldfish (Carassius auratus).
feeding for maximum daily nation. American Society for Nutrition.
Bull. Jap. Soc. Sci. Fish. 37 (3):169- Journal of Nutrition. 136: 19795-
179. 19815.
NRC. 1977. Nutrient Requirement of Silva, C.R., L. C. Comes and F.R. Brandao.
Warmwater Fishes. National 2007. Effect of feeding rate and
Academic Press. Washington D.C. feeding frequency on tambaqui
78 pp. (Colossoma macropomum) growth,
Sumarno, M.T. D. 1991. Pemeliharaan ikan production and feeding costsduring
Jelawat (Leptobarbus hoeveni) first growth phase in cages.
dengan frekuensi pemberian pakan Aquaculture 204:135-139.
yang berbeda. Bul. Perikanan Darat Singh, R.P. and A.K. Srivastava. 1984. Effect
10(2):76-80 of feeding frequency on growth,
Tawulo, M.E. 2004. Pengaruh pemberian consumption, and gross conversion
pakan buatan dengan frekuensi Efficiency in the Siluroid Catfish,
berbeda terhadap pertumbuhan dan Hererop mistes fossils (Bloch).
kelangsungan hidup larva kerapu Banidgeh. 36 (3). 80-91.
bebek (Cromileptes altivelis). Karya Wang, Y., L.J. Kong, K.Li, and D.P. Bureau.
Ilmiah Praktek Akhir. 56 pp. 2007. Effect of feeding frequency and
Gokcek, C.K., Y. Mazkum, and I Akyurt. ….on growth, feed utilization and
2008. Effect of feeding frequency on nitrogen waste output of cuneate
the growth and survival of Hinuri drum (Nibea ninichthioides) reated in
barber, Barbus lutens (Heckel, 1843). net pens aquaculture. 271: 350-356.
Freq under laboratory conditions. Zakes, Z.A., Kowalska. S. Cnernial, and K.
Pakistan Journal of Nutrition 7(1): 66- Demska Zakes. 2006. Effect of
69. feeding frequency on growth and size
James, R. and K. Sampath, 2004. Effect of variation in juvenile pikeperch,
feeding frequency on growth and Sander lucioperca (L). Czechj. Anim.
Fecundity in ornamental fish. Betta Sci. 51 (2) : 85-91.
spledens (Regan). The Israeli of
Aquaculture. Bamidgeh. 56 (2) : 138-
147.