Anda di halaman 1dari 8

Seminar Nasional Biologi 2010

SB/P/BF/06

PEMELIHARAAN LARVA IKAN HIAS PELANGI ASAL DANAU KURUMOI


UMUR 7 HARI DENGAN PAKAN ALAMI

Siti Subandiyah1), Rina Hirnawati1), Sulasy Rohmy1), Atmaja2)

1)
Balai Riset Budidaya Ikan Hias Depok
2)
Universitas Padjajaran Bandung

ABSTRAK
Ikan hias pelangi asal Danau Kurumoi Papua merupakan ikan hias endemic yang belum
banyak diketahui informasi data biologinya terkait dengan budidaya terutama
pembenihannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan dan sintasan
larva ikan pelangi umur 7 hari yang dipelihara dengan pemberian pakan alami berupa naupli
artemia dengan frekuensi pemberian pakan yang berbeda, yaitu 3, 5, 7, dan 9 kali setiap hari.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pakan awal berupa naupli artemia dengan frekuensi
pemberian sebanyak 7 kali menghasilkan pertumbuhan bobot mutlak terbesar yaitu 0.1203 g,
laju pertumbuhan spesifik sebesar 9.81% dan sintasan tertinggi 91.67%.
Kata kunci : larva, pakan alami, ikan pelangi, sintasan, pertumbuhan

PENDAHULUAN Rainbow berkurang bahkan mengalami


Ikan hias pelangi (rainbow) kepunahan. Hasil Ekspedisi Balai Riset
merupakan salah satu ikan hias endemik asal Budidaya Ikan Hias bekerjasama dengan
Papua yang memiliki warna yang menarik, IRD Perancis pada tahun di Papua. Salah
terutama ikan pelangi jantan dan memiliki satu spesies rainbow berasal dari Danau
nilai jual yang tinggi serta merupakan salah Kurumoi. Adaptasi ikan pelangi asal
satu komoditas eksport ikan hias. Ikan Kurumoi telah berhasil. Spesies ini
pelangi memiliki jenis yang sangat banyak membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk
dan tersebar di berbagai benua (Axelrod menghasilkan teknik budidaya yang tepat.
et.al., 2004). Ikan pelangi merupakan ikan Data biologi seperti cara pemijahan, jumlah
yang sangat rentan dengan perubahan telur, daya tetas, jumlah larva dan cara
lingkungan, baik di lingkungan baru maupun pemeliharaannya perlu diketahui.
di habitat aslinya. Habitat asalnya di Papua Pengamatan pemeliharaan larva merupakan
merupakan daerah yang masih asli namun salah satu langkah awal dari kegiatan
sering terjadi perubahan alam yang pembenihan dalam teknik budidaya.
mengakibatkkan beberapa spesies ikan

1034 Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010


Seminar Nasional Biologi 2010

Pakan awal larva pada umumnya makan yang berbeda-beda tergantung pada
adalah naupli artemia. Ketergantungan kapasitas dan laju pengosongan lambungnya
terhadap artemia menjadi faktor pembatas (Gwiter & Grove, 1981). Tujuan penelitian
dalam pemberian pakan awal larva, sehingga ini adalah untuk pertumbuhan dan sintasan
manajemen pemberian pakan khususnya ikan rainbow asal Danau Kurumoi, Papua.
frekuensi pemberian pakan menjadi sangat
BAHAN DAN METODE
penting. Frekuensi pemberian pakan ini akan
Hewan uji yang digunakan adalah
mempengaruhi jumlah pakan yang
larva ikan Rainbow asal Danau Kurumoi
dikonsumsi oleh larva serta terhadap
yang berumur 7 hari dengan bobot awal
efisiensi pakan. Menurut NRC (1977) dan
individu rata-rata 0.0009 gr dan panjang
Hickling (1971), frekuensi pemberian pakan
rata-rata 4 mm. Ikan uji merupakan hasil
perlu diperhatikan agar penggunaan pakan
pemijahan alami di Laboratorium Basah
menjadi lebih efisien. Frekuensi pemberian
Balai Riset Budidaya Ikan Hias Depok.
pakan antara lain ditentukan oleh spesies,
Adaptasi dilakukan selama 2 hari dalam
ukuran ikan (Kono & Nose, 1971), serta
wadah baskom plastik yang dilengkapi
faktor-faktor yang mempengaruhi nafsu
aerasi. Pakan yang diberikan selama
makan ikan (Gwitter & Grove, 1981). Pada
adaptasi adalah naupli artemia.
dasarnya, ketiga faktor tersebut sangat
Wadah pemeliharaan yang di-
berkaitan satu dengan yang lainnya.
gunakan adalah 16 buah baskom plastik
Semakin kecil ukuran ikan, semakin
bervolume 1.5 liter, dengan padat penebaran
sering frekuensi pemberian pakannya (Kono
15 ekor larva/wadah. Selama pemeliharaan,
& Nose, 1971). Hal ini berhubungan dengan
wadah pemeliharaan setiap hari disipon
kapasitas dan laju pengosongan lambung
untuk menjaga kualitas air. Penambahan air
sehingga frekuensi pemberian pakan yang
dilakukan sesuai dengan jumlah air yang
dibutuhkan tinggi (Gwitter & Grove). Pada
terbuang saat proses penyiponan. Pakan uji
beberapa jenis ikan, setelah terjadi
yang digunakan adalah naupli artemia.
pengurangan isi lambung, nafsu makan akan
Perlakuan yang diberikan dalam penelitian
meningkat kembali jika segera tersedia
ini adalah frekuensi pemberian pakan, yang
makanan. Dengan demikian, frekuensi
terdiri atas 4 perlakuan, yaitu: 3, 5, 7 dan 9
pemberian pakan benih akan berbeda
kali sehari masing-masing perlakuan diulang
dengan ikan yang sudah dewasa. Pengaturan
sebanyak 3x. Pakan diberikan setiap hari
frekuensi pemberian pakan dilakukan
sebanyak 7% dari bobot total per hari
berdasarkan pertimbangan bahwa tiap jenis
dengan penyesuaian jumlah pakan dilakukan
dan ukuran ikan mempunyai interval waktu

Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010 1035


Seminar Nasional Biologi 2010

setiap sampling (setiap 10 hari) selama 50 analisis data menggunakan uji ANOVA dan
hari. Parameter yang diamati adalah uji Tukey.
pertambahan bobot rata-rata, laju
pertumbuhan harian, sintasan, Pengukuran HASIL DAN PEMBAHASAN
kualitas air dilakukan sebagai parameter Parameter pertumbuhan dan kelangsungan
penunjang, meliputi suhu, pH, O2, hidup
alkalinitas, kesadahan, nitrit, ammonia. Hasil penelitian yang telah dilakukan
Rancangan percobaan yang digunakan diperoleh data pertumbuhan bobot mutlak,
adalah Rancangan Acak Lengkap dan seperti disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Pertumbuhan bobot mutlak (g) larva ikan pelangi selama penelitian

Perlakuan Hari ke-


0 10 20 30 40 50
A 0.0009 0.0014 0.0042 0.0137 0.0266 0.0474
B 0.0009 0.0018 0.0074 0.0155 0.0241 0.0403
C 0.0009 0.0025 0.0132 0.0468 0.0913 0.1203
D 0.0009 0.0009 0.0050 0.0151 0.0245 0.0422

Gambar 1. Grafik pertumbuhan bobot mutlak selama penelitian

Pada Tabel 1 dan Gambar 1 terlihat bahwa bobot mutlak larva ikan paling tinggi, yaitu
pada frekuensi pemberian pakan sebanyak 0,1203 gram. Pertumbuhan yang paling
tujuh kali sehari menghasilkan pertumbuhan rendah diperoleh pada perlakuan dengan

1036 Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010


Seminar Nasional Biologi 2010

frekuensi pemberian pakan sebanyak 5 kali perlakuan C (pemberian pakan 7 kali per
sehari (B) yaitu 0.0403 gram. Penurunan hari) yaitu 0.0468 gram diikuti perlakuan B,
kecepatan pertumbuhan bobot mutlak terjadi C, D berturut-turut 0.155 gram, 0.015 gram
setelah hari ke 30 paling bagus pada dan 0.0137 gram.

Tabel 2. Laju pertumbuhan harian ikan pelangi (%) selama penelitian.

Perlakuan Hari ke-


10 20 30 40 50
A 9.27 8.65 9.29 8.54 7.96
B 10.89 11.11 9.68 8.31 7.65
C 13.14 13.76 13.23 11.57 9.81
D 7.07 9.36 9.59 8.35 7.74

Gambar 2. Grafik laju pertumbuhan harian ikan pelangi selama penelitian

Laju pertumbuhan harian ikan pelangi karena jumlah pakan yang diberikan
selama 50 hari pemeliharaantertinggi dicapai mendekati kapasitas tampung lambung
pada perlakuan C (Pemberian pakan tujuh sehingga pakan yang diberikan dapat
kali per hari) yaitu sebesar 7.96%, 7.74% dikonsumsi dan dicerna dengan baik
dan 7.65%. Pemberian pakan dengan (sempurna) oleh ikan.
frekuensi 7 kali per hari. Hal ini diduga

Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010 1037


Seminar Nasional Biologi 2010

Pada pemberian pakan dengan menyatakan bahwa frekuensi pemberian


frekuensi rendah (3 dan 5 kali), periode pakan untuk benih larva atau benih berbeda
pemberian pakan antar waktu terlalu dengan ikan yang sudah dewasa. Pada
panjang sehingga pakan yang diterima setiap umumnya, larva atau benih lebih banyak
kali pemberian berlebihan jumlahnya membutuhkan frekuensi pemberian pakan
sehingga dapat memenuhi kapasitas yang lebih sering daripada ikan dewasa,
lambung. Pakan yang berlebihan karena larva atau benih membutuhkan
menyebabkan pencernaan tidak sempurna. enerhi untuk pemeliharaan, perkembangan
Pakan yang tidak tercerna dengan sempurna serta penyempurnaan organ-organ di dalam
menyebabkan pemanfaatan energy dan zat- tubuhnya.
zat lain dari pakan menjadi tidak optimal Berdasarkan hasil penelitian,
(Sigh & Srivastova (1984). Selain itu, sisa pemberian pakan dengan frekuensi sebanyak
pakan yang tidak dikonsumsi ikan terbuang 7 kali setiap hari sebanyak 7% bobot perhari
dalam air dan menyebabkan penurunan paling tepat, yang ditunjukkan dengan
kualitas air, dan dapat menghambat tingginya pertumbuhan bobot mutlak dan
pertumbuhan ikan (Sumarno, 1991). laju pertumbuhan harian selama penelitian.
Sedangkan pada pemberian pakan Keadaan ini diduga karena jumlah pakan
dengan frekuensi tinggi (9 kali per hari) yang diberikan setiap kali pada pemberian
yaitu perlakuan D, jumlah pakan yang tersebut mendekati kapasitas lambung larva
diterima ikan setiap kali pemberian pakan ikan pelangi. Pemberian pakan dengan
menjadi lebih sedikit jumlahnya. Kondisi ini frekuensi yang tepat juga menyediakan
menyebabkan jumlah pakan yang diberikan kesempatan kepada larva untuk mencerna
belum cukup memenuhi kebutuhan ikan, dan menyerap pakan yang diberikan dengan
sehingga ikan masih merasa lapar dan masih sempurna dan efisien sehingga zat-zat gizi
mencari pakan. Aktivitas mencari pakan yang dibutuhkan juga semakin banyak yang
membutuhkan energi. Hal ini menyebabkan terserap dan juga merangsang nafsu makan
energi yang seharusnya digunakan untuk kembali.
pertumbuhan menjadi berkurang. Menurut Brett (1979), jumlah pakan
Menurut Peter dalam Tawulo (2004), yang dapat dimanfaatkan ikan antara lain
jika energi yang diperolehdari sejumlah dipengaruhi oleh interval waktu makan, laju
makanan yang dikonsumsi melebihi pengosongan lambung dan kapasitas
kebutuhan metabolok perawatan dan lambung. Kapasitas lambung pada masing-
metabolic aktivitas, maka dapat terjadi masing ikan berbeda-beda sehingga
pertumbuhan. Affandi et.al (2005) frekuensi pemberian pakan juga tergantung

1038 Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010


Seminar Nasional Biologi 2010

masing-masing ikan. Kapasitas lambung sedikit, sehingga laju pengosongan lambung


yang semakin kecil menyebabkan pakan cenderung semakin cepat. Dan frekuensi
yang dapat ditampung dan dicerna semakin pemberian pakan disesuaikan.

Tabel 3. Pertumbuhan bobot mutlak (g), laju pertumbuhan harian (%) dan sintasan (%).

Parameter Frekuensi pemberian pakan per hari


A (3 kali) B (5 kali) C (7 kali) D (8 kali)
Pertumbuhan bobot mutlak (g) 0.0474a 0.0403a 0.1203b 0.0422a
Laju pertumbuhan harian (%) 7.96a 7.65a 9.81b 7.74a
Sintasan (%) 83.33a 88.33a 91.67b 85.00a
Keterangan : Nilai dalam baris diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata (P>0)

Gambar 3. Sintasan larva ikan rainbow selama penelitian (%)

Sintasan larva ikan pelangi dari auratus) dicapai pada pemberian pakan
danau Kurumoi semua perlakuan A-D sebanyak empat kali sehari (Paiestly et.al.,
berkisar antara 83.33% sampai 91.67% 2006). Pada ikan hybrid sunfish,
(Gambar 3). Pengaruh frekuensi pemberian pertumbuhan terbaik dicapai pada
pakan terhadap sintasan ikan bervariasi pemberian pakan pellet sebanyak tiga kali
masing-masing spesies, ukuran ikan, kadar per hari (Wang et. al., 1998). Hal ini diduga
protein, tingkat energi, dan waktu pemberian juga terjadi pada ikan European
pakan. Hasil penelitian sebelumnya seabass.(Dicutranchus labian) (Guroy et.al
menunjukkan bahwa pertumbuhan 2005), benih ikan tambakan (Colossoma
tertinggipada ikan mas koki (Carassius macrostomum) (Silva et.al., 2006) , dan

Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010 1039


Seminar Nasional Biologi 2010

benih ikan kimeri barbell (Barbus luteus) (Betta spledens) (James & Sampath, 2004).
(Gokcek et.al. 2008). Pemberian pakan Sedangkan waktu pemberian pakan pada
sebanyak dua kali per hari menghasilkan ikan pikeperch (Sander lucioperca), waktu
pertumbuhan tertinggi pada benih ikan pemberian pakan tidak memberikan
yellowtail flounder (Limanda ferruginea) pengaruh terhadap pertumbuhan (Zakes
(Dwyer et.al., 2002) dan benih ikan cupang et.al., 2006).

Tabel 4. Data Kualitas Air Selama Penelitian

Perlakuan Suhu pH O2 Alkalinitas Kesadahan Nitrit Amonia


(C)
A 26.-26.5 6-6.5 7.49-7.62 1 2.6-9.55 0.0158-0.1879 0.1248-0.2538

B 26-26.5 6-6.5 7.22-7.53 1 11.5-18.75 0.7169-1.3278 0.1074-0.5126


C 26-26.2 7-7.5 7.28-7.46 1 5.0 -21.8 0.0866-0.6560 0.0516-0.3898
D 26-26.2 6.5-7.5 7.35-7.54 1 12.7-21.2 0.0150-1.3817 0.0263-0.4619

Secara umum, kondisi kualitas air


masih memenuhi persyaratan, hal
ini DAFTAR PUSTAKA
Axelrod, H. R., G. S. Axelrod, W. B.
ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan dan
Burgess, N. Pronek, B.M. Scott &
sintasan larva yang cukup tinggi. Selama J.G.Wall. 2004. Atlas of Freshwater
Aquarium Fishes 10th ed. TFH
penelitian, pemeliharaan larva dilakukan di
Publication, FFH Plaza. Neptune
wadah yang dilengkapi aerasi, keadaan ini City, NJ 07753, 1158 p.
Affandi, R., D. S. Sjafei, M.F. Rahardjo dan
juga didukung dengan penyiponan dua hari
Sulistiono. 2005. Fisiologi Ikan:
sekali dan penggantian air setiap 10 hari. Pencernaan dan Penyerapan
Makanan. Departemen Manajemen
KESIMPULAN Sumberdaya Perairan. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pemeliharaan larva ikan pelangi Pertanian Bogor. 215 pp.
dengan pakan awal berupa naupli artemia Brett, J. R and T. D.D. Groves. 1979.
Physiological Energetics in W. S.
menghasilkan pertumbuhan yang baik. Hoor, Randall and J.R. Brett (Eds).
Frekuensi pemberian sebanyak 7 kali Fish Physiology. VIII. Academic
Press. New York. P 279-351.
menghasilkan pertumbuhan bobot mutlak Gwither, D. and D. J. Groves. 1981. Gastric
terbesar yaitu 0.1203 g, laju pertumbuhan emptying in Lumanda lumanda L.
and return of appetite. J. Fish Biol. 18
spesifik sebesar 9.81% dan sintasan tertinggi (3) : 245-259.
91.67%.

1040 Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010


Seminar Nasional Biologi 2010

Hickling, C. F. 1971. Fish Culture. Faber and Priestly, S. M., A.E. Stevenson, and L.G.
Faber. London. 317 pp. Alexander. 2006. The influence of
Kono, H. and Y. Nose. 1971. Relationship feeding frequency on growth and
between the amount of food taken and body condition of the common
growth in fishes: 1. Frequency of goldfish (Carassius auratus).
feeding for maximum daily nation. American Society for Nutrition.
Bull. Jap. Soc. Sci. Fish. 37 (3):169- Journal of Nutrition. 136: 19795-
179. 19815.
NRC. 1977. Nutrient Requirement of Silva, C.R., L. C. Comes and F.R. Brandao.
Warmwater Fishes. National 2007. Effect of feeding rate and
Academic Press. Washington D.C. feeding frequency on tambaqui
78 pp. (Colossoma macropomum) growth,
Sumarno, M.T. D. 1991. Pemeliharaan ikan production and feeding costsduring
Jelawat (Leptobarbus hoeveni) first growth phase in cages.
dengan frekuensi pemberian pakan Aquaculture 204:135-139.
yang berbeda. Bul. Perikanan Darat Singh, R.P. and A.K. Srivastava. 1984. Effect
10(2):76-80 of feeding frequency on growth,
Tawulo, M.E. 2004. Pengaruh pemberian consumption, and gross conversion
pakan buatan dengan frekuensi Efficiency in the Siluroid Catfish,
berbeda terhadap pertumbuhan dan Hererop mistes fossils (Bloch).
kelangsungan hidup larva kerapu Banidgeh. 36 (3). 80-91.
bebek (Cromileptes altivelis). Karya Wang, Y., L.J. Kong, K.Li, and D.P. Bureau.
Ilmiah Praktek Akhir. 56 pp. 2007. Effect of feeding frequency and
Gokcek, C.K., Y. Mazkum, and I Akyurt. ….on growth, feed utilization and
2008. Effect of feeding frequency on nitrogen waste output of cuneate
the growth and survival of Hinuri drum (Nibea ninichthioides) reated in
barber, Barbus lutens (Heckel, 1843). net pens aquaculture. 271: 350-356.
Freq under laboratory conditions. Zakes, Z.A., Kowalska. S. Cnernial, and K.
Pakistan Journal of Nutrition 7(1): 66- Demska Zakes. 2006. Effect of
69. feeding frequency on growth and size
James, R. and K. Sampath, 2004. Effect of variation in juvenile pikeperch,
feeding frequency on growth and Sander lucioperca (L). Czechj. Anim.
Fecundity in ornamental fish. Betta Sci. 51 (2) : 85-91.
spledens (Regan). The Israeli of
Aquaculture. Bamidgeh. 56 (2) : 138-
147.

Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010 1041

Anda mungkin juga menyukai