Halaman .
B.Tujuan ........................................................................................................... 3
1. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan health care system yang di dalamnya terdapat sistem surveilans
sebagai upaya pengendalian dan pencegahan yang mempunyai peran strategis di rumah Sakit
dalam upaya mempercepat peningkatan kesehatan masyarakat di Indonesia, karena rumah sakit
merupakan fasilitas yang padat karya dan padat teknologi. Peran strategis rumah sakit sangat
diperlukan untuk menghadapi transisi epidemiologi yang terjadi saat ini. HAI’s (Health Care
Associated Infection) merupakan kejadian infeksi yang didapatkan penderita setelah
mendapatkan perawatan >48 jam dan pasien tidak dalam masa inkubasi. Macam kejadian HAIs
banyak dihubungkan karena pemasangan alat, seperti CAUTI (Catheter Associated Urinary
Tract Infection), VAP (Ventilator Associated Pneumonia), CRBSI (Catheter (IV, Central)
Related Blood Stream Infection) dan IDO (Infeksi Daerah Operasi) karena tindakan operasi.
Karena HAIs diidentifikasi melalui kegiatan surveilans. Media penularan utama dari sebagian
besar bakteri atau virus penyebab infeksi rumah sakit adalah tangan-tangan personil medik yang
terkontaminasi. Hand hygiene adalah istilah yang digunakan untuk mencuci tangan
menggunakan antiseptik pencuci tangan.
Pada tahun 2009, WHO mencetuskan global patient safety challenge dengan clean care
is safe care, yaitu merumuskan inovasi strategi penerapan hand hygiene untuk petugas kesehatan
dengan my five moments for hand hygiene yaitu melakukan cuci tangan sebelum bersentuhan
dengan pasien, sebelum melakukan prosedur bersih dan steril, setelah bersentuhan dengan
pasien, setelah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien, setelah bersentuhan dengan pasien,
setelah bersentuhan dengan lingkungan sekitar pasien. Pengetahuan tentang infeksi rumah sakit
dan pencegahannya merupakan stimulus sosial yang dapat menimbulkan respon emosional
terhadap upaya universal precaution sehingga akan meningkatkan peran sertanya dalam upaya
pencegahan infeksi rumah sakit. Kegagalan melakukan kebersihan tangan yang baik dan benar
dianggap sebagai penyebab utama HAIs dan penyebaran mikroorganisme multiresisten
di fasilitas pelayanan kesehatan dan telah diakui sebagai kontributor yang penting terhadap
timbulnya wabah (boyce dan pittet, 2002). Sehingga perlu adanya audit kepatuhan pelaksanaan
hand hygiene untuk evaluasi kegiatan hand hygiene yang telah dilakukan oleh TIM PPI RSUD
Provinsi NTB.
2. Tujuan
A. Waktu Audit
Audit dilakukan pekan ketiga setiap bulannya.
B. Tempat Audit
Audit dilaksanakan di unit pelayanan yang memungkinkan adanya kontak dengan
pasien, diantaranya :
1. Hemodialisa
2. Instalasi Rawat Jalan
3. Instalasi Rawat Inap
4. NICU
5. ICU
6. IGD
7. VK
8. Radiologi
9. Ruang Operasi
10. Laboratorium
C. Pelaksana Audit
Audit dilakukan oleh IPCN yang akan mengobservasi selama waktu pelaksanaan
audit di masing-masing unit pelayanan yang disebutkan di atas.
D. Jumlah sampel
Sampel yang diobservasi sebanyak 150 tindakan setiap kali audit. Sampel terdiri
dari dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lain yaitu therapist, analis, dan
nutrisionis serta sanitarian.
Audit hand hygiene merupakan cara yang dilakukan untuk mengobservasi dan mengukur
kepatuhan para petugas kesehatan dalam melakukan hand hygiene yang merupakan perilaku
mendasar dalam upaya mencegah timbulnya infeksi silang. Berikut ini laporan kepatuhan hand
hygiene pada setiap unit pelayanan kesehatan di RSUD Provinsi NTB bulan April-Juni 2019.
Gambar 3.1
Berdasarkan Gambar 3.1 menunjukkan angka kepatuhan hand hygiene di RSUD Provinsi
NTB tertinggi pada Bulan April 85%.
Hasil Audit Kepatuahn Cuci Tangan Berdasarkan Profesi
Bulan April-Juni 2019
Di RSUD Provinsi NTB
92
90
88
86
84
82
80
78
76
74
72
Dokter Perawat P.Kesehatan Lain
April 79 86 89
Mei 79 80 90
Juni 81 79 91
Gambar 3.2
Berdasarkan Gambar 3.2 menunjukkan bahwa angka kepatuhan hand hygiene tertinggi
bulan April pada profesi kesehatan lain sebesar 89% dan terendah pada kelompok
profesi dokter sebesar 79%. Pada bulan Juni angka kepatuhan cuci tangan perawat
sebesar 79% dan tertinggi kelompok tenaga kesehatan lain sebesar 91%.
Hasil Audit Kepatuhan Cuci Tangan Berdasarkan
Five Moment Bulan April-Juni 2019
Di RSUD Provinsi NTB
120
100
80
60
40
20
0
seb-pas seb-asept set-drh.c tbh set-pas set.lkg ps
April 77 83 88 94 85
Mei 79 72 92 96 86
Juni 77 64 93 94 82
Gambar 3.3
Berdasarkan data dari gambar di atas menunjukkan bahwa rata-rata angka kepatuhan
hand hygiene berdasarkan five moment, kepatuhan yang tertinggi pada bulan April sebesar
88% adalah moment ke-3 dan ke-4 yaitu setelah kontak dengan darah dan cairan tubuh
pasien dan setelah kontak dengan pasien . Pada bulan Mei kepatuhan hand hygiene tertinggi
pada moment ke-4 yaitu sebesar 94%. Pada bulan Juni angka kepatuhan hand hygiene
terendah pada moment ke-2 yaitu sebelum melakukan tindakan aseptic sebesar 64%.
B. Rencana Tindak Lanjut
a. Monitoring cuci tangan oleh IPCLN di ruangan untuk selalu evaluasi dan mengingatkan
petugas untuk tidak lupa cuci tangan 6 langkah pada 5 moment.
b. Edukasi cuci tangan 6 langkah pada 5 moment untuk semua pegawai rumah sakit.
c. Monitoring ketersediaan handrub dan handwash di setiap ruangan.
d. Pemasangan poster 5 moment dan 6 langkah di semua area rumah sakit.
e. Melakukan pemasangan tempat tissue di setiap wastafel serta monitoring ketersediaan
tissue untuk mendukung pelaksanaan hand wash.
f. Melakukan sosialisasi hand hygiene sesuai five moment dan enam langkah sesuai jadwal
monitoring.