PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan suatu masa peralihan dari pubertas ke dewasa atau suatu proses
tumbuh ke arah kematangan yang mencakupkematangan mental, emosional, sosial, dan fisik.
Masa pubertas adalah salah satu tahap perkembangan yang ditandai dengan kematangan
organ seksual dan tercapainya kemampuan untuk bereproduksi, dimana salahsatu ciri dari
tanda pubertas seorang perempuan yaitu dengan terjadinya menstruasi pertama (menarche).
Menstruasi atau haid adalah perdarahan vagina secara berkala akibat terlepasnya lapisan
endometrium uterus (Janiwarty dan Pieter, 2013).
Pada umumnya wanita merasakan keluhan berupa nyeri atau kram perut menjelang haid
yang dapat berlangsung hingga 2-3 hari, dimulai sehari sebelum mulai haid. Nyeri perut saat
haid (dismenorea) yang dirasakan setiap wanita berbeda-beda, ada yang sedikit terganggu
namun ada pula yang sangat terganggu hingga tidak dapat menjalankan aktivitas sehari-hari
dan membuatnya harus istirahat bahkan terpaksa absen dari sekolah/pekerjaan. Dismenorea
didefinisikan sebagai nyeri uterus yang bersifat siklik yang terjadi sebelum atau selama
menstruasi (Andriyani,2013).
Sekitar 1 miliar manusia atau setiap 1 di antara 6 penduduk dunia adalah remaja.
Sebanyak 85% di antaranya hidup di Negara berkembang (Kusmiran, 2012). Berdasarkan
kriteria WHO umur remaja berkisar antara 10-19 tahun. Angka kejadian nyeri menstruasi di
dunia cukup besar, rata-rata lebih dari 50% perempuan di setiap Negara mengalami nyeri
menstruasi. Di Amerika angka prosentasenya sekitar 60%, di Swedia sekitar 72%, sementara
di Indonesia sendiri mencapai 55% (Proverawati dan Misaroh, 2009). Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Wong dan Khoo di Malaysia ditemukan sebanyak 74,5% dari gadis-
gadis yang telah mencapai menarche mengalami dismenore. Sedangkan menurut penelitian
yang dilakukan oleh Kumbhar et al di India dari 183 remaja usia 14-19 tahun ditemukan
sebanyak 119 atau 65% remaja mengalami dismenore.
Menarche merupakan tanda awal masuknya seorang perempuan dalam masa reproduksi.
Rata-rata usia menarche pada umumnya adalah 12,4 tahun. Menarche dapat terjadi lebih awal
pada usia 9-10 tahun atau lebih lambat pada usia 17 tahun. Hasil Riskesdas menunjukkan
bahwa berdasarkan laporan responden yang sudah mengalami haid, rata-rata usia menarche
di Indonesia adalah 13 tahun (20,0%) dengan kejadian lebih awal pada usia kurang dari 9
tahun dan ada yang lebih lambat sampai 20 tahun serta 7,9% tidak menjawab/lupa. Terdapat
7,8% yang melaporkan belum haid. Secara nasional rata-rata usia menarche 13-14 tahun
terjadi pada 37,5% anak Indonesia (Riset Kesehatan Dasar, 2010).
Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia
yaitu sebesar 237.641.326 jiwa, dan 63,4 juta atau 27% di antaranya adalah remaja umur 10-
24 tahun (Sensus Penduduk,2010). Berdasarkan data dari National Health and Nutrition
Examination Survey (NHANES), umur rata-rata menarche (menstruasi pertama) pada anak
remaja di Indonesia yaitu 12,5 tahun dengan kisaran 9-14 tahun.
Di Indonesia angka kejadian dismenore tipe primer adalah sekitar 54,89 sedangkan
sisanya penderita dengan dismenore sekunder. Dismenore terjadi pada remaja dengan
prevalensi berkisar antara 43% hingga 93%, dimana sekitar 74-80% remaja mengalami
dismenore ringan, sementara angka kejadian endometriosis pada remaja dengan nyeri
pangguldiperkirakan 25-38%, sedangkan pada remaja yang tidak memberikanrespon positif
terhadap penanganan untuk nyeri haid, endometriosis ditemukan pada 67% kasus di
laparoskopi (Hestiantoro dkk, 2012).
Meskipun dismenore banyak dialami oleh perempuan yang menstruasi, tetapi banyak
pula dari mereka yang sering mengabaikan nyeri tersebut tanpa melakukan upaya
penanganan yang tepat, kondisi seperti ini bisa saja membahayakan kesehatan mereka sendiri
apabila dibiarkan begitu saja karena nyeri tersebut bisa saja merupakan gejala
endometriosisatau penyakit dismenore sekunder lainnya, padahal masih banyak cara yang
bisa mereka lakukan untuk mengurangi nyeri tersebut.
Mereka mengatakan keadaan ini mengganggu konsentrasi belajar di kelas dan membuat
malas untuk melakukan aktifitas. Menurut keterangan yang didapat dari guru BK, rata-rata
siswi yang mengalami dismenore mengeluh sakit perut disertai pusing, lemas dan bahkan ada
beberapa siswi yang sampai pingsan ketika benar-benar tidak kuat menahan rasa sakit
tersebut, ada pula yang terpaksa tidak bisa masuk sekolah dan izin untuk pulang karena
dismenore.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkaan latar belakang diatas maka penliti merumuskan masalah yaitu adakah
Pengaruh Relaksasi terhadap penurunan Nyeri Haid (dismenorhea) Pada Remaja Putri Di
SMA Kosgoro Dompu?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum :
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui intensitas nyeri sebelum diberikan relaksasi.
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi IPTEK
Dapat dijadikan bahan penelitian lebih lanjut sebagai dasar untuk lebih memantapkan
dan memberi informasi adanya hubungan pengaruh nyeri haid (dismenorhea) terhadap
aktifitas sehari-hari pada remaja perempuan.
c. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti
tentang pengaruh nyeri haid (dismenorhea) terhadap aktifitas sehari-hari pada remaja
perempuan, sekaligus sebagai bahan masukan atau sumber data penelitian selanjutnya dan
mendorong pihak yang berkepentingan untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
E. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan atau informasi pada remaja
perempuan tentang hal-hal yang perlu dilakukan dalam menghadapi nyeri haid(dismenorhea)
sehingga tidak terlalu mengganggu pada aktifitas sehari-hari mereka.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Dismenore
Dismenore atau nyeri haid merupakan suatu rasa tidak enak di perut bawah sebelum
dan selama menstruasi dan sering kali disertai rasa mual (Sastrawinata, 2008). Dismenorea
adalah nyeri haid yang sedemikian hebatnya sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan
meninggalkan pekerjaan atau cara hidupnya sehari-hari, untuk beberapa jam atau beberapa
hari (Simanjuntak, 2008).
B. Klasifikasi Dismenore
Nyeri haid dapat digolongkan berdasarkan jenis nyeri dan ada tidaknya kelainan yang
dapat diamati. Berdasarkan jenis nyeri, nyeri haid dapat dibagi menjadi 2 dismenore
spasmodik dan dismenore kongestif (Hendrik, 2006).
a. Nyeri Spasmodik
Nyeri spasmodik terasa dibagian bawah perut dan berawal sebelum masa haid atau
segera setelah masa haid mulai. Banyak perempuan terpaksa harus berbaring karena
terlalu menderita nyeri itu sehingga tidak dapat mengerjakan sesuatu. Ada diantara mereka
yang pingsan, merasa sangat mual, bahkan ada yang benar-benar muntah. Kebanyakan
penderitanya adalah perempuan muda walaupun dijumpai pula pada kalangan yang
berusia 40 tahun ke atas. Dismenore spasmodik dapat diobati atau paling tidak dikurangi
dengan lahirnya bayi pertama walaupun banyak pula perempuan yang tidak mengalami
hal seperti itu.
b. Nyeri Kongestif
Penderita dismenore kongestif biasanya akan tahu sejak berhari-hari sebelumnya
bahwa masa haidnya akan segera tiba. Penderita mungkin akan mengalami pegal, sakit
pada buah dada, perut kembung tidak menentu, beha terasa terlalu ketat, sakit kepala, sakit
punggung, pegal pada paha, merasa lelah atau sulit dipahami, mudah tersinggung,
kehilangan keseimbangan, menjadi ceroboh, terganggu tidur, atau muncul memar di paha
dan lengan atas. Semua itu merupakan gejala yang berlangsung antara 2 dan 3 hari sampai
kurang dari 2 minggu. Proses menstruasi mungkin tidak terlalu menimbulkan nyeri jika
sudah berlangsung. Bahkan setelah hari pertama masa haid, orang yang menderita
dismenore kongestif akan merasa lebih baik.
Sedangkan berdasarkan ada tidaknya kelainan atau sebab yang dapat diamati, nyeri
haid dapat dibagi menjadi, dismenore primer dan dismenore sekunder (Morgan & Hamilton,
2009).
a. Dismenore Primer
Dismenore primer terjadi beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12
bulan atau lebih. Siklus-siklus haid pada bulan-bulan pertama setelah menarcheyang tidak
disertai rasa nyeri. Rasanyeri tidak timbul lama sebelumnya atau bersama dengan
permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun pada beberapa kasus
dapat berlangsung beberapa hari. Dismenore primer sering dimulai pada waktu
mendapatkan haid pertama dan sering bersamaan rasa mual, muntah, dan diare.
Dinamakan dismenore primer karena rasa nyeri timbul tanpa ada sebab yang dapat
dikenali. Nyeri haid primer hampir selalu hilang sesudah perempuan itu melahirkan anak
pertama. Dismenore primer biasanya dimulai 6 bulan hingga 1 tahun setelah seorang gadis
mendapatkan menstruasi pertamanya. Ini adalah waktu ketika sel telur mulai matang
setiap bulan dalam ovarium. Pematangan sel telur disebut ovulasi. Dismenore tidak ada
pada siklus jika ovulasi belum terjadi. Dismenore primer jarang terjadi setalah usia 20
tahun (Hendrik, 2006).
Dismenore primer (disebut juga dismenore idiopatik, esensial, intrinsik) adalah
nyeri menstruasi tanpa kelainan organ reproduksi (tanpa kelainan ginekologik). Terjadi
sejak menarche dan tidak terdapat kelainan pada alat kandungan (Proverawati & Maisaroh
: 2009). Dismenore primer timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri dengan
berjalannya waktu. Tepatnya saat lebih stabilnya hormon tubuh atau perubahan posisi
rahim setelah menikah dan melahirkan (Hendrik,2006).
b. Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang disertai kelainan anatomis genitalis
(Manuaba, et.al., 2009).
C. Gejala Dismenore
Menurut Maulana (2009), gejala dan tanda dari dismenore adalah nyeri pada bagian
bawah yang bisa menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri dirasakan sebagai
kram yang hilang timbul atau sebagai nyeri tumpul yang terus menerus ada. Biasanya nyeri
mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi, serta mencapai puncaknya dalam 24
jam dan setelah 2 hari akan menghilang. Dismenore juga sering disertai oleh sakit kepala,
mual, sembelit, diare dan sering berkemih. Kadang terjadi sampai muntah.Dismenore primer
muncul berupa serangan ringan, kram pada bagian tengah, bersifat spasmodik yang dapat
menyebar ke punggung atau paha bagian dalam. Umumnya ketidaknyamanan muncul 1-2
hari sebelum haid. Namun nyeri paling hebat muncul pada hari pertama haid. Dismenore
kerap disertai efek seperti muntah, diare, sakit kepala, nyeri kaki, dan sinkop (Morgan &
Hamilton, 2009).
a. Faktor Kejiwaan
Kondisi kejiwaan yang tidak stabil pada wanita akan mengaktivasi hipotalamus
yang selanjutnya mengendalikan dua sistim neuroendokrin, yaitu sistim simpatis dan
sistim korteks adrenal. Paparan ketidakstabilan kondisi emosional ini akan meningkatkan
hormone adrenalin, tiroksin dan kortisol yang berpengaruh secara signifikan pada
homeostatis. Hal inilah yang menyebabkan vasokonstriksi pada daerah yang terkena nyeri
sehingga menimbulkan efek penekanan pembuluh darah, pengurangan aliran darah dan
peningkatan kecepatan metabolisme. Efek-efek yang terjadi inilah yang akan membuat
iskemi pada sel.
b. Faktor Konstitusi
Faktor konstitusi berhubungan dengan faktor kejiwaan sebagai penyebab timbulnya
dismenore primer yang dapat menurunkan ketahanan seseorang terhadap nyeri. Faktor ini
antara lain:
1.) Anemia
Pada penderita anemia, kemampuan darah untuk mengangkut oksigen berkurang.
Hal ini akan menyebabkan gangguan pada pertumbuhan sel. Hal ini menyebabkan
kerusakan jaringan atau disfungsi jaringan.
2) Penyakit menahun
Penyakit menahun yang diderita seorang perempuan akan menyebabkan tubuh
kehilangan terhadap suatu penyakit atau terhadap rasa nyeri. Penyakit yang termasuk
penyakit menahun dalam hal ini adalah asma dan migrain.
c. Faktor Obstruksi Kanalis Servikalis
Pada faktor ini menyebabkan aliran darah menstruasi tidak lancer sehingga otot-otot
uterus berkontraksi keras dalam usaha untuk melainkan kelainan tersebut.
d. Faktor Endokrin
Kejang pada dismenore primer disebabkan oleh kontraksi yang berlebihan. Hal ini
disebabkan karena endometrium dalam fase sekresi memproduksi prostaglandin F2-α yang
menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika jumlah prostaglandin F2-α berlebih akan
dilepaskan dalam peredaran darah, maka selain dismenore dijumpai pula efek umum,
seperti diare, nausea, dan muntah.
e. Faktor Alergi
Teori ini dikemukakan setelah adanya asosiasi antara dismenore primer dengan
urtikaria, migren atau asma bronkial. Smith menduga bahwa sebab alergi ialah toksin haid.
Menurut Smeltzer & Bare (2002), faktor resiko terjadinya disminore primer adalah:
a. Menarche pada usia lebih awal
Menarche pada usia lebih awal menyebabkan alat-alat reproduksi belum berfungsi
secara optimal dan belum siap mengalami perubahan-perubahan sehingga timbul nyeri
ketika menstruasi.
b. Belum pernah hamil dan melahirkan
Perempuan yang hamil biasanya terjadi alergi yang berhubungan dengan saraf yang
menyebabkan adrenalin mengalami penurunan, serta menyebabkan leher rahim melebar
sehingga sensasi nyeri haid berkurang bahkan hilang.
c. Lama menstruasi lebih dari normal (7 hari)
Lama menstruasi lebih dari normal (7 hari), menstruasi menimbulkan adanya
kontraksi uterus, terjadi lebih lama mengakibatkan uterus lebih sering berkontraksi dan
semakin banyak prostaglandin yang dikeluarkan. Produksi prostaglandin yang berlebihan
menimbulkan rasa nyeri, sedangkan kontraksi uterus yang terus-menerus menyebabkan
suplai darah ke uterus terhenti dan terjadi dismenore.
d. Umur
Perempuan semakin tua, lebih sering mengalami menstruasi maka leher rahim
bertambah lebar, sehingga pada usia tua kejadian dismenore jarang ditemukan. Sedangkan
menurut Hendrik(2006), wanita yang mempunyai resiko menderita dismenore primer
adalah:
a. Mengkomsumsi alkohol Alkohol
merupakan racun bagi tubuh dan hati bertanggungjawab terhadap penghancur
estrogen untuk disekresi oleh tubuh. Fungsi hati terganggu karena adanya komsumsi
alkohol yang terus menerus, maka estrogen tidak bisa disekresi dari tubuh, akibatnya
estrogen dalam tubuh meningkat dan dapat menimbulkan gangguan pada pelvis.
b. Perokok
Merokok dapat meningkatkan lamanya mensruasi dan meningkatkan lamanya
dismenore.
c.Tidak pernah berolah raga
Kejadian dismenore akan meningkat dengan kurangnya aktifitas selam menstruasi
dan kurangnya olah raga, hal ini dapat menyebabkan sirkulasi darah dan oksigen menurun.
Dampak pada uterus adalah aliran darah dan sirkulasi oksigen pun berkurang dan
menyebabkan nyeri.
d. Stres
Stres menimbulkan penekanan sensasi saraf-saraf pinggul dan otot-otot punggung bawah
sehingga menyebabkan dismenore. Karakteristik dan faktor yang berkaitan dengan dismenore
primer (Morgan &Hamilton, 2009) adalah sebagai berikut :
a.Dismenore primer umumnya dimulai 1-3 tahun setelah haid.
b. Kasus ini bertambah berat setelah beberapa tahun sampai usia 23-27 tahun, lalu mulai mereda.
c. Umumnya terjadi pada wanita nulipara.
d. Dismenore primer lebih sering terjadi pada wanita obesitas.
e. Kejadian ini berkaitan dengan aliran haid yang lama.
f. Jarang terjadi pada atlet.
g. Jarang terjadi pada wanita yang memiliki status haid tidak teratur.
7. Derajat Dismenore
Setiap menstruasi menyebabkan rasa nyeri, terutama pada awal menstruasi namun
dengan kadar nyeri yang berbeda-beda. Dismenore secara siklik dibagi menjadi tiga tingkat
keparahan Menurut Manuaba, et.al.(2009), dismenore dibagi 3 yaitu:
a. Dismenore Ringan
Dismenore yang berlangsung beberapa saat dan dapat melanjutkan kerja sehari-hari.
b. Dismenore Sedang
Pada dismenore sedang ini penderita memerlukan obat penghilang rasa nyeri, tanpa perlu
meninggalkan kerjanya.
c. Dismenore Berat Dismenore
berat membutuhkan penderita untuk istirahat beberapa hari dan dapat disertai sakit
kepala, kemeng pinggang, diare dan rasa tertekan. Nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam
beberapa golongan berdasarkan pada sifat, tempat, berat ringannya dan waktu lamanya serangan.
Menurut klasifikasi ini, nyeri dismenore termasuk ke dalam jenis deep pain (nyeri dalam) karena
terjadi pada organ tubuh viseral yaitu pada saluran reproduksi (Asmadi, 2008).
Sementara itu menurut Potter& Perry(2006), karakteristik yang paling subyektif pada
nyeri adalah tingkat keparahan atau intensitas nyeri tersebut. Klien sering kali diminta untuk
mendeskripsikan nyeri sebagai nyeri ringan, sedang atau berat. Skala deskriptif merupakan alat
pengukuran tingkat keparahan yang lebih obyektif.
Skala pendeskripsi Verbal Descriptor Scale (VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri
dari 3-5 kata. Pendeskripsi ini dirangking mulai dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang
tidak tertahankan”. Alat VDS ini memungkinkan klien untuk mendeskripsi nyeri. Skala penilaian
numerik (Numerical Rating Scale, NRS) lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi
kata. Dalam hal ini klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10.
No pain mild pain moderate pain severe pain very severe pain worst possible
pain
0-10 numeric pain intensity scale
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
No pain moderate pain worts possible
pain
visual analog scale (VAS)
Keterangan :
0 : Tidak ada keluhan nyeri haid atau kram pada perut bagian bawah.
1-3: Terasa kram perut bagian bawah, masih dapat ditahan, masih dapat melakukan aktifitas,
masih dapat berkonsentrasi belajar.
4-6:Terasa kram pada perut bagian bawah, nyeri menyebar ke pinggang, kurang nafsu makan,
sebagian aktifitas terganggu, sulit beraktifitas belajar.
7-9:Terasa kram berat pada perut bagian bawah, nyeri menyebar ke pinggang, paha, atau
punggung, tidak ada nafsu makan, mual, badan lemas, tidak kuat beraktifitas, tidak dapat
berkonsentrasi belajar.
10:Terasa kram yang berat sekali pada perut bagian bawah, nyeri menyebar ke pinggang, kaki,
dan punggung, tidak mau makan, mual, muntah, sakit kepala, badan tidak ada tenaga, tidak bisa
berdiri atau bangun dari tempat tidur, tidak dapat beraktivitas, terkadang sampai
pingsan.(Potter& Perry, 2006).
Skala nyeri harus dirancang sehingga skala tersebut mudah digunakan dan tidak
mengkomsumsi banyak waktu saat klien melengkapinya. Apabila klien dapat membaca dan
memahami skala, maka deskripsi nyeri akan lebih akurat. Skala deskritif bermanfaat bukan saja
dalam upaya mengkaji tingkat keparahan nyeri, tapi juga mengevaluasi perubahan kondisi klien.
Perawat dapat menggunakan setelah terapi atau saat gejala menjadi lebih memburuk atau menilai
apakah nyeri mengalami penurunan atau peningkatan (Perry & Potter, 2006).
4) Distraksi
Distraksi adalah pengalihan perhatian dari hal yang menyebabkan nyeri, contoh: menyanyi,
berdoa, menceritakan gambar atau foto denaga kertas, mendengar musik dan bermain satu
permainan.
5) Relaksasi
Relaksasi merupakan teknik pengendoran atau pelepasan ketegangan. Teknik relaksasi yang
sederhana terdiri atas nafas abdomen dengan frekuensi lambat, berirama (teknik relaksasi nafas
dalam Contoh: bernafas dalam-dalam dan pelan dan yoga.
6) Imajinasi
Imajinasi merupakan hayalan atau membayangkan hal yang lebih baik khususnya dari rasa nyeri
yang dirasakan.
B. Yoga
Pada kondisi rileks tubuh akan menghentikan produksi hormon adrenalin dan semua hormon
yang diperlukan saat stres. Karena hormon seks esterogen dan progesteron serta hormon stres
adrenalin diproduksi dari blok bangunan kimiawi yang sama. Ketika kita mengurangi stres maka
mengurangi produksi kedua hormon seks tersebut. Jadi, perlunya rileksasi untuk memberikan
kesempatan bagi tubuh untuk memproduksi hormon yang penting untuk mendapatkan haid yang
bebas dari nyeri.
Menurut Smeltzer & Bare (2002) menyatakan bahwa yoga merupakan salah satu bentuk
dari teknik relaksasi yang dapat menurunkan nyeri dengan cara merelaksasikan otot-otot skelet
yang mengalami spasme yang disebabkan oleh peningkatan prostaglandin sehingga terjadi
vasodilatasi pembuluh darah dan akan meningkatkan aliran pembuluh darah ke daerah yang
mengalami spasme dan iskemik. Hal ini dapat dikombinasikan dengan teknikrelaksasi nafas
dalam.
1. Tujuan Teknik Yoga
Tujuan dari teknik relaksasi Yoga adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara
pertukaran gas, mencegah atelaktasi paru, meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi stres baik
fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan.
2. Prosedur Pelaksanaan Yoga
Bentuk yoga yang digunakan pada prosedur ini adalah seperangkat teknik relaksasi seperti
pernafasan, meditasi dan posisi tubuh Pernafasan yang digunakan adalah teknik pernafasan
dalam dan bentuknya adalah pernafasan diafragma yang mengacu pada pendataan kubah
diafragma selama inspirasi yang mengakibatkan pembesaran abdomen bagian atas sejalan
dengan desakan udara masuk selama inspirasi. Tahap persiapan pelaksanaan teknik yoga dalam
ini adalah:
a. Persiapan lingkungan: lingkungan tenang, nyaman, kursi dan matras jika diperlukan.
b. Persiapan responden atau klien: klien rilek Adapun prosedur pelaksanaan yoga antara lain:
c. Meredakan nyeri perut
1) Peregangan kucing
a) Posisikan tubuh Anda seperti gerakan akan merangkak.
b) Kemudian perlahan-lahan naikkan punggung ke atas setinggi-tingginya.
c) Tahan beberapa saat, lalu ulangi gerakan ini beberapa kali hingga nyeri pada perut berkurang.
2) Posisi janin
a) Tidurlah terlentang
b) Tarik lutut Anda kearah dada sambil memeluk bantal.
c) Agar terasa lebih nyaman, ambil botol berisi air hangat dan letakkan pada perut Anda.
d) Ulangi gerakan ini beberapa kali hingga Anda merasa nyaman dan nyeri pada perut hilang.
b. Mengatasi kram perut
1) Duduk di atas tumit (kedua lutut ditekuk).
2) Secara perlahan, tekuk tubuh ke arah lantai sampai dada menyentuh paha.
3) Kedua lengan dijulurkan ke arah belakang tubuh, biarkan lemas dengan kedua telapak tangan
menghadap ke atas.
4) Perlahan majukan tubuh hingga dahi menyentuh lantai.
5) Pejamkan mata. Rilekkan otot dan tahan selama 2 menit.
6) Tarik napas secara mendalam lalu hembuskan.
c. Lakukan latihan ini 3 kali untuk pemula dan 8 kali jika Anda sudah terbiasa dengan latihan ini.
d. Prosedur pernafasan diagfragma
1) Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara melalui hitungan 1, 2, 3
2) Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan ekstremitas atas dan
bawah.
3) Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
4) Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut secara perlahan-lahan
5) Membiarkan telapak tangan dan kaki rilek
6) Usakan agar tetap konsentrasi atau mata sambil terpejam
7) Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri
8) Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang. Ulangi sampai 15 kali
dengan diselingi istirahat singkat setiap 5 kali.
9) Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernafas secara dangkal dan cepat.
3. Fisiologis Teknik Yoga Dalam terhadap Penurunan Nyeri Pada kondisi rilek tubuh
akan menghentikan produksi hormon adrenalin dan semua hormon yang diperlukan saat stres.
Karena hormon esterogen dan progesteron serta hormon stres adrenalin diproduksi dari blok
bangunan kimiawi yang sama. Ketika kita mengurangi stres maka mengurangi produksi kedua
hormon seks tersebut.
D. Pengumpulan Data
1. Jenis data
Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data primer yang digunakan untuk mengukur
variabel bebas yaitu perlakuan teknik relaksasi dan variabel terikat yaitu pengukuran skala nyeri
dengan menggunakan metode pengamatan atau observasi.
2. Alat pengumpulan data
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, oservasi merupakan
alat ukur dengan cara memberikan pengamatan secara langsung kepada responden yang
dilakukan peneliti untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti (Hidayat, 2007).
Jenis pengamatan yang dipakai adalah pengamatan terlibat atau observasi partisipatif,
pada jenis pengamatan ini, pengamat (observer) ikut aktif berpartisipasi pada aktivitas dalam
kontak sosial yang tengah diselidiki. Alat yang digunakan untuk mengukur variabel independen
adalah dengan observasi tindakan teknik relaksasi sedangkan alat yang digunakan untuk
mengukur variabel dependen adalah lembar observasi dan dengan alat ukur menggunakan skala
wajah sebelum dan sesudah perlakuan. Instrumen yang digunakan dalam bentuk observasi.
3. Prosedur pengumpulan data
a. Proses kegiatan penelitian dilakukan setelah mendapatkan persetujuan secara akademis,
kemudian peneliti mempersiapkan surat permohonan ijin untuk melakukan penelitian di SMA
Tri Dharma Kosgoro Dompu.
b. Setelah mendapatkan ijin, peneliti melakukan kesepakatan dengan calon responden.
c. Sebelum penelitian di lakukan, peneliti menjelakan tujuan penelitian.
d. Setelah memahami tujuan penelitian, responden diminta menandatangani surat pernyataan
kesediaan menjadi responden penelitian.
e. Peneliti menanyakan kepada responden kapan biasanya waktu datangnya menstruasi.
f. Mengajarkan teknik relaksasi dan kemudian siswi disuruh untuk melakukan sendiri.
g. Memberikan perlakuan pada responden, yaitu dengan membimbing teknik relaksasi.
h. Meminta responden untuk menunjukkan skala nyerinya dengan menggunakan skala wajah 0-5
setelah perlakuan.
i.Data dikumpulkan dengan menggunakan skala wajah sebelum dilakukan kompres hangat
(pretest) dan sesudah dilakukan kompres hangat (postest) pada masing-masing responden.
Selanjutnya pre test dan post test dicatat pada checklist responden.
j. Hasil pencatatan yang berupa data interval selanjutnya diolah kedalam paket program
komputer.
F. Pengolahan Data
1. Editing
Editing ini dilakukan dengan cara mengoreksi data yang telah diproses yang meliputi kebenaran
pengisian, kelengkapan jawaban, dan relevansi jawaban.
2. Coding
Peneliti melakukan pemberian kode pada data untuk mempermudah mengolah data,
semua variabel diberi kode dengan kata lain coding adalah kegiatan merubah bentuk data yang
lebih ringkas dengan menggunakan kode-kode tertentu, pada variabel dependen yaitu intensitas
nyeri diberikan kode jawabanberupa tidak nyeri skor 0, nyeri ringan skor 1, nyeri sedang skor 2,
menderita skor 3, sangat menderita skor 4, menyiksa skor 5.
3. Tabulating
Data sebelum diklasifikasikan, data terlebih dahulu dikelompokkan menurut kategori
yang telah ditentukan, selanjutnya data ditabulasikan sehingga diperoleh frekuensi dari masing-
masing variabel.
4. Entry data
Merupakan suatu proses memasukkan data ke dalam komputer yang selanjutnya
dilakukan analisis dengan menggunakan program Statistical Programe for Sosial Science
(SPSS).
5. Cleaning
Memeriksa kembali apakah data yang dimasukkan ada kesalahan atau tidak.
G. Analisa Data
1. Analisis Univariat
Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk menggambarkan tiap variabel yang diteliti secara
terpisah dengan cara membuat tabel distribusi frekuensi dari masing-masing variabel. Variabel
yang dianalisis adalah skala nyeri haid yang dirasakan sebelum dilakukan teknik relaksasi dan
skala nyeri haid setelah dilakukan teknik relaksasi.
2. Analisis Bivariat
Dilakukan dengan tujuan untuk menguji variabel-variabel penelitian yaitu variabel bebas dengan
variabel terikat, hal ini berguna untuk menguji hipotesis yang telah dibuat dan sebelumnya.
H. Etika Penelitian
1. Informed Consent (persetujuan)
Lembar persetujuan penampilan diberikan kepada responden. Tujuannya adalah agar
responden mengetahui maksudnya dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti selama
pengumpulan data, jika responden menolak untuk diselidiki maka peneliti tidak akan memaksa
dan tetap menghormati haknya.
2. Anonimity (tanpa nama)
Penelitian menjaga kerahasiaan responden, dengan cara lembar pengumpulan data
penelitian tidak dicantumkan nama tetapi diberikan nomor kode.
3. Confidentiality (kerahasiaan) Peneliti menjamin kerahasiaan informasi yang diperoleh dari
responden.