Anda di halaman 1dari 78

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN

TAMBORA (Ageratum conyzaides L.) TERHADAP BAKTERI


Propionibacterium acnes

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan


Program Studi D-III Farmasi pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda

Oleh :

RANNY WIDIANTI

16.114054.1267

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SAMARINDA
SAMARINDA
2019
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN
TAMBORA (Ageratum conyzaides L.) TERHADAP BAKTERI
Propionibacterium acnes

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

RANNY WIDIANTI

16.114054.1267

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SAMARINDA
SAMARINDA
2019

i
2019
ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“ Tujuan dari belajar adalah untuk tumbuh. Dan akal kita


berbeda dari tubuh kita, bisa terus tumbuh selama kita hidup “

PERSEMBAHAN

Segala puji bagi Allah SWT yang hanya kepada-Nya kami memuji,
memohon pertolongan dan memohon ampunan. Kami berlindung kepada-Nya
dari kekejian diri dan kejahatan amalan kami. Shalawat serta salam kita
hanturkan kepada Rosulullah Muhammad SAW dan keluarga serta
sahabatnya. Karya Tulis Ilmiah ini saya persembahkan untuk :

KEDUA ORANG TUA DAN KELUARGA TERCINTA


Terimakasih kepada kedua orang tua saya, abah dan mama yang
selama ini telah memberikan dukungan baik moral maupun materi,
mengajarkan segala bentuk kebaikan dan kasih sayangnya dari nafas
pertama hingga saat ini serta doa yang tiada henti untuk keberhasilan
saya. Takkan pernah cukup untuk saya membalas segala kebaikan kalian,
karena itu terimalah persembahan bakti dan cintaku melalui KTI ini untuk
kalian abah, mama, adik-adikku serta sanak saudara semua.

SAHABAT TERKASIH
Kepada sahabat-sahabatku Ferra, Ariska, Santika, Dhea, Harti, Ayu
Amalia, terkhusus kepada Tanti Nur Hayati dan Prada Rifki Ridho
Pramono terimakasih banyak atas segala motivasi, bantuan, semangat dan
doanya selama ini. Kepada MUCILAGO (angkatan 16b) dan teman-teman
seperjuanganku penelitian mikrobiologi di laboratorium Venessia, Heny,
Evita, Annisa, Ayu dan Samuel terimakasih atas dukungan, ilmu, semangat
dan kerja samanya.

iii
PERNYATAAN KEASLIAN KTI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Ranny Widianti

NIM : 16.114054.1267

Tempat, Tanggal Lahir : Kota Bangun, 04 November 1998

Alamat : JL. Rancang Rimba Ayu. RT 008. Desa Kedang


Murung, Kecamatan Kota Bangun, Kabupaten
Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

Dengan ini menyatakan Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan judul “Uji Aktivitas

Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Tambora (Ageratum conyzaides L.) Terhadap

Bakteri Propionibacterium acnes” adalah hasil pekerjaan saya dan hasil ide saya,

pendapat atau materi dari sumber lain telah dikutip dengan cara penulisan referensi

yang sesuai.

Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan jika ada pernyataan ini

tidak sesuai dengan kenyataan, maka saya bersedia menanggung sanksi yang akan

dikenakan kepada saya termasuk pencabutan gelar Ahli Madya Farmasi yang saya

nanti dapatkan.

Samarinda, 10 Juli 2019

(Ranny Widianti)

iv
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Tuhan

yang Maha Esa, karena atas izin dan karunia-Nya Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan

judul “Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Tambora (Ageratum conyzaides

L.) Terhadap Bakteri Propionibacterium acnes” dapat terselesaikan tepat pada

waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini adalah sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi di Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Samarinda. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pada kesempatan ini

tidak lupa penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Bapak Supomo, M.Si., Apt. Selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Samarinda.

2. Ibu Yulistia Budianti Soemarie, M.Farm., Apt. Selaku Pembimbing 1 saya yang

telah banyak memberikan arahan serta bimbingan dalam pengerjaan, penulisan

dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah baik berupa saran maupun masukan-

masukan.

3. Ibu Nurul Fatimah, M.Sc., Apt. Selaku Pembimbing 2 saya yang telah banyak

memberikan masukan-masukan dan bimbingan dalam penulisan Karya Tulis

Ilmiah.

v
4. Bapak Triswanto Sentat, M.Farm-Klin., Apt dan Bapak Supomo, M.Si., Apt

selaku dosen penguji saya yang telah memberikan masukan dalam penyusunan

Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Kepada seluruh Civitas Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda khususnya

bapak dan ibu dosen yang telah banyak memberikan pengajaran ilmu yang

bermanfaat selama menempuh pendidikan.

6. Kepada orang tua tercinta bapak Syaiful Anwar dan ibu Indah Neni Iriani

terimakasih atas segala doa, motivasi, semangat serta dukungannya sejak awal

berkuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda hingga tahap akhir

penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Kepada adek-adek tersayang Salsa Nova Alysia dan Muhammad Naufal

Fadillah Akbar yang telah memberikan motivasi, semangat dan doanya.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak. Demikian

Karya Tulis Ilmiah ini penulis susun, semoga dapat bermanfaat dalam perkembangan

ilmu pengetahuan.

Samarinda, 10 Juli 2019

(Ranny Widianti)

vi
ABSTRAK

Jerawat merupakan kondisi abnormal pada permukaan kulit wajah, leher, dada
dan punggung yang terjadi akibat adanya kondisi abnormal pada kulit karena
gangguan produksi kelenjar minyak (sebaseus gland) sehingga menyebabkan
produksi minyak berlebihan. Salah satu bakteri penyebabnya adalah
Propionibacterium acnes. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aktivitas
antibakteri ekstrak etanol daun tambora dan konsentrasi efektif ekstrak etanol daun
tambora dapat menghambat pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes.
Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental. Objek penelitian ini adalah
ekstrak etanol daun tambora. Konsentrasi ekstrak etanol daun tambora yang
digunakan sebesar 50%, 60% dan 70% dengan kontrol positif klindamisin 0,1% dan
kontrol negatif DMSO 1%. Uji aktivitas antibakteri menggunakan metode kertas
cakram dengan melihat zona hambat.
Hasil skrining fitokimia ekstrak etanol daun tambora mengandung alkaloid,
flavonoid, tanin dan saponin. Hasil pengujian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun
tambora dengan variasi konsentrasi 50%, 60%, 70%, kontrol positif dan kontrol
negatif pada bakteri Propionibacterium acnes secara berturut-turut adalah 8,82 mm,
9,64 mm, 10,71 mm, 29,27 mm dan 0.

Kata Kunci : Jerawat, Daun tambora (Ageratum conyzaides L.),


Propionibacterium acnes.

vii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KTI.................................................................. iv

KATA PENGANTAR ...................................................................................... v

ABSTRAK ........................................................................................................ vii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2

C. Hipotesis Penelitian ................................................................................... 3

D. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3

E. Manfaat Penelitian .................................................................................... 3

viii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tumbuhan Tambora.................................................................................. 4

1. Klasifikasi Tumbuhan ..................................................................... 4

2. Morfologi Tumbuhan ...................................................................... 4

3. Nama Daerah ................................................................................... 5

4. Khasiat Tumbuhan .......................................................................... 5

5. Kandungan Senyawa Kimia ............................................................ 6

B. Simplisia ................................................................................................... 6

1. Pengertian ........................................................................................ 6

2. Proses Pembuatan Simplisia............................................................ 6

C. Ekstraksi ................................................................................................... 8

D. Skrining Fitokimia .................................................................................... 9

E. Maserasi .................................................................................................... 10

F. Metode Pengujian Bakteri ........................................................................ 10

G. Bakteri....................................................................................................... 11

1. Bakteri Positif.................................................................................. 11

2. Bakteri Negatif ................................................................................ 11

H. Bakteri Propionibacterium acnes ............................................................. 12

1. Klasifikasi Bakteri .......................................................................... 12

2. Pengertian Propionibacterium acnes .............................................. 13

I. Antibiotik .................................................................................................. 14

1. Pengertian Antibiotik ...................................................................... 14

ix
2. Klindamisin .................................................................................... 14

BAB III METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian ................................................................................ 15

B. Objek Penelitian ........................................................................................ 15

C. Sampel dan Teknik Sampling.................................................................... 16

D. Variabel Penelitian .................................................................................... 16

E. Definisi Operasional ................................................................................. 16

F. Teknik Pengumpulan Data........................................................................ 17

1. Alat dan Bahan ............................................................................... 17

G. Prosedur Penelitian.................................................................................... 18

1. Pengambilan Sampel................................................................... ... 18

2. Determinasi Tumbuhan Tambora ................................................... 18

3. Pembuatan Simplisia ...................................................................... 18

4. Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Tamboral.................................... 20

5. Skrining Fitokimia .......................................................................... 21

6. Sterilisasi ........................................................................................ 22

7. Pembuatan Media Nutrient Agar .................................................... 22

8. Peremajaan Bakteri Propionibacterium Acnes ............................... 23

9. Pembuatan Larutan Mc Farland ..................................................... 23

10. Pembuatan Suspensi Bakteri Propionibacterium Acnes ................ 23

11. Persiapan Sediaan Uji ..................................................................... 23

x
12. Uji Aktivitas Antibakteri Dengan Metode Disc Diffusion ............. 24

H. Analisis Data ............................................................................................. 25

BAB IV PEMBAHASAN

A. Determinasi Tumbuhan ........................................................................... 26

B. Pembuatan Simplisia Serbuk Daun Tambora (Ageratum Conyzaides L.) 26

C. Ekstraksi .................................................................................................. 27

D. Skrining Fitokimia .................................................................................. 28

E. Sterilisasi ................................................................................................. 31

F. Peremajaan Bakteri .................................................................................. 31

G. Pembuatan Suspensi Bakteri Propionibacterium acnes ......................... 32

H. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Tambora (Ageratum

conyzaides L.) Terhadap Propionibacterium acnes ................................ 32

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ................................................................................................... 30

B. Saran .......................................................................................................... 30

LAMPIRAN ....................................................................................................... 42

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... 60

xi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Diameter Zona Hambat ............................................................................... 11

2. Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Tambora ........................... 29

3. Hasil Pengukuran Zona Hambat Bakteri Propionibacterium acnes ........... 33

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tambora (Ageratum conyzaides L.) ............................................................ 4

2. Bakteri Propionibacterium acnes ............................................................... 13

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Alur Penelitian ............................................................................................ 42

2. Hasil Determinasi ........................................................................................ 43

3. Pembuatan Serbuk Simplisia ...................................................................... 44

4. Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Tambora ................................................. 46

5. Hasil Uji Skrining Fitokimia Daun Tambora .............................................. 47

6. Sterilisasi ..................................................................................................... 48

7. Cara Kerja Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Tambora ........ 49

8. Perhitungan Hasil Pengukuran Suspensi Bakteri Propionibacterium acnes.. 50

9. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Tambora ........................... 51

10. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Tambora ................. 53

11. Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Tambora ........................... 55

12. Perhitungan Pembuatan Media Nutrient Agar ............................................ 56

13. Perhitungan Diameter Zona Hambat Hasil Uji Antibakteri...................... .. 57

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jerawat merupakan penyakit pada permukaan kulit wajah, leher, dada dan

punggung yang terjadi akibat adanya kondisi abnormal kulit karena gangguan

produksi kelenjar minyak (sebaseus gland) sehingga menyebabkan produksi minyak

berlebihan. Gangguan ini memicu terjadinya penyumbatan saluran folikel rambut dan

pori-porikulit (Mumpuni, 2010). Banyak faktor yang mempengaruhi jerawat salah

satunya yaitu bakteri. Umumnya bakteri yang menginfeksi jerawat adalah

Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus, dan Propionibacterium acnes

(Kursia, dkk., 2016).

Pengobatan jerawat di klinik kecantikan sering kali menggunakan

antibiotikdengan mekanisme menghambat inflamasi dan membunuh bakteri

(bakterisid). Contoh antibiotik yang digunakan seperti tetrasiklin, eritromiskin,

doksisiklin, dan klindamisin. Efek samping dari penggunaan antibiotik dalam jangka

waktu yang panjang dapat mengakibatkan resistensi dan dapat mengalami kerusakan

organ serta imunohipersensitivitas (Djajadisastra dkk, 2009).

Menurut Utami (2012), penggunaan antibiotik yang berlebihan dapat

menyebabkan bakteri yang awalnya sensitif menjadi resisten. Diperlukan pencarian

senyawa antibakteri alami yang tidak menimbulkan dampak negatif terhadap

1
manusia, yaitu dengan zat aktif pembunuh bakteri yang terkandung pada tumbuhan.

Salah satu

2
3

tumbuhan yang berpotensi sebagai antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri

penyebab jerawat adalah tumbuhan tambora (Ageratum conyzaides L.)

Tambora merupakan tumbuhan liar yang lebih dikenal sebagai tumbuhan

pengganggu (gulma) di kebun atau di ladang. Tumbuhan tambora mengandung

senyawa-senyawa metabolit sekunder seperti terpena, steroid, saponin, flavonoid,

alkaloid, benzofuran, chromen, chromon, kumarin, minyak atsiri, dan tanin sehingga

tanaman ini dipercaya memiliki banyak manfaat dan salah satunya adalah sebagai

antibakteri (Kamboj dan Saluja, 2008). Menurut Brojendro dkk,(2012) tumbuhan

tambora memiliki manfaat dalam pengobatan seperti demam, diare, disentri,

antiinflamasi, insektisida, analgesik dan antimikroba.

Menurut penelitian Laoli (2018) menyebutkan hasil uji aktivitas antibakteri

ekstrak etanol daun tambora dapat menghambat pertumbuhan bakteri Bacillus

substilis menggunakan konsentrasi 20%, 30%, dan 40%.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti melakukan penelitian lebih lanjut

mengenai ekstrak etanol daun tambora sebagai antibakteri terhadap bakteri

Propionibacterium acnes dengan konsentrasi 50%, 60% dan 70%.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah ekstrak etanol daun Tambora (Ageratum conyzaides L.) memiliki

aktivitas antibakteri terhadap bakteri Propionibacterium acnes?

2. Berapakah konsentrasi ekstrak etanol daun Tambora (Ageratum conyzaides L.)

yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes?

3
4

C. Hipotesis Penelitian

Ekstrak etanol daun Tambora (Ageratum conyzaides L.) memiliki aktivitas

antibakteri terhadap bakteri Propionibacterium acnes.

D. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui aktivitas ekstrak etanol daun Tambora (Ageratum conyzaides L.)

sebagai antibakteri terhadap bakteri Propionibacterium acnes.

2. Mengetahui konsentrasi efektif ekstrak etanol daun Tambora (Ageratum

conyzaides L.) yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri

Propionibacterium acnes.

E. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan daun Tambora (Ageratum conyzaides L.) dapat

digunakan sebagai salah satu antibakteri alami untuk pengobatan pada jerawat.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai landasan dan

dikembangkan lagi sebagai pembuatan sediaan antiacne.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tumbuhan Tambora

1. Klasifikasi Tumbuhan

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Ageratum
Spesies : Ageratum conyzaides Linn.

Gambar 1. Tumbuhan Tambora (Ageratum conyzaides L.)


(Dokumentasi Pribadi, 2018)

2. Morfologi Tumbuhan

Tumbuhan tambora tergolong ke dalam tumbuhan terna musim, tumbuh tegak

atau bagian bawahnya berbaring, tingginya sekitar 30-90 cm dan memiliki cabang.

5
6

Batang berbentuk bulat dan berbulu. Daun tunggal bertangkai, letaknya saling

berhadapan dan bersilang, helaian daun bulat telur dengan pangkal membulat dan

ujung meruncing, tepi bergerigi, panjang 1-10 cm, lebar 0,5-7 cm, kedua permukaan

bawah daun warnanya hijau. Bunga majemuk berkumpul tiga atau lebih, berbentuk

malai rata yang keluar dari ujung tangkai, biasanya berwarna biru hingga ungu,

terkadang putih. Panjang bonggol bunga 6-8 mm, dengan tangkai yang berambut.

Buah bulat panjang berwarna hitam dan bentuknya kecil (Badan POM RI, 2008).

3. Nama Daerah

Indonesia : Bandotan, badotan, wedusan dan rumput bulu.

Sumatera : Bandotan, daun tombak, siangit, tombak jantan, siangik

kahwa dan rumput tahi ayam.

Sunda : Babadotan, babandotan, jukut bau dan ki bau.

Jawa : Bandotan berokan, wedusan, dus wedusan, dus bedusan dan

tempuyak.

Sulawesi : Dawet, lawet, rukut, rukut weru, rukut manooe dan sopi

Kalimantan : Tambora dan rumput bulu (Dalimartha, 2000).

4. Khasiat Tumbuhan

Daun tambora digunakan sebagai penyembuh luka, antiinflamasi, antipiretik,

analgesik, antispasmodik, antidiabetes, antioksidan dan antimikroba (Janarthanan,

dkk., 2016).
7

5. Kandungan Senyawa Kimia

Tumbuhan tambora mengandung senyawa-senyawa metabolit sekunder seperti

terpena, sterol, flavonoid, alkaloid, benzofuran, chromen, chromon, kumarin, minyak

atsiri, dan tanin (Kamboj dan Saluja, 2008).

B. Simplisia

1. Pengertian Simplisia

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa bahan yang

telah dikeringkan. Simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu simplisia nabati,

simplisia hewani dan simplisia mineral. Simplisia nabati adalah simplisia yang

berupatumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan

adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tumbuhan atau dengan cara tertentu

dikeluarkan dari selnya atau zat nabati lain yang dengan cara tertentu dipisahkan dari

tumbuhannya. Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh atau zat-zat

berguna yang dihasilkan oleh hewan. Simplisia mineral adalah simplisia berupa

bahan mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum

berupa zat kimia murni (DepKes RI, 1985).

2. Proses Pembuatan Simplisia


8

Tahapan pembuatan simplisia pada perlakuan pasca panen, tahapan-tahapan

pembuatan simplisia, yaitu :

a. Pengumpulan bahan baku simplisia, yang perlu diperhatikan adalah

bagian tumbuhan yang akan digunakan, umur tumbuhan atau bagian

tumbuhan saat panen, serta waktu tepat untuk panen (DepKes RI, 1985).

b. Sortasi basah, dilakukan pada bahan segar dengan cara memisahkan

kotoran dan atau bahan asing lainnya yang terikut saat pengumpulan,

seperti tanah, kerikil, rumput, gulma dan bagian tumbuhan yang tidak

diinginkan (DepKes RI, 1985).

c. Pencucian, dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya

yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan menggunakan

air bersih yang mengalir agar kotoran yang terlepas tidak menempel

kembali (DepKes RI, 1985).

d. Perajangan, beberapa jenis bahan baku simplisia harusdiubah menjadi

bentuk lain misalnya irisan, potongan dan serutan, untuk memudahkan

proses pengeringan.

e. Pengeringan, yang perlu diperhatikan selama proses ini adalah suhu,

kelembaban udara, kecepatan aliran udara, waktu (lamanya)

pengeringandan luas permukaan bahan. Pada dasarnya pengeringan bahan

simplisiadapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara alamiah dan

buatan. Pengeringan alami dilakukan dengan memanfaatkan sinar


9

matahari secara langsung ataupun ditutupi dengan kain hitam dan

pengeringan buatan dilakukan dengan oven.

f. Sortasi kering, bertujuan untuk memisahkan benda-benda asing dan

pengotor lain yang masih ada. Seperti bagian yang tidak diinginkan,

tanahatau pasir. Kegiatan sortasi kering dilakukan untuk lebih menjamin

simplisia benar-benar bebas dari bahan asing (DepKes RI, 1985).

g. Pengepakan dan penyimanan, bahan dan bentuk pengemasan harus

sesuai, dapat melindungi dari kemungkinan kerusakan simplisia.

h. Pemeriksaan mutu, dilakukan dengan cara organoleptik, makroskopik,

mikroskopik atau dengan cara kimia.

C. Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga

terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan pelarut. Senyawa

aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan

minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain. Dapat diketahui senyawa aktif yang

terkandung di dalam simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara

ekstraksi yang tepat (Depkes RI, 2000). Ekstraksi dapat menggunakan pelarut tunggal

dan pelarut campuran. Pelarut campuran yang biasa digunakan yaitu campuran air

dan etanol, campuran air dan metanol, campuran air dan eter.
10

D. Skrining Fitokimia

1. Alkaloid

Alkaloid merupakan zat tambahan sekunder yang terbesar.Pada umumnya

alkaloid mencakup senyawa yang bersifat basa yang mengandung satu atau lebih

atom nitrogen, biasanya dalam gabungan sebagian dari sistem siklik (Harbone, 1987).

2. Tanin

Secara kimia terdapat dua jenis utama tanin yang tersebartidak merata dalam

jenis tumbuhan. Tanin terkondensasi hampir terdapat didalam paku-pakuan dan

gymospermae, dan tersebar luas dalam angiospermae, terutama pada jenis tumbuhan

berkayu, sebaliknya tanin yang terhidrolisis penyebarannya terbatas pada tumbuhan

berkeping dua (Harbone, 1987).

3. Flavonoid

Flavonoid dalam tumbuhan sebagai campuran. Penggolongan jenis flavonoid

dalam jaringan timbuhan mula-mula didasarkan pada sifat kelarutan dan reaksi warna

(Harbone, 1987).

4. Saponin

Saponin adalah senyawa aktif yang permukaannya kuat menimbulkan busa, bila

dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang rendah sering menyebabkan hermolisis

dalam darah.
11

5. Steroid/Triterpenoid

Senyawa ini berstruktur siklik, kebanyakan berupa alkohol, aldehid, atau asam

karboksilat. Uji yang banyak digunakan adalah reaksi Lieberman-Bouchardart yang

dengan kebanyakan triterpene dan sterol memberikan warna hijau-biru (Harbone,

1987).

E. Maserasi

Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi adalah proses

penyarian simplisia menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau

pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Maserasi kinetik berarti dilakukan

pengadukan yang terus-menerus (Depkes RI, 1995).

Dalam proses maserasi, simplisia yang akan diekstraksi ditempatkan pada

wadah yang bermulut lebar bersama pelarut yang telah ditetapkan, wadah tertutup

rapat dan simplisia diaduk berulang-ulang. Perbandingan simplisia dengan cairan

penyari pada 1:10 metode maserasiadalah satu bagian serbuk simplisia dan 10 bagian

pelarut(DepkesRI, 2008).

F. Metode Pengujian Bakteri

Pada metode disc diffusionmenggunakan piring kertas. Piring kertas kemudian

diisi dengan agen mikroba dan diletakkan pada media agar yang telah ditanami

mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar tersebut. Adanya aktivitas
12

antibakteri diindikasikan dengan area jernih pada daerah sekitar piringan (Pratiwi,

2008).

Table 1.Klasifikasi Respons Hambatan Pertumbuhan Bakteri


Diameter Zona Hambat Respon Hambatan Pertumbuhan
>20 mm Sangat kuat
10-20 mm Kuat
5-10 mm Sedang
<5 mm Rendah
(Sumber: Maryuni, 2008)

G. Bakteri

Bakteri merupakan organisme prokariotik yang bersifat fotoautotrof. Dinding

sel merupakan struktur kompleks yang berfungsi sebagai sel tersusun dari

peptidoglikan yang menyebabkan kakunya dinding sel, berdasarkan komponen

peptidoglikan bakteri dibedakan menjadi:

1. Bakteri Positif

Dinding sel bakteri gram positif banyak mengandung lapisan peptidoglikan

yang membentuk struktur tebal, kaku, dan asam teikoat yang mengandung alkohol

dan fosfat.Terdapat 2 macam asam teikoat yaitu, asam lipoteikoat yang merentang

dilapisan peptidoglikan dan terikat pada membran plasma dan asam teikoat danding

yang terikat pada peptidoglikan (Pratiwi, 2008).

2. Bakteri Negatif

Dinding sel bakteri negatif mengandung satu atau beberapa lapisan

peptidoglikan dan membran luar. Peptidoglikan terikat pada lipoprotein di membran


13

luar. Terdapat daerah plasma yang merupakan daerah antara triplasma yang

merupakan daerah enzim degradasi konsentrasi tinggi serta protein-protein transpot.

Dinding sel yang tidak mengandung asam teikoat dan hanya terdiri dari peptidoglikan

saja maka memiliki 4 fase utama yaitu:

a. Fase leg merupakan aktifitas metabolit pembelahan sel.

b. Fase log atau eksponensial merupakan pembelahan sel secara cepat.

c. Fase stasioner merupakan fase deplesi nutrient atau adanya produk toksit

yang menyebabkan perlambatan pertumbuhan hingga mencapai suatu

keseimbangan antara sel baru dan sel mati.

d. Fase kematian merupakan penurunan jumlah bakteri yang hidup disertai

fase penurunan yang memanjang (Sears, 2011).

H. Bakteri Propionibacterium acnes

1. Klasifikasi Bakteri

Kingdom : Bacteria
Phylum : Actinobacteria
Class : Actinobacteridae
Ordo : Actinomycetales
Family : Propinibacteriaceae
Genus : Propionibacterium
Spesies : Propionibacterium acnes (Bruggeman, 2010).
14

Gambar 2.Bakteri Propionibacterium acnes (Kegel, 2017)

2. Pengertian Propionibacterium acnes

Propionibacterium acnesmerupakan bakteri gram positif anaerob dengan

bentuk basil, pada jerawat bakteri ini berada di kelenjar sebasea tertentu yang

membesar serta hiperesposif terhadap hormon-hormon androgen (Wells, dkk., 2015).

Sebelumnya, Propionibacterium acnes dikenal sebagai Corynebacterium

parvum, dimana bakteri ini adalah bakteri gram positif aerotoleran anaerobik non

sporulating yang telah digambarkan sebagai difteri atau coryneform. Studi lebih

lanjut membedakan spesies bakteri ini bakteri gram positif lainnya berdasarkan

dinding sel dan kapsul (Grange, 2017).


15

I. Antibiotik

1. Pengertian Antibiotik

Antibiotik adalah bahan atau senyawa yang khusus digunakan untuk kelompok

bakteri. Antibakteri bisa dibedakan berdasarkan mekanisme kerjanya, diantaranya

baketri yang menghambat dinding sel, antibakteri yang mengakibatkan perubahan

permabilitas membran sel atau menghambat pengangkutan aktif yang melalui

membran sel, antibakteri yang menghambat sintesis asam nukleat sel dan

menghambat sintesis protein. Secara umum bakteri dibagi menjadi dua macam yaitu

aktivitas antibakteri bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri) dan aktivitas

antibakteri bakterisida (membunuh bakteri) (Pratiwi, 2008).

2. Klindamisin

Klindamisin merupakan jenis antibiotik yang diindikasikan mengobati penyakit

akibat infeksi bakteri aerob gram positif seperti Straphylococcus aureus,

Straphylococcus epidermidis, Streptococci dan Pneumococci, selain itu juga efektif

dalam membasmi bakteri aerob negatif seperti Fusobacterium species, bakteri

anaerob gram positif seperti Propionibacterium acnes (Ciptaningtyas, 2014).


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yaitu penelitian yang

bertujuan untuk mengetahui suatu gejala atau pengaruh yang terjadi akibat adanya

perlakuan tertentu. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan

Teknologi Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda. Tahapan pertama

penelitian ini dimulai dengan determinasi tumbuhan yang dilakukan di Laboratorium

Anatomi dan Sistematika Tumbuhan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam, Universitas Mulawarman Samarinda, pembuatan simplisia, pembuatan ekstrak,

skrining fitokimia dan uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun tambora (Ageratum

conyzaides L.) terhadap bakteri Propionibacterium acnesdengan variasi konsentrasi

50%, 60% dan 70% dengan kontrol positif yaitu klindamisin 0,1% dan kontrol negatif

adalah Dimetil Sulfoksida (DMSO) 1%.

B. Objek penelitian

Objek penelitian ini adalah aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun tambora

(Ageratum conyzaides L.) dengan konsentrasi 50%, 60% dan 70% yang dapat

menghambat pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes menggunakan media

Nutrient Agar (NA).

16
17

C. Sampel dan Teknik Sampling

Sampel yang digunakan adalah daun tambora (Ageratum conyzaides L.) yang

diperoleh dari Desa Kota Bangun Seberang Kecamatan Kota Bangun, Kutai

Kartanegara. Teknik sampling yang digunakan adalah dengan cara purposive

sampling, yaitu teknik penentuan sampel untuk kriteria tertentu. Kriteria tumbuhan

yang digunakan adalah keseluruhan bagian daun tumbuhan yang berwarna hijau dan

segar.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas pada penelitian ini adalah konsentrasi daun tambora (Ageratum

conyzaides L.) dengan variasi konsentrasi 50%, 60% dan 70%.

2. Variabel terikat pada penelitian ini adalah zona hambat bakteri yang terbentuk

disekitar kertas cakram.

3. Variabel kontrol pada penelitian ini adalah ekstrak etanol daun tambora

(Ageratum conyzaides L.) dan bakteri Propionibacterium acnes.

E. Definisi Operasional

1. Daun tambora (Ageratum conyzaides L.) yang digunakan adalah keseluruhan

bagian daun tumbuhan yang berwarna hijau dan segar yang diambil dari Desa

Kota Bangun Seberang Kecamatan Kota Bangun, Kutai Kartanegara.


18

2. Antibakteri adalah zat yang dapat menghambat pertumbuhan atau mematikan

bakteri yang merugikan dengan mengganggu metabolismenya.

3. Ekstrak etanol daun tambora (Ageratum conyzaides L.) adalah ekstrak kental

yang didapat dengan penyarian simplisia daun tambora menggunakan pelarut

etanol 70%.

4. Uji aktivitas merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui kemampuan

ekstrak etanol daun tambora dengan konsentrasi 50%, 60% dan 70% terhadap

bakteri Propionibacterium acnes.

5. Bakteri Propionibacterium acnes adalah bakteri gram positif yang

digunakandalam penelitian uji aktivitas antibakteri.

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Alat dan Bahan

a. Alat

Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalahalumunium foil, autoklaf,

ayakan mesh 60, beaker glass, blender, cawan petri, cawan porselen,cotton

bud,hotplate, incubator, jangka sorong, jarum ose, kaca arloji, kain kasa,

kapas, laminar air flow, lampu spiritus, magnetic stirrer, mikropipet, oven,

penangas air, pinset, spatel, sendok tanduk, tabung reaksi dantimbangan

analitik.
19

b. Bahan

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah aquadest steril, bakteri

uji Propionibacterium acnes, DMSO 1%,etanol 70%, kapsul klindamisin

0,1%, Nutrient Agar (NA), pereaksi mayer, pereaksi bouchardat, pereaksi

dragendorf dan pereaksi HCl 2N.

G. Prosedur Penelitian

1. Pengambilan Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun tambora.Sampel

diperoleh dari Desa Kota Bangun Sebarang Kecamatan Kota Bangun, Kutai

Kartanegara. Daun yang digunakan adalah keseluruhan bagian daun tumbuhan yang

berwarna hijau dan segar

2. Determinasi Tumbuhan Tambora

Determinasi tumbuhan tambora dilakukan bertujuan untuk memastikan

kebenaran dari simplisia yang dimaksudkan oleh peneliti. Determinasi dilakukan di

Laboratorium Anatomi dan Sistematika Tumbuhan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Mulawarman Samarinda.

3. Pembuatan Simplisia

Pemilihan bahan baku simplisia daun tambora sesuai dengan kriteria peneliti.

Tahap-tahap yang dilakukan dalam pembuatan simplisia daun tambora sebagai

berikut:
20

a. Sortasi Basah

Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-

bahan asing dari bahan simplisia.Bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil,

rumput, batang, daun, akar yang telah rusak serta pengotoran lainnya harus

buang.

b. Pencucian

Daun tambora yang melalui proses sortasi basah kemudian dicuci dengan

air bersih dan dibilas dengan air mengalir bertujuan untuk menghilangkan

kotoran lainnya yang masih melekat pada bahan simplisia.

c. Pengeringan

Pengeringan dilakukan dengan diangin-anginkan dan terlindung dari

sinar matahari langsung selama proses pengeringan. Apabila pengeringan

dilakukan dibawah sinar matahari langsung sebaiknya permukaan daun ditutupi

dengan kain hitam tipis. Proses pengeringan bertujuan agar simplisia tahan

lama dalam penyimpanan dan menghindari terurainya kandungan kimia.

d. Sortasi Kering

Sortasi kering bertujuan untuk memisahkan benda-benda asing seperti

bagian tanaman yang tidak diinginkan dan kotoran lain yang masih tertinggal

pada simplisia kering.


21

e. Pembuatan Serbuk Simplisia

Daun tambora yang telah dikeringkan kemudian dilakukan proses

penyerbukan dengan menggunakan alat blender, kemudian diayak

menggunakan pengayak mesh 60.

4. Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Tambora

Ekstraksi daun tambora dilakukan dengan metode maserasi dengan cara

masukkan 200 g serbuk kering daun tambora kedalam bejana kaca lalu tambahkan

dengan 1 liter pelarut etanol 70% didiamkan selama 24 jam, kemudian diaduk selama

2 jam menggunakan maserator, didiamkan selama 24 jam lalu saring menggunakan

kertas saring. Maserat yang diperoleh kemudian disaring kembali menggunakan

kertas saring. Ampas yang diperoleh kemudian dilakukan remaserasi menggunakan

etanol 70% sebanyak 1 liter didiamkan selama 24 jam, kemudian diaduk selama 2

jam menggunakan maserator, didiamkan selama 24 jam. Maserat dipisahkan dengan

cara disaring menggunakan kertas saring, maserat yang diperoleh dari perendaman

pertama dan kedua diuapkan diatas penangas air sampai diperoleh ekstrak kental.

5. Skrining Fitokimia

a. Uji alkaloid

Diambil sejumlah ekstrak daun tambora dimasukkan kedalam tabung

reaksi, ditambahkan 2 ml HCl 2N dan 8 ml air secukupnya, dipanaskan selama

2 menit, didinginkan lalu disaring filtrat yang diperoleh digunakan untuk uji

berikut:
22

1) Pereaksi Mayer

Diambil 3 tetes filtrat ditambahkan 2 tetes pereaksi mayer

menghasilkan endapan berwarna putih/kuning.

2) Pereaksi Bouchardat

Diambil 3 tetes filtrat ditambahkan 2 tetes pereaksi bouchardat

menghasilkan endapan berwarna coklat-hitam.

3) Pereaksi Dragendorf

Diambil 3 tetes filtrat ditambahkan 2 tetes pereaksi dragendorf

menghasilkan endapan berwarna merah bata.

Alkaloid dinyatakan positif jika terjadi paling sedikit 2 dari 3 uji

yang dilakukan di atas.

b. Uji Flavonoid

Diambil sedikit ekstrak daun tambora kemudian ditambahkan 10 ml air

panas, dididihkan selama 5 menit dan disaring dalam keadaan panas. Diambil

filtrat sebanyak 5 ml lalu ditambahkan 20 mg serbuk Mg, 1 ml HCl pekat dan 2

ml amil alkohol, dikocok dan didiamkan hingga memisah. Hasil yang

menunjukkan flavonoid positif jika pada lapisan amil alkohol terjadi warna

merah, kuning atau jingga.

c. Uji Tanin

Diambil sedikit ekstrak kental daun tambora dilarutkan dengan 10 ml air,

disaring lalu diambil filtrat secukupnya dan diencerkan dengan air sampai tidak
23

berwarna.Diambil 2 ml larutan ditambahkan 1 sampai 2 tetes pereksi FeCl3 1%.

Hasil positif jika terbentuk warna biru atau hijau kehitaman.

d. Uji Saponin

Diambil sedikit ekstrak kental daun tambora dilarutkan dengan 10 ml air

panas, didinginkan dan kocok kuat, saponin positif jika terbentuk buih yang

mantap selama kurang dari 10 menit setinggi 1 sampai 10 cm dan ditambahkan

1 tetes HCl 2N buih tidak hilang.

6. Sterilisasi

Semua alat yang akan digunakan disterilisasi harus dicuci bersih terlebih dahulu

dan dikeringkan dan dibungkus menggunakan kertas perkamen atau pembungkus

yang sesuai. Alat dan bahan yang telah dibungkus sesuai prosedur dimasukkan

kedalam autoklaf dengan tekanan 2 atm pada suhu 121° C selama 15 menit (Adjie,

dkk., 2007).

7. Pembuatan Media Nutrient Agar (NA)

Sebanyak 5 gram serbuk NA kemudian dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer,

ditambahkan air suling 250 ml, kemudian diletakkan di atas hotplate dan diaduk.

Setelah larutan NA mendidih disterilkan dengan menggunakan autoklaf pada suhu

121° C selama 15 menit.


24

8. Peremajaan Bakteri Propionibacterium acnes

Koloni bakteri diambil dengan jarum ose kemudian dilakukan streak zig-zag

pada media agar miring, diinkubasi pada suhu 37° C selama 1 kali 24 jam dan 2 kali

24 jam.

9. Pembuatan Larutan Mc Farland

Larutan asam sulfat (H2 SO4) 1% 9,95ml dicampurkan dengan 0,05 ml larutan

barium klorida (BaCl2 ) 1,175% dalam tabung reaksi kocok sampai homogen.

10. Pembuatan Suspensi Bakteri Propionibacterium acnes

Diambil biakan bakteri menggunakan jarum ose kemudian disuspensikan dalam

tabung yang berisi 10 ml aquadest steril sampai diperoleh kekeruhan yang sama

dengan standar Mc Farland, jika kurang keruh ditambah biakan bakteri, dan apabila

terlalu keruh tambahkan aquadest steril. Kemudian diukur kekeruhannya

menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 600 nm (Nur, dkk.,

2014).

11. Persiapan Sediaan Uji

a. Pembuatan Kontrol Negatif DMSO 1%

Larutan DMSO (Dimetil Sulfoksida) 1% (v/v) dibuat dengan cara

melarutkan 10 ml larutan DMSO kedalam air suling hingga 100 ml.

b. Pembuatan Kontrol Positif Klindamisin 0,1%

Serbuk klindamisin sebanyak 10 mg dilarutkan dengan dimetil sulfoksida

0,1% (b/v) sebanyak 10 ml diaduk hingga homogen.


25

c. Pembuatan Uji Ekstrak Daun Tambora

Ekstrak kental ditimbang menggunakan timbangan analitik, kemudian

dibuat dengan berbagai konsentrasi yaitu 50%, 60%, dan 70% dengan

menggunakan etanol 70% sebagai pelarut ektrak.

1) Konsentrasi 50% (b/v) timbang ekstrak daun tambora 50 mg (0,05

g) ditambahkan dengan DMSO 1% hingga 1 ml lalu diaduk

homogen.

2) Konsentrasi 60% (b/v) timbang ekstrak daun tambora 60 mg (0,06

g) ditambahkan dengan DMSO 1% hingga 1 ml lalu diaduk

homogen.

3) Konsentrasi 70% (b/v) timbang ekstrak daun tambora 70 mg (0,07

g) ditambahkan dengan DMSO 1% hingga 1 ml lalu diaduk

homogen.

d. Uji Aktivitas Antibakteri Dengan Metode Disc Diffusion

Disiapkan 5 cawan petri, dituang sebanyak 25 ml media Nutrient Agar

kedalam cawan didiamkan hingga memadat, diswabkan suspensi bakteri

Propionibacterium acnes menggunakan cotton bud kepermukaan media hingga

merata. Papper disk yang telah direndam dalam ekstrak etanol daun tambora

dengan varian konsentrasi 50%, 60%, dan 70% diletakkan pada media Nutrient

Agar, untuk kontrol negatif yaitu papper disk direndam dengan DMSO 1%,

sedangkan untuk kontrol positif digunakan klindamisin 0,1%. Diinkubasikan


26

pada suhu 37° C selama 1x24 jam sampai 2x24 jam (Merta, dkk., 2013). Amati

dan ukur zona hambat yang terbentuk, diukur diameter dengan menggunakan

jangka sorong di daerah yang bening sekitar konsentrasi ekstrak etanol daun

tambora. Pengukuran dilakukan dengan membuat dua garis tegak lurus melalui

titik pusat papper disk.

e. Penentuan Zona Hambat Bakteri

Aktivitas antibaketri dapat diamati berdasarkan diameter daerah yang

ditunjukkan dengan daerah bening yang terbentuk di sekeliling kertas cakram

dan diukur.

Rumus perhitungan zona hambat:

d1+d2
Pengukuran zona hambat = ( )
2

Keterangan:

d1 = Jarak Tempuh Cakram pertama

d2 = Jarak Tempuh Cakram kedua

Diameter zona hambat yang diukur yaitu daerah bening sekitar kertas

cakram (tidak ada pertumbuhan bakteri), diukur dari satu ujung ke ujung yang

lainnya dengan melalui tengah kertas (Merta, dkk., 2013).

H. Analisis Data

Data hasil penelitian ini akan dianalisis dengan metode deskriptif berupa data

kualitatif dan kuantitatif. Data disajikan dalam bentuk tabel, gambar dan narasi.
27
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Determinasi Tumbuhan

Determinasi tanaman bertujuan untuk memastikan kebenaran suatu tanaman

yang diteliti, menghindari terjadinya kesalahan dalam pengambilan bahan penelitian

untuk mencegah tercampurnya bahan dengan tanaman lain. Berdasarkan hasil

determinasi yang dilakukan di Laboratorium Anatomi Sistematika Tumbuhan

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mulawarman

Samarinda adalah tumbuhan tambora dengan nama (Ageratum conyzaides L.). Hasil

determinasi dapat dilihat pada lampiran 2.

B. Pembuatan Simplisia Serbuk Daun Tambora (Ageratum conyzaides L.)

Penelitian ini digunakan daun tambora (Ageratum conyzaides L.), yang

diperoleh dari desa Kota Bangun Seberang Kecamatan Kota Bangun Kutai

Kartanegara, Kalimantan Timur. Daun tambora sendiri diambil sebanyak 2 kg lalu di

sortasi basah bertujuan untuk memisahkan antara daun dengan tangkai dan bagian

tanaman yang lain dan daun tambora dicuci menggunakan air mengalir agar kotoran

yang terlepas tidak menempel kembali kemudian daun ditiriskan. Daun tambora segar

diperoleh dengan berat basah sebanyak 1350 gram kemudian proses pengeringan

simplisia daun tambora dilakukan dengan cara alami yaitu dengan dikering anginkan

di tempat yang terlindung dari sinar matahari langsung. Proses pengeringan simplisia

28
29

bertujuan untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak sehingga dapat

disimpan dalam jangka waktu yang lama (Musaenah, 2016). Daun tambora kering

diperoleh sebanyak 264,4 gram.

Simplisia daun tambora (Ageratum conyzaides L.) di haluskan menggunakan

blender kemudian diayak menggunakan ayakan mesh 60 untuk memperoleh serbuk

yang lebih halus dan homogen agar proses ekstraksi lebih efektif dan efesien (Depkes

RI, 2008). Serbuk simplisia dengan luas permukaan yang besar pada umumnya

penyarian akan bertambah baik, karena permukaan serbuk simplisia yang bersentuhan

dengan cairan penyari semakin luas dan memecah dinding sel sehingga cairan penyari

dapat masuk ke dalam sel dan mengekstraksi kandungan kimia lebih banyak

(Supomo dkk, 2016).

C. Ekstraksi

Ektraksi merupakan kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan pelarut cair.

Proses pembuatan ekstrak daun tambora pada penelitian ini menggunakan metode

maserasi yang merupakan proses penyarian simplisia menggunakan pelarut dengan

beberapa kali pengadukan (Depkes RI, 2000). Metode maserasi dapat menghindari

terjadinya kerusakan senyawa-senyawa yang cenderung tidak tahan terhadap

pemanasan (Mukhriani, 2014).

Pembuatan ekstraksi daun tambora dilakukan dengan metode maserasi yaitu

metode penyarian yang paling sederhana menggunakan pelarut etanol dengan


30

perbandingan (1:10). Pelarut etanol 70% digunakan karena etanol memiliki

kemampuan melarutkan seluruh bahan aktif yang terkandung dalam bahan

alamseperti flavonoid, alkaloid dan minyak atsiri. Serbuk simplia daun tambora

sebanyak 200 gram direndam menggunakan pelarut etanol 70% sebanyak 1100 ml

(1100 ml maserasi dan 900 ml untuk remaserasi). Proses perendaman dilakukan

selama 24 jam, setelah itu dilakukan pengadukan selama 2 jam menggunakan

maserator, didiamkan selama 24 jam. Maserat dipisahkan menggunakan vaccum dan

diambil filtratnya, selanjutnya dilakukan remaserasi yang bertujuan untuk menyaring

senyawa-senyawa yang masih tertinggal. Dilakukan pengadukan selama 2 jam

menggunakan maserator, kemudian didiamkan kembali selama 24 jam setelah itu

maserat disaring kembali menggunakan vaccum dan diambil filtratnya, kemudian

maserat diuapkan menggunakan penangas air hingga diperoleh ekstrak kental.

D. Skrining Fitokimia

Skrining fitokimia dilakukan untuk mengetahui adanya kandungan senyawa

metabolit sekunder yang terkandung dalam simplisia dan ekstrak etanol daun

tambora.Identifikasi bertujuan untuk mengetahui golongan senyawa kimia yang

dikandung dalam tumbuhan yang diteliti.Hasil skrining fitokimia terhadap daun

tambora dapat dilihat pada tabel 2.


31

Tabel 2. Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Tambora


Uji Fitokimia Pereaksi Hasil Ekstrak Etanol Keterangan
Tidak terbentuk endapan,
Mayer (-)
kuning bening
Terbentuk endapanberwarna
Alkaloid Bouchardart (+)
coklat
Terbentuk endapan
Dragendorf (+)
berwarna merah bata
HCl Pekat,
Terbentuk endapan
Serbuk Mg, (+)
Flavonoid berwarna merah
AmilAlkohol
Terbentuk endapan
Tanin FeCl3 1% (+)
berwarna hijau kehitaman
Air + HCl
Terbentuk busa permanen (+)
Saponin 2N

Keterangan: (+) = Mengandung golongan senyawa metabolit sekunder


(-) = Tidak mengandung golongan senyawa metabolit
sekunder

Berdasarkan pada hasil tabel diatas, menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun

tambora memiliki senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, tannin dan

saponin. Hasil skrining fitokimia memperlihatkan bahwa ekstrak etanol daun tambora

memiliki senyawa golongan alkaloid, pada pereaksi Mayer didapatkan hasil negatif

karena tidak terbentuknya endapan putih-kuning, sedangkan pada pereksi

Bouchardart mendapatkan hasil positif karena terbentuknya endapan coklat dan pada

pereaksi Dragendorf mendapatkan hasil positif dengan terbentuknya endapan merah

bata. Pengujian alkaloid dapat dinyatakan positif jika terjadi endapan paling sedikit

dua dari tiga percobaan diatas, apabila kurang dari dua dari tiga percobaan maka
32

dikatakan negatif alkaloid (Budiyanti, 2016). Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa

ekstrak etanol daun tambora positif mengandung senyawa alkaloid.

Senyawa golongan flavonoid pada ekstrak etanol daun tambora didapatkan hasil

positif, pengujian dengan penambahan serbuk Mg, HCl pekat, dan amil alkohol

menyebabkan tereduksinya senyawa sehingga terbentuknya reaksi warna merah yang

menandakan adanya kandungan flavonoid (Tiwari, 2011).

Senyawa golongan tanin pada ekstrak etanol daun tambora didapatkan hasil

positif. Dengan terbentuknya endapan yang berwarna hijau kehitaman.Senyawa

golongan saponin pada ekstrak etanol daun tambora didapatkan hasil positif, dengan

terbentuknya busa yang permanen selama tidak kurang dari 10 menit dan tidak hilang

jika diteteskan HCl pekat (Widiastuti, 2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2015), ekstrak etanol daun bandotan

mengandung senyawa-senyawa metabolit yang dapat berkhasiat sebagai antibakteri

seperti alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, glikosida dan steroid.Menurut Kamboj dan

Saluja (2008), senyawa metabolit yang terkandung didalam tumbuhan tambora

seperti flavonoid, alkaloid, minyak atsiri, tanin, steroid, saponin dan kumarin.

Menurut Ndip dkk (2009), kandungan senyawa metabolit yang terkandung didalam

tumbuhan tambora berbeda-beda tergantung dari lokasi tumbuhan, kondisi tanah,

kelembaban, dan kondisi iklim tempat tumbuh tumbuhan.

E. Sterilisasi
33

Sterilisasi bertujuan untuk membebaskan alat-alat atau bahan dari kontaminasi

segala bentuk kehidupan mikroorganisme. Alat yang digunakan untuk proses steril

adalah autoklaf yang berfungsi untuk mensterilkan dengan uap panas bertekanan.

Digunakan suhu 121° C selama 15 menit (Adjie, dkk., 2007).

Sterilisasi alat dan bahan dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan Teknologi

Farmasi, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda. Alat-alat seperti cawan petri,

batang pengaduk, pinset serta wadah yang telah dicuci bersih dikeringkan kemudian

di bungkus menggunakan kertas perkamen, sedangkan alat seperti erlenmeyer, tabung

reaksi dan gelas ukur ditutup menggunakan kapas yang telah dibungkus dengan kain

kassa dan dilapisi dengan aluminium foil, media Nutrient Agar yang telah dibuat

kemudian dimasukkan kedalam autoklaf. Media dan alat disterilkan dalam autoklaf

dengan suhu 121° C selama 15 menit pada tekanan 2 atm (Pelczar dan Chan, 2007).

F. Peremajaan Bakteri

Peremajaan bakteri dilakukan bertujuan untuk memindahkan bakteri dari

medium lama ke medium yang baru agar bakteri dapat memulai metabolisme kembali

setelah penyiapan. Peremajaan bakteri dilakukan dengan mengambil sebagian atau

beberapa ose suatu koloni bakteri Propionibacterium acnes. Koloni bakteri diambil

menggunakan jarum ose steril yang kemudian koloni bakteri tersebut

diswabkansecara zig-zag pada media agar miring NA, kemudian di inkubasi dalam

inkubator pada suhu 37°C selama 1 x 24 jam (Dwijoseputro, 2003).


34

Propionibacterium acnes merupakan salah satu bakteri yang menginfeksi jerawat.

Jerawat merupakan penyakit pada permukaan kulit yang terjadi akibat kondisi

abnormal kulit (Mumpuni, 2010).

G. Pembuatan Suspensi Bakteri Propionibacterium acnes

Diambil beberapa ose kultur bakteri yang kemudian dimasukkan kedalam

tabung reaksi yang berisi aquadest steril kemudian diaduk sampai larutan menjadi

keruh, kekeruhan dari suspensi tersebut diukur menggunakan spektrofotometer UV-

Vis dengan larutan Mc Farland sebagai pembanding, blank yang digunakan adalah

aquadest steril dan Mc Farland sebagai pembandingnya. Nilai absorbansi merupakan

nilai yang menunjukkan besarnya jumlah cahaya yang diserap oleh larutan, panjang

gelombang untuk bakteri Propionibacterium acnes sebesar 600 nm dengan range

antara 70%-75% (Nur dkk, 2014). Berdasarkan hasil uji spektrofotometri terhadap

bakteri Propionibacterium acnes pada panjang gelombang 600 nm dengan range

70%-75% didapat dari nilai transmitan Mc Farland sebesar 74,2447%.

H. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Tambora (Ageratum

conyzaides L.) Terhadap Propionibacterium acnes

Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun tambora dilakukan untuk

mengetahui pengaruh ekstrak etanol daun tambora (Ageratum conyzaides L.) terhadap

pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah disk difusion ( metode kertas cakram) metode ini dipilih karena
35

tidak memerlukan peralatan khusus, pengerjaan lebih mudah dilakukan dan relatif

murah (Jawetz, 2007).

Konsentasi ekstrak etanol daun tambora yang digunakan ada 3 variasi yaitu

50%, 60%, 70%, klindamisin 0,1% sebagai kontrol positif dan DMSO 1% sebagai

kontrol negatif terhadap bakteri Propionibacterium acnes. Hasil dari pengukuran

zona hambat dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Hasil Pengukuran Zona Hambat Bakteri Propionibacterium acnes

Diameter Zona Hambat Bakteri


Propionibacterium acnes (mm) Kriteria Zona
No Konsentrasi Hambat
1 2
(1 x 24 (2 x 24 Rata-rata
jam) jam)
Konsentrasi 50% 8,97 8,67 8,82 Sedang
1
Konsentrasi 60% 9,72 9,56 9,64 Sedang
2
Konsentrasi 70% 10,84 10,59 10,71 Kuat
3
Klindamisin 0,1% 28,94 29,6 29,27 Sangat Kuat
4
DMSO 1% 0 0 0 -
5

Pada hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun tambora terhadap bakteri

Propionibacterium acnes pengukuran zona hambat bakteri menunjukkan bahwa zona

hambat yang terbentuk adalah daerah bening disekitaran kertas cakram, yang artinya

media tidak ditumbuhi oleh bakteri Propionibacterium acnes. Perlakuan kontrol

positif menggunakan antibiotik klindamisin 0,1% membentuk zona hambat yang


36

paling besar dengan rata-rata zona hambat sebesar 29,27 mm, hal ini dikarenakan

klindamisin merupakan antibiotik yang memiliki spektrum luas yang efektif

menghambat atau membunuh pertumbuhan bakteri gram positif dan gram negatif.

Kontrol positif berfungsi sebagai kontrol dari zat uji untuk mengetahui perbandingan

zona hambat yang terbentuk dengan ekstrak (Indriastuti, 2017).

Perlakuan pada kontrol negatif menggunakan dimetil sulfoksida dengan

konsentrasi 1% tidak menunjukkan adanya zona hambat yang terbentuk, hal ini

dikarenakan dimetil sulfoksida berfungsi untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh

pelarut terhadap pertumbuhn bakteri Propionibacterium acnes agar diketahui bahwa

yang memiliki aktivitas adalah zat uji bahan pelarut (Pratiwi, 2008).

Pemberian ekstrak etanol daun tambora memiliki efek antibakti terhadap

bakteri Propionibacterium acnes yang dibuktikan dengan terbentuknya zona bening

disekitaran area kertas cakram. Menurut Davis (1971), apabila zona hambat yang

terbentuk memiliki diameter sebesar kurang dari 5 mm maka daya antibakterinya

dikategorikan lemah, diameter sebesar 5-10 mm dikategorikan sedang, sedangkan 10-

20 mm dikategorikan kuat dan lebih dari 20 mm dikategorikan sangat kuat.

Berdasarkan hasil uji antibakteri ekstrak etanol daun tambora terhadap bakteri

Propionibacterium acnes menunjukkan bahwa masing-masing konsentrasi yaitu pada

konsentrasi 50% ekstrak etanol daun tambora rata-rata zona hambat yang terbentuk

sebesar 8,82 mm, konsentrasi 60% rata-rata zona hambat yang terbentuk sebesar 9,64

mm dan pada konsentrasi 70% rata-rata zona hambat yang terbentuk sebesar 10,71

mm. Sedangkan pada penelitian Laoli (2018) uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol
37

daun bandotan terhadap bakteri Bacillus substilis, yang dapat menghambat

pertumbuhan bakteri pada konsentrasi 60% rata-rata zona hambat yang terbentuk

sebesar 10,83 mm dengan kategori kuat. Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya

zona hambat yang terbentuk yaitu konsentrasi, metabolit sekunder, ph, suhu, jumlah

tipe bakteri dan waktu (Waluyo, 2008).

Berdasarkan kriteria zona hambat yang diperoleh dari pengujian ekstrak etanol

daun tambora (Ageratum conyzaides L.) terhadap bakteri Propionibacterium acnes

untuk konsentrasi 50% dan 60% kategori daya hambat dikatakan sedang dan

konsentrasi 70% kategori daya hambat dikatakan kuat. Zona hambat yang dihasilkan

dari ekstrak etanol daun tambora dapat dihubungkan dengan senyawa yang

terkandung didalam tumbuhan.

Hasil skrining fitokimia yang dilakukan penelitian ini pada ekstrak etanol daun

tambora mengandung senyawa metabolit yaitu alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin.

Senyawa metabolit tersebut mempengaruhi terhambatnya pertumbuhan bakteri pada

ekstrak etanol daun tambora, senyawa alkaloid yang terkandung didalam daun

tambora memiliki kemampuan sebagai antibakteri dengan cara mengganggu

mekanisme komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri sehingga lapisan

dinding sel tidak terbentuk utuh dan menyebabkan kematian sel (Supomo dkk, 2017).

Flavonoid berfungsi sebagai bakteriostatik dan mekanisme kerjanya

membentuk senyawa kompleks dengan protein dan terlarut sehingga dapat merusak

membran sel bakteri (Nuria, 2009). Tanin memiliki aktivitas sebagai antibakteri,
38

mekanisme kerjanya dengan mengkerutkan dinding sel itu sendiri sehingga

pertumbuhan sel terhambat atau mati (Ajizah, 2004).

Dalam penelitian ini semakin meningkatnya konsentrasi, semakin besar juga

zona bening daya hambat yang terbentuk. Hal ini sesuai dengan penelitian Laoli

(2018), yang menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang digunakan

maka semakin besar diameter daerah hambat bakteri.


BAB V
PENUTUP

A. Simpulan

Ekstrak etanol daun tambora (Ageratum conyzaides L.) memiliki aktivitas

antibakteri dengan menghambat pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes pada

konsentrasi 50% dengan zona hambat rata-rata sebesar 8,82 mm kategori daya

hambat dikatakan sedang, konsentrasi 60% sebesar 9,64 mm kategori dikatakan

sedang dan konsentrasi 70% sebesar 10,71 mm kategori dikatakan kuat.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melakukan pembuatan

formulasisediaan gel anti acne.

2. Bagi peneliti selanjutnya melakukan uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun

tambora dengan pelarut 95% dan menggunakan metode difusi sumuran.

39
40

DAFTAR PUSTAKA

Adji, D., Zuliyanti., dan Larashanty, H. 2007. “Perbandingan Efektivitas Sterilisasi


Alkohol 70%, Inframerah, Autoklaf dan Ozon Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Bacillus Subtilis”. Jurnal Sain Vet.Vol 25 No. 4.Hal : 19.
Ajizah, A. 2004. Sensitivitas Salmonella typhimurium Terhadap Ekstrak Daun Jambu
Biji (Psidium Guajava L.). Bioscientie. Vol 1: (1).
Astuti, H. 2015. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol dan Ekstrak Air Daun
Bandotan (Ageratum conyzaides L.) terhadap Staphylococcus aureus dan
Escheria coli. Majalah Farmasetik. Vol: 11.
Badan POM RI. 2008. Taksonomi Koleksi Tumbuhan Obat Kebun Tumbuhan Obat
Citeureup. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan. Hal: 5.
Brojendro, S., Radhapiyari, D.W., Marina, A.W., Indira, D.N., Swapana,
Chingakham, B. 2012.Ethnobotany, Phytochemistry, and Pharmacology of
Ageratum conyzaides Linn (Asteraceae).J Medical Plants Res. Vol 7(8) : 371-
385.
Bruggemann, H. 2010. Skin: Acne and Propionibacterium acnes Genomics.
Handbook of Hydrocarbon and Lipid Microbiology. United States of American:
DOI. Hal: 3216-3223.
Budiyanti, N. 2016. “Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Lakum (Cayratia
trifolia Linn) Terhadap Staphylococcus aureus. Karya Tulis Ilmiah. Samarinda:
Akademi Farmasi.
Ciptaningtyas, V. C. 2014. Antibiotik Untuk Mahasiswa Kedokteran. Yogyakarta:
Graha Ilmu. Hal: 69.
Dalimartha, S. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta: Trubus Agriwidya.
Davis, W.W., dan Stout, T.R. 1971. Disc Plate Methods Of Microbiological
Antibiotic Assy. Microbiology: American Society Of Microbiology. Hal: 664
Departemen Kesahatan Republik Indonesia. 1985. Cara Pembuatan Simplisia.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan RI. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi ke- IV.Jakarta
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan RI.
Hal: 206-207.
41

Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan


Obat. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Hal. 9,10.
Departemen Kesehatan RI. 2008. Farmakope Herbal Indonesia. Edisi I. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal: 174.
Djajadisastra, J., Mun’im. A., dan Dessy, N.P. 2009.Formulasi Gel Topikal Dari
Ekstrak Nerii Folium Dalam Sediaan Anti Jerawat. Jurnal Farmasi Indonesia
Vol. 4 No. 4 Juli 2009: 210-216. Universitas Indonesia. Fakultas MIPA.
Dwijoseputro, 2003. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatain. Hal: 10-14.
Grange, P. A., Raingeaud, J., Morelle, W., Marceline, A., Clavez, V., dan Dupin, N.,
2017. “Characterization of a Propionibacterium acnes Surface Protein as a
Fibrinogen-Binding Protein”. Scientific Reports.7:1.
Harbone, J. B. 1987. Metode Fitokimia. Bandung: Penerbit ITB. Hal: 151, 234.
Indriastuti, M. 2017. “Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Glodokan Tiang
(Polyalthia longifolia S.) Terhadap Bakteri Propionibacterium acnes”. karya
Tulis Ilmiah. Akademi Farmasi Samarinda.
Janarthanan, L., Karthikeyan. V., Jeykar, B., Balakrishnan, B. R., Senthilkumar.K.L,
dan Anandharaj, G. 2016. Pharmacognostic Studies on the Whole Plants of
Ageratum conyzaides Linn. (Asteraceae).European Journal of Pharmaceutical
and Medical Research. 3 (5) : 618-626.
Jawetz, et al. 2007. Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan. Surabaya: Airlangga
University Press.
Kamboj A., dan Saluja AK. 2008. Ageratum conyzaides L: A review on its
phytochemical and pharmacological profile. International journal of green
pharmacy: 59-68.
Kegel, M. 2017. Study Supports Theory That Bacteria Causes Sarcoidosis, Research
Say.Sarcoidosis News. Sweden: Karolinska Institute.
Kursia, S., Lebang, J. S., Taebe, B., Burhan. A., Rahim, W. O., dan Nursamsiar.
2016. “Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etilasetat Daun Sirih Hijau (Piper
betle L.) terhadap Bakteri Staphylococcus epidermidis”. IJPST. 3 (2): 73.
Laoli, N.S. 2018. “Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Bandotan
(Ageratum Conyzaides L.) Terhadap Bakteri Bacillus substilis dan Proteus
vulgaris”. Fakultas Farmasi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Maryuni AE, 2008. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Antibakteri Minyak Atsiri Daun
Zodia (Evodia sp). Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
42

Merta, IW., IN, Nuidja., dan NM, Marwati. 2013. “Ekstrak Gambir Memiliki Daya
Hambat Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureusSecara Invitro”. Jurnal
Skala Husada Vol. 10 No. 1.Hal : 39-43.
Mukhriani. 2014. “Ekstrak, Pemisahan Senyawa dan Identifikasi Senyawa Aktif”.
Jurnal Kesehatan. 7 (2). Hal: 326.
Mumpuni, Y., 2010. Cara Jitu Mengatasi Jerawat. Yogyakarta. Penerbit: Andi.
Ndip, R.N., Ajonglefac, A.N., Wirna, T., Luma, H.N., Wirmum, C., dan Efange,
S.M.N. 2009. “In-vitro antimicrobial activity of A conyzaides L. on clinical
isolated of Helicobacter pylori”. African Journal of Pharmacy and
Pharmacology. Vol. 3 (11).
Nur, S.F., Rauf, A.P., Ahmad, A. 2014. “Isolasi Senyawa Polisakarida dan Ekstrak
Intraselular dari Alga Emas (Nitzchiaps.)Sebagai Antijamur dan
Antioksidan”.Jurnal Kimia dan Ilmu Pengetahuan Alam.Makassar. Universitas
Hasanuddin.
Nuria, M.C.A., Faizatun, dan Sumantri. 2009. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Etanol Daun Jarak Pagar (Jatropha cuircas L.) terhadap Bakteri Staphylococcus
aureus ATCC 25926, Escherichia coli ATCC 25922, dan Salmonella typhi
ATCC 1480. Ilmu-ilmu Pertanian. Vol: 5. Hal: 26-37.
Pelczar, M.J., Chan, E.C.S. 2007. Dasar-dasar Mikrobiologi. Diterjemahkan oleh:
Hadioetomo, R.S., Imas, T., Tjitrosomo, S.S. dan Angka, S.L. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
Pratiwi, S. T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga. Hal: 26-28, 188-191,
137-138, 110.
Sears, B. W., Lisa, S., dan Rodrigo, S. 2011. Intisari Mikrobiologi dan Imunologi.
Jakarta: EGC. Hlm: 2-3, 47.
Supomo., Soemarie, Y.B., Saihatin, U. 2017. “Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Etanol Umbi Bawang Rambut (Allium chinense G. Don) Terhadap Bakteri
Escherichia coli ATCC 8939”. Media Sains. Vol: 2. Hal: 193.
Supomo., Supriningrum, R., dan Junaid, R. 2016. “Karakterisasi dan Skrining
Fitokimia Daun Karehau (Callicarpa longifolia Lamk)”. Jurnal Kimia
Mulawarman. 13 (2): 89-95.
Tiwari, P. Kumar, B. Kaur, G. Kaur, H. 2011. Phytochemical screening and
Extraction: A Review. Internationale Pharmaceutica Sciencia. Vol: 1 (1).
Utami, R.E., 2012. Antibiotika, Resistensi dan Rasionalitas Terapi.Saintis Fakultas
Sains dan Teknologi UIN Maliki Malang. Malang.
43

Waluyo, L. 2008. Mikrobiologi Umum. Malang: Universitas Muhammadiyah


Malang.
Wells, B. G., Dipiro, J. T., Schwinghammer, T., dan Dipiro C, V.
2015.Pharmacotherapy Handbook.Ninth Edition. United States of American
The Mc Graw-Hill Companies. Hal: 135.
Widiastuti, A.E.S., Sri, R.D.A., Ashadi., Bakti .M., Cici.P.R. 2014, Skrining
Fitomikia dan Identifikasi Komponen Utama Metanol Kulit Durian (Durio
Zibethinus Murr.) Varietas Petruk. Surakarta: Makalah Pendamping Seminar
Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia VI.
44

Lampiran 1. Alur Penelitian

Pengumpulan Sampel

Determinasi Tumbuhan

Pembuatan Simplisia

Ekstraksi

Skrining Fitokimia

Sterilisasi Alat dan Bahan

Pembuatan Sediaan Uji dan Pembuatan Media

Uji Aktivitas Antibakteri

Analisis Data
45

Lampiran 2. Hasil Determinasi


46

Lampiran 3. Pembuatan Serbuk Simplisia

Pengambilan sampel Pengambilan sampel

Pengambilan sampel Pengambilan sampel


47

Pengambilan sampel Pengambilan sampel

Pengambilan sampel Pengambilan sampel


48

Lampiran 4. Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Tambora

Ditimbang serbuk simplisia sebamyak 200 gram dimasukkan


kedalam bejana maserasi

Direndam dengan pelarut etanol 70% sebanyak 2000 ml


dengan perbandingan 1:10

Diaduk menggunakan maserator selama 2 jam

Didiamkan selama 24 jam, disaring dan didapat maserat

Ampas di remaserasi dengan perlakuan yang sama

Maserat di uapkan dengan penangasan, didapat ekstrak kental


49

Lampiran 5. Hasil Uji Skrining Fitokimia Daun Tambora

Mayer (-) Bouchardart (+)

Dragendorf (+) Flavonoid (+)


50

Saponin (+) Tanin (+)

Lampiran 6. Sterilisasi

Disiapkan alat-alat dan media NA yang akan digunakan

Dicuci bersih alat lalu dikeringkan

Dibungkus alat menggunakan perkamen

Dimasukkan alat dan bahan kedalam autoklaf kemudian


disterilkan pada suhu 121℃selama 15 menit
51

Lampiran 7. Cara Kerja Uji Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Tambora

1. Peremajaan Bakteri Propionibacterium acnes

Penimbangan Media NA

Dimasukkan kedalam erlemeyer dan di tambahkan air

Dilarutkan dengan aquadest dan dipanaskan diatas hotplate

Dimasukkan kedalam tabung reaksi dengan posisi miring

Dipanaskan jarum ose

Diambil koloni bakteri Propionibacterium acnes

Diswab zig-zag pada media

Diinkubasi selama 1x24 jam


52

2. Pembuatan Suspensi Bakteri

Diambil koloni bakteri lalu dimasukkan dalam aquadest steril

Dibuat larutan pembanding Mc Farland

Diukur dengan menggunakan spektofotometri UV-Vis

Lampiran 8. Perhitungan Hasil Pengukuran Suspensi Bakteri Propionibacterium


acnes.

Standar range bakteri dalam % transmitan 70%-75%

Mc Farland : 580 = 73,3139


53

600 = 74,2447

1. 580 : 70% × 73,3139 = 51,3197

75% × 73,3139 = 54,9854

Range kekeruhan 51,3197-54,9854

2. 600 : 70% × 74,2447 = 51,9712

75% × 74,2447 = 55,6835

Range kekeruhan 51,9712-55,6835

Lampiran 9. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Tambora

No. Gambar Keterangan

1.

Dilakukan pembungkusan alat-alat dan


media menggunakan kertas
perkamen/aluminiumfoil untuk di lakukan
proses sterilisasi.
54

2.

Sterilisasi dilakukan menggunakan autoklaf


pada suhu 121° C selama 15 menit.

3.

Dilakukan pembuatan median Nutrient


agar kedalam cawan petri

4.

Dilkakukan swabkan suspensi bakteri


Propionibacterium acnespada
permukaan media.
55

5.

Dilakukan penanaman ekstrak etanol


daun tambora berdasarkan konsentrasi
50%, 60% dan 70% pada media yang
sudah diswab bakteri

6.

Dilakukan inkubasi pada suhu 37° C


selama 1x24 jam dan 2x24 jam pada
cawan petri yang telah dilakukan
perlakuan uji.

Lampiran 10. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Tambora
56

Konsentrasi 50% Konsentrasi 60%

Konsentrasi 70% Klindamisin 0,1%


57

DMSO 1%
58

Lampiran 11. Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Tambora

50 gram 50000mg
1. Konsentrasi 50% b/v = 
100ml 100ml

50mg
=  50mg dalam 1 ml
1ml

60 gram 60000mg
2. Konsentrasi 60% b/v = 
100ml 100ml

60mg
=  60mg dalam 1 ml
1ml

70 gram 70000mg
3. Konsentrasi 70% b/v = 
100ml 100ml

70mg
=  70mg dalam 1 ml
1ml

0,1g 100mg 10mg


4. Klindamisin 0,1% =  
100ml 100ml 10ml

5. DMSO 1%, Larutan DMSO absolut 1 ml dalam 100 ml aquadest steril.


59

Lampiran 12.Perhitungan Pembuatan Media NA

1. Media NA

NA (20 gram dalam 1000 ml)


𝑉1 𝑉2
=
𝑀1 𝑀2

1000 𝑚𝑙 250 𝑚𝑙
=
20 𝑔 𝑀2

1000 ml x M2 = 20 g x 250 ml

5000 𝑔/𝑚𝑙
M2 = 1000 𝑚𝑙

M2 = 5 gram

Jadi, 5 g NA dilarutkan dalam 250 ml aquadest steril


60

Lampiran 13. Perhitungan Diameter Zona Hambat Hasil Uji Aktivitas Antibakteri

Ekstrak Etanol Daun Tambora

1. Perhitungan Diameter Zona Hambat 1x24 jam (mm)

Konsentrasi 50%

9,6  9,5
R1 =  9,55 mm
2

8,3  8,12
R2 =  8,21 mm
2

8,4  9,88
R3 =  9,14 mm
2

9,55  8,21  9,14


Rata-rata =  8,97 mm
3

Konsentrasi 60%

9,58  9,8
R1 =  9,69 mm
2

9,4  9,9
R2 =  9,65 mm
2

10,1  9,56
R3 =  9,83 mm
2

9,69  9,65  9,83


Rata-rata =  9,72 mm
3

Konsentrasi 70%

11,38  10,58
R1 =  10,98 mm
2
61

10,7  11,36
R2 =  11,03 mm
2

10,9  10,1
R3 =  10,5 mm
2

10,98  11,03  10,5


Rata-rata =  10,84 mm
3

28,56  29,32
Klindamisin 0,1% =  28,94 mm
2

DMSO 1% =0

2. Perhitungan Diameter Zona Hambat 2x24 jam (mm)

Konsentrasi 50%

9,1  9,1
R1 =  9,1 mm
2

7,86  8,3
R2 =  8,08 mm
2

8,2  9,48
R3 =  8,84 mm
2

9,1  8,08  8,84


Rata-rata =  8,67 mm
3

Konsentrasi 60%

9,9  91
R1 =  9,5 mm
2

9,6  9,18
R2 =  9,39 mm
2

10,2  9,38
R3 =  9,79 mm
2
62

9,5  9,39  9,79


Rata-rata =  9,56 mm
3

Konsentrasi 70%

11,38  10,1
R1 =  10,74 mm
2

10,16  11,3
R2 =  10,73 mm
2

10,5  10,1
R3 =  10,3 mm
2

10,74  10,73  10,3


Rata-rata =  10,59 mm
3

29,2  30
Klindamisin 0,1% =  29,6 mm
2

DMSO 1% =0

3. Perhitungan Rata-Rata Diameter Zona Hambat

8,97  8,67
Rata-Rata Konsentrasi 50% =  8,82 mm
2

9,72  9,56
Rata-Rata Konsentrasi 60% =  9,64 mm
2

10,84  10,59
Rata-Rata Konsentrasi 70% =  10,71 mm
2

28,94  29,6
Rata-Rata Klindamisin 0,1% =  29,27 mm
2

Rata-Rata DMSO 1% =0
63

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Ranny Widianti, dilahir di Kota Bangun pada

tanggal 04 November 1998. Penulis merupakan anak pertama dari

tiga bersaudara dari pasangan bapak Syaiful Anwar dan ibu Indah

Neni Iriani. Penulis menyelesaikan pendidikan resmi di TK Tunas

Bangsa Kota Bangun 2003-2004. Melanjutkan pendidikan di SD Negeri 009 Rimba

Ayu dan tamat pada tahun 2010. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan ke

Madrasah Tsanawiyah Negeri Kota Bangun dan tamat pada tahun 2013. Setelah itu

penulis melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Kota Bangun dan

tamat pada tahun 2016. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan jenjang

pendidikan D-III Farmasi di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda.

Penulis pernah melakukan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Klinik Kumala

Samarinda dan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Kanudjoso Djatiwibowo

Balikpapan pada tahun 2019. Kemudian penulis menyelesaikan pendidikannya di

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda dengan melaksanakan Tugas Akhir

dengan judul Karya Tulis Ilmiah UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK

ETANOL DAUN TAMBORA (Ageratum conyzaides L.) TERHADAP BAKTERI

Propionibacterium acnes.

Anda mungkin juga menyukai