Anda di halaman 1dari 3

TUGAS AKHIR SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

A. Format Laporan
I. Identitas Konseli
a. Nama : AVA
b. Tempat, Tanggal Lahir : Malang, 9 Agustus 2000
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Pekerjaan : Mahasiswa
e. Alamat Asal : Jl. Terusan Sulfat Gang. Masjid No. 40A
RT.09/RW.05Pandanwangi, Blimbing, Malang
f. Alamat Kos :-

II. Latar Sosioantropologi Konseli


a. Deskripsi Latar Sosial Konseli
AVA terlahir dikeluarga yang berkecukupan. Disinilah proses sosialisasi
pertama yang ia alami. Ia merupakan anak ke 3 dari 3 bersaudara. Kedua kakaknya
berjenis kelamin perempuan. Konseli lebih dekat dengan kakak yang lebih tua tepat
diatasnya. Meski keduanya kerap bertengkar. Didalam keluarganya, ia sudah
diajarkan sejak dini mengenai adab dan tatakrama yang baik. Karena tinggal didaerah
kampung, maka sangat mudah bagi konseli (AVA) untuk berinteraksi dengan
masyarakat sekitar. Seiring bertambahnya umur, seharusnya individu dapat lebih
cakap dan bersosialisasi dengan baik. Namun, lain halnya dengan yang terjadi pada
konseli (AVA). Ketika ia menginjak bangku sekolah TK, dia kurang dapat
bersosialisasi. Bersifat cenderung pendiam. Bahkan ia mengakui bahwa pada saat
seusia TK, ia hanya memiliki 1 orang teman. Ia pun mengatakan bahwa dirinya kerap
di bully. Ketika sudah memasuki bangku SD, konseli merubah pola pikirnya. Ia
termotivasi untuk bisa bersosialisasi dengan baik dan dapat memiliki teman yang
lebih banyak. Keinginannya untuk dapat memiliki teman yang banyak dapat
terpenuhi. Ia merasa semakin cakap dapat berinteraksi dengan baik. Namun terdapat
hal negatif yang ia dapatkan ketika SD yang mana hal ini ia bawa sampai pada jenjang
pendidikan selanjutnya, yakni bangku SMP. Seperti contoh berpacaran. Ketika SMP,
konseli dan keluarganya memutuskan untuk selain meneruskan pendidikan
formalnya ia juga dimiinta untuk mendalami ilmu agama di pesantren yang terletak
didaerah Singosari, Kabupaten Malang. Karena letak sekolah formal yang tak seatap
dengan pesantren, hal ini memungkinkan bagi santri untuk keluar gerbang pesantren
dan bertemu dengan santri-santri lainnya yang berasal dari beragam pesantren. Maka
tidak menutup kemungkinan bagi konseli untuk bisa berkomunikasi dengan lawan
jenis. Ia pun bercerita, bahwa ia juga tidak mengerti apa yang telah dipikirkannya
pada masa itu. Sehingga membuatnya melakukan perilaku tersebut. Pasalnya di
seumuran itu, konseli kerap bergonta-ganti pasangan. Lalu ketika menginjak fase
SMA. Konseli berusaha untuk berubah. Dia berusaha untuk bisa lebih menghargai
hubungan dengan sesama temannya. Tidak terlalu memikirkan pacaran. Dan ia harus
lebih fokus dalam belajar agar ia bisa masuk ke PTN yang dia inginkan. Alhasil,
setelah menanti 3 tahun lamanya. Dengan berusaha ia berhasil masuk ke PTN yang
dia inginkan yakni Universitas Negeri Malang.
b. Deskripsi Latar Budaya Konseli

Konseli lahir di keluarga kecil yang dapat dibilang agamis. Orangtua


konseli mengajarkan kepada anaknya mengenai hal-hal positif seperti sholat tepat
waktu, berbicara dengan sopan, dsb. Dan orangtua konseli berusaha mengarahkan
anaknya agar dapat memilih jalur hidup yang lebih sukses. Seperti contoh, meski
ayah konseli hanyalah seorang penjual nasi goreng, ia tetap mengusahakan anak-
anaknya untuk dapat sekolah yang lebih tinggi. Orangtua konseli memberikan
kebebasan konseli mengenai jurusan/bidang apa yang akan dipilihnya. Hal inilah
yang membuat konseli lebih semangat dan yakin untuk meneruskan pendidikannya
di bangku kuliah.

Meski terlihat agamis, orangtua konseli tetap menghargai kebudayaan/adat


yang berada di masyarakat sekitarnya. Hal ini pula, yang terturunkan pada konseli.
Baik keluarga konseli atau pun masyarakat luas masih melaksanakan slametan,
mitonan, dan adat-adat jawa lainnya yang tidak melanggar syariat islam.
Dilingkungan sekolah/perkuliahan, konseli memiliki prinsip simple dalam
segala hal. Ia tidak terlalu perfeksionis. Dia tampil seadanya tapi juga tidak
ketinggalan zaman. Dia ber make-up dengan semestinya (tidak berlebihan).

c. Deskripsi Latar Pendidikan Konseli

Pada saat belajar di bangku TK ia lebih pendiam. Barulah ketika ia dibangku SD, ia lebih terlihat aktif dan
ceria.

III. Data
IV. Pembahasan
V. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai