ANALISIS KASUS
23
Pada pemeriksaan penunjang, ditemukan bahwa:
Pada pasien ini pemeriksaan laboratorium menunjukan peningkatan pada
leukosit yaitu sebesar 17.400 dan BTA mendapatkan hasil negatif serta rontgen
thorax yang menunjukan TB aktif dan pneumonia. Hal tersebut sesuai dengan teori
yaitu BTA (-) adalah jika kedua contoh uji dahak menunjukkan hasil BTA negatif.
Apabila pemeriksaan secara mikroskopis hasilnya negatif, maka penegakan
diagnosis TB dapat dilakukan secara klinis menggunakan hasil pemeriksaan klinis
dan penunjang (setidak-tidaknya pemeriksaan foto toraks) yang sesuai dan
ditetapkan oleh dokter. Peningkatan jumlah leukosit, biasanya lebih dari 10.000/ul
kadang-kadang mencapai 30.000/ul, dan pada hitungan jenis leukosit terdapat
pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED serta foto thorax dapat digunakan
sebagai penegakan diagnosis pada pneumonia.
24
Sesuai dengan teori penatalaksanaan TB di Indonesia yaitu:
Pada teori, penatalaksanaan pneumonia untuk pasien rawat inap adalah sebagai berikut :
Fluorokuinolon respirasi
makrolid baru
25
DAFTAR PUSTAKA
4. Dahlan Z. Pneumonia. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam FK UI. Jakarta. 2006. IV: 964-
971.
5. Ebell MH. Outpatient vs. Inpatient Treatment of Community Acquired Pneumonia.
Family Practice Management. April 2006:41-44.
6. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan
Pneumonia Komuniti. 2003.
7. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan
Pneumonia Nosokomial. 2003.
8. Soedarsono. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Bagian Ilmu Penyakit Paru FK UNAIR.
Surabaya. 2004.
9. Bartlett John G., Dowell Scott F., Mandell Lionel A., File Thomas M., Jr., Musher
Daniel M. and Fine Michael J., 2000, Practice Guidelines for the Management of
Community-Acquired Pneumonia in Adults, Clinical Infectious Diseases, 31, 347-
382.
10. Brooks G.F., Butel J.S. and Morse S.A., 2005, Jawetz, Melnick, & Adelberg’s
Mikrobiologi Kedokteran, Edisi I, Diterjemahkan oleh Bagian Mikrobiologi Fakultas
Kedoktersan Universitas Airlangga, Salemba Medika, Jakarta, pp. 260-372.
11. Chung D.R. et al., 2011, High Prevalence of Multidrug-Resistant Nonfermenters in
Hospital-acquired Pneumonia in Asia, American Journal Of Respiratory And Critical
Care Medicine, 184, pp.1409-17.
12. CLSI., 2013, M100-S23 Performance Standards for Antimicrobial Susceptibility
Testing; Twenty-Third Informational Supplement, Clinical and Laboratory Standard
Institute, USA, 34 (1), 27-93.
26
13. Dairo M.T., 2014, Pola Kuman Berdasarkan Spesimen Dan Sensitivitas Terhadap
Antibiotik Pada Penderita Community-Acquired Pneumonia (CAP) Di RSUP Dokter
Kariadi Semarang, Skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang.
14. Depkes RI., 2005, Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Infeksi Saluran
Pernapasan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
27