Kelas : KB 2017
NIM : 17030234038
Orbital molekul ikatan memiliki energi yang lebih rendah dan kestabilan yang
lebih rendah dibandingkan orbital-orbital atom pembentuknya.
Orbital molekul antiikatan memiliki energi yg lebih tinggi dan kestabilan yang
lebih rendah dibandingkan orbital-orbital atom pembentuknya.
Di dalam OM menunjukkan permukaan dengan kerapatan elektron tetap/konstan
sehingga elektron memiliki kemungkinan untuk berada didalamnya. Sehingga
sebuah elektron dalam sebuah OM seperti dalam gambar akan berada dalam dalam
daerah ikatan. Sebuah elektrondalam orbital ikatan cenderung untuk bersama
dalam inti positif, sehingga mengikatnya bersama secara elektrostatik dan
meningkatkan kestabilan molekul. Meningkatnya kestabilan berhubungan dengan
rendahnya energi, sehingga energi ikatan lebih rendah dibanding energi orbital
atom awal (Gambar b). Sebuah elektron pada antiikatan sebagian besar waktunya
diluar inti.
Elektron di antiikatan cenderung mengurangi kestabilan molekul dengan menarik
inti menjauh. Sebuah elektron antiikatan memiliki energi lebih tinggi dibandingkan
elektron pada orbital awal. Sehingga Elektron ikatan memiliki energi lebih rendah,
sedangkan orbital antiikatan memiliki energi lebih tinggi dibandingkan orbital
awal. Orbital ikatan (Gambar 1)dicirikan dengan menumpuknya kerapatan
elektron diantara inti dan sepanjang ikatan yang menghubungkan inti.
Sebuah orbital yang kerapatan utamanya berada sepanjang inti ini dikenal
sebagai orbital sigma. Orbital ikatan sigma pada Gambar 1 dilambangkan
dengan σ1s(sigma satu s) yang menunjukkan bahwa ikatan yang terbentuk dari
orbital atom 1s. Simboluntuk orbital antiikatan memiliki tanda bintang pada
Gambar 1 ditulis σ*1s (sigma satu bintang) . Sebuah orbital
antiikatan σ* memiliki jumlah kerapatan elektron yang kurang antar inti dan
meningkat sepanjang garis ikatan diluar inti.
Sedangkan daerah titik dari kerapatan elektron nol membagi dua garis
tengah antara atom pusat Mudahnya, kita katakan bahwa
orbita σ1s terbentuk ketika kerapatan elektron mengalir ke daerah diantara inti
dan σ*1s ketika kerapatan elektron berada diluar inti. Mari kita lihat
molekul hidrogen, H2, secara TOM. Molekulnya memiliki 2 elektron, satu
masing-masing darihidrogen. Elektron-elektronnya berada dalam
OM, dan konfigurasi elektron keadaan dasar untuk H2 ditentukan dengan
aturan yang sama untuk atom dengan elektron banyak. Karenaσ1s memiliki
energi OM terendah dan karena setiap OM dapat menampung 2
elektron (PrinsipPauli), maka kedua elektron pada hidrogen ditempatkan pada
orbital ikatan σ1s seperti ditunjukkan dalam diagram pengisian orbital dalam
Gambar 2 berikut ini.
Konfigurasi keadaan dasar ditulis sebagai (σ1s)2 yang berarti dua elektron
menempati OM σ1s. Molekul hidrogen merupakan molekul stabil (i.e. Artinya
molekul ada/nyata), sebab dua elektron berada dalam orbital ikatan dimana
energinya lebih rendah dibandingkan dengan energi dari dua elektron dari
masing-masing hidrogen yaitu sebelum mereka berikatan. Berikut diagram
energi dari H+ , H2, dan H-
Diagran Orbital Molekul untuk Ne2 , F2, O2, C2 dan N2.
Setiap atom neon memiliki 8 elektron ([He] 2s22p2), sehingga total
elektron 16, ke 16 elektron tersebut didistribusikan kedalam orbital molekul,
elektron berpassangan terlebih dahulu mengisi energi orbital yang lebih
rendah, sebelum mengisi orbital yang lebih tinggi. Ne2 akan terbentuk bila
elektron ikatan lebih banyak dari elektron anti ikatan. Molekul F2, setiap atom
F mempunyai konfigurasi 1s22s22p7 . elektron-elektron 1s begitu dekat dengan
inti dan begitu rendah energi nya, hingga mereka tidak memegang peran yang
bermakna dalam pengikatan, hal ini selalu benar mengenai elektron-elektron
kulit dalam. Jadi hanya orbital-orbital 2s dan 2p yang perlu ditinjau. Bagi atom
flour, perbedaan energi antara orbital-orbital 2s dan 2p cukup besar hingga
interaksi orbital 2s pada suatu atom dengan orbital 2pz pada atom lainnya
sangat sedikit, seperti tampak pada gambar (b) dan dapat diabaikan dalam
pendekatan ini. Jadi hanya interaksi-interaksi 2s-2s, 2px-2px, 2py-2py, dan 2pz-
2pz. dalam gambar (b) pasangan-pasangan orbital π dan π*, yang terbentuk oleh
pertindihan orbital px dan py mempunyai energi sama, karena perbedaannya
hanya terletak pada orientasinya mengelilingi sumbu antar inti. Orbital σ yang
terendah σ1 , hanyalah orbitral σs. Begitu pula σ2 adalah σs*, σ3 adalah
σp.Dengan menambahkan dua elektron dalam setiap orbital molekul, dimulai
dengan yang energi nya terendah, diperoleh penempatan seperti gamabar (b).
Baik rumus lewis maupun pendekatan Valensi Bond kasar meberikan semua
elektron pada O2berpasangan. Namun oksigen mempunyai sifat fisik yang udah
diukur yang menyatakan bahwa dalam molekul oksigen terdapat elektron yang
tidak berpasangan. Suatu contoh oksigen sedikit ditarik oleh medan maghnet,
artinya oksigen bersifat paramagnetik. Telah cukup dibuktikan bahwa dalam
molekul zat yang paramagnetik, terdapat elektron tak berpasangan.
Pemecahan teka-teki O2 ini salah satu kasus di mana teori OM terbukti
lebih unggul dibandingkan Vb. Dalam mengisi orbital molekul menurut
naiknya energi. Satu elektron ditaruh dala tiap orbital π* , yang energinya sama,
sebelum salah satu orbital ini diisi lagi dengan elektron yang spin nya
berlawanan (aturan hund). Penerapan prosedur O2 dipaparkan dalam gambar
(c). Elektron tak berpasangan dalam π*2py, dan π*2pz menerangkan sifat
paramagnetiknya O2. Untuk zat diamagnetik seperti H2 ,N2 dan F2 teori MO
menunjukan bahwa semua elektron berpasangan.
Pada C2 orbital-orbital π1 energinya lebih rendah daripada σ3 , namun
betapapun cukup untuk memberikan konfigurasi seperti yang tampak, tanpa
elektron tidak berpasangan dan order ikatan sebesar 2. Sesuai dengan ini
molekul C2 dalam keadaaan dasar adalah diamagnetik, dan mempunyai ikatan
yang jauh lebih pendek dan lebih kuat daripada B2. Namun keadaan tereksitasi
dengan konfigurasi elektron σ12 σ22 π1 3σ3 hanya terletak ~ 10 kJ mol-1 lebih
tinggi dalam energi. Molekul Nitrogen memiliki ikatan paling tinggo 3, ikatan
paling pendek, dan ikatan paling kuat dari molekul manapun dalam deret
tersebut. Order ikatan netto sebesar 3 sesuai dengan pernyataan konvensional
mengenai N2 sebagai molekulo ikatan rangkap 3, :NΞN:
[H2 σg2(1s)]
Ini yang paling sederhana dari molekul diatomik. Deskripsi MO (lihat Gambar 5-
1) menunjukkan σ ikatan tunggal berisi satu pasangan elektron. Spesies ionik H2+,
memiliki orde ikatan 1/2, telah terdeteksi di sistem pembuangan gas tekanan
rendah. Seperti yang diharapkan, itu kurang stabil daripada H2 dan memiliki jarak
ikatan jauh lebih lama (106 pm) dari H2 (74,2 pm).
B2 adalah paramagnetik. Perilaku ini dapat dijelaskan jika dua elektron energi
tertinggi menempati orbital n terpisah seperti yang ditunjukkan. Lewis dot Model
tidak dapat menjelaskan perilaku paramagnetik dari molekul ini. B2 juga
merupakan contoh yang baik dari pergeseran tingkat energi yang disebabkan oleh
pencampuran dan orbital p. Dengan tidak adanya pencampuran, yang σg (2p) orbital
diperkirakan akan lebih rendah dalam energi dariπu (2p) orbital dan molekul yang
dihasilkan akan diamagnetik.
Namun, pencampuran σg (2s) orbital dengan σg (2p) orbital (lihat Gambar 5-6)
menurunkan energi σg (2s) dan meningkatkan energi σg (2p) orbital ke yang lebih
tinggi tingkat dibandingkan dengan orbital π, memberikan urutan energi
ditunjukkan pada Gambar 5-7. Akibatnya, dua elektron terakhir adalah berpasangan
dalam merosot yang (memiliki energi yang sama) π orbital, dan molekul bersifat
paramagnetik. Secara keseluruhan, orde ikatan adalah 1, meskipun dua π elektron
di orbital yang berbeda.
N2 memiliki ikatan rangkap tiga baik menurut Lewis dan model orbital molekul.
Hal ini sesuai dengan yang N—N jarak yang sangat pendek (109.8 pm) dan obligasi
sangat tinggi energi disosiasi (942 kJ / mol). Orbital atom penurunan energi dengan
meningkatkan Z muatan inti seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5-7; sebagai
efektif biaya meningkat nuklir, semua orbital ditarik untuk menurunkan energi.
Sebagai hasilnya, σg (2s) dan σg (2p) tingkat N2berinteraksi (mix) kurang dari
B2 dan C2 tingkat, dan σg (2p) dan u (2p) sangat dekat dalam energi.
O2 [σg2 πu2 πu2 πg*1 πg*1 (2p)]
02 adalah paramagnetik. Sama halnya seperti B2, tidak dapat dijelaskan dengan
Lewis dot struktur (: O = O :), tapi terlihat dari gambar MO, yang memberikan dua
elektron untuk orbital πg* yang merosot. Paramagnetisme dapat ditunjukkan oleh
menuangkan cairan O2 antara kutub magnet yang kuat; beberapa O2 akan diadakan
antara tiang wajah sampai menguap.
Ne2
Semua orbital molekul diisi, ada jumlah yang sama dari ikatan dan anti ikatan
elektron, dan orde ikatan karena itu nol. Molekul Ne2 adalah transien spesies, jika
ada sama sekali. Salah satu kemenangan teori orbital molekul adalah prediksi dari
dua elektron tidak berpasangan untuk O2. Ini telah lama diketahui bahwa oksigen
adalah paramagnetik, tapi sebelumnya teori ikatan diperlukan penggunaan khusus
"ikatan tiga elektron" 1 ° untuk menjelaskan hal ini fenomena. Di sisi lain, deskripsi
orbital molekul memberikan untuk berpasangan elektron langsung.
Demikian pula, σu*(2s) dan σu* (2p) orbital berinteraksi untuk menurunkan
energi dari itu,σu* (2s) dan untuk meningkatkan energi σu* (2p). Fenomena ini
disebut pencampuran. Pencampuran membutuhkan memperhitungkan bahwa
orbital molekul dengan energi setara berinteraksi jika mereka memiliki tepat
simetri, faktor yang telah diabaikan dalam Gambar 5-5. Ketika dua orbital molekul
campuran simetri yang sama, satu dengan energi yang lebih tinggi bergerak masih
lebih tinggi dan satu dengan energi yang lebih rendah bergerak lebih rendah dalam
energi.Atau, kita dapat mempertimbangkan bahwa empat orbital
molekul (Mos)hasil dari menggabungkan empat orbital atom (dua 2s dan
dua 2PJ yang memiliki energi yang sama. Akan menghasilkan orbital molekul
yang memiliki bentuk umum berikut(dimana a danb mengidentifikasi dua atom):
b. Karbon Monoksida
Dalam rangka untuk menyelidiki cara di mana CO obligasi
untuk logam, kita harus menghargai struktur elektronik dari molekul
karbon monoksida.
Sebelum membangun sebuah diagram interaksi orbital untuk CO,
kita harus mengambil langkah-langkah berikut:
Zeff (O) > Zeff (C)
Energi dari orbital atom 2s O lebih rendah dibandingkan dengan
orbital atom 2s C;
Tingkat 2p di O berada pada energi yang lebih rendah daripada di C;
Pemisahan energi 2s 2p di O lebih besar daripada di C
Dapat diperkirakan diagram interaksi orbital dengan
mengasumsikan bahwa hanya terjadi tumpang tindih 2s-2s dan 2p-2p, tapi
seperti konsekuensi dari energi orbital atom relatif, sedemikian rupa gambar
adalah terlalu sederhana. Gambar 2.14a memberikan kelebih akuratan
gambar MO struktur elektronik CO diperoleh komputasi, meskipun bahkan
ini terlalu disederhanakan. Gambar 2.14b menggambarkan lebih lengkap
tingkat pencampuran orbital, tetapi untuk diskusi, gambar yang
disederhanakan disajikan pada Gambar 2.14a sudah cukup. Dua hal yang
lebih penting untuk diperhatikan adalah:
Kedudukan tertinggi MO (HOMO) adalah ikatan σ dan memiliki
sebagian besar karakter karbon; pendudukan MO ini secara efektif
menciptakan penunjukan-luar pasangan satu-satunya berpusat pada C.
Penurunan dari sepasang MOs *(2p) membentuk MOs kosong (Lumos)
terendah; masing-masing MO memiliki lebih karakter C dari O.
HOMO = kedudukan orbital molekul tertinggi.
LUMO = orbital molekul kosong terendah.
1.7 Koordinasi
Dalam ilmu kimia, kompleks atau senyawa koordinasi merujuk pada
molekul atau entitas yang terbentuk dari penggabungan ligan dan ion logam.
Dulunya, sebuah kompleks artinya asosiasi reversibel dari molekul, atom,
atau ion melalui ikatan kimia yang lemah. Pengertian ini sekarang telah
berubah. Beberapa kompleks logam terbentuk secara irreversibel, dan
banyak di antara mereka yang memiliki ikatan yang cukup kuat.
Tata nama ion kompleks
Pada dasarnya, dalam menamai sebuah senyawa kompleks:
1. Dalam menamai sebuah ion kompleks, ligan disebutkan sebelum ion
logam
2. Nama-nama ligan dituliskan sesuai urutan alfabetis. (awalan yang
menunjukkan jumlah tidak memengaruhi urutan alfabetis)
Berikan awalan pada ligan-ligan sesuai jumlahnya. Ligan-
ligan monodentat memiliki awalan : di-, tri-, tetra-, penta-,
heksa-, dst. sesuai jumlahnya. Ligan-ligan polidentat diberi
awalan bis-, tris-, tetrakis-, dst.
Ligan anion diakhiri dengan huruf 'o', misalnya sulfat
menjadi sulfato, dan jika anion tersebut memiliki akhiran -
ida, maka akhiran tersebut dihilangkan misalnya sianida
menjadi siano.
Ligan netral diberikan nama umumnya, kecuali amina untuk
NH3, aqua atau aquo untuk H2O, karbonil untuk CO, dan
nitrosil untuk NO
3. Tuliskan nama ion/atom pusat. Jika ion kompleks tersebut
merupakan sebuah anion, nama atom pusat diakhiri dengan -at, dan
menggunakan nama Latinnya. Jika tidak, maka atom pusat
dituliskan dengan nama umumnya dalam bahasa Indonesia. Jika
diperlukan, tulis bilangan oksidasinya dalam angka romawi (atau 0),
dalam tanda kurung.
4. Jika kompleks tersebut merupakan senyawa ion, tuliskan nama
kation sebelum nama anion dipisahkan dengan spasi. Jika kompleks
tersebut merupakan ion bermuatan, tuliskan kata "ion" sebelum
nama kompleks tersebut
Contoh:
[NiCl4]2− → ion tetrakloronikelat(II)
[CuNH3Cl5]3− → ion aminapentaklorokuprat(II)
[Cd(en)2(CN)2] → disianobis(etilendiamin)kadmium(II)
[Co(NH3)5Cl]SO4 → pentaaminaklorokobalt(III) sulfat
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond. 2005. Kimia dasar Konsep – Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1.
Jakarta : Erlangga.
Cotton, F.Albert dan Geoffrey Wilkinson. 2007. Kimia anorganik Dasar. Jakarta
: UI Press.
Effendy. 2006. Teori VSEPR Kepolaran dan Gaya Antar Molekul Edisi ke 2.
Malang: Bayumedia Publishing
Keenan, Charles w, dkk. 1995. Ilmu kimia Untuk Universitas. Edisi kenam Jilid 1.
Jakarta : Erlangga.