Anda di halaman 1dari 24

Nama : Ianatul Khafidlah

Kelas : KB 2017

NIM : 17030234038

Teori orbital molekul (Homonuklir dan Heteronuklir)

1.1 Pengertian Tori Orbital Molekul


Teori orbital molekul dikemukakan oleh Hund dan Mulliken, teori ini
dapat menjelaskan sifat magnetik, spektrum unsur atau senyawa dan kuat
ikatan antara atom-atom dalam molekul unsur atau senyawa. Teori orbital
molekular mengandaikan bahwa apabila dua atom atau lebih bergabung
membentuk suatu spesies, maka spesies ini tidak lagi memiliki sifat orbital
atomik secara individual, melainkan membentuk orbital molekular baru.
Elektron yang terlibat dalam ikatan dipengaruhi secara serentak oleh kedua inti
atom yang bergabung. Pendekatan sederhana menyarankan bahwa hanya
elektron elektron dalam orbital atomik luar saja yang dianggap membentuk
ikatan, sehingga elektron ikatan ini berada dalam orbital molekular sedangkan
elektron elektron dalam orbital dalam masih tetap sebagaimana keadaannya
dalam masing masing atom secara individual.
Menurut pendekatan kombinasi lurus (linear combination), jumlah
orbital molekular yang terbentuk sama dengan jumlah orbital atomik yang
bergabung. Bila dua atom yang bergabung masing masing menyediakan satu
orbital atomik maka dihasilkan dua orbital molekular, salah satu merupakan
kombinasi jumlahan kedua orbital atomik yang saling menguatkan dan lainnya
kombinasi kurangan yang saling meniadakan. Kombinasi jumlahan
menghasilkan orbital molekular ikat (bonding) yang mempunyai energi lebih
rendah, dan kombinasi kurangan menghasilkan orbital molekular antiikat
(antibonding) yang mempunyai energi lebih tinggi. Hal ini bukan berarti bahwa
semua orbital molekular ini harus ditempati oleh elektron, melainkan elektron
mengisi orbital orbital molekular menurut tingkat energinya dari rendah ke
tinggi. Dengan demikian, terdapat perbedaan jumlah elektron dalam orbital
antiikat; numerik perbedaan ini dibagi dengan jumlah atom yang berikatan
disebut derajat ikatan / orde ikatan (bond order) yang dapat dipakai sebagai
petunjuk kekuatan ikatan yang bersangkutan.
Orbital molekular ikat adalah orbital yang rapatan elektron ikat terpusat
mendekat pada daerah antara kedua inti atom yang bergabung, dan dengan
demikian menghasilkan situasi yang lebih stabil. Orbital molekular antiikat
adalah orbital di mana rapatan elektron ikat terpusat menjauhi daerah antaraa
kedua inti atom yang bergabung, dan dengan demikian menghasilakan situasi
yang kurang stabil
Sifat simetri dan energi relatif orbital atom menentukan bagaimana
mereka berinteraksi untuk membentuk orbital molekul. Orbital molekul ini
kemudian diisi dengan elektron tersedia sesuai dengan aturan yang sama yang
digunakan untuk orbital atom, dan energi total elektron dalam orbital molekul
dibandingkan dengan total awal energi elektron dalam orbital atom.
Jika energi total elektron dalam molekul orbital kurang dari dalam orbital
atom, molekul stabil dibandingkan dengan atom; jika tidak, molekul tidak
stabil dan senyawa tidak terbentuk. Kami akan pertama menggambarkan ikatan
(atau kurangnya itu) di sepuluh pertama molekul diatomik homonuclear dan
kemudian memperluas pengobatan untuk heteronuklir molekul diatomik dan
molekul yang memiliki lebih dari dua atom.
Dalam kasus orbital atom, persamaan Schrodinger dapat ia ditulis untuk
elektron dalam molekul. Perkiraan solusi untuk persamaan Schrodinger
molekul ini dapat dibangun dari kombinasi linear orbital atom (LCAO), yang
jumlah dan perbedaan fungsi gelombang atom. Untuk molekul diatomik
seperti H2. seperti fungsi gelombang memiliki bentuk
Ψ = ca Ψa + cb Ψb
dimana Ψ adalah fungsi gelombang molekul, Ψa, dan Ψb adalah fungsi atom
gelombang, dan ca, dan cb adalah koefisien disesuaikan. Koefisien bisa sama
atau tidak sama, positif atau negatif, tergantung pada orbital individu dan
energi mereka. Sebagai jarak antara dua atom menurun, orbital mereka
tumpang tindih, probabilitas signifikan Wilh untuk elektron dari kedua atom
di wilayah tumpang tindih. Akibatnya, orbital molekul bentuk. Elektron dalam
ikatan orbital molekul menempati ruang antara inti, dan gaya elektrostatik
antara elektron dan dua inti positif terus atom bersama-sama.
Tiga kondisi penting untuk tumpang tindih menyebabkan ikatan :
a. Simetri orbital harus sedemikian rupa sehingga daerah dengan tanda
yang sama tumpang tindih Ψ.
b. Energi orbital atom harus sama. Ketika energi berbeda dengan jumlah
yang besar, perubahan energi pada pembentukan orbital molekul kecil
dan pengurangan net energi elektron terlalu kecil untuk ikatan yang
signifikan.
c. Jarak antara atom harus cukup pendek untuk memberikan tumpang
tindih baik dari orbital.
1.2 Molekul Diatomik Homonuklir
Molekul diatomik yang mengandung inti yang sama (homonuclear
diatomic molecul). Molekul diatomik sederhana dimana kedua atom adalah
unsur yang sama, seperti molekul-molekul yang mungkin dibentuk oleh Li2,
Be2, H2, Fe2, O2, dan Ne2.
Tingkat energi orbital molekul ikatan dan orbital molekul antiikatan pada
hidrogen (H2).Setiap atom hanya memiliki satu orbital, yakni orbital 1s, yang
cukup stbil untuk digunakan dalam pengikatanjadi, akan diperiksa cara-cara
yang mungkin dimana kedua orbital 1s, ø1 dan ø2 dapat tumpang tindih apabila
dua atom H saling mendekati.
Hanya terdapat dua kemungkinan seperti digambarkan dalam gambar (b)
dibawah ini. Bila kedua orbital 1s digabung dengan perpindahan positif,
terjadilah interaksi ikatan. Kombinasi pertindihan positif ø1 + ø2 dapat
dipandang sebagai orbital itu sendiri, yang disebut orbital molekul (OM) dan
ditandai Ψb. Indeks b berarti ikatan. Serupa pula pertindihan negatif ø1 -
ø2, membentuk orbital molekul Ψ, dalam mana indeks a menyatakan anti-
ikatan.
Mari dibayangkan dua atom hidrogen saling mendekat sehingga
terbentuk orbital molekul (OM), Ψb. orbital molekul seperti halnya orbital
atom, mengikuti prinsip eksklusi, yang berarti bahwa ia dapat ditempati oleh
tidak lebih dari dua elektron, dan juga bila kedua elektron tersebut memiliki
spin yang berlawanan. Satu dari setiap elektron dari atom H, spinnya
berpasangan dan menempati Ψb, terbentuklah suatu ikatan. Energi sistem akan
turun bila r, yakni jarak anti-inti berkurang re , energi akan mencapai minimum,
dan mulai naik lagi dengan tajam. Pada minimum tersebut gaya tarik akibat
penggunaan bersama elektron tepat mengimbangi gaya-gaya akibat tolakan
antar partikel-partikel yang sama muatannya. Pada jarak lebih pendek, gaya
tolakan naik dengan cepat. Kenaikan yang cepat dalam gaya tolakan pada jarak
dekat inilah yang menyebabkan molekul H2 memiliki energi minimum pada
jarak antar inti tertentu, dan mencegah atom-atom saling menyatu. Energi
minimum ini, relatif terhaddap energi atom-atom yang terpisah sempurna.
Sekarang bila dua atom H saling mendekat sedemikian sehingga
membentuk orbital ikatan,Ψa, dengan elektron menempati orbital tersebut,
energi sistem akan berubah. Energi nya akan terus menerus naik, karea pada
sekalian nilai r, interaksinya berupa tolakan.
Gambar di bawah ini (Gambar a dan b) menunjukkan OM yang dibentuk
dari kombinasi 2 orbital atom 1s dan energi relatif yang akan dimiliki elektron
dalam masing-masing elektron miliki dalam orbital.

Orbital molekul ikatan memiliki energi yang lebih rendah dan kestabilan yang
lebih rendah dibandingkan orbital-orbital atom pembentuknya.
Orbital molekul antiikatan memiliki energi yg lebih tinggi dan kestabilan yang
lebih rendah dibandingkan orbital-orbital atom pembentuknya.
Di dalam OM menunjukkan permukaan dengan kerapatan elektron tetap/konstan
sehingga elektron memiliki kemungkinan untuk berada didalamnya. Sehingga
sebuah elektron dalam sebuah OM seperti dalam gambar akan berada dalam dalam
daerah ikatan. Sebuah elektrondalam orbital ikatan cenderung untuk bersama
dalam inti positif, sehingga mengikatnya bersama secara elektrostatik dan
meningkatkan kestabilan molekul. Meningkatnya kestabilan berhubungan dengan
rendahnya energi, sehingga energi ikatan lebih rendah dibanding energi orbital
atom awal (Gambar b). Sebuah elektron pada antiikatan sebagian besar waktunya
diluar inti.
Elektron di antiikatan cenderung mengurangi kestabilan molekul dengan menarik
inti menjauh. Sebuah elektron antiikatan memiliki energi lebih tinggi dibandingkan
elektron pada orbital awal. Sehingga Elektron ikatan memiliki energi lebih rendah,
sedangkan orbital antiikatan memiliki energi lebih tinggi dibandingkan orbital
awal. Orbital ikatan (Gambar 1)dicirikan dengan menumpuknya kerapatan
elektron diantara inti dan sepanjang ikatan yang menghubungkan inti.
Sebuah orbital yang kerapatan utamanya berada sepanjang inti ini dikenal
sebagai orbital sigma. Orbital ikatan sigma pada Gambar 1 dilambangkan
dengan σ1s(sigma satu s) yang menunjukkan bahwa ikatan yang terbentuk dari
orbital atom 1s. Simboluntuk orbital antiikatan memiliki tanda bintang pada
Gambar 1 ditulis σ*1s (sigma satu bintang) . Sebuah orbital
antiikatan σ* memiliki jumlah kerapatan elektron yang kurang antar inti dan
meningkat sepanjang garis ikatan diluar inti.
Sedangkan daerah titik dari kerapatan elektron nol membagi dua garis
tengah antara atom pusat Mudahnya, kita katakan bahwa
orbita σ1s terbentuk ketika kerapatan elektron mengalir ke daerah diantara inti
dan σ*1s ketika kerapatan elektron berada diluar inti. Mari kita lihat
molekul hidrogen, H2, secara TOM. Molekulnya memiliki 2 elektron, satu
masing-masing darihidrogen. Elektron-elektronnya berada dalam
OM, dan konfigurasi elektron keadaan dasar untuk H2 ditentukan dengan
aturan yang sama untuk atom dengan elektron banyak. Karenaσ1s memiliki
energi OM terendah dan karena setiap OM dapat menampung 2
elektron (PrinsipPauli), maka kedua elektron pada hidrogen ditempatkan pada
orbital ikatan σ1s seperti ditunjukkan dalam diagram pengisian orbital dalam
Gambar 2 berikut ini.

Konfigurasi keadaan dasar ditulis sebagai (σ1s)2 yang berarti dua elektron
menempati OM σ1s. Molekul hidrogen merupakan molekul stabil (i.e. Artinya
molekul ada/nyata), sebab dua elektron berada dalam orbital ikatan dimana
energinya lebih rendah dibandingkan dengan energi dari dua elektron dari
masing-masing hidrogen yaitu sebelum mereka berikatan. Berikut diagram
energi dari H+ , H2, dan H-
Diagran Orbital Molekul untuk Ne2 , F2, O2, C2 dan N2.
Setiap atom neon memiliki 8 elektron ([He] 2s22p2), sehingga total
elektron 16, ke 16 elektron tersebut didistribusikan kedalam orbital molekul,
elektron berpassangan terlebih dahulu mengisi energi orbital yang lebih
rendah, sebelum mengisi orbital yang lebih tinggi. Ne2 akan terbentuk bila
elektron ikatan lebih banyak dari elektron anti ikatan. Molekul F2, setiap atom
F mempunyai konfigurasi 1s22s22p7 . elektron-elektron 1s begitu dekat dengan
inti dan begitu rendah energi nya, hingga mereka tidak memegang peran yang
bermakna dalam pengikatan, hal ini selalu benar mengenai elektron-elektron
kulit dalam. Jadi hanya orbital-orbital 2s dan 2p yang perlu ditinjau. Bagi atom
flour, perbedaan energi antara orbital-orbital 2s dan 2p cukup besar hingga
interaksi orbital 2s pada suatu atom dengan orbital 2pz pada atom lainnya
sangat sedikit, seperti tampak pada gambar (b) dan dapat diabaikan dalam
pendekatan ini. Jadi hanya interaksi-interaksi 2s-2s, 2px-2px, 2py-2py, dan 2pz-
2pz. dalam gambar (b) pasangan-pasangan orbital π dan π*, yang terbentuk oleh
pertindihan orbital px dan py mempunyai energi sama, karena perbedaannya
hanya terletak pada orientasinya mengelilingi sumbu antar inti. Orbital σ yang
terendah σ1 , hanyalah orbitral σs. Begitu pula σ2 adalah σs*, σ3 adalah
σp.Dengan menambahkan dua elektron dalam setiap orbital molekul, dimulai
dengan yang energi nya terendah, diperoleh penempatan seperti gamabar (b).
Baik rumus lewis maupun pendekatan Valensi Bond kasar meberikan semua
elektron pada O2berpasangan. Namun oksigen mempunyai sifat fisik yang udah
diukur yang menyatakan bahwa dalam molekul oksigen terdapat elektron yang
tidak berpasangan. Suatu contoh oksigen sedikit ditarik oleh medan maghnet,
artinya oksigen bersifat paramagnetik. Telah cukup dibuktikan bahwa dalam
molekul zat yang paramagnetik, terdapat elektron tak berpasangan.
Pemecahan teka-teki O2 ini salah satu kasus di mana teori OM terbukti
lebih unggul dibandingkan Vb. Dalam mengisi orbital molekul menurut
naiknya energi. Satu elektron ditaruh dala tiap orbital π* , yang energinya sama,
sebelum salah satu orbital ini diisi lagi dengan elektron yang spin nya
berlawanan (aturan hund). Penerapan prosedur O2 dipaparkan dalam gambar
(c). Elektron tak berpasangan dalam π*2py, dan π*2pz menerangkan sifat
paramagnetiknya O2. Untuk zat diamagnetik seperti H2 ,N2 dan F2 teori MO
menunjukan bahwa semua elektron berpasangan.
Pada C2 orbital-orbital π1 energinya lebih rendah daripada σ3 , namun
betapapun cukup untuk memberikan konfigurasi seperti yang tampak, tanpa
elektron tidak berpasangan dan order ikatan sebesar 2. Sesuai dengan ini
molekul C2 dalam keadaaan dasar adalah diamagnetik, dan mempunyai ikatan
yang jauh lebih pendek dan lebih kuat daripada B2. Namun keadaan tereksitasi
dengan konfigurasi elektron σ12 σ22 π1 3σ3 hanya terletak ~ 10 kJ mol-1 lebih
tinggi dalam energi. Molekul Nitrogen memiliki ikatan paling tinggo 3, ikatan
paling pendek, dan ikatan paling kuat dari molekul manapun dalam deret
tersebut. Order ikatan netto sebesar 3 sesuai dengan pernyataan konvensional
mengenai N2 sebagai molekulo ikatan rangkap 3, :NΞN:
[H2 σg2(1s)]
Ini yang paling sederhana dari molekul diatomik. Deskripsi MO (lihat Gambar 5-
1) menunjukkan σ ikatan tunggal berisi satu pasangan elektron. Spesies ionik H2+,
memiliki orde ikatan 1/2, telah terdeteksi di sistem pembuangan gas tekanan
rendah. Seperti yang diharapkan, itu kurang stabil daripada H2 dan memiliki jarak
ikatan jauh lebih lama (106 pm) dari H2 (74,2 pm).

[He2 σg2 σu*2 (1s)]


Deskripsi orbital molekul dari He2 memprediksi dua elektron dalam orbital ikatan
dan dua elektron dalam orbital anti ikatan, dengan orde ikatan dari nol-dengan kata
lain, tidak ada obligasi. Ini adalah apa yang diamati secara eksperimental. Gas mulia
He tidak memiliki signifikan kecenderungan untuk membentuk molekul diatomik
dan, seperti gas mulia lainnya, ada dalam bentuk atom bebas. He2 telah terdeteksi
hanya dalam tekanan yang sangat rendah dan suhu rendah
balok molekuler. Memiliki energi yang mengikat sangat rendah, 3 sekitar 0.01 J /
mol; untuk perbandingan, H2 memiliki energi ikatan dari 436 kJ / mol.

[Li2 σg2 (2s)]


Seperti ditunjukkan dalam gambar 5-7, model MO memprediksi Li-Li ikatan
tunggal di Li2, dalam perjanjian dengan pengamatan fase gas molekul.

[Be2 σg2 σu*2 (2s)]


Be2 memiliki jumlah yang sama antibonding dan ikatan elektron dan akibatnya
orde ikatan dari nol. Oleh karena itu, seperti He2, Be2 bukan spesies kimia yang
stabil.

B2 [πu1 πu1 (2p)]

B2 adalah paramagnetik. Perilaku ini dapat dijelaskan jika dua elektron energi
tertinggi menempati orbital n terpisah seperti yang ditunjukkan. Lewis dot Model
tidak dapat menjelaskan perilaku paramagnetik dari molekul ini. B2 juga
merupakan contoh yang baik dari pergeseran tingkat energi yang disebabkan oleh
pencampuran dan orbital p. Dengan tidak adanya pencampuran, yang σg (2p) orbital
diperkirakan akan lebih rendah dalam energi dariπu (2p) orbital dan molekul yang
dihasilkan akan diamagnetik.
Namun, pencampuran σg (2s) orbital dengan σg (2p) orbital (lihat Gambar 5-6)
menurunkan energi σg (2s) dan meningkatkan energi σg (2p) orbital ke yang lebih
tinggi tingkat dibandingkan dengan orbital π, memberikan urutan energi
ditunjukkan pada Gambar 5-7. Akibatnya, dua elektron terakhir adalah berpasangan
dalam merosot yang (memiliki energi yang sama) π orbital, dan molekul bersifat
paramagnetik. Secara keseluruhan, orde ikatan adalah 1, meskipun dua π elektron
di orbital yang berbeda.

C2 [πu2 πu2 (2p)]


Gambar MO sederhana C2 memprediksi molekul ganda terikat dengan semua
elektron dipasangkan, tapi dengan kedua orbital molekul tertinggi diduduki
(HOMO) memiliki πsimetri. Hal ini tidak biasa karena memiliki dua π obligasi dan
tidak ada ikatan. Disosiasi ikatan energi B2, C2, dan N2 meningkat terus,
menunjukkan tunggal, ganda, dan ikatan rangkap tiga dengan meningkatnya nomor
atom.

N2 [ πu2 πu2 σg2 (2p)]

N2 memiliki ikatan rangkap tiga baik menurut Lewis dan model orbital molekul.
Hal ini sesuai dengan yang N—N jarak yang sangat pendek (109.8 pm) dan obligasi
sangat tinggi energi disosiasi (942 kJ / mol). Orbital atom penurunan energi dengan
meningkatkan Z muatan inti seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5-7; sebagai
efektif biaya meningkat nuklir, semua orbital ditarik untuk menurunkan energi.
Sebagai hasilnya, σg (2s) dan σg (2p) tingkat N2berinteraksi (mix) kurang dari
B2 dan C2 tingkat, dan σg (2p) dan u (2p) sangat dekat dalam energi.
O2 [σg2 πu2 πu2 πg*1 πg*1 (2p)]

02 adalah paramagnetik. Sama halnya seperti B2, tidak dapat dijelaskan dengan
Lewis dot struktur (: O = O :), tapi terlihat dari gambar MO, yang memberikan dua
elektron untuk orbital πg* yang merosot. Paramagnetisme dapat ditunjukkan oleh
menuangkan cairan O2 antara kutub magnet yang kuat; beberapa O2 akan diadakan
antara tiang wajah sampai menguap.

F2 [σg2 πu2 πu2 πg*2 πg*2 (2p)]


Gambar MO F2 menunjukkan molekul diamagnetik memiliki fluor-fluor tunggal
obligasi, dalam perjanjian dengan data eksperimen pada molekul yang sangat
reaktif ini, Urutan emisi bersih di N2, O2, dan F2 adalah sama, namun urutan orbital
diisi berbeda. Peralihan dari urutan σg (2p) dan πu (2p) orbital dapat terjadi karena
orbital ini begitu dekat dalam energi; perubahan minor baik orbital dapat beralih
pada orde mereka. Perbedaan energi antara 2s dan Orbital 2p dari atom meningkat
dengan meningkatnya muatan inti, dari 5,7 eV dalam boron untuk 27,7 eV di fluor
(rincian dalam Bagian 5-3-1). Karena perbedaan menjadi lebih besar, interaksi sp
menurun dan urutan "normal" orbital molekul kembali dalam O2 dan F2.

Ne2
Semua orbital molekul diisi, ada jumlah yang sama dari ikatan dan anti ikatan
elektron, dan orde ikatan karena itu nol. Molekul Ne2 adalah transien spesies, jika
ada sama sekali. Salah satu kemenangan teori orbital molekul adalah prediksi dari
dua elektron tidak berpasangan untuk O2. Ini telah lama diketahui bahwa oksigen
adalah paramagnetik, tapi sebelumnya teori ikatan diperlukan penggunaan khusus
"ikatan tiga elektron" 1 ° untuk menjelaskan hal ini fenomena. Di sisi lain, deskripsi
orbital molekul memberikan untuk berpasangan elektron langsung.

Dalam kasus-kasus lainnya yang dijelaskan sebelumnya, fakta-fakta eksperimental


(paramagnetik B2, C2 diamagnetik) memerlukan pergeseran energi orbital,
meningkatkan σg atas πu, tapi mereka tidak memerlukan penambahan jenis yang
berbeda dari orbital atau ikatan. Setelah orde telah ditentukan secara eksperimental,
perhitungan molekul dapat diuji terhadap hasil eksperimen untuk melengkapi
gambar.
1.3 Orbital Mixing
Sejauh ini, kami telah dianggap terutama interaksi
antara orbital energi yang identik. Namun,orbital dengan serupa, tetapi
tidak sama, energi berinteraksi jika mereka memiliki tepatsimetri. Kami akan
menjelaskan dua pendekatan untuk menganalisis interaksi ini, di manaorbital
molekul berinteraksi dan satu di mana orbital atom berinteraksi langsung. Ketika
duaorbital molekul dari simetri yang sama memiliki energi yang sama, mereka
berinteraksi untuk menurunkan energi orbital yang lebih
rendah dan meningkatkan energi yang lebih
tinggi.Berikut contoh, di diatomics homonuclear, σg (2s) dan σg (2p) orbital kedua
nya memiliki σgsimetri (simetris rotasi tak terbatas dan invcrsion); orbital ini
berinteraksi untuk menurunkanenergi dari σg (2s) dan untuk meningkatkan energi
dari σg (2p), seperti yang ditunjukkan pada gambar 5-6 (b).

Demikian pula, σu*(2s) dan σu* (2p) orbital berinteraksi untuk menurunkan
energi dari itu,σu* (2s) dan untuk meningkatkan energi σu* (2p). Fenomena ini
disebut pencampuran. Pencampuran membutuhkan memperhitungkan bahwa
orbital molekul dengan energi setara berinteraksi jika mereka memiliki tepat
simetri, faktor yang telah diabaikan dalam Gambar 5-5. Ketika dua orbital molekul
campuran simetri yang sama, satu dengan energi yang lebih tinggi bergerak masih
lebih tinggi dan satu dengan energi yang lebih rendah bergerak lebih rendah dalam
energi.Atau, kita dapat mempertimbangkan bahwa empat orbital
molekul (Mos)hasil dari menggabungkan empat orbital atom (dua 2s dan
dua 2PJ yang memiliki energi yang sama. Akan menghasilkan orbital molekul
yang memiliki bentuk umum berikut(dimana a danb mengidentifikasi dua atom):

Untuk molekul homonuclear, c1=c2 dan c3 = c4 di masing-masing


empat MOs. MO energi terendah memiliki nilai yang lebih besar dari c1 dan c2,
yang tertinggi memiliki nilai yang lebih besar dari
c3dan c4, dan dua MOs menengah memiliki nilai menengah untuk semua
empat koefisien. Simetri dari keempat orbital adalah sama dengan yang tanpa
pencampuran,tetapi bentuk mereka agak berubah dengan
memiliki campuran s dan p karakter. Selain itu,energi adalah bergeser, lebih
tinggi selama dua atas dan bawah untuk dua orbital energi yang lebih rendah.
Seperti yang akan kita lihat, sp pencampuran dapat memiliki pengaruh
penting pada energidari molekul orbital. Misalnya, di bagian awal dari periode
kedua ((Li2 keN2),yang σg orbitalterbentuk dari orbital 2p lebih tinggi pada energi
daripada πu, orbital terbentuk dari orbital 2plainnya. Ini adalah
perintah terbalik dari yang diharapkan tanpa pencampuran (Gambar 5-
6).Untuk B2 dan C2, ini mempengaruhi sifat magnetik molekul. Selain
itu, pencampuranmengubah sifat ikatan-antibonding dari beberapa orbital.
Orbital dengan energi menengahmungkin memiliki baik sedikit ikatan atau
sedikit antibonding karakter dan berkontribusi dengan cara kecil
untuk ikatan, namun dalam beberapa
kasus mungkin dianggap orbitaldasarnya nonbonding karena kontribusi mereka
yang kecil dan energi menengah. Setiaporbital harus dipertimbangkan secara
terpisah atas dasar energi dan distribusi elektron yang sebenarnya.

1.4 PANJANG IKATAN MOLEKUL DIATOMIK HOMONUKLIR


Gambar 5-8 menunjukkan variasi jarak ikatan dengan jumlah
elektron valensi di periode kedua blok p molekul diatomik homonuklir. Karena
jumlah elektron meningkat,nomor di orbital ikatan juga meningkat, kekuatan
ikatan menjadi lebih besar, dan panjang ikatan menjadi lebih pendek. Hal
ini berlanjut hingga 10 elektron valensi di N2 dan kemudiantrend berbalik karena
elektron tambahan menempati orbital antibonding. Ion-ion N2+, O2+, O2-, dan
O22- ditampilkan dalam gambar dan mengikuti tren yang sama.
Spektrum (sekitar 3 eV antara pertama dan
ketiga puncak utama di N2, sekitar 6 eV untuksesuai perbedaan 02), dan beberapa
perhitungan teoritis tidak setuju tentang
urutan orbital ditempati tertinggi. Sebuah paper12 terakhir
dibandingkan berbedametode perhitungan dan menunjukkan bahwa urutan yang
berbeda dari tingkat energihanyalah konsekuensi dari metode perhitungan yang
digunakan; metode yang disukai olehpenulis setuju dengan hasil
eksperimen, dengan σg atas πu. Spektrum fotoelektronmenunjukkan πu lebih
rendah (Gambar 5-10). Selain energi
ionisasi orbital, spektrum menunjukkan interaksi elektronik
energi dengan energi getaran molekul. Karena tingkat energi vibrasi
lebih dekat dalam energi dari tingkat elektronik, setiap koleksi molekul memiliki
energidistribusi melalui berbagai tingkatan getaran yang berbeda. Karena
itu, transisi antara tingkatelektronik juga mencakup transisi antara
tingkat getaran yang berbeda, mengakibatkanbeberapa puncak untuk transisi elekt
ronik tunggal. Orbital yangsangat terlibat dalam ikatanmemiliki struktur
halus vibrasi (beberapa puncak);orbital yang kurang terlibat dalam ikatanhanya
memiliki puncak beberapa individu pada
setiap energi level. N2 spektrum menunjukkan bahwa πu orbital lebih
terlibat dalam ikatan dari baik orbital σ.
1.5 Orbital Molekul Heteronuklir
Pada bagian ini, kembali ke teori MO dan menerapkannya dalam
heteronuklir molekul diatomik. Dalam setiap interaksi orbital untuk
homonuclear diatomics, MO yang dihasilkan mengandung kontribusi yang
sama dari masing-masing atom orbital yang terlibat. Hal ini diwakili dalam MO
ikatan di H2 oleh fakta bahwa masing-masing fungsi
gelombang Ψ1 danΨ2 berkontribusi sama untuk Ψ MO, dan representasi dari MO
di H2 menggambarkan orbital simetris. Sekarang akan dibahas perwakilan contoh
diatomics di mana MO nya mungkin berisi kontribusi orbital yang berbeda atom,
skenario yang khas untuk diatomics heteronuklir.
Pertama, harus mempertimbangkan kemungkinan pembatasan ketika
dihadapkan dengan kemungkinan menggabungkan berbagai jenis orbital atom.
1.6 Interaksi Orbital Yang Harus Dipertimbangkan
Terdapat beberapa umum persyaratan yang harus dipenuhi untuk interaksi
orbital untuk berlangsung secara efisien. Dinyatakan bahwa interaksi orbital yang
diizinkan jika simetri orbital atom kompatibel dengan satu sama lain. Dalam
pendekatan untuk ikatan dalam diatomik, membuat asumsi bahwa hanya interaksi
antara seperti orbital atom, misalnya 2s-2s, 2pz-2pz, perlu dipertimbangkan.
Interaksi tersebut adalah diperbolehkan simetri dan di samping itu, dalam
homonuclear diatomik sebuah energi dari seperti orbital atom pada dua atom persis
cocok.
Dalam diatomik heteronuklir, sering dihadapi dua atom yang memiliki set
dasar yang berbeda dari orbital atom, atau memiliki set orbital atom yang sama
berbaring pada energi yang berbeda. Sebagai contoh, CO, meskipun keduanya C
dan O memiliki 2s valensi dan 2p orbital atom, muatan inti efektif yang lebih besar
dari O berarti bahwa orbital atomnya terletak pada energi lebih rendah
dibandingkan dari C. Sebelum melihat lebih dekat pada beberapa contoh dari
diatomics heteronuklir, secara singkat mempertimbangkan beberapa interaksi
orbital simetri yang diperbolehkan dan dilarang. Hal ini Penting untuk diingat
bahwa melihat simetri property ini terhadap sumbu internuclear.
Seperti interaksi antara orthogonal p orbital atom (Gambar 2.11a) akan
memberikan integral tumpang tindih nol. Demikian pula, untuk inti berbaring di
sumbu z, interaksi antara px dan pz, atau py dan pz, orbital memberikan tumpang
tindih nol. Interaksi antara s dan sebuah atom orbital p dapat terjadi tergantung
pada orientasi orbital p. Pada Gambar 2.11b, tumpang tindih akan sebagian ikatan
dan sebagian antibonding dan efek bersihnya adalah interaksi non-ikatan. Di sisi
lain, Gambar 2.11c menunjukkan interaksi s-p yang diperbolehkan oleh simetri.
Apakah atau tidak ini menyebabkan tumpang tindih efektif tergantung pada energi
relatif dari kedua orbital atom. Ini diilustrasikan pada Gambar 2.12 untuk XY
diatomik.
Interaksi antara ΨX dan ΨY akan simetri-diperbolehkan; yang energi
orbital tidak sama tetapi cukup dekat yang tumpang tindih antara orbital efisien.
Interaksi orbital diagram menunjukkan bahwa energi dari ikatan MO lebih dekat
dengan E(Ψy) daripada E(Ψx) dan konsekuensi dari ini adalah bahwa Y memiliki
orbital ikatan lebih besar dari karakter X. Hal ini dinyatakan dalam persamaan 2.16
dimana c2 > c1. Untuk MO antibonding, situasinya terbalik, dan Ψxmemberikan
kontribusi lebih dari ΨY; dalam persamaan 2.17, c3 > c4.
ΨMO = N[(c1 x Ψx) + (c2 + Ψy )] (2.16)
Ψ*MO = N[(c3 x Ψx) + (c4 + Ψy )] (2.17)
Pemisahan energi ΔE pada Gambar 2.12 sangat penting. Jika besar, interaksi
antara ΨX danΨY akan menjadi tidak efisien (integral tumpang tindih sangat kecil).
Dalam kasus ekstrim, tidak ada interaksi sama sekali dan baik ΨX dan ΨY muncul
dalam molekul XY sebagai gentar orbital atom non-ikatan. Berikut ini contoh
heteronuklir.
a. Hidrogen Fluorida
Konfigurasi keadaan dasar dari H dan F adalah masing-masing
1s1 dan [He] 2s22p5. Sejak Zeff (F) > Zeff (H), energi orbital atom
F 2s dan 2p diturunkan secara signifikan sehubungan dengan atom orbital
H 1s (Gambar 2.13).
Sekarang harus mempertimbangkan mana interaksi orbital atom
yang diperbolehkan simetri-dan kemudian bertanya apakah orbital atom
adalah energy-cocok yang cukup baik. Pertama, mendefinisikan sumbu
yang ditetapkan untuk orbital; biarkan inti terletak pada sumbu z. Tumpang
tindih antara 1s H dan 2s F orbital adalah diperbolehkan simetri, tetapi
pemisahan energi sangat besar (perhatikan putusnya sumbu energi pada
Gambar 2.13).
Tumpang tindih antara orbital atom 1s H dan 2pz F adalah juga
simetri-diperbolehkan dan ada energy orbital yang masuk akal. Seperti
Gambar 2.13 menunjukkan, interaksi terjadi mengarah ke σ dan σ* MO
nya; orbital σ memiliki karakter F lebih besar dari H. Perhatikan bahwa,
karena HF adalah non-centrosymmetric, label simetri orbital untuk HF yang
tidak melibatkan label g dan u. Kedua atom orbital 2px dan 2py F menjadi
orbital non-ikatan di HF karena tidak ada net interaksi ikatan dengan atom
orbital 1s H adalah mungkin. Setelah diagram interaksi orbital telah
dibangun, delapan elektron valensi ditampung seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 2.13, memberikan orde ikatan dari 1 di HF. Gambar MO dari
HF menunjukkan bahwa kerapatan elektron lebih besar antara inti F dari H;
model konsisten dengan kutub Hδ+ -Fδ- .

b. Karbon Monoksida
Dalam rangka untuk menyelidiki cara di mana CO obligasi
untuk logam, kita harus menghargai struktur elektronik dari molekul
karbon monoksida.
Sebelum membangun sebuah diagram interaksi orbital untuk CO,
kita harus mengambil langkah-langkah berikut:
 Zeff (O) > Zeff (C)
 Energi dari orbital atom 2s O lebih rendah dibandingkan dengan
orbital atom 2s C;
 Tingkat 2p di O berada pada energi yang lebih rendah daripada di C;
 Pemisahan energi 2s 2p di O lebih besar daripada di C
Dapat diperkirakan diagram interaksi orbital dengan
mengasumsikan bahwa hanya terjadi tumpang tindih 2s-2s dan 2p-2p, tapi
seperti konsekuensi dari energi orbital atom relatif, sedemikian rupa gambar
adalah terlalu sederhana. Gambar 2.14a memberikan kelebih akuratan
gambar MO struktur elektronik CO diperoleh komputasi, meskipun bahkan
ini terlalu disederhanakan. Gambar 2.14b menggambarkan lebih lengkap
tingkat pencampuran orbital, tetapi untuk diskusi, gambar yang
disederhanakan disajikan pada Gambar 2.14a sudah cukup. Dua hal yang
lebih penting untuk diperhatikan adalah:
 Kedudukan tertinggi MO (HOMO) adalah ikatan σ dan memiliki
sebagian besar karakter karbon; pendudukan MO ini secara efektif
menciptakan penunjukan-luar pasangan satu-satunya berpusat pada C.
 Penurunan dari sepasang MOs *(2p) membentuk MOs kosong (Lumos)
terendah; masing-masing MO memiliki lebih karakter C dari O.
HOMO = kedudukan orbital molekul tertinggi.
LUMO = orbital molekul kosong terendah.
1.7 Koordinasi
Dalam ilmu kimia, kompleks atau senyawa koordinasi merujuk pada
molekul atau entitas yang terbentuk dari penggabungan ligan dan ion logam.
Dulunya, sebuah kompleks artinya asosiasi reversibel dari molekul, atom,
atau ion melalui ikatan kimia yang lemah. Pengertian ini sekarang telah
berubah. Beberapa kompleks logam terbentuk secara irreversibel, dan
banyak di antara mereka yang memiliki ikatan yang cukup kuat.
Tata nama ion kompleks
Pada dasarnya, dalam menamai sebuah senyawa kompleks:
1. Dalam menamai sebuah ion kompleks, ligan disebutkan sebelum ion
logam
2. Nama-nama ligan dituliskan sesuai urutan alfabetis. (awalan yang
menunjukkan jumlah tidak memengaruhi urutan alfabetis)
 Berikan awalan pada ligan-ligan sesuai jumlahnya. Ligan-
ligan monodentat memiliki awalan : di-, tri-, tetra-, penta-,
heksa-, dst. sesuai jumlahnya. Ligan-ligan polidentat diberi
awalan bis-, tris-, tetrakis-, dst.
 Ligan anion diakhiri dengan huruf 'o', misalnya sulfat
menjadi sulfato, dan jika anion tersebut memiliki akhiran -
ida, maka akhiran tersebut dihilangkan misalnya sianida
menjadi siano.
 Ligan netral diberikan nama umumnya, kecuali amina untuk
NH3, aqua atau aquo untuk H2O, karbonil untuk CO, dan
nitrosil untuk NO
3. Tuliskan nama ion/atom pusat. Jika ion kompleks tersebut
merupakan sebuah anion, nama atom pusat diakhiri dengan -at, dan
menggunakan nama Latinnya. Jika tidak, maka atom pusat
dituliskan dengan nama umumnya dalam bahasa Indonesia. Jika
diperlukan, tulis bilangan oksidasinya dalam angka romawi (atau 0),
dalam tanda kurung.
4. Jika kompleks tersebut merupakan senyawa ion, tuliskan nama
kation sebelum nama anion dipisahkan dengan spasi. Jika kompleks
tersebut merupakan ion bermuatan, tuliskan kata "ion" sebelum
nama kompleks tersebut
Contoh:
[NiCl4]2− → ion tetrakloronikelat(II)
[CuNH3Cl5]3− → ion aminapentaklorokuprat(II)
[Cd(en)2(CN)2] → disianobis(etilendiamin)kadmium(II)
[Co(NH3)5Cl]SO4 → pentaaminaklorokobalt(III) sulfat
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2005. Kimia dasar Konsep – Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1.
Jakarta : Erlangga.
Cotton, F.Albert dan Geoffrey Wilkinson. 2007. Kimia anorganik Dasar. Jakarta
: UI Press.
Effendy. 2006. Teori VSEPR Kepolaran dan Gaya Antar Molekul Edisi ke 2.
Malang: Bayumedia Publishing

Housecroft, Catherine E, dan Alan G. Sharpe. 2008. Inorganic Chemistry. Inggris


: Pearson Education Limited.

Keenan, Charles w, dkk. 1995. Ilmu kimia Untuk Universitas. Edisi kenam Jilid 1.
Jakarta : Erlangga.

Miessler, Gary. L dan Donald A. Tarr. .Inorganic Chemistry. Minnesota : St.


Olaf College Northfield.

Anda mungkin juga menyukai