Anda di halaman 1dari 25

BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI LAPORAN KASUS

JANUARI 2020
FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

KISTA BARTOLINI

Oleh :

Khaula Sugira

10542049213

Pembimbing :

dr. Syarif Hidayat, Sp.OG

(Dibawakan dalam rangka tugas kepaniteraan klinik bagian Obstetri dan

Ginekologi)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Khaula Sugira, S.Ked.

NIM : 10542049213

Judul Laporan Kasus : Tenosinovitis

Telah menyelesaikan tugas Laporan kasus dalam rangka kepaniteraan

klinik pada bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Makassar, Januari 2020

Pembimbing

dr. Syarif Hidayat, Sp.OG


KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulisan Laporan kasus ini dapat
diselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda
Besar Nabi Muhammad SAW.

Laporan kasus berjudul “Kista Bartolini” ini dapat terselesaikan dengan


baik dan tepat pada waktunya, sebagai salah satu syarat untuk dalam
menyelesaikan Kepanitraan Klinik di Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi.
Secara khusus penulis sampaikan rasa terima kasih dengan hormat kepada dr.
Syarif Hidayat, Sp.OG selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu
dengan tekun dan sabar dalam membimbing, memberikan arahan dan koreksi
selama proses penyusunan tugas ini hingga selesai.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Laporan kasus ini belum sempurna.


Akhir kata, penulis berharap agar laporan kasus ini dapat memberi manfaat
kepada semua orang.

Makassar, Januari 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

Organ kelamin wanita terdiri atas organ genitalia interna dan genitalia
eksterna. Kedua bagian besar organ ini sering mengalami gangguan, salah satunya
adalah infeksi, infeksi dapat mengenai organ genitalia interna maupun eksterna
dengan berbagai macam manifestasi dan akibatnya. Tidak terkecuali pada
glandula vestibularis mayor atau dikenal dengan kelenjar Bartholini. Kelenjar
Bartholini merupakan kelenjar yang terdapat pada bagian bawah introitus vagina.
Jika kelenjar ini mengalami infeksi yang berlangsung lama dapat menyebabkan
terjadinya kista Bartholini, kista Bartholini adalah salah satu tumor jinak pada
vulva. Kista Bartholini merupakan kista yang terbentuk akibat adanya sumbatan
pada duktus kelenjar Bartholini yang menyebabkan retensi dan dilatasi kistik.
Dimana isi didalam kista ini dapat berupa nanah yang dapat keluar melalui duktus
atau bila tersumbat dapat mengumpul didalam menjadi abses.1
Kista Bartholini ini merupakan masalah bagi wanita usia subur,
kebanyakan kasus terjadi pada usia 20 sampai 30 tahun. Kista Bartholini bisa
tumbuh dari ukuran seperti kacang polong menjadi besar dengan ukuran seperti
telur. Kista Bartholini tidak menular secara seksual, meskipun penyakit menular
seksual seperti gonorea adalah penyebab paling umum terjadinya infeksi pada
kelenjar Bartholini yang berujung pada terbentuknya kista dan abses.2
BAB II

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. M
Umur : 33 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Inspeksi Kanal

Suku/bangsa : Makassar

Pekerjaan : pedagang

Status pernikahan : Menikah

Status Berobat : Rawat Inap

Ruangan : Cempaka

Tanggal Masuk : 22 januari 2020

No. RM : 66 38 10

II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan 22 Januari 2020 di RS Pelaonia secara
autoanamesis.
a. Keluhan Utama : benjolan pada bibir kemaluan sebelah kanan.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RS Pelamonia dengan keluhan benjolan di bibir
kemaluan sebelah kanan. Benjolan diketahui pertama kali sejak 5 hari
yang lalu. Awalnya benjolan tersebut kecil dan tidak nyeri. Semakin hari
benjolan bertambah besar. Nyeri yang dirasakan juga semakin bertambah
Pasien juga mengeluh keluar nanah dan darah di kemaluan sebelah
kanan. Pasien juga mengeluhkan keluar keputihan berwarna bening,
banyak dan berbau amis. Untuk BAB dan BAK tidak ada keluhan, pasien
tidak merasakan demam. Pasien juga mengeluhkan penurunan berat
badan.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
 Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya
 Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal.
 Riwayat asma : disangkal.
 Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal.
 Riwayat kencing manis : disangkal.
 Riwayat konsumsi alkohol dan rokok : disangkal.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
 Riwayat asma : disangkal.
 Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal.
 Riwayat kencing manis : disangkal.
e. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien sudah 2 kali menikah. Menikah dengan suami pertama pada tahun
2005 dan bercerai pada tahun 2009 dan memiliki seorang anak. Sedangkan
suami kedua pada tahun 2012 dan memiliki 2 orang anak. Suami kedua
pasien sudah pernah menikah sebelumnya. Menurut pengakuan pasien
suaminya adalah pengguna nar
koba dan berganti-ganti pasangan. Pasien bekerja sebagai pedagang dan
tinggal di kos.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal tanggal 22 Januari 2020
 Keadaan umum : baik.
 Kesadaran : compos mentis
 Vital sign
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit isi dan tegangan cukup
Respiratory rate : 20 x/menit
Suhu : 36˚C
 Status gizi : Kesan gizi kurang
a. Status Internus
Kepala : Mesocephal.
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), ikterik (-)
Hidung : Deviasi (-), secret (-)
Telinga : Nyeri tarik (-), nyeri tekan (-)
Mulut : Bibir sianosis (-), faring hiperemis (-)
Leher : deviasi (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)
Torak :
- Cor :
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS IV linea midclavicularis
sinistra, nyeri tekan (-).
Perkusi : konfigurasi jantung dalam batas normal.
Auskultasi : normal, tidak ada suara tambahan.
- Pulmo :
Inspeksi : statis, dinamis, retraksi (-).
Palpasi : stem fremitus kanan = kiri.
Perkusi : sonor seluruh lapang paru.
Auskultasi : suara dasar vesikuler +/+, suara tambahan -/-.

Abdomen : Tampak datar, simetris.


Ekstremitas
Superior : akral dingin (-/-), udem kedua tangan (-/-)
Inferior : akral dingin (-/-), udem kedua kaki (-/-)
b. Pemeriksaan ginekologi
 Pemeriksaan genitalia eksterna :
Inspeksi : massa (+) di labia mayor dextra, diameter 2 cm, batas
tegas, hiperemis (+), pus (+), darah (-).
Palpasi : nyeri tekan (+), konsistensi kenyal
 Pemeriksaan genitalia interna : tidak dilakukan pemeriksaan.
IV. RESUME
Pasien, wanita 33 tahun datang ke RS Pelamonia dengan keluhan
benjolan di labia mayor dextra.

Dari anamnesis didapatkan, keluhan sudah dirasakan sekitar 5 bulan


lalu dan memberat 5 hari yang lalu disertai nyeri. Benjolan awalnya kecil
dan tidak nyeri semakin hari semakin membesar dan 5 hari lalu pasien
mulai merasakan nyeri. Pasien juga mengeluh keluar nanah dari kemaluan
sebelah kanan dan pasien juga mengeluh keluar nanah dari kemaluan
Pasien juga mengeluhkan keluar cairan keputihan dari kemaluan, berbau
amis dari jalan lahirnya. Pasien belum pernah mengalami keluhan yang
sama.

Dari pemeriksaan fisik, didapatkan kesadaran kompos mentis.


Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80 kali/menit, regular, isi dan tegangan
cukup. Frekuensi nafas 20 kali/menit, suhu 36°C.

Pada pemeriksaan genetalia eksterna didapatkan : Inspeksi : massa (+) di


labia mayor dextra, diameter 2 cm, batas tegas, hiperemis (+), pus (+),
darah (-). Palpasi: nyeri tekan (+), konsistensi kenyal kesan berisi cairan.
Pemeriksaan genitalia interna : tidak dilakukan pemeriksaan.

V. DIAGNOSIS
Kista bartholini.

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Laboratorium tanggal 22 Januari 2020
 Darah rutin
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 10.8 11.7-15.5
Lekosit 4.41 4.4-11.3
Eritrosit 4.76 3.8-5.2
Hematokrit 33.0 35.0 – 47.0
Trombosit 424 150-450
MCV 69.3 84-96
MCH 22.7 26.5-33.5
RDW 15.2 11,5-14,5
MPV 8.3 7-11
Limfosit 1.09 1-3.7
Monosit 0.32 0.00-0.70
Limfosit % 24.7 25-40
Monosit % 7.34 2-8

 Sero-imun (serum/B)
HBsAg Non reaktif (-) Non reaktif (-)
Anti-HIV Non reaktif (-) Non reaktif (-)

VII. PENATALAKSANAAN
a. Non Medikamentosa
 Menjaga kebersihan area kewanitaan.
 Tirah baring
b. Medikamentosa
Metronidazole 3 x 1
Paracetamol 2x 1
Kotrimoxazole 2 x 1
c. Rencana Operasi

VIII. EDUKASI
a. Pasien diberitahu mengenai penyakitnya dan penyebab dari penyakitnya
tersebut.
b. Pasien diedukasi tentang pentingnya menjaga kebersihan di daerah
kewanitaannya.
c. Pasien diberitahu tentang tindakan operasi yang akan dilakukan dan
persiapan-persiapan sebelum operasi.
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI

Kista adalah kantung yang berisi cairan atau bahan semisolid yang

terbentuk di bawah kulit atau di suatu tempat di dalam tubuh. Kista kelenjar

bartolin terjadi ketika kelenjar ini tersumbat karena berbagai alasan, seperti

infeksi, peradangan atau iritasi jangka panjang.3 Apabila saluran kelenjar ini

mengalami infeksi maka saluran kelenjar ini akan melekat satu sama lain dan

menyebabkan timbulnya sumbatan. Cairan yang dihasilkan kelenjar ini

kemudian terakumulasi, menyebabkan kelenjar membengkak dan membentuk

suatu kista.4

2. ANATOMI

Glandula Bartholini terletak pada kedua sisi kiri dan kanan bawah,

fossa navikulare, dengan ukuran diameter lebih kurang 1 cm, terletak di

bawah otot konstriktor kunni dan mempunyai saluran kecil panjang 1,5 – 2

cm yang bermuara di vulva pada saat koitus kelenjar Bartholini mengeluarkan

getah lendir.5
3. ETIOLOGI

Peradangan mendadak glandula Bartholini biasanya disebabkan oleh

infeksi gonokokkus, dapat pula oleh bakteri lain yang paling dominan

berkaitan dengan penyakit hubungan seksual adalah karena Neisseria

Gonorrhoeae yang menimbulkan abses.6 Pembentukan kista disebabkan oleh

oklusi orifisum duktus pada vestibulum sehingga menimbulkan

pembengkakan kista pada salah satu atau sisi lain pada bagian dalam posterior

dan labia mayora. Kadang-kadang obstruksi saluran juga dapat terjadi karena

penyebab lain, seperti stenosis traumatik atau kongenital atau akibat lapisan

hiperplasia.7

4. PATOFISIOLOGI

Kista Bartholin terbentuk ketika ostium dari duktus tersumbat,

sehingga menyebabkan distensi dari kelenjar dan tuba yang berisi cairan.

Sumbatan ini biasanya merupakan akibat sekunder dari peradangan

nonspesifik atau trauma. Kista bartholin dengan diameter 1-3 cms seringkali

asimptomatik. Sedangkan kista yang berukuran lebih besar, kadang

menyebabkan nyeri dan dispareunia. Abses Bartholin merupakan akibat dari

infeksi primer dari kelenjar, atau kista yang terinfeksi. Kista yang ada

kalanya ganda, dapat timbul di daerah sub klitoris atau periuretra atau di

daerah kelenjar Bartholini vulva pada wanita segala umur. Lebih sering kista

timbul sebagai kelainan tunggal yang umumnya berkaitan dengan kelenjar

Bartholini. Kista yang timbul dalam kelenjar Bartholini atau saluran ekskresi,

diameternya dapat sampai 5 cm dan sering sebagai akibat obstruksi salah satu
saluran ekskresi utama, sehingga mengakibatkan penimbunan sekret musin

yang progresif. Kista yang demikian dilapisi oleh epitel transisional atau

epitel kubus dari saluran, tetapi dapat berubah sangat pipih atau hampir hilang

karena tekanan intrakista. Selain menyebabkan rasa sakit setempat dan

perasaan tidak nyaman, kista ini mudah mengalami infeksi sekunder dan

mudah menjadi suatu abses Bartholini. Kista-kista di tempat lain diduga

timbul dari sisa embrional, pada umumnya kecil (berdiameter 1 s/d 2 cm) dan

dilapisi oleh epitel silindris atau kubus musinosa atau epitel bersilia yang ada

kalanya mengalami perubahan metaplasi menjadi epitel skuamosa. Karena

tidak berhubungan dengan vestibulum vulva, kista-kista ini jarang terinfeksi.8

5. GEJALA

Kista Bartholini biasanya kecil, antara ukuran ibu jari dan bola

pimpong, tidak terasa nyeri dan tidak mengganggu koitus, bahkan kadang-

kadang tidak disadari oleh penderita. Tetapi ada pula yang sebesar telur

ayam.5 Biasanya, dokter dapat meraba kelenjar yang membesar di sepertiga

posterior labium mayor dimana kelenjar biasanya menonjol ke medial ke arah

introitus vagina. Fluktuasi yang tidak nyeri biasanya menandai kelenjar

berubah menjadi kista yang tidak terinfeksi.7 Rasa nyeri yang berat sebagai

keluhan utama biasanya mengganggu duduk dan berjalan, daerah kelenjar

Bartholini membengkak dan nyeri tekan, edema reaktif dapat meluas dan

mengenai bagian kulit vulva sehingga sisi seluruh labium terkena. Massa

terasa panas, edema, eritema, dan indurasi.9

6. DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik,

manifestasi klinik dari kista Bartholini termasuk nyeri, tenderness,

dispareunia. Jaringan sekitar mengalami inflamasi dan edema. Pada

pemeriksaan fisik, introitus vagina biasanya berubah dengan tampak adanya

fluktuasi massa pada pemeriksaan palpasi. Jarang sekali gejala sistemik dan

tanda-tanda infeksi dilaporkan.10 Jika kista Bartholini tidak terinfeksi,

mungkin hanya akan terasa benjolan di daerah vulva, dengan kemerahan atau

bengkak. Ukuran kista dapat bervariasi mulai dari 0,25 inci hingga 1 inci.

Kista mungkin dapat ditemukan secara tidak sengaja pada pemeriksaan. Jika

kista terinfeksi, hal itu mungkin akan menyebabkan kesakitan yang lebih.

Kista yang terinfeksi membentuk suatu abses. Kelenjar mungkin terinfeksi

jika pasien berada dalam kesakitan yang ekstrim bahkan kesulitan berjalan

atau duduk.11

7. DIAGNOSA BANDING

Bila seorang wanita datang dengan keluhan terabanya benjolan pada daerah

kemaluannya terutama bagian introitus vagina, maka kemungkinan dapat kita

pertimbangkan adanya :

 Abses glandula Bartholini


Keluhan pasien pada umumnya adalah demam, malaise, benjolan, nyeri, dan

dispareunia. Penyakit ini bisa menjadi ringan sampai sering terjadi rekurens. Bengkak

pada mula infeksi abses Bartholini cepat membesar dalam jangka waktu beberapa jam

hingga beberapa hari. Pada abses Bartholini kelenjar merah, nyeri,dan lebih panas

dari daerah sekitarnya. Isinya cepat menjadi nanah yang dapat keluar melalui

duktusnya, atau jika duktusnya tersumbat, mengumpul di dalamnya dan menjadi

abses yang kadang-kadang dapat menjadi sebesar telur bebek. Adapun jika kista

terinfeksi maka dapat berkembang menjadi abses Bartholini dengan gejala klinik

berupa :

1. Umumnya tidak disertai demam, kecuali jika terinfeksi dengan

mikroorganisme yang ditularkan melalui hubungan seksual atau ditandai

dengan adanya perabaan kelenjar limfe pada inguinal.

2. Pembengkakan area vulva selama 2-4 hari.

3. Biasanya ada sekret di vagina, kira-kira 4 sampai 5 hari pasca pembengkakan,

terutama jika infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang ditularkan melalui

hubungan seksual.

4. Dapat terjadi ruptur spontan.

5. Teraba massa unilateral pada labia mayor sebesar telur ayam, lembut, dan

berfluktuasi, atau terkadang tegang dan keras.


Indurasi biasa terjadi pada sekitar kelenjar, dan aktivitas seperti berjalan, duduk atau

melakukan hubungan seksual bisa menyebabkan rasa nyeri pada vulva. Kista duktus

Bartholini dan abses glandular harus dibedakan dari massa vulva lainnya. Karena

kelenjar Bartholini biasanya mengecil saat menopause, pertumbuhan vulva pada

wanita postmenopause harus dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya keganasan,

khususnya jika massa irregular, nodular dan indurasi persisten.

 Bartholinitis

 Ca glandula Bartholini (berupa adenokarsinoma maupun karsinoma sel

skuamosa)

 Hidradenoma Papilaris

 Kista pilosebasea

 Lipoma

8. PENATALAKSANAAN

1. Konservatif

Sejumlah tindakan konservatif dapat dilakukan untuk membantu

meringankan secara sementara rasa nyeri yang berat sehubungan dengan

infeksi kelenjar atau saluran Bartholini. Misalnya, anjurkan pasien untuk

mencuci vulva engan air hangat beberapa kali sehari. Berikan obat
analgesik jika diperlukan. Setelah mengambil kultur, pertimbangkan

untuk memberikan antibiotik spekttrum luas yang efektif melawan

organisme yang tersering ditemukan pada infeksi ini seperti bakteri

koliform, klamidia dan gonokokus.7

2. Marsupialisasi

Kadang merupakan terapi terpilih untuk pasien dibawah umur 40 tahun

jika tidak di indikasi eksisi kista.9 Selain itu marsupialisasi ditujukan

untuk mencegah kekambuhan dimasa mendatang.7

Kelenjar Bartholini kanan sangat membesar dan kritik. Sulkus


interlabianya hilang. Suatu insisi dibuat pada sisi dalam labium minus
di perbatasan sepertiga tengah dan sepertiga posterior.12
Setelah kista dikosongkan, pelapisnya dijahit ke kulit labium minus
dengan jahitan terputus halus sepanjang pinggir luka. Sepotong kasa
dimasukkan ke dalam ostium yang baru dibentuk.12

3. Mengeksisi Kista Bartholini

Pada saat ini jarang ada keperluan mengeksisi kista Bartholini kecuali

jika diduga karsinoma kelenjar Bartholini, eksisi bisa menjelaskan

diagnosis histologi. Kulit labium minus diinsisi dan tepi luka

ditegangkan. Kemudian dinding kistanya dikeluarkan secara tajam

dengan skalpel.

4. Kateter Word
Kateter word biasanya digunakan untuk penanganan kista saluran

Bartholini dan abses. Batang karet kateter ini memiliki panjang 1 inchi

dan diameter no.10 french foley catheter. Balon kecil yang ditiup di

ujung kateter dapat menahan sekitar 3 ml larutan salin atau garam.

Setelah persiapan steril dan anestesi local, dinding kista atau abses

dijepit dengan forsep kecil, dan mata pisau no 11 digunakan untuk

membuat sayatan 5 mm (menusuk) kedalam kista atau abses. Sayatan

harus berada dalam introitus hymenalis eksternal terhadap daerah

dilubang saluran. Jika sayatan terlalu besar, kateter word akan jatuh

keluar. Setelah dibuat sayatan, kateter word dimasukkan, dan ujung

balon di kembangkan dengan 2-3 ml larutan garam yang disuntikkan

melalui pusat kateter yang memungkinkan balon kateter untuk tetap

berada di dalam rongga kista atau abses. Ujung bebas kateter dapat di

tempatkan dalam vagina. Untuk memungkinkan ephitelialisasi dari

pembedahan saluran di ciptakan, kateter word dibiarkan pada

tempatnya selama empat sampai enam minggu, meskipun epithelialisasi

dapat terjadi segera setelah tiga sampai empat minggu. Jika kista

Bartholini atau abses terlalu dalam, penempatan kateter tidak praktis,

dan pilihan laian harus di pertimbangkan.11

9. PROGNOSA

Baik, tetapi walaupun terjadinya karsinoma kelenjar Bartholini jarang,

harus dipertimbangkan juga pada pasien tua yang menderita kista atau abses

Bartholini pada usia lanjut.7


BAB IV

PEMBAHASAN

Dari anamnesis didapatkan data Ny. M, usia 33 tahun datang ke Pelamonia


dengan keluhan masa pada labia mayor dextra sejak 5 hari yang lalu, awal mula
massa kecil semakin membesar disertai nyeri, rasa nyeri dirasakan semakin
bertambah sehingga mengganggu aktivitas sehari-harinya.Pasien mengeluh keluar
nanah dari pada benjolan. Pasien mengeluh adanya keputihan, keluar banyak,
terasa gatal. Keluhan tidak disertai dengan demam. Untuk BAB dan BAK masih
dalam batas normal. Pasien tidak memiliki riwayat keluhan yang sama.

Pada pemeriksaan fisik, didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 90


kali/menit, regular, isi dan tegangan cukup. Frekuensi nafas 20 kali/menit, suhu
36°C. Pada pemeriksaan genetalia eksterna didapatkan : inspeksi : massa (+) di
labia mayor dextra, diameter 1.5 cm, batas tegas, hiperemis (+), pus (+), darah (-).
Palpasi : nyeri tekan (+), konsistensi kenyal kesan berisi pus. Pemeriksaan
genitalia interna : tidak dilakukan pemeriksaan.

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang didapatkan sesuai dengan teori
pada tinjauan pustaka yang disebutkan mengenai tanda dan gejala kista bartholini
yang telah terinfeksi.

Penanganan pada pasien ini diberikan terapi. Untuk mengurangi peradangan


pada reaksi bakteri diberikan antibiotik spektum luas berupa Metronidazole 500
mg 3x1 secara oral untuk menghambat sintesis mukopeptida pada dinding sel
bakteri. Pasien di berikan Kotrimoxazole 2x 1 tab. Untuk nyeri yang dirasakan
pasiendiberikan paracetamol 500 mg 2 x 1 tab Setelah nyeri yang dirasakan
menghilang akan dilakukan penanganan pendukung yaitu rencnana operasi
marsupialisasi dengan cara menginsisi kisata dan mengeluarkan isi rongga.
BAB V
TINJAUAN KEISLAMAN

Kista Bartholini adalah tumor kistik jinak yang ditimbulkan akibat saluran
kelenjar Bartholini yang mngalami sumbatan yang biasanya disebabkan oleh
infeksi kuman. Kista bisa terjadi pada wanita yang memiliki pasangan seks lebih
dari satu, hal ini terkait dengan kemungkinan tertularnya penyakit kelamin.
Seperti pemaparan sebelumnya, salah satu faktor resiko terjadinya Kista
Bartholini di karenakan seringnya melakukan hubungan seksual dengan berganti-
ganti pasangan. Karena seringnya berganti-ganti pasangan ini akan meningkatkan
penularan penyakit kelamin yang di tularkan seperti infeksi yang telah terbukti
dapat meningkatkan timbulnya Kista Bartholini. Oleh karena itu, Islam sangat
menekankan pentingnya menjaga kehormatan (kemaluan) sebagaimana firman
Allah dalam Q.S Al – Mu’minum/23:5-6
Terjemahnya:
“Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya kecuali terhadap istri-istri
mereka atau budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini
tiada tercela”
Ayat di atas menekankan agar kita menjaga kehormatan kita, dan tidak
melakukan hubungan seksual selain dengan pasangan sah.
Kemudian Allah Swt berfirman dalam Q.S. an-Nahl/16 : 69.
Terjemahnya:
“Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan
tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu
keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat
obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada demikian itu benar-
benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang memikirkan”
Didalam Al Qur’an surah Al Maidah (88) dan An Nahl (69), Allah SWT
menganjurkan kepada manusia untuk memanfaatkan apa yang ada di bumi ini,
umumnya ibu hamil dengan kondisi kesehatan yang baik, system reproduksi yang
normal, tidak sering menderita sakit dan tidak ada gangguan kesehatan.
Tak kalah pentingnya dengan makanan yang sehat, bergizi dan halal.
Kebersihan pada daerah kewanitaan dengan merupakan faktor predisposisi
terjadinya kista, kurangnya kebersihan pada daerah kewanitaan dapat
menyebabkan bakteri-bakteri patogen berkembangbiak dan dapat menyebabkan
infeksi, sehingga akan mempercepat proses terjadinya kista. Sebagaimana
firmannya didalam surah Al-Baqarah/2 :222 yang berkaitan dengan kebersihan.
Terjemahnya :
“Seungguhnya Allah senang kepada orang yang bertobat dan senang
orang yang membersihkan diri”
Kemudian Allah swt berfirman dalam Q.S. Al-Mudatsir /74 :4-5
Terjemahnya :
“Dan bersihkan pakaianmu dan tinggalkan segala macam kotoran”

Dalam ayat di atas sangat jelas bahwa kebersihan sebagian dari iman, dan
Allah Swt sangat menyukai orang-orang yang menjaga kebersihan. Sangatlah
tepat jika kita menjaga kebersihan untuk terhindar dari berbagai macam penyakit
salah satunya yaitu kista. Kesimpulan dari tinjauan agama yaitu Allah Swt telah
menjelaskanberbagai hal-hal di dalam Al-Qur’an mengenai kesehatan yang
berhubungan dengan penyakit, penyebab, bahkan pencegahan dan pengobatannya.
Dimana kita sebagai umat muslim dianjurkan untuk memahami dan diterapkan di
dalam dunia kesehatan dan sehari-hari.
BAB VI
KESIMPULAN

Kista adalah kantung yang berisi cairan atau bahan semisolid yang terbentuk
di bawah kulit atau di suatu tempat di dalam tubuh. Kista kelenjar Bartholin
terjadi ketika kelenjar ini menjadi tersumbat. Kelenjar Bartolini bisa tersumbat
karena berbagai alasan, seperti infeksi, peradangan atau iritasi jangka panjang.
Apabila saluran kelenjar ini mengalami infeksi maka saluran kelenjar ini akan
melekat satu sama lain dan menyebabkan timbulnya sumbatan. Cairan yang
dihasilkan oleh kelenjar ini kemudian terakumulasi, menyebabkan kelenjar
membengkak dan membentuk suatu kista. Suatu abses terjadi bila kista menjadi
terinfeksi.
Tanda kista bartholini yang tidak terinfeksi berupa penonjolan yang tidak
nyeri pada salah satu sisi vulva disertai kemerahan atau pambengkakan pada
daerah vulva disertai kemerahan atau pembengkakan pada daerah vulva. Jika kista
terinfeksi, gajala klinik berupa(2,3)
 Nyeri saat berjalan, duduk, beraktifitas fisik atau berhubungan seksual.
 Umunnya tidak diserati demam kecuali jika terifeksi dengan organisem
yang ditularkan melalui hubungan seksual.
 Biasanya ada secret di vagina.
 Dapat terjadi ruptur spontan (nyeri yang mendadak mereda, diikuti
dengan timbulnya discharge).
DAFTAR PUSTAKA

1. Hart David McKay. Ginaecology Illustrated. Edisi ke-5. New York : Churcill
living Stone Division. 2000;p.172.

2. Anonymous. Bartholin’s Cyst. Available from URL:http//www.wapedia.com/ .


Accessed on november 15, 2018

3. Dodd NR. Bartholin Cyst. Available from URL:http//www.emedicine.com/ .


Accessed on november 15, 2018

4. Anonymous. Bartholin’s Gland Cyst. Available from


URL:http//www.google.com/ . Accessed on november 15, 2018

5. Wiknjosatro H, Prof, dr, DSOG, Ilmu Kebidanan, edisi ketiga cetakan


kesembilan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2007, hal.
: 32 dan 406-411.

6. Johann H. Duenhoetter, Ginekologi Greenhill, alih bahasa: dr. Chandra Sanusi,


editor oleh : dr. Petrus Andrianto, edisi 10, hal : 24.

7. Geoffrey Chamberlain, Prof, MD, FRCS, FRCOG, Obstetri dan Ginekologi


Praktis, alih bahasa: dr. R.F. Maulany, Msc, edisi ke-2, 1994, hal : 145-148.

8. Robbins dan Kumar, Buku Ajar Patologi II, Alih Bahasa : Staf Pengajar
Laboratorim Patologi Anatomi, Fakultas Kedokteran Universitas Erlangga,
Edisi ke-4, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1995, hal : 372-374.

9. Wiknjosatro H, Prof, dr, DSOG, Ilmu Kandungan, edisi ketiga cetakan


kesembilan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2007,
hal.272.

10. Pernoll Martin L. Disorders Of The Vulva and Vagina. Dalam: Obstetric ang
Gynaecology. New York:Mc Graw-Hill Medical Publishing Division. 2001.
P.579-80.
11. Omole Folasade. Management Of Bartholin’s Duct Cyst and Gland Abcess.
Available from URL:http//www.americanfamilyphysician.com/ . Accessed on
november 15, 2018

12. Emanuel A. Friedman, MD, Sc.D, Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan
Ginekologi, Alih bahasa: Dr. Widjaja Kusuma, edisi ke-2, Penerbit Binarupa
Aksara, hal : 138-139.

Anda mungkin juga menyukai