Anda di halaman 1dari 3

Perhatian terhadap kelompok rentan berbeda-beda dari setiap zaman, tetapi

perhatian itu semakin menguat seiring dengan pentingnya kesadaran kemanusiaan,


kesetaraan, dan keadilan di dalam sistem sosial. Pada zaman modern kerangka itu
tercermin dalam upaya adanya penafsiran-penafsiran agama dan kepercayaan
tertentu yang pro kaum marjinal, kaum tertindas, dan kaum mustadh`afin; dan juga
mempengaruhi perumusan dirkursus HAM dalam tingkat internasional maupun
nasional, yang bertujuan memberikan jaminan dan perlindungan kepada mereka.
UU Penanggulangan bencana pada pasal 55 hanya memasukkan kelompok rentan
terdiri dari: bayi, balita, dan anak-anak; ibu yang sedang mengandung atau
menyusui; penyandang cacat; dan orang lanjut usia. Padahal eksistensi kelompok
rentan lebih luas dari itu, di antaranya juga menyangkut perempuan, kelompok
miskin, dan kaum terpinggirkan lain. UU HAM No. 23 tahun 1999 menjadi bagian
dari perlindungan terhadap kelompok rentan ini. Belum lagi ada UU perlindungan
anak, UU tentang ratifikasi CEDAW, ratifikasi hak-hak ekosob, UUD 45 yang
berkaitan dengan orang miskin, dan masih banyak lagi, memberikan jaminan
perlindungan kepada mereka, meski di sana-sini ada kekurangannya.
Diffabel
Mereka ini memiliki kemampuan yang berbeda karena adanya keterbatasan fisik
yang dimiliki, seperti keterbatasan karena mata tidak bisa melihat, kaki tidak bisa
berjalan, telinga tidak bisa mendengar, dan lain-lain. Keterbatasan fisik akan
menghalangi mereka untuk bisa melakukan aktivitas dan berkompetisi, sehingga
memerlukan perlakuan khusus, seperti diperlukan jalan dan tangga khusus untuk
kaum diffabel dalam bangunan-bangunan publik.
Perempuan
Mereka ini telah lama hidup dalam situasi dan sistem sosial patriarki, di mana
mereka yang berjenis kelamin laki-laki dianggap super dan memperoleh perlakuan
istimewa dengan meminggirkan kaum perempuan. Dalam jangka panjang,
perempuan telah mengalami marjinalisasi, bukan hanya oleh tradisi tertentu di setiap
masyarakat, tetapi juga kebijakan-kebijakan politik. Ibu Hamil dan Menyusui. Secara
lebih khusus di kalangan perempuan, ibu hamil dan ibu menyusui, memiliki risiko
lebih besar lagi, karena dia bukan hanya hidup sendiri, tetapi juga membawa anak
yang dikandung dan disusui itu. Peningkatan asupan gizi yang seimbang diperlukan
untuk menjamin kelayakan hidup keduanya, sang ibu dan anak.
Anak-anak
Anak-anak adalah orang yang memerlukan kegembiraan, kasih sayang, perlakuan
yang santun, dan asupan gizi seimbang untuk memastikan potensi-potensi dalam
dirinya bisa tumbuh dengan baik. Bencana atau ancaman bencana akan bisa
merampas ini semua, sehingga kebijakan berkaitan dengan kebencanaan harus
memastikan bisa menjamin dan melindungi mereka.
Kaum miskin
Kaum miskin adalah kelompok rentan berikutnya, dilihat dari sudut ekonomi dan
kesejahteraan sosial. Dalam kehidupan normal saja, mereka selalu hidup dalam
kemiskinan. Terlebih lagi, ketika ada bencana atau ancaman bencana jelas akan
berdampak pada mata pencarian, kemampuan menghidupi keluarga, dan
keberlangsungan keseluruhan keluarga miskin.
Lansia
Manusia usia lanjut juga kelompok rentan. Keterbatasn fisik dalam diri mereka
adalah kelemahan fisik atau penurunan dari keadaan normal karena dimakan usia.
Penurunan kualitas fisik itu akan mempengaruhi indera-indera dan respon mereka
terhadap situasi sosial, termasuk berkaitan dengan kebencanaan.
Lain-lain
Di antaranya adalah kelompok minoritas suku, agama, ras, dan orientasi seksual.
Perlakuan yang tidak adil bisa saja dan mungkin terjadi karena jumlah mereka
sedikit yang hidup di tengah mayoritas masyarakat.
Jenis-jenis kelompok rentan ini, menunjukkan adanya keragaman penyebabnya,
tetapi kebijakan pembangunan yang tidak berorientasi dan tidak berpihak kepada
mereka, perlu memperoleh perhatian utama untuk dilihat; di samping factor
kepercayaan, tradisi, penafsiran agama, dan bawaan alam. Dalam jangka panjang
dan pendek kebijakan pembangunan yang tidak berpihak itu akan menempatkan
kelompok rentan terus menerus dalam situasi bahaya, sehingga dalam kondisi
bencana atau tidak,mereka berhak memperoleh perlindungan.

BOX I
Kelompok Miskin
Kelompok miskin adalah bagian dari kelompok rentan dalam sistem sosial. Ukuran
Bank Dunia tentang kaum miskin adalah bila penghasilan mereka 2 dollar perkapita
perbulan. Bila memakai ukuran ini, penduduk Indonesia tidak kurang dari 49 persen
(naik turun) tergolong miskin. Sementara BPS (Badan Pusat Statistik) yang
berkewenangan membuat statistik negara, memberikan patokan standar kemiskinan
yang berbeda. Sebagai contoh, menurut BPS selama Maret 2006-Maret 2007, garis
kemiskinan naik sebesar 9,67 persen, yaitu dari Rp.151.997,- per kapita per bulan
pada Maret 2006 menjadi Rp.166.697,- per kapita per bulan pada Maret 2007. Jadi,
garis kemiskinan ditetapkan sekitar jumlah Rp. 166.697, yang ini jauh berbeda
dengan apa yang digunakan oleh Bank Dunia yang menilai dengan patokan 2 dollar.
Dengan patokan itu, angka kemiskinan versi BPS, menunjukkan bahwa sekitar 30-
an juta (kisaran naik turun) dari keseluruhan penduduk. Mereka tersebar kebanyak
di pinggiran kota dan pedesaan.

BOX II
Foto kelompok diffabel terkena gempa

Pasal 41 dan 42 (UU UU HAM No. 29 tahun 1999)


Pasal 41 menyebutkan: “Setiap penyandang cacat, orang yang berusia lanjut, wanita
hamil, dan anak-anak, berhak memperoleh kemudahan dan perlakuan khusus”;
Pasal 42 menyebutkan: “Setiap warga negara yang berusia lanjut, cacat fisik dan
atau cacat mental berhak memperoleh perawatan, pendidikan, pelatihan, dan
bantuan khusus atas biaya negara, untuk menjamin kehidupan yang layak, sesuai
dengan martabat kemanusiaannya, meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan
berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”.
Pasal 55 (ayat 2) UU No tentang Penanggulangan Bencana
Kelompok rentan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas: a. bayi, balita,
dan anak-anak; b. ibu yang sedang mengandung atau menyusui; c. penyandang
cacat; dan d. orang lanjut usia

Anda mungkin juga menyukai